A. Definisi
1. Sakaratul Maut (Dying)
Sakaratul maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang
menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan
tertentu untuk meninggal.
2. Kematian (Death)
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi,
dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus
eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Selain itu, dr.
H. Ahmadi NH, Sp KJ juga mendefinisikan Death sebagai :
Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversibel
Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak
Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk
dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. Dying
lebih ke arah suatu proses, sedangkan death merupakan akhir dari
hidup. (Eny Retna Ambarwati, 2010)
3. Cabang Ilmu Yang Berkaitan Dengan Dying
Geriatri
Ilmu yg mempelajari penyakit pada lanjut usia
(degeneratif).
Gerontologi
Disiplin ilmu diluar atau cabang geriatri yang mempelajari
aspek fisik, mental, dan psikososial yang ada pada lanjut
usia. Untuk menunjang pelayanan geriatri bagi penderita
lanjut usia. (dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ,2009)
1
4. Penyakit Terminal
Penyakit yang sulit disembuhkan, seperti kanker stadium akhir,dll.
5. Pasien Sekarat
Pasien sekarat adalah perubahan dalam proses yang
mengindikasikan hasilnya sembuh atau mati, sedangkan dalam
bahasa yunani artinya berubah atau berpisah. Pasien sekarat adalah
pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem
tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan
terapi. Suatu perawatan intensif adalah perawatan yang
menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam
bidang perawatan dan kedokteran gawat darurat yang dibutuhkan
untuk merawat pasien sekarat. Pasien sekarat adalah pasien yang
memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.
2
Karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari
kemunduran yang terus bertambah dan tidak terduga, yang terjadi
selama/setelah perode kesehatan yang stabil serta berlangsung pada
waktu yang tidak bisa dipastikan.
3
2. 5-9 tahun
Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari.
3. 9-12 tahun
Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat
dihindari, dapat mengekspresikan ide-ide tentang kematian yang
diperoleh dari orang tua atau dewasa lainnya.
4. 12-18 tahun
Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang
memikirkan tentang kematian yang dikaitkan dengan sikap religi.
5. 18-45 tahun
Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh religi dan
keyakinan.
6. 45-65 tahun
Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan
puncak kecemasan.
7. 65 tahun keatas
Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa
makna, diantaranya terbebasnya dari rasa sakit dan reuni dengan
anggota keluarga yang telah meninggal.
4
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi
terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran
dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang
menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas
nampak lebih pasrah menerima.
3. Pasien prioritas 3
Pasien jenis ini sakit kritis dan tidak stabil, dimana status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya,
baik masing–masing atau kombinasinya, sangat mengurangi
kemungkinan sembuh dan atau mendapat manfaat dari terapi icu.
Contoh pasien ini adalah pasien dengan keganasan metastasik
disertai penyulit infeksi pericardial tamponade, atau sumbatan jalan
5
napas atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat. Pasien prioritas 3 mungkin
mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut berat.
Pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk
mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai
melakukan intubasi dan resusitasi kardio pulmoner.
6
G. Pendampingan Pasien Sakaratul Maut
Perawatan kepada pasien yang akan meninggal oleh petugas
kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah
dan rohaniah sebelum pasien meninggal. Tujuannya antara lain :
a. Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah
pada pasien dan keluarganya
b. Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien
disekitarnya.
c. Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara
medis bisa dilihat dari keadaan umum, vital sighn dan beberapa
tahap-tahap kematian
7
9. Kapas
10. Stetoskop
11. Pinset
12. Tensimeter
13. Alat tulis
b. Persiapkan Pasien
1. Pasien disiapkan menurut agama dan kepercayaan
masing masing.
2. Memberitahukan keluarga. Catatan untuk menulis
pesan atau amanat dan lain-lain yangdiperlukan.
c. Pelaksanaan
1. Pasien disendirikan/dipisahkan dari pasien lain.
2. Pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri.
3. Keluarga diizinkan menunggu dan diberitahu keadaan
pasien dengan cara yang bijaksana oleh dokter/perawat.
4. Pasien harus selalu dalam keadaan bersih,keringat
diseka.
5. Usahakan keadaan sekitarnya dalam keadaan tenang.
6. Bila bibir kering dibasahi dengan kasa yang dibasahkan
dengan air matang,diambil dengan pinset.
