Anda di halaman 1dari 11

NAMA : TIARA RAHMAWATI

NIM : P1337420220026

KELAS : 1A

MATKUL : KEPERAWATAN DASAR

Penyimpangan Seksualitas

1. Pedofilia itu berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedo (anak) dan philia. Jadi, pedofilia
adalah gangguan seksual yang berupa napsu seksual terhadap remaja atau anak-anak di
bawah usia 14 tahun. Orang yang mengidap pedofilia disebut pedofil. Seseorang bisa
dianggap pedofil jika usianya minimal 16 tahun.Ciri-ciri pedofi di antaranya:Sering
mengakrabkan diri dengan anak-anak, Sering memberikan hadiah atau mengajak anak
jalan-jalan, Sering mencari alasan untuk bisa berdua saja dengan korbannya, Kerap
menonton konten-konten pornografi anak.

Faktor-faktor pedofilia yaitu:

 Faktor biologis
Sejak tahun 2002, beberapa penelitian tentang pedofilia dari faktor-faktor biologis
telah dilakukan. Beberapa faktor dan teori-teori dalam menentukan penyebab
pedofilia, seperti:
 IQ rendah dan ingatan jangka pendek
 Kurangnya white matter pada otak
 Kurangnya testosteron
 Masalah-masalah otak

Faktor biologis, yang menganggap bahwa Pedofilia sebagai Ancaman Tersembunyi


bagi Anak, gangguan pedofilia terjadi karena adanya kelainan pada hormon seksual
pria atau serotonin kimia otak, namun hal ini belum terbukti sebagai faktor dalam
pengembangan pedofilia. (Ames & Houston, 1990). Dalam perspektif biologis yang
terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan hormonal. Pada masa ini rawan terjadinya
penyimpangan seksual (Blanchard & Carton, 2005),.

 Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi pedofilia yaitu adanya kesempatan untuk
melakukan seks, memiliki ketertarikan pada hal yang berkitan dengan seks,
kurangnya kontrol diri dan kesulitan dalam berelasi.
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi pedofilia yaitu mempunyai latar belakang
keluarga yang tidak normal, pola asuh orang tua yang cenderung memanjakan, tidak
mempunyai dukungan dari lingkungan, dan kepribadian pelaku yang sensitif.
2. Eksibisionis berasal dari kata eksibisionisme, yaitu kondisi yang ditandai oleh dorongan,
fantasi, dan tindakan untuk memperlihatkan alat kelamin kepada orang asing tanpa
persetujuan orang tersebut.

Faktor-faktor eksibisionis yaitu:

 Faktor biologis
Sebagian besar orang yang mengidap eksibisionisme adalah laki laki, terdapat
spekulasi bahwa androgen, hormon utama pada laki-laki berperan dalam gangguan
ini. Jika faktor biologis berperan penting, kemungkinan besar hal itu hanya
merupakan salah satu faktor dari rangkaian penyebab yang kompleks yang
dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor hormonal.
 Faktor psikologis
Penyebab eksibisionis diduga karena perkembangan psikologis yang tak sempurna
semasa anak-anak. Saat itu penderita mengalami perasaan rendah diri, tidak aman
serta memiliki Ibu yang dominan dan sangat protektif. Karena itu, penderita tidak bisa
berinteraksi dengan lawan jenisnya. Pengalaman masa kecil tersebut dapat
berkontribusi besar terhadap rendahnya tingkat keterampilan sosial dan harga diri,
rasa kesepian dan terbatasnya hubungan intim.
 Faktor sosial budaya
Lingkungan dan budaya yang mendukung yang ada disekeliling eksibisionisme dapat
menjadi faktor penyebab. Apa yang dilihat di lingkungan dapat menjadi stimulus bagi
individu.
3. Fetisisme seksual adalah timbulnya daya tarik secara seksual yang kuat pada benda mati
atau bagian tubuh tertentu yang secara umum tidak dipandang sebagai objek seksual. Hal
ini juga dapat diperparah dengan tekanan atau gangguan klinis yang terjadi secara
signifikan. Gangguan ini sebenarnya adalah hal yang normal dari bagian seksualitas.

