Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSEP BELAJAR

Disusun Untuk Menuhi Tugas

Mata Kuliah Psikologi

Dosen Pengampu : Mukhadiono, SST, MH

Dosen Penguji/Pembimbing : Ruti Wiyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

Nama : Noor Wahidah

NIM : P1337420220025

Tingkat : 1A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan hidayah-Nya lah
tugas membuat makalah mata kuliah Psikologi dengan tema “Konsep Belajar” dapat
terselesaikan.
Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi agung Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni
agama islam.
Selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, maka dari itu saya mengucapkan banyak terimakasih untuk berbagai pihak.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon ma’af yang sebesar-besarnya atas ketidak
sempurnaan dari makalah ini. Dengan demikian penulis mengundang para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih
baik lagi. Terimakasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kesehatan bagi kita semua. Amin ya robbal’alamin.

Pemalang, 27 Maret 2021

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1         
B. Rumusan Masalah..................................................................................1         
C. Tujuan Penulisan Makalah......................................................................1
D. Manfaat Penulisan Makalah....................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Belajar....................................................................................1
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar..............................................2
C. Prinsip Belajar……...............................................................................4
D. Teori-teori Belajar................................................................................7
E. Hukum Belajar…………………….........................................................8
BAB III PEMBAHASAN
A. Contoh Kasus………………………………………………………………...9
B. Pemecahan Kasus…………………………………………………………….9
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................10
B. Saran.................................................................................................10
DAFTAR RUJUKAN...............................................................................11
 

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar merupakan kegiatan yang tidak asing lagi di kalangan kita. Seperti di era sekarang ini,
belajar seolah-olah dianggap sebagai tuntutan yang wajib bagi setiap orang. Tidak hanya bagi
mereka yang masih muda, akan tetapi mereka yang sudah dewasa atau terbilang sudah tua
dituntut untuk belajar agar mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan zaman.
Belajar dalam seyogianya dijalankan selama hayat di kandung badan atau bisa dikatakan
seumur hidup. Berkaitan dengan kegiatan belajar di tengah-tengah masyarakat mengemuka
ungkapan “masa muda adalah masa belajar”. Ungkapan tersebut dimaksudkan bahwa setiap
orang muda sudah semestinya mempersiapkan diri untuk memperoleh segala sesuatu yang
berguna bagi hidupnya di kemudian hari.
Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan beberapa hal mengenai konsep
belajar yang meliputi, definisi belajar, faktor belajar, proses dan fase belajar, teori-teori belajar
serta macam-macam perwujudan perilaku belajar.

B. Rumusan Masalah
1.      Apakah definisi dari belajar ?
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
3.      Apa saja prinsip-prinsip belajar ?
4.      Apa saja yang termasuk dalam teori-teori belajar ?
5.      Apa yang dimaksud hukum belajar ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1.      Mendiskripsikan definisi belajar.
2.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
3.      Mengetahui apa saja prinsip-prinsip belajar,
4.      Mengetahui beberapa teori-teori yang termasuk dalam belajar.
5.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum belajar.

D. Manfaat Penulisan Makalah

1. Dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mendalami materi tentang Belajar
sebagai Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan.
2. Dapat menambah pengetahuan tentang mata kuliah Psikologi Pendidikan.
3. Sebagai media latihan dan belajar menyusun karya tulis.
4. Sebagai alat untuk menyalurkan pola pikir dan hasil belajar.
5. Dapat dijadikan sebagai media pembiasaan dalam belajar.