7. Membantu melayani dalam upacara keagamaan.
8. Mengamati tanda-tanda kehidupan (vital signs) terus-
menerus.
d. Perhatian
1. Berbicaralah dengan suara yang lembut dengan penuh
perhatian.
2. Jangan tertawa dan bergurau disekitar tempat pasien
yang akan meninggal.
8
Adapun prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan dalam
mendampingi pasien yang hampir meninggal, yaitu :
a. Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memisahkan pasien dengan pasien yang lain
d. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh
ditinggalkan sendiri
e. Membersihkan pasien dari keringat
f. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak
kering menggunakan pinset
g. Membantu melayani dalam upacara keagamaan
h. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus
menerus
i. Mencuci tangan
j. Melakukan dokumentasi tindakan
9
aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan
seharusnya perawat bisa menjadi seperti apa yang dikemukakan
oleh Henderson, “The unique function of the nurse is to assist the
individual, sick or well in the performance of those activities
contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) that he
would perform unaided if he had the necessary strength will or
knowledge”,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat
sakaratul maut hingga meninggal dengan damai.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh
perawat adalah pasien terminal karena pasien terminal, pasien yang
didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi
dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang
Hawari (1977,53) “Orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,
krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian
saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian
khusus”. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak,
depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk
mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup pasien
meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri
pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut sangat menentukan
baik atau tidaknya seseorang terhadap kematiannya untuk menemui
Allah dan bagi perawat pun akan dimintai pertanggungjawabannya
nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase
sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti
yang disebutkan Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang
yang mengerjakan amal sholeh yang bisa menghadapinya dengan
10
tenang dan senang hati. Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul
maut,
ْجا َءت
َ سك َرةْ َو
َ ْموت
َ حقْ ال
َ ك بال َ ما
َْ ذل َْ تَحيدْ منهْ كن
َ ت
” Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.” (QS. 50:19)
11
H. Pendampingan Pasien Sakaratul Maut Saat Ajal Tiba
Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut. Al-Hasan berkata bahwa
Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka
akibat kematian. Beliau bertutur, “Rasanya sebanding dengan tiga
ratus kali tebasan pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya)
Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat
harus membimbing pasien dengan cara-cara seperti :
1. Menalqin (menuntun) dengan syahadat. Sesuai sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan
dihadapannya kecuali kata-kata yang baik.
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.
Artinya :“Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit
atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian
mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat
mengamini apa yang kalian ucapkan.” Maka perawat harus
berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin
bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang
terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua
matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.
3. Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada
Allah SWT, seperti di dalam hadits Bukhari“ Tidak akan mati
masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada
Allah SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan
seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena Allah
mengikuti perasangka umat-Nya.
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi
kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut
12
dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk
membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena
bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang
menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata.
Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam
rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul
maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam
mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik
Ibnu Qudamah)
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang
tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini
tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.,
hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa
para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri
telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :
a. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan
kedua telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat.
Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar
ia menghadap kearah kiblat.
b. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah
sakaratul maut menghadap ke kiblat. Dan Imam
Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata
cara yang paling benar. Seandainya posisi ini
menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang
tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya
selesai.
13
I. Pendampingan Pasien Sakaratul Maut Sesaat Setelah Ajal Tiba
Setelah muhtadhir telah melalui kematiannya, seperti adanya
tanda-tanda mengendurnya telapak tangan dan kaki, cekungnya pelipis dan
hidung yang tampak lemas, tindakan berikutnya yang sunah dilalukan
adalah:
1. Memejamkan kedua matanya
Jika sampai terlambat hingga kedua matanya tidak bisa
dipejamkan, maka cara memejamkannya dengan menarik kedua
lengan serta kedua ibu jari kakinya secara bersamaan, niscaya
kedua mata tersebut akan terpejam dengan sendirinya.
2. Mengikat rahangnya ke atas kepala dengan memakai kain yang
agak lebar agar mulutnya tidak terbuka.
3. Melemaskan sendi-sendi tulangnya dengan melipat tangan ke siku,
lutut ke paha dan paha ke perut. Setelah itu dibujurkan kembali,
kemudian jari-jari tangannya dilemaskan. Jika agak terlambat
sehingga tubuhnya sudah kaku, maka sunah dilemaskan memakai
minyak. Hikmah dari pelemasan ini agar mempermudah proses
pemandian dan pengkafanannya nanti.