Faktor-faktor fetisisme yaitu;

 Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi fetisisme yaitu tekanan atau gangguan klinis
yang terjadi secara signifikan. Gangguan ini sebenarnya adalah hal yang normal dari
bagian seksualitas dan masalah dapat timbul saat gairah seksual membutuhkan objek
yang akhirnya memaksakan kehendak pada orang lain.
 Faktor psikologis
fetisisme dikaitkan dengan kecenderungan atau tingkah laku seksual, dalam hal ini
minat erotik seseorang yang berpusat pada suatu bagian tubuh atau pada pakaian
wanita, misalnya celana dalam wanita (Bagus, 2005:240-241).
 Faktor sosial budaya
Fetisisme seksual dapat berkembang dari pengalaman seseorang saat masih anak-
anak. Hal ini mungkin saja berhubungan dengan kondisi yang terkait pada masturbasi
dan pubertas. Dan ada faktor lingkungan juga dari luar misal pergaulan.
4. Transvestisme adalah perilaku deviasi seksual pada seseorang yang ditunjukkan dengan
mengenakan pakaian lawan jenis karena dorongan dalam dirinya agar dianggap oleh
orang lain sebagai dari jenis kelamin yang berbeda.

Faktor-faktor transvestisme yaitu:

 Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi transvestisme yaitu memiliki kelainan sejak lahir
atau cacat sejak lahir cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual.
 Faktor psikologis
Secara psikologis, hal ini dapat disebabkan kecemasan untuk menghilangkan stres,
dipicu pengalaman masa lalu seperti kekerasan seksual, atau berbarengan dengan
gangguan parafilia lainnya seperti ekshibisionis. Sedangkan neurobiologis
berhubungan dengan hormon yang dimiliki oleh seseorang.
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi transvestisme yaitu mendapatkan informasi
tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak remaja karena saling
berlawanan satu dengan yang lain.
5. Transeksualisme adalah Orang transseksual memiliki identitas gender yang tidak sesuai
atau yang secara tradisional tidak berasosiasi dengan seksnya yang ditunjuk serta
memiliki keinginan untuk bertransisi permanen agar sesuai dengan gender yang mereka
miliki atau orang yang mengubah jenis kelaminnya.

Faktor-faktor transeksualisme yaitu:

 Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi transeksualisme yaitu kelainan yang dipengaruhi
oleh hormon seksual dan genetik seseorang. Dimana secara garis besar kelainan
prkembangan seksual telah dimulai sejak dalam kandungan.Tubuh manusia
menghasilkan hormon testosteron yang mempengaruhi neuron otak dan berkontribusi
terhadap maskulinisasi otak yang terjadi pada area, seperti hipotalamus.
 Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi yaitu dorongan atau motivasi yang ada dari
dalam individu itu sendiri untuk selalu berperilaku dan berpakaian seperti wanita,
bermain dengan mainan serta teman-teman wanita. Selain itu, keluarga menjadi
bagian yang sangat penting dalam sosialisasi primer, dimana seseorang pada masa
kank-kanak mulai dikenalkan dengan nilai-nilai tertentu dari sebuah kebudayaan. Di
dalam keluarga pola seseorang di bentuk melalui pola asuh dan akhirnya menciptakan
suatu kepribadian tertentu. Dan tanpa disadari terbentuknya seorang waria dapat
dipengaruhi oleh adanya perlakuan orang tua yang selalu mendorong anak bertingkah
laku lembut dan berpakaian seperti wanita, tidak adanya figur ayah, adanya hubungan
yang terlalu dekat antara anak dengan orang tua yang berlawanan jenis kelaminnya,
tidak adanya kakak laki-laki sebagai contoh dan kurang mendapatkan teman bermain
laki-laki.
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang memepengaruhi yaiyu dimana seseorang kelainan seksual
karena dipengaruhi oleh pasangan seks yang abnormal. Jadi seseorang akan
mengalami kelainan seksual apabila pasangan seksnya memiliki kelainan seksual dan
adanya budaya dalam lingkungan abnormalitas seksual.
6. Voyeurisme ialah keadaan seseorang yang harus mengamati tindakan seksual atau
ketelanjangan (orang lain) untuk memperoleh rangsangan dan pemuasan seksual.