i
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Belajar
Arti kata belajar di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah suatu usaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris terdapat empat macam arti
belajar, yakni memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, dan mendapat informasi atau menemukan.
Beberapa ahli menguraikan definisi dari belajar sebagai berikut :
a.      Arthur J. Gates
Menurut Arthur, yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku melalui
pengalaman dan latihan (learnig is the modification of behavior through experience and
training).
b.      L.D. Crow and A. Crow
Ahli ini berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan
dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan (dipertimbangkan). Belajar adalah penguasaan
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap (learning is an active process that need to
be simulated and guided toward desirable outcome. Learning is the acquisition of habits,
knowledge, and attitudes).
c.       Gregory A. Kimble
Belajar menurut Gregory A. Kimble adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam
potensialitas tingkah laku yang terjadi pada seseorang atau individu sebagai suatu hasil latihan
atau praktik yang diperkuat dengan pemberian hadiah. (learning as a relatively permanent
change in behavioral potentiality that occurs as a result of reinforced practice).
d.      Morgan
Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan bahwa belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.
e.       Whiterington
Whiterington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah proses penugasan tertentu sesuatu yang
dipelajari. Penugasan tersebut dapat berupa memahami (mengerti), merasakan, dan dapat
melakukan sesuatu. 
Bertolak dari berbagai pemikiran para ahli tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan atau usaha yang disadari untuk meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku
dengan menguasai sejumlah pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap. Belajar secara formal
adalah usaha menyelesaikan program pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi dengan
bimbingan guru atau dosen. Sedangkan belajar secara otodidak atau disebut juga selfstudy  atau
belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan di  luar program pendidikan di sekolah atau
perguruan tinggi, tetapi melalui usaha sendiri. Sebagai hasil dari belajar tersebut dapat mencakup
beberapa aspek antara lain adalah aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai.

B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Telah dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu
perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Berhasil atau tidaknya
perubahan tersebut tergantung pada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor tersebut,
dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni :
Faktor internal (faktor dari dalam diri anak), yakni keadaan atau keadaan jasmani dan
rohani, faktor ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis meliputi hal-hal yang bersifat jasmaniah. Kondisi jasmani yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ khusus pada anak,
seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan yang disajikan.
2.      Aspek Psikologis
Aspek psikologis meliputi hal-hal yang bersifat rohaniah. Pada umumnya faktor-faktor
rohaniah yang dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut :
a.       Kecerdasan/Intelegensi
Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan atau untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan cara yang tepat.
Pada umumnya tidak semua anak memiliki intelegensi yang sama dalam mempelajari suatu
mata pelajaran dan kecakapan-kecakapan yang lainnya, untuk menolong terjadinya
ketidakadilan yang terjadi antara anak yang memiliki intelegensi yang tinggi dan anak yang
berintelegensi dibawah rata-rata perlu adanya perhatian khusus dari seorang guru yang
profesional, sehingga anak itu tetap merasa adil dan tidak merasa bosan ataupun tertinggal.
b.      Sikap
Sikap (attitude) adalah gejala internal yang berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif. Sikap anak dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
c.       Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnya,
bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi-
rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh karena itu, sebagai orangtua
hendaknya menyekolahkan anak pada jurusan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh

ii
anak tersebut, karena apabila orang tua terlalu memaksakan kehendak pada akhirnya akan
berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau hasil prestasi belajar anak.
d.      Minat
Secara sederhana minat (interest) diartikan sebagai kecenderungan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sama halnya dengan kecerdasan, sikap dan
bakat, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, anak akan menjadi tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat anak agar tertarik terhadap
materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajarinya.
e.       Motivasi
Motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal dalam bidang
tertentu sehingga pada akhirnya orang tersebut dapat menjadi seorang spesialis dalam bidang
yang telah dipilihnya tersebut. Motivasi diberikan kepada anak oleh guru atau orang tua,
dimana motivasi ini ditujukan supaya dalam diri anak tersebut muncul suatu dorongan atau
hasrat untuk belajar, sehingga anak tersebut dapat menyadari apa guna belajar dan tujuan yang
hendak dicapai apabila diberi perangsang dan motivasi yang baik dan sesuai.

