Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan
lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak
1942. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan
keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut
dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung
kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam
rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai
kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan
tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga
merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan
diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat
keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir
langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo
(1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan
dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh
Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan
keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut
berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan
komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan
(Walker, 2001: 1). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6),
bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang
meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan,
dan penilaian.
Matindas juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu
membedakan antara berpikir kritis dan berpikir logis padahal ada perbedaan besar
antara keduanya yakni bahwa berpikir kritis dilakukan untuk membuat keputusan
sedangkan berpikir logis hanya dibutuhkan untuk membuat kesimpulan.
Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis yang diteruskan dengan
pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses berpikir
nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan
masalah (deciding/problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa
tanpa kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan
reflektif), seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari berpikir kritis ?
2. Bagaimana proses berpikir kritis ?
3. Bagaimana prinsip dari berpikir kritis ?
4. Apa karakteristik dari berpikir kritis ?
5. Bagaimana model dari berpikir kritis ?
6. Apa saja tingkatan dari berpikir kritis ?
7. Apa saja komponen-komponen dari berpikir kritis ?
8. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berfikir kritis ?
9. Apa fungsi berpikir kritis dalam keperawatan ?
10. Bagaimana penerapan berpikir kritis dalam keperawatan ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari berpikir kritis ?
2. Untuk mengetahui bagaimana proses berpikir kritis
3. Untuk mengetahui bagaimana prinsip dari berpikir kritis
4. Untuk mengetahui karakteristik dari berpikir kritis
5. Untuk mengetahui bagaimana model dari berpikir kritis
6. Untuk mengetahui tingkatan dari berpikir kritis
7. Untuk mengetahui komponen-komponen dari berpikir kritis
8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berfikir kritis
9. Untuk mengetahui fungsi berpikir kritis dalam keperawatan
10. Untuk mengetahui bagaimana penerapan berpikir kritis dalam keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian berpikir kritis
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat,
membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995).
Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee,1994).
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut
untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah
penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan
dan pengalaman (Pery & Potter, 2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988),
berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan,
pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat
menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan, dan
membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien. Berpikir kritis
adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa
ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan
(Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994). Berpikir secara kritis menantang individu
untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru dan untuk menginterpretasikan
serta mengevaluasi uraian dengan tujuan mencapai kesimpulan atau perspektif
baru (Strander,1992).

2.2 Proses berpikir kritis


Mengenali masalah (defining and clarifying problem), meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan
kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan,
merumuskan masalah.
Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun
opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali
kemungkinan emosi maupun salah penafsiran kalimat, mengenali
kemungkina perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali
data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin
terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.

2.3 Prinsip berpikir kritis


Belajar dan berpikir merupakan proses sepanjang hidup. Belajar dan
berpikir sepanjang waktu tidak dapat dipisahkan, sejalan dengan keterlibatan kita
dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki, kita menjadi
mampu untuk membentuk asumsi, menyajikan ide-ide, dan membuat kesimpulan
yang valid.
Perawat profesional harus selalu melihat dan berpikir ke depan. Praktik
keperawatan harus selalu berubah sesuai dengan perkembangan pengetahuan baru
yang lebih efektif, yang mempunyai bukti- bukti yang mendukung secara
ilmiah, dan memberikan hasil yang lebih lebih baik untuk klien.
Dengan berpikir kritis, perawat mampu belajar dan untuk secara positif
mempengaruhi praktik keperawatan. Kedewasaan seorang perawat diukur dengan
kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam proses
penemuan yang menguntungkan bagi klien dan profesi keperawatan.