Faktor-faktor voyeurisme yaitu:

 Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi voyeurisme yaitu mempunyai gangguan
Endokrin dan Gangguan perkembangan alat kelamin.
 Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi voyeurisme yaitu memiliki trauma masa kecil
(penyiksaan Seksual), Sifat pemalu, Sulit menyesuaikan diri, Kurang bergaul, Kurang
percaya diri, Merasa kurang menarik lawan jenis.
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi voyeurisme yaitu Adanya informasi dari
berbagai media yang menyumbang pada kebebasan pornografi, Ketidaksengajaan
melihat orang sedang telanjang, sedang melepas pakaian, atau orang yang sedang
melakukan hubungan seksual.
7. Masokisme seksual adalah kelainan seksual ketika seseorang merasa nyaman dan puas
secara seksual ketika dirinya disakiti atau dilecehkan oleh pasangannya.

Faktor-faktor masokisme yaitu:

 Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi yaitu memiliki kelainan seksual atau parafilia.
 Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi yaitu pelarian, trauma masa lalu.
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi yaitu memiliki keinginan untuk
membangkitkan gairah seksual yang kuat melalui perilaku seks menyimpang.
8. Sadisme adalah perilaku yang kejam, ganas, atau kasar. Namun secara psikologi, sadisme
bisa juga berarti kepuasan seksual yang diperoleh dengan menyakiti orang lain (yang
disayangi) secara jasmani atau rohani. Secara sederhana, sadisme ialah suatu bentuk
gangguan mental yang membuat penderitanya mendapat kepuasan saat bisa menyakiti
pihak lain.

Faktor-faktor sadisme yaitu:

 Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi yaitu adanya keilanan pada hormon.
 Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi yaitu meliputi kepribadian, yang dipengaruhi
oleh perkembangan emosi seorang anak sejak kecil hingga usia remaja.
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi yaitu mencakup pengaruh dari luar,
misalnya keluarga, sekolah, atau adanya peristiwa trauma pada sang anak.

9. Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara
individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Homoseksulitas biasanya terjadi pada
laki-laki.

Faktor-faktor homoseksualitas yaitu:

 Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi yaitu faktor genetik dan hormon, dan adanya
kelainan mental.
 Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi yaitu memliki trauma pada masa kecil.
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi yaitu pengaruh lingkungan disekitar
individu, kondisi genetik individu dan pergaulan.
10. Lesbian dalam LGBT adalah sebuah orientasi seksual ketika perempuan mempunyai
kecenderungan seksual menyukai sesama perempuan. Lesbian merupukan istilah yang
lebih spesifik dari ketertarikan seksual dengan sesama jenis (homoseksual).

Faktor-faktor lesbian yaitu:

 Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi yaitu adanya faktor genetik dan hormon.
 Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi yaitu memiliki trauma pada masa kecil.
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi yaitu adanya pengaruh dari luar dan
pergaulan disekitar individu.
11. Zoofilia merupakan sebuah bentuk penyimpangan seksual yang membuat seseorang
memiliki hasrat seksual terhadap binatang.

Faktor-faktor zoofilia yaitu:

 Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi yaitu adanya ketidakseimbangan terhadap
hormon dan ganguan psikis.
 Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi yaitu adanya dorongan seksual yang tinggi,
kurangannya pengendalian diri terhadap perilaku.
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi yaitu adanya pengaruh lingkungan
pergaulan.
12. Sodomi adalah penyimpangan seksual yang dialami oleh pria yang suka berhubungan
seksual melalui organ anal atau dubur pasangan seksual baik pasangan sesame jenis
(homo) maupun dnegan pasangan perempuan.
 Factor biologis: kelainan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang
dasar tengkorak.
 Factor psikologis: adanya gangguan perkembangan seksual sejak kecil atau masa
kanak kanak.
 Factor sosial budaya: adat istiadat yang memberlakukan hubungan sodomi dengan
alasan yang tidak benar.
13. Nekropilia berasal dari kata nekros yang berarti mayat dan philein yang berarti
mencintai. Nekropilia adalah bentuk kelainan seksual dimana individu penderita
nekropilia memiliki orientasi kepuasan seksual melalui kontak fisik yang bersifat
merangsang atau hubungan seksual dengan media partner jenasah atau orang telah wafat.
 Fator biologis: Kromosom abnormal, kadar hormone abnormal.
 Factor psikologis: gangguan cemas atau depresi. Selain itu, orang dengan
gangguan kejiwaan ini juga bisa jadi pengguna narkotika, dihinggapi rasa inferior
yang begitu hebat karena mengalami trauma serius, sehingga dia tidak berani
mengadakan relasi seks dengan seorang wanita (Yang masih hidup), minder,
pemalu, tidak mampu mengadakan sublimasi atau rasa dendam yang kronis.
 Factor sosial budaya: pengalaman masa kecil yang pahit, masa perkembangan
yang terluka hingga anak menanamkan rasa bersalah pada perasaannya dan
merasa rendah diri, sehingga tidak ada keberanian untuk menghadapi seksual
yang nyata dan yang hidup.
14. Koprofilia kecenderungan mendapat kenikmatan seksual dengan mengotori atau dikotori
tinja pasangannya.
 Factor biologis: Kadar hormon seks pada orang mengalami abnormal.
 Factor psikologis: Adanya riwayat kejang.
 Faktor sosial budaya: Lingkungan yang menjerumuskan ke hal-hal buruk dan
mencontohkan tidak baik.
15. Urolagnia adalah kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek urine yang
diminum.
 Factor biologis: Adanya ketidakseimbangan neurologik (Syaraf).
 Factor psikologis: Adanya rasa nyaman, melihat orang tuanya melakukan
hubungan seksual.
 Faktor sosial budaya: Faktor lingkungan yaitu kurangnya perhatian orang tua
pada anak.
16. Oral seks/kunilingus adalah kepuasan seksual dicapai menggunakan mulut pada alat
kelamin wanita.
 Factor biologis: Adanya gangguan pada hormone dan penyakit bawaan.
 Factor psikologis: Melihat orang tuanya melakukan hubungan seksual,
mengalami pelecehan seksual.
 Faktor sosial budaya: Lingkungan yang menuntut pola hidup yang buruk dan
menjerumus terhadap hal negative.
17. Felaksio adalah kepuasaan seksual dicapai dengan menggunakan mulut pada alat
kelamin laki-laki.
 Factor biologis: Adanya hormone abnormal dan system syaraf abnormal.
 Factor psikologis: Pengalaman percintaan, adanya rasa dendam, perasaan aman.
 Faktor sosial budaya: Lingkungan yang melihatkan perilaku menyimpang.
18. Froterisme/Friksionisme adalah kepuasan seksual dicapai dengan cara menggosokan
penis pada bokong wnaita atau badan yang berpakaian ditempat yang penuh sesak
manusia/umum.
 Factor biologis: Factor genetik, kelainan neurologic (syaraf).
 Factor psikologis: Psikologis yang tak sempurna semasa anak-anak. Saat itu si
penderita mengalami perasaan rendah diri. Tidak aman serta memiliki ibu yang
dominan dan sangat protektif.
 Factor sosial budaya: Adanya rasa senang jika menggosokan penis di tempat
yang sesak/umum karena factor lingkungan terdahulu.
19. Goronto adalah kepuasan seksual dicapai dengan melalui hubungan dengan lansia.
 Factor biologis: Kadar hormon abnormal, kelainan neurologik (Syaraf).
 Factor psikologis: Adanya rasa ingin mencoba posisi baru, ingin lebih
mengeksploitasi.
 Faktor sosial budaya: Lingkungan yang menuntut atau adanya adat istiadat yang
melakukan hal tersebut.
20. Frottage adalah kepuasan seksual dicapai dengan cara meraba orang yang disenangi
tanpa diketahui lawan jenis.
 Factor biologis: Adanya gangguan pada system saraf.
 Factor psikologis: Pengalaman sewaktu kecil, mengalami pelecehan seksual,
mengalami trauma dalam hubungan percintaan.
 Factor sosial budaya: Lingkungan dan pergaulan yang melakukan kelainan seks.
21. Pornografi adalah gambar/tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberi rangsangan
seksual (Maramis, 2004).
 Factor biologis: Adanya ketidaknormalan pada kromosom dan hormone.
 Factor psikologis: Rasa penasaran yang berakibat sebagai pelarian atas masalah-
masalah yang dialami.
 Factor sosial budaya: Lingkungan berasal dari pendidikan zoom dan lingkungan
pergaulan setiap individu.