4. Melepaskan pakaiannya secara perlahan. Kemudian disedekapkan
lalu mengganti pakaian tersebut dengan kain tipis, (izar misalnya)
yang ujungnya diselipkan di bawah kepala dan kedua kakinya
(menutupi semua tubuh). Kecuali jika ia sedang menunaikan
ibadah Ihram, maka kepalanya harus dibiarkan tetap terbuka.
5. Menutupinya dengan selimut sampai pasien tersebut dipindahkan
dan diurus oleh pihak berikutnya.
14
kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga jenazah dan
mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak
menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS,
kolera dsb.
Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut
dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut di atas,
seperti misalnya mencium jenazah sebagai bagian dari upacara
penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan
berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah
penderita infeksi-HIV meninggal, virus pun akan mati.
Beberapa pedoman perawatan jenazah adalah seperti berikut:
a. Tindakan di Luar Kamar Jenazah
1. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan.
2. Memakai pelindung wajah dan jubah.
3. Luruskan tubuh jenazah dan letakkan dalam posisi
terlentang dengan tangan di sisi atau terlipat di dada.
4. Tutup kelopak mata dan/atau ditutup dengan kapas atau
kasa; begitu pula mulut, hidung dan telinga.
5. Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung
bila ada rembesan darah atau cairan tubuh lainnya.
6. Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air.
7. Lepaskan semua alat kesehatan dan letakkan alat bekas
tersebut dalam wadah yang aman sesuai dengan kaidah
kewaspadaan universal.
8. Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air.
9. Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain bersih
untuk disaksikan oleh keluarga.
10. Pasang label identitias pada kaki.
11. Bertahu petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah
penderita penyakit menular.
12. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.
15
b. Tindakan di Dalam Kamar Jenazah
1. Lakukan prosedur baku kewaspadaan universal yaitu cuci
tangan sebelum memakai sarung tangan.
2. Petugas memakai alat pelindung:
Sarung tangan karet yang panjang (sampai ke siku).
Sebaiknya memakai sepatu bot sampai lutut.
Pelindung wajah (masker dan kaca mata).
Jubah atau celemek, sebaiknya yang kedap air.
3. Jenazah dimandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah
memahami cara membersihkan/memandikan jenazah
penderita penyakit menular.
4. Bungkus jenazah dengan kain kaifan atau kain pembungkus
lain sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut.
5. Cuci tangan dengan sabun sebelum memakai sarung tangan
dan sesudah melepas sarung tangan.
6. Jenazah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
7. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik untuk
pengawetan kecuali oleh petugas khusus yang telah mahir
dalam hal tersebut.
8. Jenazah tidak boleh diotopsi. Dalam hal tertentu otopsi
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
pimpinan rumah sakit dan dilaksanakan oleh petugas yang
telah mahir dalam hal tersebut.
9. Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air
mengalir bila terkena darah atau cairan tubuh lain.
Dilarang memanipulasi alat suntik atau
menyarungkan jarum suntik ke tutupnya. Buang
semua alat/benda tajam dalam wadah yang tahan
tusukan.
16
Semua permukaan yang terkena percikan atau
tumpahan darah dan/atau cairan tubuh lain segera
dibersihkan dengan larutan klorin 0,5%.
Semua peralatan yang akan digunakan kembali
harus diproses dengan urutan: dekontaminasi,
pembersihan, disinfeksi atau sterilisasi.
Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya
ditempatkan dalam kantong plastik.
Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar
sesuai cara pengelolaan sampah medis.
17
8. Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut
dan penuh perhatian, serta tidak tertawa-tawa atau bergurau
disekitar pasien.
9. Jika memiliki tanggungan hak yang harus pasien penuhi, baik hak
Allah SWT (zakat, puasa, haji, dll) atau hak manusia (hutang,
ghibah, dll). Hendaklah dipenuhi atau wasiat kepada kepada orang
yang dapat memenuhi bagi dirinya. Wasiat wajib atas orang yang
mempunyai tanggungan atau hak kepada orang lain.
18
DAFTAR PUSTAKA
19