2.4 Karakteristik dari berpikir kritis


Karakteristik berpikir kritis adalah :
a) Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu
konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental
tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan
sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak
yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan
dalam otak.
b) Rasional dan beralasan
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
c) Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi
atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
d) Bagian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir
kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau
lebih buruk dibanding yang lain.
e) Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu,
memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
f) Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan
kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
g) Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi
dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi
tindakan yang akan diambil.
2.5 Model berpikir kritis
1. Total recall (ingatan total):
Mengingat kembali fakta-fakta atau mengingat kembali dimana serta
bagaimana menemukannya bila diperlukan.
Fakta dapat berasal dari buku, hasil pengkajian, lingkungan.
Kemampuan mengakses pengetahuan: disimpan dalam ingatan estela
dipelajari.
Tiap orang memiliki fakta dalam ingatannya. Total recall tergantung
kemampuan memory.
Dapat dilakukan dengan membuat assosiasi antara fakta dengan peristiwa
lain yang lebih menarik.
2. Habits (Kebiasaan):
Berpikir secara berulang-ulang sehingga jadi kebiasaan/things I do without
thinking.
3. Inquiry (Penyelidikan).
Mengkaji issue dengan mendalam dan mananyakan yang tampak tidak
jelas.
Menggali dan menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fakta
sesuai dengan asumsinya.
Cara utama untuk membuat kesimpulan
Berpikir induktif
Tahap-tahap :
o Melihat adanya fakta.
o Menbuat kesimpulan awal.
o Mengenali kesenjangan
o Mengumpulkan data tambahan
o Membandingkan informasi dengan yang sudah biasa
ditemui/pengalaman masa lampau.
o Mencari adanya bias.
o Mencari alternatif kesimpulan lain.
o Memvalidasi kesimpulan dengan informasi yang lebih banyak.
4. New idea and creatively (ide baru dan kreatifitas)
Kebalikan dari habits
Segala sesuatu yang sudah dipelajari, digabung, dikaitkan dan diterapkan
pada situasi yang unik.
5. Knowing how you to think (mengetahui bagaimana anda berpikir)
Dimulai dengan menggunakan refleksi diri
Digunakan untuk menyesuaikan pemikiran secara terus-menerus ke
konteks kebutuhan pasien dan area pelayanan kesehatan yang selalu
berubah
Mempertimbangkan segala sesuatu dalam pikiran kita dan berusaha keras
untuk meningkatkan bagaimana kita berpikir dan apa yang kita lakukan
dengan berfokus pada apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan dalam
situasi tertentu tersebut
Asumsi terhadap model think
1. Berpikir, merasa, dan bertindak merupakan semua komponen esensial dari
keahlian keperawatan yang berkerja bersama secara sinergis
2. Walaupun berpikir, merasa, dan bertindak tidak terpisahkan dalam praktik
keperawatan yang nyata, tetapi dapat dipisahkan untuk pembahasan dalam teks
dan ruangan kelas.
3. Perawat dan mahasiswa keperawatan bukan selembar kertas kosong, sehingga
mereka masuk ke dalam keperawatan dengan berbagai ketrampilan berpikir
4. Meningkatkan cara berpikir merupakan tindakan disengaja yang dapat
diajarkan dan dipelajari.
5. Sebagian besar mahasiswa dan perawat mengalami kesulitan menjelaskan
ketrampilan berpikir mereka. Oleh karena itu, setiap model berpikir kritis dimulai
dengan menghargai kemampuan berpikir yang telah ada sehingga mahasiswa
dapat menjelaskan apa yang telah mereka miliki.
6. Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan perpaduan beberapa aktivitas
berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir tersebut terjadi.

2.6 Tingkatan berpikir kritis

1. Tingkat 1 : Dasar
Pada tingkat dasar, berpikir cenderung untuk menjadi konkrit dan
didasarkan pada serangkaian peraturan atau pinsip. Hal ini merupakan langkah
awal dalam kemampuan pertimbangan. Individu mempunyai keterbatasan
pengalaman dalam menerapkan berpikir kritis, cenderung untuk diatur oleh
orang lain, belajar menerima perbedaan pendapat dan nilai-nilai diantara pihak
yang berwenang. Pendekatan tahap demi tahap digunakan untuk memberikan
perawatan dan kemungkinan dapat atau tidak untuk diadaptasi guna
memenuhi kebutuhan klien yang unik.
2. Tingkat 2 : Kompleks
Dalam tahap ini, seseorang secara kontinu mengenali keragaman dari
pandangan dan persepsi individu. Pengalaman membantu individu mencapai
kemampuan untuk terlepas dari kewenanganan dan menganalisa serta meneliti
alternatif secara lebih mandiri dan sistematis. Dalam keperawatan, praktisi mulai
untuk mencari tindakan keperawatan yang bermanfaat jangka panjang. Perawat
perlu belajar keragaman dari pendekatan yang berbeda untuk terapi yang sama.
3. Tingkat 3 : Komitmen
Pada tingkat ini, perawat memilih tindakan atau keyakinan berdasrkan
alternatif yang diindetifikasi pada tingkat berpikir yang kompleks. Perawat
mampu untuk mengantisipasi kebutuhan untuk membuat keputusan yang kritis
setelah menganalisis keuntungan dari alternatif yang lain. Maturitas perawat
tercermin dari kerutinan yang selalu mencari pilihan yang terbaik, paling inovatif,
dan sesuai untuk perawatan klien.