Bentuk Abnormal Seksual

I. Prostitusi merupakan penjualan jasa seksual dengan uang sebagai imbalan atau
upah.
Faktor-faktor penyebab prostitusi yaitu :
1. Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi prostitusi yaitu kebutuhan seks yang
tinggi, tidak puas akan pemenuhan kebutuhan seks.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi prostutusi yaitu adanya rasa ingin
membalas dendam, patah hati,di paksauntuk menikah, malas bekerja dan seks
maniak.
3. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi prostitusi yaitu karena faktor
ekonomi sehingga wanita-wanita cenderung ingin hidup mewah dan
berkecukupan, tetapi juga malas untuk bekerja, maka memilih pekerjaan
menjadi prostitusi, adanya bujuk rayu kaum laki-laki dan para calo, terutama
yang menjanjikan pekerjaan-pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi.
II. Perzinahan merupakan persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki dengan
perempuan dimana salah satu atau dua-duanya sudah menikah dengan orang lain.
Agar bisa dijerat dengan pasal ini, perzinahan tersebut dilakukan dengan suka
sama suka. Tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak.
Faktor-faktor penyebab perzinahan yaitu :
1. Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi perzinahan yaitu adanya konflik
perkawinan yang disebabkan perselingkuhan ( perzinahan ), Menimbulkan dan
menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi perzinahan yaitu tidak adanya saling
pengertian, adanya konflik dalam rumah tangga.
3. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi perzinahan yaitu akan berusaha
masuk dalam rumah tangga orang lain.
III. Frigiditas adalah bahasa 'awam' untuk disfungsi atau gangguan fungsi seksual,
yaitu hilangnya ketertarikan secara seksual kepada pasangan, serta
ketidakmampuan untuk menikmati hubungan intim.
Faktor-faktor penyebab frigiditas yaitu :
1. Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi fridigitas yaitu adanya gangguan pada
fungsi seksual, sering mengkonsumsi obat stres.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi fridigitas yaitu stress, rasa takut tidak
dapat memuaskan pasangan termasuk kurangnya konsentrasi saat melakukan
hubungan, juga pengalaman tidak mengenakkan saat melakukan hubungan
(seperti rasa nyeri).
3. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi fridigitas yaitu ketidak mampuan
seorang wanita menikmati hubungan suami.
IV. Disfungsi ereksi atau impotensi adalah kondisi ketika penis tidak mampu ereksi
atau mempertahankan ereksi, walaupun terdapat rangsangan seksual.
Faktor-faktor penyebab impotensi yaitu :
1. Faktor biologis
Faktor biologis yang mempengaruhi impotensi yaitu ketidakmampuan pria
untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan
hubungan seksual, dan adanya gangguan hormon.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi impotensi yaitu adanya rasa yang
menimbulkan stres, regangnya hubungan, dan menurunkan rasa percaya diri.
3. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi impotensi yaitu adanya penyakit
bawaan atau keturunan seperti diabetes.
V. Ejakulasi premature adalah terjadinya pembuangan sperma terlalu dini sebelum
zakar penetrasi/ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi.
1. Factor biologis: gangguan prostat (seperti prostatitis) dan juga tiroid, hipertensi,
diabetes, jantung.