Faktor eksternal (faktor dari luar diri anak), faktor eksternal terdiri atas dua macam yakni:
1. Faktor Lingkungan Sosial
Yang termasuk dalam lingkungan sosial antara lain adalah lingkungan keluarga,  lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
a. Lingkungan keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam  mau tidak mau turut serta dalam
menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak.
b. Lingkungan sekolah
Keberadaan para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar anak. Para guru atau staf administrasi yang menunjukkan sikap dan perilaku
yang memperlihatkan suri tauladan yang baik dalam hal belajar akan menjadi daya dorong
yang positif bagi kegiatan belajar anak.
c. Lingkungan masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal anak juga dapat mempengaruhi tingkat
belajarnya. Misalnya, kondisi lingkungan masyarakat yang kumuh akan sangat mempengaruhi
aktivitas belajar anak. Kesulitan yang akan dihadapi anak tersebut antara lain adalah kesulitan
untuk mencari teman belajar atau berdiskusi.
2. Faktor Lingkungan non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan non sosial adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan alamiah
Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar
yang tidak terlalu silau atau tidak terlalu gelap, suasana yang sejuk dan tenang merupakan
faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Apabila lingkungan alamiah
mendukung proses belajar anak akan berlangsung dengan nyaman. Sebaliknya, bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar anak akan terhambat.
b. Faktor instrumental
Faktor instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,
hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah,
buku panduan dan sebagainya. Ketersediaan serta kelengkapan dari kedua perangkat belajar
tersebut akan mempengaruhi aktivitas belajar anak.
c. Faktor materi pelajaran
Faktor materi pelajaran (materi yang diajarkan) ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan anak begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan anak.

C. Prinsip-Prinsip Belajar
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya
peningkatan potensi siswa secara komprehensif, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai
dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar.
Davies (1991 : 32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi
penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :

1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak
seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.

2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok
umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.

3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan
(reinforcement).

4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan


murid belajar secara lebih berarti.

5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.

Banyak teori dan prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli . prinsip dan teori tersebut
antara yang satu dengan yang lain memiliki persamaan namun juga ada perbedaan. Dari berbagai
prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita
pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajarn, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya
belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan metode mengajarnya. Prinsip-prinsip
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut ini :

ii
1. Prinsip Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar
pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar
(Gagne and Berliner 1984 : 355). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila
bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai
sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila
dalam diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut
perlu dibangkitkan perhatiannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Hamalik
(2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan).
Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata
dalam bebagai bentuk kegiatan. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu, cenderung tertarik perhatiannya dan
dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya, siswa yang menyukai
pelajaran matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untuk belajar lebih
giat, karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa
terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Prinsip Keaktifan

Menurut pandangan psikologi anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai
dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa
dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar
adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus
datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah.
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual,
emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir
setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Individu
merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah
informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi (Gagne
and Berliner, 1984 : 267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu
merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang
telah diperolehnya. Dalam proses belajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah,
mencari dan menemukan fakta, menganalisi, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
3. Prinsip Keterlibatan Langsung/Pengalaman

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar


sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena
dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini juga
sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi
yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau
mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk
mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, segala
pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri.

Belajar akan lebih bermakna jika siswa "mengalami sendiri apa yang dipelajarinya"
bukan "mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan
Nurhadi bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan
dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif
dalam proses belajar di sekolah.

4. Prinsip Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya.
Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi
daya berpikir, mengingat, mengamati, manghafal, menanggapi, merasakan, dan sebagainya.
Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya
pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan akan sempurna. Begitu pula sebaliknya, semakin kurang pemberian
latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya.

Dalam proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan
melekat pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena
dengan adanya pengulangan bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan
tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi
juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari
misalnya dengan membuat ringkasan.

5. Prinsip Tantangan

Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar
berada dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin
dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif

ii
untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu
telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan
baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-
hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam
bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang
banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya.