2.7 Komponen-komponen berpikir kritis


1. Dasar pengetahuan khusus
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu
pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk
memikirkan masalah keperawatan
2. Pengalaman
Pengalaman klinis memberikan suatu sarana laboratorium untuk menguji
pengetahuan keperawatan. Benner (1984) menuliskan bahwa perawat yang ahli
memahami konteks dari situasi klinis, mengenali isyarat, dan
menginterpretasikannya sebagai relevan atau tidak relevan. Tingkat kompetensi
ini datang dari pengalaman. Pelajaran terbaik yang harus dipelajari oleh peserta
didik keperawatan yang baru adalah mengambil manfaat semua yang dialami
klien. Menggunakan salah satunya sebagai batu loncatan untuk membangun dan
mendapatkan pengetahuan baru, membuat perbandingan dan kontras, dan
merangsang pikiran inovatif.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat
untuk membuat penilaian keperawatan.Tiga tipe kompetensi :
a. Berpikir kritis umum
Berpikir kritis umum mencakup metoda ilmiah, pemecahan masalah, dan
pembuatan keputusan. Pemecahan masalah mencakup mendapatkan informasi
ketika terdapat kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dengan apa yang
seharusnya terjadi. Kemampuan memecahkan masalah dalam suatu situasi
memungkinkan perawat menerapkan pengetahuan tersebut pada situasi klien
lainnya. Dalam membuat keputusan, individu memilih tindakan untuk memenuhi
tujuan. Keputusan yang harus dibuat secara bebas dengan dasar nilai dan
keinginan individu. Sekali keputusan telah dibuat, individu harus yakin bahwa
keputusan tersebut adalah pilihan yang terbaik.
b. Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Kompetensi yang tercakup disini adalah pertimbangan diagnostik,
kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan klinis. Dalam pemeriksaaan
diagnostik yang dilakukan untuk pasien, perawat berperan membuat pengkajian
berkesinambungan berdasarkan masalah medis klien (Carnevali & Thomas,
1993). Dalam hal ini perawat tidak membuat diagnosa medis, perawat mencari
tanda dan gejala yang diantisipasi yang merupakan hal umum untuk
mendiagnosis, membantu membuat kesimpulan klinis tentang kemajuan perawat.
Misalnya: klien yang mempunyai riwayat infark miokard (serangan jantung) harus
dipantau munculnya kekambuhan nyeri dada dan perubahan tanda-tanda vital.
Perawat harus mampu secara kritis untuk menganalisa situasi klinis yang terus
berubah sehingga kebutuhan mendesak klien dapat diantisipasi. Ini merupakan
peran kolaburatif penting harus diterima perawat.
c. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.
Proses keperawatan merupakan pendekatan sistematis yang digunakan
untuk secara kritis mengkaji dan menelaah kondisi klien, mengidentifikasi respon
klien terhadap masalah kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian
mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan telah efektif.
4. Sikap
Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya
oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan ketrampilan kognitif untuk
berpikir secara kritis dan penting untuk memastikan bahwa ketrampilan ini
digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis
adalah tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati,
integritas, ketekunan, dan kreativitas.
5. Standar
Kemampuan perawat untuk berpikir kritis terhadap masalah klien,
sehingga penting untuk menggunakan standar berpikir kritis untuk memastikan
bahwa keputusan yang tepat telah dibuat. Standar profesional untuk berpikir kritis
mengacu pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria untuk
tanggung jawab dan tanggung gugat profesional. Penerapan standar
mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau
kelompok (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Standar untuk berpikir kritis adalah
jelas, spesifik, konsisten, mendalam, komplet, mencukupi, tepat, akurat, masuk
akal, logis, luas, signifikan, terbuka.