2. Factor psikologis: kecemasan, stress, dan depresi.
3. Factor sosial budaya: Perilaku seksual juga dipengaruhi oleh perbedaan budaya.
Laki-laki ras Asia cenderung konservatif terhadap hubungan seksual dan kurang
aktif secara seksual apabila dibandingkan dengan laki-laki ras Eropa.
VI. Vaginismus adalah kejang yang berupa penegangan atau pengerasan yang sangat
menyakitkan pada vagina atau kontraksi yang kuat.
1. Factor biologis: mengidap kondisi medis tertentu, dampak setelah persalinan,
perubahan fisik terkait usia, trauma pada pelvis, dan efek samping dari obat-
obatan.
2. Factor psikologis: adanya ketakutan untuk berhubungan intim, seperti takut
hamil atau takut sakit, sedang merasa gelisah atau stress, adanya isu dengan
pasangan, seperti kekerasan, ketidakpercayaan, hubungan yang sudah
menjauh, pernah mengalami kejadian traumatis, seperti pemerkosaan atau
kekerasan, dan pengalaman masa kecil, seperti cara didik orangtua atau
paparan gambar seksual.
3. Factor sosial budaya: perubahan lingkungan yang menyebabkan gaya hidup
pola makan buruk, jarang berolahraga, merokok, minum alcohol.
VII. Dispareunia adalah kesulitan melakukan senggama atau perasan sakit pada saat
koitus.
1. Factor biologis: Cedera atau iritasi akibat kecelakaan, operasi panggul, atau
pembesaran vagina ketika melahirkan, adanya peradangan pada vagina maupun
saluran kemih, memiliki kelainan bawaan, seperti vagina yang tidak terbentuk
sempurna, atau selaput dara menutup seluruhnya (tidak ada lubang sama sekali),
menderita kondisi lain, seperti endometriosis, penyakit radang panggul, miom,
dan kista indung telur, dampak operasi atau pengobatan, seperti operasi daerah
rahim, terapi radiasi (radioterapi), atau kemoterapi.
2. Factor psikologis: Memiliki rasa takut, bersalah, atau malu yang berkaitan dengan
hubungan seks, stress, memiliki masalah hubungan dengan pasangan atau orang
lain, merasa tidak percaya diri, gelisah, bahkan depresi dengan tampilan atau
kondisi tubuh, tengah mengonsumsi suatu obat, misalnya pil KB, memiliki
riwayat kejahatan atau kekerasan seksual.
3. Factor sosial budaya: ketidakmampuan utuk melakukan hubungan seksual karena
takut.
VIII. Anorgasme adalah kegagalan mencapai klimaks selama bersenggama, biasanya
bersifat psikis.
1. Factor biologis: Luka trauma pada organ kelamin atau organ panggul; luka trauma
ini dapat diakibatkan oleh cedera pada bagian yang mengangkang, seperti akibat
terjatuh dari palang keseimbangan atau dari sepeda, komplikasi akibat
pembedahan pada daerah panggul, pembedahan ginekologi, kesulitan dalam
melahirkan, dan tindakan prostatic, dan penyakit, seperti sklerosis ganda, cedera
pada sumsum tulang belakang, dan diabetes mellitus.
2. Factor psikologis: Kecemasan, depresi, atau alkoholisme beberapa jenis obat
seperti obat-obatan anti depresan, kecanduan pada heroin dan narkoba lainnya.
3. Factor sosial budaya: Keadaan tempat tinggal, pandangan budak-budak wanita.
IX. Kesukaran koitus pertama adalah dimana terjadi kesulitan dalam melakukan
koitus pertama dapat disebabkan kurangnya pengetahuan diantara pasangan.
1. Factor biologis: Adanya kelainan rekaman otak tanpa kejang.
2. Factor psikologis: Adanya rasa ketakutan dan kecemasan dalam berhubungan
seks.
3. Factor sosial dan budaya: Adanya rasa tidak nyaman antara suami dan istri untuk
melakukan hubungan seksual.

Anda mungkin juga menyukai