D. Teori-Teori Belajar
Dalam psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus respons dan teori-teori
tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus yang
didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukkan hubungan yang terus-menerus antara
respons yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan sebagai suatu proses belajar
(Tan, 1981:91)
Berikut adalah beberapa teori belajar :
1.      Teori Conditioning
Bentuk paling sederhana dari belajar adalah conditioning. Karena conditioning sangat
sederhana bentuknya dan luas sifatnya, para ahli sering mengambilnya sebagai contoh untuk
menjelaskan dasar-dasar dari semua proses belajar. Meskipun demikian, kegunaan
conditioning sebagai contoh bagi belajar, masih menjadi bahan perdebatan (Walker, 1967).
Teori conditioning sendiri dipecah menjadi dua, yaitu :
a.       Conditioning Klasik (Classical Conditioning)
Merupakan suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk berespons terhadap stimulus
tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain.
Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena
adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan respons. Yang terpenting dalam
belajar, menurut teori ini ialah, adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam
teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis.
Penganut dari teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain
merupakan hasil dari conditioning, yakni hasil dari latihan-latihan atau kebiasaan mereaksi
terhadap syarat-syarat atau perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.
b.      Conditioning Operan (Operant Conditioning)
Istilah conditioning operan (operant conditioning) diciptakan oleh Skinner dan memiliki
arti umum conditioning perilaku. Istilah “operan” berarti operasi (operation) yang pengaruhnya
mengakibatkan organisme melakukan perbuatan pada lingkungannya (Hardy & Heyes:
1985,  Reber: 1988).
Tidak seperti dalam conditioning respons (yang responnya didatangkan oleh stimulus
tertentu), respons dalam conditioning operan terjadi tanpa didahului stimulus, melainkan oleh
efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu.
2.      Teori Psikologi Gestalt
Teori belajar menurut psikologi gestalt sering kali disebut insight full learning atau field
teori. Jiwa manusia, menurut aliran ini adalah suatu keseluruhan yang berstruktur atau
merupakan suatu sistem, bukan hanya terdiri atas sejumlah bagian atau unsur yang satu sama lain
terpisah, yang tidak mempunyai hubungan fungsional. Manusia adalah makhluk yang memiliki
kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia berinteraksi, stimulus mana yang diterimanya
dan mana yang ditolaknya.
Belajar menurut pandangan psikologi Gestalt, bukan sekedar proses asosiasi antara stimulus-
respons yang kian lama kian kuat disebabkan adanya berbagai latihan atau ulangan-ulangan.
Menurut aliran ini, belajar itu terjadi apabila terdapat pengertian (insight).pengertian ini muncul
jika seseorang, setelah beberapa saat, mencoba memahami suatu problem, tiba-tiba muncul
adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain,
kemudian dipahami sangkut-pautnya, untuk kemudian dimengerti maknanya.

E. Hukum Belajar
Seperti halnya proses yang lain, belajar juga memiliki hukum atau kaidah dalam
penerapannya. Ada tiga macam hukum belajar, yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum
latihan (law of practice), dan hukum dampak (law of effect). Bunyi hukum kesiapan adalah:
a. Seseorang yang sudah siap belajar, tindakannya akan memuaskan.
b. Seseorang yang sudah siap belajar, apabila tidak mendapat kesempatan untuk melakukan
kegiatan belajar, dapat menimbulkan gangguan dan kekecewaan.
c. Seseorang yang tidak siap belajar, apabila dipaksakan, dapat mengakibatkan gangguan
dan kekecewaan.
Sementara itu, bunyi hukum latihan adalah hubungan stimulus dan respons akan bertambah
erat apabila sering digunakan, dan akan berkurang atau bahkan lenyap apabila jarang atau tidak
digunakan. Oleh sebab itu, dalam proses belajar perlu adanya suatu ulangan, latihan, dan
pembiasaan.
Terakhir, bunyi hukum dampak adalah hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat
apabila disertai oleh perasaan senang atau puas, namun akan menjadi lemah bahkan lenyap
apabila disertai rasa tidak senang atau kecewa. Oleh sebab itu, perlu adanya pembesaram hati
bagi individu yang belajar.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus
Anak kurang mampu memahami cara mengatasi kesulitan belajar
B. Pemecahan Kasus