2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis


1) Kondisi Fisik
2) Keyakinan/motivasi
3) Kecemasan, adalah keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan
dan ketakutan terhadap kemungkinan bahaya/kemalangan/nasib buruk.Jika
terjadi ketegangan hipotalamus dirangsang dan mengirim impuls untuk
menggiatkan mekanisme simpatis dan adrenal yang mempersiapkan tubuh
untuk bertindak.Kelelahan terjadi apabila penyebab ketegangan keras
sehingga pertahanan tubuh menurun. Tingkat kecemasan terdiri dari :
a) Cemas Ringan : yang ditandai dengan meningkatnya kesadaran,
terangsang untuk melakukan tindakan, termotivasi secara positif,
sedikit mengalami peningkatan tanda vital.
b) Cemas Sedang : yang ditandai dengan kondisi lebih tegang,
menurunnya konsentrasi dan persepsi, sadar tetapi fokusnya
sempit, sedikit mengalami peningkatan tanda vital, gejala fisik
berkembang seperti sakit kepala, sering berkemih, mual, papitasi
(jantung berdebar) dan letih.
c) Cemas Berat : ditandai dengan persepsi menjadi terganggu,
perasaan tentang terancam ketakutan meningkat, komunikasi
menjadi terganggu, mengalami peningkatan tanda vital lebih
dramatis, terjadi gejala diare, nyeri dada dan muntah.
Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat :
a) Konstruktif
Memotivasi individu untuk belajar
Mengadakan perubahan terutama perubahan pada
perasaan yang tidak nyaman
Berfokus pada kelangsungan hidup
b) Destruktif
Menimbulkan tingkah laku yang mal adaptive
Disfungsi yang menyangkut kecemasan berat/panic
c) Perkembangan Intelektual
Perkembangan intelektual adalah suatu perkembangan
kontinu dari bagan/struktur inteligensi sebagai hasil interaksi
antara kematangan dan pengaruh luar berbentuk pengalaman
dan integrasi dari setiap bahan baru dan lama. Seseorang yang
semakin cerdas akan semakin cakap dalam membuat tujuan,
berinisiatif, tidak hanya menunggu perintah saja, tetap pada
tujuan, tidak mudah dibelokan oleh orang lain atau suasana
lain, dan semakin kritis.

2.9 Fungsi berpikir kritis dalam keperawatan


Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu- isu dalam keperawatan
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing idikasi, penyebab dan
tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan faliidasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan
yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan akktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengefaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.
2.10 Penerapan berpikir kritis dalam keperawatan
1) Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara
reflektif. Perawat menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam
mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta, perasaan, keyakinan dan
sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal saat
melakukan pedokumentasian keperawatan.Dalam hal ini berfikir kritis
adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. Lima macam
penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :
Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of
language)
Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)
Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam
tindakan keperawatan (directive use of language)
Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi,
mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative use of
language)
Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)
2) Argumentasi dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi
untuk menemukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu,
memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu
tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan
konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi
perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok.
3) Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan
pada situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini
dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama
dalam penyelesaian masalah manajemen di ruangan.
4) Penerapan dalam proses keperawatan
Pengkajian : mengumpulkan data, melakukan observasi dalam
pengumpulan data berfikir kritis, mengelola dan mengkatagorikan
data menggunakan ilmu-ilmu lain.
Perumusan diagnosa keperawatan : tahap pengambilan keputusan
yang paling kritis, menentukan masalah dan dengan argumen yaitu
secara rasional.
Perencanaan keperawatan : menggunakan pengetahuan untuk
mengembangkan hasil yang diharapkan, keterampilan guna
mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
Pelaksanaan keperawatan : pelaksanaan tindakan keperawatan
adalah keterampilan dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang
menentukan tingkat keberhasilan.
Evaluasi keperawatan : mengkaji efektifitas tindakan, perawat
harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan
dasar klien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat
menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan, dan
membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien. Berfikir kritis
dalam keperawatan merupakan komersial untuk keperawatan profesional karena
cara berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir
langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo
(1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan
dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis yang diteruskan dengan
pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses berpikir
nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan
masalah (deciding/problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa
tanpa kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan
reflektif), seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar.

3.2 Saran
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan
kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam
berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Serta
menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan,
dan tingkat hubungan dalam keperawatan.
Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih
nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.
DAFTAR PUSTAKA

https://titikanggraeni.files.wordpress.com/2014/08/konsep-berfikir-kritis

http://askep.asuhan-keperawatan.com/2013/04/konsep-berfikir-kritis-dalam-
keperawatan-76839.html

http://www.academia.edu/6749060/BERFIKIR_KRITIS_DALAM_KEPERAWA
TAN

http://documents.tips/documents/berpikir-kritis-55f4634482c2e.html

Anda mungkin juga menyukai