ii
Dalam kasus ini, pemakalah mencoba memaparkan salah satu masalah yang dihadapi oleh
anak didik mengenai kegiatan belajar. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda
dalam hal belajar, ada anak yang cepat menangkap apa yang telah dipelajari, dan ada anak yang
lambat dalam belajar. Seorang anak yang lambat dalam belajar akan mengalami kesulitan, karena
setiap akhir dari kegiatan belajar anak tersebut merasa belum mampu untuk menangkap atau
menguasai materi yang seharusnya sudah dapat dikuasai, sedangkan guru akan terus melanjutkan
pada materi yang berikutnya. Akibatnya dalam hal tersebut anak akan mengalami ketertinggalan
dengan temannya yang dapat dengan cepat menangkap materi yang diajarkan. Keterlambatan
anak dalam menangkap materi akan mempengaruhi hasil akademis yang tidak maksimal, hasil
yang tidak maksimal tersebut akan mempengaruhi kondisi psikologis anak, ia akan merasa
minder dan tidak percaya diri ketika berkumpul dengan teman-temannya yang memiliki hasil
yang lebih baik darinya.
Anak yang mengalami masalah belajar tidak bisa dianggap remeh dan tidak bisa ditinggalkan
begitu saja karena dapat mempengaruhi dimasa yang akan datang apabila dibiarkan begitu saja.
Untuk mengatasi masalah belajar anak tersebut, bukan hanya guru yang berperan tetapi juga
orang tua dari anak itu sendiri. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi keterlambatan
belajar anak tersebut adalah :
1.      Mengajak komunikasi si anak, karena di sekolah guru berperan sebagai orang tua.
2.      Menciptakan suasana kegiatan belajar yang efektif dan efisien di sekolah.
3.      Memberikan bimbingan belajar secara khusus.
4.      Memberikan pengayaan-pengayaan kepada anak.
5.      Selalu memantau hasil belajar anak, dan memberikan pujian terhadap hasil apapun yang
didapatnya.
Sementara upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah sebagai berikut :
1.      Memahami proses pekembangan berfikir anak.
2.      Memberikan dukungan dan motivasi yang penuh terhadap anak.
3.      Menciptakan suasana rumah yang harmonis, karena masalah keterlambatan belajar anak
bisa saja disebabkan oleh keadaan keluarga yang kurang harmonis.
4.      Memasukkan anak ke dalam lembaga bimbingan belajar.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk
meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap.
2.      Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar di bedakan menjadi dua yakni : faktor
internal dan faktor eksternal.
3.      Fase-fase dalam proses belajar menurut Jerome S Brunner adalah: fase informasi, fase
transformasi, dan fase evaluasi, sedangkan menurut Wittig adalah: acquisition, storage, retrieval.
4.      Beberapa teori belajar adalah teori conditioning yang dibagi menjadi teori conditioning
klasik dan teori conditioning operant, yang berikutnya adalah teori psikologi gestalt.
5.      Macam-macam perwujudan perilaku belajar yaitu kebiasaan, keterampilan, pengamatan,
berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apresiasi, dan
tingkah laku afektif.
B.     Saran
1.      Kepada pemerintah hendaknya memberikan dukungan penuh terhadap proses belajar
mengajar dengan menyediakan sarana dan prasarana yang layak yang dapat digunakan untuk
menunjang keberhasilan proses belajar.
2.      Kepada para guru hendaknya memperhatikan anak didiknya sejak dini, sehingga ketika
anak tersebut mengalami masalah dalam belajar akan segera dapat melakukan tindakan
secepatnya untuk mengatasi masalah belajar anak tersebut sehingga tidak berlanjut. Dan
hendaknya seorang guru bisa kreatif menciptakan kegiatan belajar yang efektif, efisien tidak
monoton sehingga dapat menumbuhkan semangat dan kreativitas anak.
3.      Kepada para orang tua hendaknya memberikan perhatian, dukungan dan motivasi-
motivasi yang sebaik-baiknya yang dapat menumbuhkan semangat anak dalam kegiatan
belajarnya.

DAFTAR RUJUKAN

Prawira,PurwaAtmaja.2013.Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.Jojakarta:Ar-Ruzz


Media.
Purwanto,M.Ngalim.1990.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Syah,Muhibbin.1995.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sobur,Alex.Psikologi Umum.2003.Bandung:CV Pustaka Setia.

ii
Arifin, Saeful. 2010. Prinsip-prinsip Belajar.
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/25/prinsip-prinsip-belajar/) diakses tanggal 12
November 2011.
Sunaryo. 2017. Psikologi untuk Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai