Anda di halaman 1dari 62

MODUL KEPEMIMPINAN & MANAJEMEN

KEPERAWATAN

Penyusun

Hanny Handiyani

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
Depok
Februari 2021

1
MODUL KEPEMIMPINAN & MANAJEMEN
KEPERAWATAN

Identitas Pemilik Modul

Nama : Galuh Tyas W


NPM : 2006539531
No Telp &email: 081222602090/galuhtyaswijiastuti@gmail.com
Visi Mahasiswa : ………………………………………….................
.................................................................................
Motto Mahasiswa: Be Brave. Take Risks. Nothing can substitute experience
..............................................................................................

Jika ada yang menemukan buku ini,


buku mohon dikembalikan kepada pemilik buku ini.
Terima kasih

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN (FIK)


UNIVERSITAS INDONESIA (UI)
Depok
Februari 2021
KATA PENGANTAR

2
Alhamdulillah, syukur senantiasa penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas
berkah, rahmat, dan ridho-Nya, penyusun dapat menyelesaikan modul kepemimpiann
dan manajemen keperawatan (KMK). Modul ini sebagai acuan meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa dalam mengaplikasikan
bahan kajian mata kuliah KMK pada Program Studi Sarjana dan Ners Keperawatan.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
kelancaran penyelesaian modul ini. Terima kasih khususnya teruntuk: Dekan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) dan jajarannya; seluruh
rekan-rekan di Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar (DKKD)
FIK-UI yang selalu memberikan dukungan dan semangat pada penyusun dalam
menjalankan aktifitas di FIK-UI; seluruh dosen dan staf kependidikan FIK-UI yang
bersama berjuang membina mahasiswa sebagai calon perawat profesional di masa
depan; dan seluruh mahasiswa yang belajar dengan menggunakan modul ini.

Pengguna modul ini dapat melatih secara bertahap kemampuanya dalam


mengaplikasikan konsep KMK yang ada pada modul ini. Modul ini berisi tujuh
bagian besar yang dapat dipelajari dalam 16 kali pertemuan.

Penyusunan modul ini tentunya memerlukan penyempurnaan untuk masa yang akan
datang. Oleh karena itu, masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat penyusun
harapkan. Pengembangan modul ini diharapkan memungkinkan modul ini digunakan
pada pendidikan Ners keperawatan di seluruh Indonesia.

Selamat belajar dan berlatih untuk mahasiswa MK KMK. Semoga nilai-nilai


kepemimpinan dan manajemen yang dipelajari dari modul ini menjadi bekal
berharga bagi mahasiswa keperawatan sebagai calon manajer keperawatan generasi
masa depan.
Depok, 22 Februari 2021
Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman
Judul ............................................................................................... i
Identitas Modul ........................................................................................... ii
Kata Pengantar ....................................................................... ........... iii
Daftar Isi ............................................................................................... iv

Bab 1 Pendahuluan .................................................................................. 1

Bab 2 Pelaksanaan Modul


Kegiatan Minggu 1 ................................................................................... 8
Kegiatan Minggu 2 ................................................................................... 10
Kegiatan Minggu 3 ................................................................................... 12
Kegiatan Minggu 4 ................................................................................... 12
Kegiatan Minggu 5 ................................................................................... 15
Kegiatan Minggu 6 ................................................................................... 15
Kegiatan Minggu 7 ................................................................................... 18
Kegiatan Minggu 8 ................................................................................... 19
Kegiatan Minggu 9 ................................................................................... 21
Kegiatan Minggu 10 ................................................................................... 22
Kegiatan Minggu 11 ................................................................................... 24
Kegiatan Minggu 12-13................................................................................. 25
Kegiatan Minggu 14-16................................................................................. 26
Bab 3. Penutup ……………………………………………………….. 27
Kepustakaan ………………………………………………....…………… 28
Lampiran:
- Kasus
- Soal Latihan
- Catatan Pemilik Modul

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Informasi Umum
Modul kepemimpinan dan manajemen keperawatan (KMK) ini mengantarkan
mahasiswa mempelajari cara mengelola sekelompok klien dalam tim menggunakan
peran dan fungsi manajemen. Peran yang dikembangkan adalah peran interpersonal,
informasional, dan decisional (IID) dalam menjalankan fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian (POSAC).
Peran IID dan fungsi POSAC tersebut digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien di ruang rawat suatu rumah sakit (RS), panti perawatan
lansia, rumah perawatan anak (day care center), rumah perawatan lainnya, maupun
di tingkat unit dalam Puskesmas. Pengalaman belajar pada modul ini menjadi dasar
pemahaman sebelum mengikuti praktik profesi KMK di wahana praktik.

Aktifitas dalam modul ini penting dipelajari karena dalam memberikan asuhan
keperawatan mahasiswa bekerja dalam suatu tim. Bekerja dalam tim menuntut
kemampuan bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati. Individu
yang memiliki berbagai tujuan pribadi diajak bekerja sama agar tercapainya tujuan
organisasi. Kemampuan dilatih sejak masa pendidikan di mata kuliah (MK) ini.

Hasil belajar mahasiswa dari modul ini berfokus pada pelaksanaan peran dan fungsi
manajemen keperawatan. Kemampuan yang dicapai meliputi kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor terkait peran dan fungsi manajemen dalam memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan secara profesional serta pemahaman pelayanan
keperawatan yang sesuai standar internasional sebagai tempat bekerjanya nanti.

Petunjuk belajar penting diikuti mahasiswa untuk mencapai hasil optimal. Modul
ini dipelajari selama 16 kali pertemuan dalam satu semester. Bentuk pengalaman
belajar menggunakan metode pembelajaran aktif berpusat pada mahasiswa. Aktifitas
belajar meliputi diskusi kelompok (berbasis pertanyaan dan kasus), presentasi,
diskusi interaktif dengan pakar, role play, dan studi kasus.

1 Universitas Indonesia
2

1.2 Kompetensi
Kompetensi akhir MK ini adalah Mahasiswa apabila dihadapkan pada situasi
pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat mampu secara sistematis dan tepat
merancang penyelesaian masalahnya dengan menggunakan teori dan konsep KMK
dalam manajemen asuhan keperawatan (C6, A5)
Sub-Kompetensi untuk mencapai terminal/ akhir adalah agar mahasiswa mampu:
1.2.1 menggambarkan berbagai teori, tipe kepemimpinan, peran, dan fungsi
manajemen keperawatan dalam pengelolaan/ manajemen asuhan keperawatan
(C3, A3)
1.2.2 mengidentifikasi perencanaan manajemen keperawatan suatu unit ruang rawat
sesuai tahapan penyusunan perencanaan&standar akreditasi pelayanan (C4, A4)
1.2.3 menganalisis kegiatan fungsi pengorganisasian yang sesuai dengan prinsip
pengorganisasian (C4, A5)
1.2.4 mempertimbangkan ketenagaan keperawatan sederhana yang sesuai dengan
kebutuhan ruang rawat (C5, A5)
1.2.5 membandingkan kegiatan Ners di fungsi pengarahan (C5, A5)
1.2.6 menilai upaya pengendalian mutu asuhan&pelayanan keperawatan (C5, A5)
1.2.7 menampilkan peran dalam proses konferens, timbang terima, dan ronde sesuai
konsep manajemen (P3, C6, A5)
1.2.8 merencanakan penyelesaian konflik dalam pelaksanaan asuhan-pelayanan
keperawatan ruang rawat (C6, A5)

1.3 Metode Pembelajaran


Metode belajar yang digunakan berfokus pada proses belajar aktif mahasiswa.
Sepanjang semester, secara bergantian mahasiswa menerapkan metode belajar
Question-based Learning (QBL), Case-based Learning (CBL), presentasi, kuliah
pakar, role play, dan studi kasus. Jika memungkinkan, mahasiswa juga melakukan
praktik lapangan menerapkan peran IID dan fungsi POSAC dalam berkolaborasi
dengan mahasiswa dari rumpun kesehatan lainnya seperti kedokteran, kedokteran
gigi, farmasi, dan kesehatan masyarakat.
1.4 Matrik Pemelajaran
Mgg Sub- Pokok Strategi Tugas Indikator Bobot

Universitas Indonesia
3

ke- Kompetensi Bahasan Pemelajaran Penilaian (%)


1. 1.2.1 Teori, tipe QBL Tugas 1 Keaktifan 2.5
2. 1.2.1 kepemimpinan, Presentasi Tugas 1 Presentasi 3
peran,& fungsi Makalah 5
manaj kep
3. 1.2.2-1.2.3 Perencanaan & Case based Tugas 2 Keaktifan 2.5
pengorganisasi discussion 1
4. 1.2.2-1.2.3 an Presentasi Tugas 2 Presentasi 3
PPT 5
5. 1.2.4-1.2.6 Ketenagaan, CBD 2 Tugas 3 Keaktifan 2.5
6. 1.2.4-1.2.6 Pengarahan, & Presentasi Tugas 3 Presentasi 3
Pengendalian PPT 5
7. 1.2.1-1.2.6 Manajemen Diskusi Ringkasan Keaktifan 5
asuhan Interaktif diskusi &
keperawatan prior
knowledge
8. 1.2.1-1.2.6 POSAC UTS >55 35
9. 1.2.7 Konferens & Role play Tugas 4 Proses 3
timbang terima role play
10. 1.2.8 Manajemen CBD 3 Tugas 5 Keaktifan 2.5
11. 1.2.8 Konflik Presentasi Tugas 5 Presentasi 3
Makalah 5
12-13 1.2.1-1.2.8 Semua Studi kasus Tugas 6 Makalah 10
14-16 1.2.1-1.2.8 Semua Presentasi Tugas 6 Presentasi 10

1.5 Materi
Prior Knowledge
1. Keutamaan dan kekuatan karakter individu
2. Konsep kolaborasi pengelolaan masalah kesehatan
3. Kolegialitas (kesejawatan), networking, partnership (kemitraan)
4. Team building
5. Dinamika kelompok
6. Manajemen kelompok dan manajemen konflik
7. Etika dan norma dalam bekerja sama
8. Komunikasi (lisan/tertulis/dokumentasi / assertivenessdalam proses kolaborasi
9. Kolaborasi berpusatkan pasien/klien (patient/client oriented collaboration)
10. Peran dan tanggung jawab masing-masing profesi dalam pengelolaan masalah
kesehatan
11. Praktik kolaborasi dalam pengelolaan masalah kesehatan
12. Hambatan dan tantangan dalam berkolaborasi (termasuk budaya, kebijakan)
13. Konsep evaluasi terhadap sistem kolaborasi
14. Upaya peningkatan mutu kolaborasi tim kesehatan

Materi MK Manajemen Keperawatan

Universitas Indonesia
4

No Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan


1 Kepemimpinan- - Teori, konsep, dan prinsip dasar kepemimpinan-
Manajemen manajemen keperawatan
Keperawatan - Fungsi, peran, dan tanggung jawab manajer keperawatan
- Gaya kepemimpinan: perbedaan dan penggunaannya
- Penerapan teori, konsep, dan prinsip kepemimpinan-
manajemen di ruang rawat dan Puskesmas
2. Perencanaan - Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan
- Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat
- Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah
manajemen
- Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di
ruang rawat dan Puskesmas yang sesuai dengan standar
akreditasi nasional dan internasional
3 Pengorganisasian - Konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian
- Berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan
- Perbedaan budaya dan iklim organisasi
- Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang
rawat dan Puskesmas: kewenangan klinik perawat
4 Ketenagaan - Konsep dasar, prinsip, dan tujuan ketenagaan
- Variabel-variabel yang mempengaruhi ketenagaan
- Cara penghitungan jumlah tenaga dalam suatu shift
- Alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift
- Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif sesuai
standar akreditasi
- Jenis metode penugasan dalam ruang rawat
5 Pengarahan - Konsep dasar dan tujuan pengarahan
- Kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan
- Indikator pengarahan yang baik
- Langkah supervisi ruang rawat
- Praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar
akreditasi
6 Pengendalian - Konsep dasar dan tujuan pengendalian
- Indikator mutu asuhan keperawatan
- Jenis pengendalian ruang rawat
- Proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat
7 Manajemen - Jenis-jenis konflik di ruang rawat
Konflik - Tahapan konflik
- Teknik manajemen konflik dalam pengelolaan ruang
rawat

Universitas Indonesia
5

1.6 Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran meliputi penilaian individu dan kelompok. Penilaian


individu meliputi keaktifan (10%) dan ujian tengah semester (35%). Sedangkan
penilaian kelompok meliputi presentasi dan role play (15%), makalah (20%), laporan
studi lapangan (10%), dan ujian akhir semester (10%). Setiap komponen evaluasi
dituangkan dalam borang evaluasi tertentu. Keaktifan meliputi gabungan dari
penilaian kehadiran, penilaian keaktifan menurut fasilitator, dan penilaian mahasiswa
terhadap persiapan dan partisipasi di kelas.
Persiapan dan partisipasi di kelas (Penilaian diri sendiri & teman di kelompok)
Range Mahasiswa
No Komponen
Nilai 1 2 3 4 5 6
1. Persiapan: 20
- Ketepatan kehadiran
- Kesiapan belajar
2. Partisipasi: 80
- Aktif bertanya dan merespon
pertanyaan
- Bobot isi tanya jawab
- Sikap dalam berpartisipasi
- Kemampuan argumen
Total Nilai
Nama Mahasiswa:
1. ................................. 4. ......................................
2. .................................. 5. ......................................
3. .................................. 6. ......................................

Makalah
Bobot x
No. Komponen Bobot Nilai Komentar
Nilai
1. Pendahuluan 15
Alasan pentingnya pembahasan
2. Pembahasan 50
Pembahasan pemicu sesuai langkah
PBL/ QBL. Analisis & aplikasi konsep
3. Kesimpulan 15
4. Kepustakaan 10
Jumlah dan kekinian jurnal dan rujukan
lain yang digunakan
5. Teknik Penulisan 10
Penggunaan APA untuk penulisan
Total Nilai 100
Range nilai: 0-10 Total nilai: Jumlah bobot x nilai dibagi 100

Universitas Indonesia
6

Presentasi dan Role Play


Bobot x Komentar
No. Komponen Bobot Nilai
Nilai
1. Persiapan: 20
- Diri
- Materi (soft dan hard copy)
2. Tujuan presentasi/ role play 10
dirumuskan&disampaikan dengan baik
3. Penyajian: 30
- Sistematis
- Hubungan satu konsep dengan
konsep lain jelas
- Penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar sesuai
- Waktu efektif dan efisien
- Penggunaan media tepat
4. Diskusi: 30
- Kerangka pikir dalam menanggapi
pertanyaan jelas dan sistematis
- Sikap menghargai pendapat orang
lain ditunjukkan dengan baik
5. Penutup: 10
- Kesimpulan hasil diskusi tepat
- Saran dari hasil presentasi tepat
Total Nilai 100
Range nilai: 0-10 Total nilai: Jumlah bobot x nilai dibagi 100

1.7 Persiapan Pelaksanaan Modul


Jumlah peserta dalam 1 kelas maksimal 30 mahasiswa yang dikelompokkan
menjadi 5 kelompok (@ maksimal 6 mahasiswa yang heterogen)
Desain ruangan: mahasiswa duduk berkelompok membentuk setengah lingkaran.
Urutan duduk setiap kelompok di kelas berurutan dari kelompok 1 sampai 5. Setiap
minggunyaurutan posisi duduk kelompok berpindah sesuai putaran jarum jam.
Alat bantu: modul, buku teks, kelas, laptop & LCD, white board & spidol.
Waktu setiap pertemuan di kelas dialokasikan selama 2 x 50 menit. Selain itu
mahasiswa dan dosen perlu mengalokasikan waktu di luar waktu pertemuan di kelas
untuk persiapan materi diskusi secara individu sesuai tugas setiap sesi dan persiapan/
penilaian makalah/ slide presentasi kelompok. Ketepatan waktu hadir di kelas sangat
diperlukan untuk membiasakan kedisiplinan setiap mahasiswa.
1.8 Kegiatan Dosen dan Mahasiswa:

Universitas Indonesia
7

Kegiatan dosen dan mahasiswa di setiap pertmuan disesuaikan dengan sesi


pertemuannya. Secara umum kegiatan di setiap sesi sesuai tabel berikut:
Sesi Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa
Diskusi Dosen sebagai fasilitator diskusi:
Mahasiswa telah membaca modul
memastikan proses diskusi sesuaidan menyelesaikan kegiatan
dengan pencapaian kompetensi individu sebelum diskusi kelompok
sesuai topik bahasan minggu
tersebut. Selama diskusi
mahasiswa aktif berdiskusi dan
menyimpulkan hasil diskusi
kelompok
Presentasi Dosen sebagai narasumber: selama Aktif menyimak presentasi &
proses presentasi memastikan mendiskusikan materi presentasi.
pencapaian kompetensi & menilai Setelah presentasi mahasiswa
presentasi. Di akhir pertemuan melengkapi ringkasan materi sesuai
melakukan klarifikasi terkait pemahamannya.
capaian yang belum terbahaskan
selama diskusi

Universitas Indonesia
8

BAB 2
PELAKSANAAN MODUL

2.1 Kegiatan Minggu Ke-1: Kepemimpinan dan Manajemen

Sub-kompetensi:
Mahasiswa mampu menggambarkan berbagai teori, tipe kepemimpinan, peran, dan
fungsi manajemen keperawatan dalam pengelolaan/ manajemen asuhan keperawatan
(C3, A3)

Kegiatan Kelompok
Tugas 1: Konsep Dasar. Metode: Question Based Learning
Eksplorasi, diskusikan, dan siapkan presentasi dari teori dan konsep terkait:
1. Konsep manajemen asuhan keperawatan
2. Perawat sebagai leader pasien dan tim keperawatan
3. Fungsi manajemen pada setting pelayanan keperawatan
4. Peran perawat dalam manajemen asuhan keperawatan
5. Tanggung jawab tim keperawatan
6. Metode penugasan dalam manajemen asuhan keperawatan
7. Proses timbang terima per-shif
8. Ronde keperawatan di ruang rawat
9. Dokumentasi dalam asuhan keperawatan di ruang rawat
10. Upaya peningkatan kualitas KMK

Kegiatan Individu
Kaitkan pemahaman konsep manajemen asuhan keperawatan dengan prior
knowledge (lihat di buku 1 MPKT dan modul kolaborasi rumpun ilmu kesehatan)
1. Keutamaan dan kekuatan karakter individu
2. Konsep kolaborasi pengelolaan masalah kesehatan
3. Kolegialitas (kesejawatan), networking, partnership (kemitraan)
4. Team building
5. Dinamika kelompok
6. Perubahan berencana
7. Manajemen tim dan manajemen konflik
8. Etika dan norma dalam bekerja sama
9. Komunikasi (lisan/tertulis/dokumentasi / assertiveness dalam proses kolaborasi
10. Kolaborasi berpusatkan pasien/klien (patient/client oriented collaboration)
11. Peran dan tanggung jawab setiap profesi dalam pengelolaan masalah kesehatan
12. Praktik kolaborasi dalam pengelolaan masalah kesehatan
13. Hambatan dan tantangan dalam berkolaborasi (termasuk budaya, kebijakan)
14. Konsep evaluasi terhadap sistem kolaborasi
15. Upaya peningkatan mutu kolaborasi tim kesehatan

Universitas Indonesia
9

Ringkasan review materi MK sebelumnya:


1. Keutamaan dan kekuatan karakter individu
Keutamaan dan Kekuatan Karakter (Peterson & Seligman, 2004). Peterson
dan Seligman pada tahun 2004 mengembangkan klasifikasi mengenai keutamaan
beserta pendekatan metodik untuk mengidentifikasinya. Mereka mengatakan
bahwa karakter yang kuat adalah karakter yang memiliki ciri – ciri keutamaan
yang merupakan bagian dari keunggulan manusia. Keutamaan yang dimaksud
merupakan kekuatan karakter yang dibedakan dari bakat dan kemampuan. Mereka
juga menjelaskan kondisi situasional yang dapat memunculkan atau menyurutkan
kekuatan – kekuatan itu, pelatiihan atau pembinaan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan karakter yang kuat, serta hasil – hasil positif yang dapat
diperoleh seseorang yang memiliki keutamaan.
Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan kriteria dari karakter yang
kuat sehingga kita dapat mengenalinya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ialah
kriteria dari karakter yang kuat. 
a) Karakter yang ciri-ciri (keutamaan yang dikandung)-nya memberikan
sumbangan terhadap pembentukan kehidupan yang baik untuk diri sendiri
dan sekaligus untuk orang lain. 
b) Ciri-ciri atau kekuatan yang dikandungnya secara moral bernilai sebagai
sesuatu yang baik bagi diri sendiri dan orang lain, bahkan walaupun tak ada
keuntungan langsung yang dihasilkannya. 
c) Penampilan ciri-ciri itu tidak mengganggu, membatasi atau menghambat
orang-orang di sekitarnya. 
d) Kekuatan karakter tampil dalam rentang tingkah laku individu yang
mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan, serta dapat dikenali, dievaluasi
dan diperbandingkan derajat kuat-lemahnya. 
e) Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan
dengannya. 
f) Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal. 
g) Kekuatan karakter dapat dibedakan dari sifat positif yang lain tetapi yang
saling terkait secara erat. 
h) Dalam konteks dan ruang lingkup tertentu, kekuatan karakter tertentu
menjadi ciri yang mengagumkan bagi orang-orang yang mempersepsinya. 

Universitas Indonesia
10

i) Boleh jadi tidak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang, tetapi
kebanyakan dari ciri-ciri karakter yang kuat tampil pada orang itu. 
j) Kekuatan karakter memiliki akar psiko-sosial; potensinya ada dalam diri
sendiri, dan aktualitanya dipengaruhi oleh lingkungan sosial. 

Kognitif: Kebijaksanaan Interpersonal: Humanity/ Emosional: Courage/


& Pengetahuan Kemanusiaan & Cinta Keberanian/ Kesatriaan
- cinta-kasih, dicintai dan - kesatriaan/ keberanian
- kreativitas mencintai menyatakan kebenaran
- keingintahuan - kebaikan hati (murah hati, & mengakui kesalahan
- keterbukaan pikiran dermawan, peduli, sabar, - ketabahan & kegigihan
- kecintaan akan belajar penyayang, (teguh): tekun & rajin
- perspektif (memiliki menyenangkan dan cinta - integritas: jujur,
‘gambaran besar’tentang altruisitik, selalu memiliki penampilan wajar
kehidupan)/ sudut wkt u orang lain) - vitalitas: semangat &
pandang yang - inteligensi/ kecerdasan antusias
sistematis-komprehensif sosial & emosi

Kewarganegaraan: Kendali/Pengelolaan Diri: Spiritual: Transendence


Civic/ Keadilan Temperance - apresiasi pada
- citizenship/ - memaafkan keindahan dan
kewarganegaraan & mengasihani kesempurnaan
(tanggung - kerendahan hati & - rasa syukur/ terima
jawab sosial, kesetiaan, kesederhanaan kasih
mampu bekerjasama) - prudence/ kehati-hatian & - harapan: optimis,
- fairness / kesetaraan penuh pertimbangan berorientasi ke masa
(memperlakukan orang - pengelolaan diri depan
setara dan adil) - humor
- kepemimpinan. - spiritualitas
(religiusitas, keyakinan,
tujuan hidup)

2. Konsep kolaborasi pengelolaan masalah kesehatan berkaitan dengan konsep


manajemen keperawatan. Uraikan keterkaitannya dalam bentuk ringkasan.
Jawab:
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para
pasien (Gillies, 1989).
Kolaborasi tim kesehatan adalah hubungan kerja yang memiliki tanggung
jawab bersama dengan penyedia layanan kesehatan lain dalam pemberian
(penyediaan) asuhan pasien (ANA, 1992 dalam Kozier, Fundamental
Keperawatan).

Universitas Indonesia
11

Kolaboasi pengelolaan masalah kesehatan berkaitan dengan manajemen


asuhan keperawatan, kolaborasi sebagai hubungan rekan yang sejati, dimana
masing-masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain dengan mengenal dan
menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab masing-masing dan adanya
tujuan bersama. Sifat kolaborasi tersebut terdapat beberapa indikator yaitu kontrol
kekuasaan, lingkup praktik, kepentingan bersama dan tujuan bersama. (ANA,
1998 dalam Siegler & Whitney (2000))

3. Kolegialitas (kesejawatan), networking, partnership (kemitraan)


Jawab:
Kolegialitas (kesejawatan): Perawat yang telah ditetapkan melalui proses
legislasi melaksanakan peran dan fungsi serta kewenangan yang sesuai
diharapkan mampu membina hubungan profesional dengan anggota tim
pelayanan kesehatan lain melalui kegiatan kolaborasi. Depkes (2006)
mengemukakan bahwa kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua
pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan (memberikan manfaat).
Jaringan (Networking), perawat manajer berada dalam posisi penting dalam
pengaturan ruang rawat inap di mana mereka memiliki kontak dengan hampir
semua divisi atau instalasi serta manajer lain dalam hirarki yang ada dalam
organisasi rumah sakit. Hal ini memberikan mereka kesempatan untuk
memengaruhi staf perawat dan kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien.
Perawat manajer perlu mengingat bahwa interaksi mereka dengan staf perawat
dan tenaga administrasi memengaruhi perawatan yang diberikan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawab mereka (Riama Marlyn Sihombing, 2021).
Kemitraan/ partnership merupakan suatu hubungan antar profesi kesehatan
khususnya perawat dengan individu, keluarga atau masyarakat. Hubungan ini
bersifat fleksibel, mengutamakan saling percaya, saling menguntungkan dan
selalu meningkatkan kapasitas dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat
khususnya dalam rangka melakukan pencegahan dan pengendalian berbagai
penyakit menular. Proses kemitraan itu sendiri terdiri dari a. mencari partner yang
potensian, b. mengundang partner untuk pembagian tugas dan tanggung jawab

Universitas Indonesia
12

serta risiko yang terjadi, dan c. pelaksanaan kemitraan itu sendiri meliputi insiasi,
kerjasama dan evaluasi dari kemitraan yang dilakukan (Junaiti Sahar, 2019).

4. Team building
Perawat tentunya mengharapkan untuk dapat bekerja dalam budaya
organisasi dan unit yang mempromosikan otonomi dan kualitas (Kramer et al.,
2011). Perawat memiliki sifat mandiri; dengan kepemimpinan dan motivasi yang
tepat, mereka akan mampu untuk menyelesaikan masalah yang paling kompleks.
Pendidikan dan komitmen perawat untuk berpraktik dalam starndar dan panduan
yang telah ditetapkan menjadin karir profesional yang berharga. Perawat perlu
bekerja dalam lingkungan yang memberdayakan sebagai anggota tim yang solid
dan kuat. Tim keperawatan yang kuat bekerja bersama untuk mencapai hasil yang
terbaik bagi pasien. Pengembangan tim yang efektif membutuhkan penguatan tim
(team building) dan pelatihan, kepercayaan, komunikasi dan lingkungan kerja
yang memfasilitasi kolaborasi (Huber, 2014)

5. Dinamika kelompok

6. Perubahan berencana
Perubahan yang dihasilkan melalui usaha sadar dan penuh pertimbangan
untuk mewujudkan sesuatu (Marquis, 2010). Perawat sebagai change agent adalah
perawat membuat sistem kesehatan berjalan, mempunyai ide-ide konkrit tetang
membuat sistem pelayanan kesehatan menjadi lebih baik (Sullivan & Decker,
2005). Peran kempemimpinan dalam dalam proses perubahan berencana (Marquis
& Huston, 2006) adalah:
a. Berpandangan ke masa depan dalam mengidentifikasi perubahan yang
diperlukan dalam organisasi dan sistem pelayanan kesehatan.
b. Menunjukan keberanian dalam mengambil risiko peran agen pengubah
c. Fleksibel menetapkan tujuan dalam perubahan sistem pelayanan kesehatan
yang cepat
d. Mengantisipasi, mengenali dan secara kreatif menyelesaikan masalah resistensi
terhadap perubahan

Universitas Indonesia
13

e. Sebagai modal peran untuk bawahan selama perubahan terencana dengan


memandang perubahan sebagai tantangan dan kesempatan untuk maju
f. Model peran dalam memberikan dukungan untuk pengikut yang melaksanakan
perubahan dengan cepat dan sulit melalui keterampilan komunikasi
interpersonal tingkat tinggi
g. Menunjukan kreativitas dalam mengidentifikasi alternative pemecahan masalah
h. Menunjukan sensitivitas terhadap penentuan pengusulan waktu mengusulkan
perubahan terencana

7. Manajemen tim dan manajemen konflik


a. Manajemen Tim
Pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat kepada
sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi dan berpengalaman
serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam
kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ Ketua Tim. Selain itu Ketua
Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila kesulitan (Mugianti, 2016).
Tujuan metode tim adalah: a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan, b)
Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan, c) Menciptakan kemandirian dalam
memberikan asuhan keperawatan, d) Memberikan pedoman dalam menentukan
kebijakan dan keputusan, e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan
tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
Keuntungan dari manajemen tim: a) Memfasilitasi pelayanan keperawatan
yang komprehensif, b) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan, c)
Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim.
Cara ini efektif untuk belajar, d) Memungkinkan menyatukan kemampuan
anggota tim yang berbeda – beda dengan aman dan efektif.
Kelemahan dari manajemen tim: a) Rapat tim memerlukan waktu sehingga
pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu–buru, sehingga dapat
mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu
sehingga kelancaran tugas terhambar, b) Perawat yang belum trampil dan
belum berpengalaman cenderung tergantung atau berlindung kepada anggota

Universitas Indonesia
14

tim yang mampu atau ketua tim, d) Akontabilitas dalam tim kabur (Mugianti,
2016).
b. Manajemen Konflik
Konflik adalah suatu proses yang terjadi jika terdapat pihak yang memiliki
kepentingan yang berbeda bahkan berlawanan dengan pihak lain (Kreitner &
Kinicki, 2010).
Manajemen konflik merupakan langkah yang di ambil oleh pihak yang
terlibat konflik atau pihak ketiga dalam upaya mengarahkan perselisihan
menuju perdamaian dengan cara menyusun strategi konflik dan menerapkannya
agar menghasilkan resolusi yang di inginkan (Wirawan, 2015).
Konflik sering terjadi pada setiap tatanan asuhan keperawatan. Seorang
manajer keperawatan harus memiliki dua asumsi dasar konflik. Pertama konflik
merupakan halyang tidak dapat di hindari dalam suatu organisasi. Dan yang
kedua, jika konflik dapat di kelola dengan baik maka dapat menghasilkan suatu
penyelesaian yang kreatif dan berkualitas, sehingga berdampak pada
peningkatan dan pengembangan produksi. Peran manajer sangat penting dalam
mengelola konflik. Manajer berusaha menggunakan konflik yang konstruktif
dalam menciptakan lingkungan kerja yang prodiktif. Jika konflik mengarah
pada sesuatu yang menghambat, maka manajer harus mengidentifikasi sejak
awal dan secara aktif melakukan intervensi supaya tidak berdampak pada
produktivitas dan motivasi kerja (Nursalam, 2014).
Beberapa startegi penyelesaian konflik: kompromi atau negosiasi,
kompetisi, akomodasi, smoothing, menghindar, kolaborasi. Kunci langkah
dalam manajemen konflik:
1. Set the tone: kendalikan diri dan jangan ada ancaman.
2. Get the feeling: beri kesempatan untuk mengekspresikan perasaan.
3. Get the fact: mendengarkan dan mengamati dengan saksama.
4. Ask for help: beri kesempatan karyawan untuk mencari solusi yang terbaik
dan gali konsekuensi dari keputusan yang akan dibuat.
5. Get a commitment: komitmen dan pengorbanan.
6. Follow up: tindak lanjuti secara konsisten.

8. Etika dan norma dalam bekerja sama

Universitas Indonesia
15

Etika dalam keperawatan dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat


dengan karakter serta sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan
merupakan standar acuan untuk mengatasi segala macam masalah yang dilakukan
oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak mengindahkan
dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya (Amelia, 2013).
Tujuan dari etika keperawatan pada dasarnya adalah agar para perawat dalam
menjalankan tugas dan fungsinya dapat menghargai dan menghormati martabat
manusia. Secara umum tujuan etika keperawatan yaitu menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan antara perawat dan klien, perawat dengan perawat,
perawat dengan profesi lain, juga antara perawat dan masyarakat

9. Komunikasi (lisan/tertulis/dokumentasi / assertiveness dalam proses


kolaborasi
a. Komunikasi Secara Langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan
bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga melakukan
komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu dalam
kelompok dan presentasi secara formal. Tujuan komunikasi verbal adalah
assertiveness. Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang memberikan
kesempatan individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung,
jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain
yang diajak berkomunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah pasif dan
agresif, khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika
individu tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan berkomunikasi,
sedangkan komunikasi agresif terjadi jika individu merasa superior terhadap
topik yang dibicarakan.
b. Komunikasi tertulis/dokmentasi
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi. Dalam
mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah
mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan pelaksanaan
pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat menyurat ke staf,
pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis,

Universitas Indonesia
16

khususnya kepada stafnya. Komunikasi tertulis dan memo dalam suatu


organisasi meliputi:
a. Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis;
b. Menulis nama orang dalam tulisan Anda dan perlu dipertimbangkan
dampaknya;
c. Gunakan kata aktif, di mana akan mempunyai pengaruh yang baik;
d. Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, karena akan lebih
mudah dipahami dan memungkinkan untuk dibaca orang lain;
e. Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting dan temukan
cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan sehingga orang lain
mudah mengerti;
f. Tulis kalimat di bawah 20 kata, dan masukan satu ide setiap kalimat,
tuliskan kalimat yang penting dan menjadi topik utama;
g. Berikan pembaca petunjuk, konsistensi penggunaan istilah dan pesan;
h. Atur isi tulisan secara sistematis;
i. Gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca; untuk memo antara 8–10
baris, dan untuk surat tidak lebih dari enam baris setiap paragraf;
j. Komunikasi dilakukan secara jelas dan fokus.
c. Komunikasi Via Telepon
Pada era global ini, komunikasi manajer bergantung pada telepon. Dengan
kemudahan sarana komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk
merespons setiap perkembangan dan masalah dalam organisasi. Oleh karena
itu, untuk menjaga citra organisasi, manajer dan semua staf harus belajar dan
sopan serta menghargai setiap menjawab telepon. Jika orang lain harus
menunggu untuk berbicara, maka waktu yang diperlukan harus singkat untuk
menghindari kesan yang negatif.
d. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi
wajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh (body language). Menurut Arnold dan
Boggs (1989) komunikasi nonverbal lebih mengandung arti yang signifikan
dibandingkan komunikasi verbal karena mengandung komponen emosi
terhadap pesan yang diterima atau disampaikan. Tetapi, akan menjadi sesuatu
yang membahayakan jika komunikasi nonverbal disalahartikan tanpa adanya

Universitas Indonesia
17

penjelasan secara verbal. Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi


verbal dan nonverbal, supaya individu (atasan atau bawahan) dapat menerima
pesan secara jelas.
Di bawah ini adalah komponen utama komunikasi nonverbal yang dapat
terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal:
a. Lingkungan, yaitu tempat di mana komunikasi dilaksanakan merupakan
bagian penting pada proses komunikasi;
b. Penampilan, misalnya pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik,
merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasi;
c. Kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang untuk
berkomunikasi;
d. Postur tubuh dan gesture: bobot suatu pesan bisa ditunjukkan dengan orang
yang menudingkan telunjuknya, berdiri, atau duduk;
e. Ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan respons wajah yang
setuju terhadap pesan yang disampaikan;
f. Suara: intonasi, volume, dan refleksi—cara tersebut menandakan bahwa
pesan dapat ditransfer dengan baik.

10. Kolaborasi berpusatkan pasien/klien (patient/client oriented collaboration)


Menurut Institute for Patient-Family Centered Care (2012) Pelayanan yang
berpusat pada pasien dan keluarga adalah suatu pendekatan dalam perencanaan,
pemberian dan evaluasi pelayanan kesehatan yang berbasis pada kemitraan yang
saling memberikan manfaat antara penyedia pelayanan, pasien, dan keluarga.
Menurut Australian Commision on Safety and Quality in Health care (ACSQHC)
patient centered care adalah suatu pendekatan inovatif terhadap perencanaan,
pemberian, dan evaluasi atas pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
kemitraan yang saling menguntungkan antara pemberi layanan kesehatan, pasien
dan keluarga. Patient centered care diterapkan kepada pasien dari segala
kelompok usia, dan bisa dipraktekkan dalam setiap bentuk pelayanan kesehatan
(Lumenta, 2012).
Kolaborasi menurut Hoffart dan Wood (1996), Will Jhonson dan Sailer
(1998) (dalam Paryanto, 2006) menekankan sikap saling menghargai antar tenaga
kesehatan dan saling memberikan informasi tentang kondisi klien demi mencapai

Universitas Indonesia
18

tujuan bersama. Proses kolaborasi perawat-dokter. Sifat interaksi antara perawat


dan dokter menentukan kualitas praktik kolaborasi ANA (1980) menjabarkan
kolaborasi sebagai "hubungan rekanan sejati, dimana masing-masing pihak
menghargai kekuasaan pihak lain, dengan mengenal dan menerima lingkup
kegiatan dan tanggung jawab masing-masing yang terpisah maupun bersama,
saling melindungi kepentingan masing-masing dan adanya tujuan bersama yang
diketahui kedua pihak".
Tujuan utama dari kolaborasi tim kesehatan adalah :
a. Memberikan pelayanan yang tepat oleh tim kesehatan yang tepat, diwaktu
yang tepat, serta di tempat yang tepat
b. Setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab dan kontribusi yang sama
untuk tujuan yang sama
c. Dapat meningkatkan kualitas dan performa banyak aspek dalam sistem
pelayanan kesehatan (baik pelayanan kesehatan primer dan masyarakat) serta
keselamatan pasien
d. Dengan berkolaborasi, pasien ditangani oleh beberapa profesi
Komponen Kolaborasi. Menurut O'Daniel, komponen kerjasama tim yang
efektif, yaitu komunikasi terbuka, lingkungan yang leluasa, memiliki tujuan yang
jelas, peran dan tugas yang jelas bagi anggota-anggota tim saling menghormati,
berbagai tanggung jawab demi kesuksesan tim keseimbangan partisipasi setiap
anggota dalam mengemban tugas, pakuan dan pengolahan konflik, spesifikasi
yang jelas mengenai wewenang dan akuntabilitas mengetahui secara jelas
prosedur pengambilan keputusan, berkomunikasi dan berbagi informasi secara
teratur dan rutin, lingkungan yang mendukung (termasuk akses ke sumber daya
yang dibutuhkan), dan mekanisme untuk mengevaluasi hasil dan menyesuaikan
sesuai peraturan yang berlaku.
Prinsip kolaborasi antar tim adalah sebagai berikut:
a. Patient-centered care, prinsipnya lebih mengutamakan kebutuhan dan
kepentingan pasien. Pasien dan keluarganya merupakan pemberi keputusan
dalam masalah kesehatan
b. Recognition of Patient-physician relationship, kepercayaan dan berperilaku
sesuai dengan kode etik dan menghargai satu sama lain

Universitas Indonesia
19

c. Physician as the clinical leader, pemimpin yang baik dalam mengambil


keputusan terutama dalam kasus yang bersifat darurat
d. Mutual respect and trust, saling percaya dengan memahami pembagian tugas
dan kompetensi masing-masing.

11. Peran dan tanggung jawab setiap profesi dalam pengelolaan masalah
kesehatan
a. Peran dokter 
1) Dokter sebagai penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai pimpinan 
klinis /ketua tim PPA( clinical leader)
2) DPJP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi/review berkala dan
verifikasi harian untuk menjaga terlaksananya asuhan terintegrasi dan
membuat notasi sesuai dengan kebutuhan. Hasil systemic review 
membuktikan bahwa lama pasien dirawat sesuai dengan diagnosis medis
pasien berhubungan dengan perencanaan pulang pasien dengan tingkat
sedang (LOS 0.73, 95% CI). Oleh karena itu, sangat penting bagi tim
medis sebagai clinical leader untuk dapat memberikan penjelasan terkait
dengan penyakit pasien (GonçalvesBradley, Lannin, Clemson, Cameron,
& Shepperd, 2016).
3) Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat notasi pada CPPT
oleh DPJP sesuai dengan kebutuhan dan diverifikasi harian oleh DPJP
4) Memberikan discharge planning 
5) Menyusun asuhan, melakukan koordinasi, review dan megintegrasikan
asuhan pasien
6) Sebagai motor integrasi asuhan di rumah sakit
b. Peran Perawat 
1) Perawat dapat menerapkan strategi 4C yaitu Communication,
Coordination, Collaboration dan Continual Reassesment untuk menjamin
terjadinya kontinuitas perawatan pasien di rumah (Darliana, 2012). Dalam
jurnal noviyanti, et al 2019  dalam melakukan discharge planning

Universitas Indonesia
20

2) Pelayanan keperawatan berupa batuan yang diberikan karena adnaya


kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya
kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan  hidup
sehari-hari secara mandiri (lLOkNas 1983). (harif Fadhillah , pengurus
pusat PPNI)
3) Pemberi asuhan (care giver ) yaiut perawat merawat pasien dan memenuhi
kebutuhan dasarnya dalam pemulihan da penembuhan pasien, sehngga
Hubungan dna interakis antar aperawat dna pasien akan sangat
menentukan terhadap kualitas pelayanan di rumah sakit (Lakson0, 2008 )
dalam (Sufyannur, 2018 )
4) Edukator yaitu pemberina informasi tentang keadaan pasien dan rencana
tidakan yang akan ddiberikan .
5) Advokat yaitu ketika perawat mendampingi pasien ketika dokter
memberikan informasi, perawat memastikan keluarga mendapatkan
informasi tentang  pemeirksaan, memfasilitasi saat keluarga pasien
meminta informasi tentang perkembangan penyakit, bertanggung jawab
melindunggi hak pasien terhadap penyimpangan penyalahgunaan obat
6) Peran coordinator  yaitu mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasi pelayanan kesehatna dari tim kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien
7) Kolaborator yaitu perawat bekerja melalui tim kesehatna lain berupaya
mengiidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termausk
diskusi atau tukar pendapat
8) Konsultan yaitu temapt konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran in dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentnag tujun keperawatan yang
diberikan
9) Peneliti yaitu menagdakan perencanaan., kerjasama, dan perubahan yang
sistematis dan terarah dengan metode pemberian  pelayanan keperawatan
c. Peran Fisioterapi 
1) Dalam pengelolaan penyakit paru dapat menangani  masalah yang
berhubungan dengan mengurangi kerja pernafasan, mengajarkan
pembersihan jalan nafas, meningkatkan mobilitas, dan mempromosikan

Universitas Indonesia
21

rehabilitasi serta berkontribusi terhadap penyediaan layanan ventilasi


noninvasif yang efektif  (Mikelsons, 2007 dalam (Purwaninngsih , 2017)
2) Pada pasien post operasi jantung dapat membantu dalam proses
rehabilitasi.
3) Pelaksanaan yang dilakukan oleh fisioterapi sebagian besar responden
(58,8%) dilaksanakan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor personel. faktor
personel perencanaan pulang adalah orang-orang yang berkontribusi dalam
perencanaan pemulangan yaitu perawat, dokter, petugas kesehatan di 
masyarakat ,  pasien,  dan anggota keluarga (Poglitsch, L.A., Emery, M.,
& Darragh, 2011)
d. Peran Nutrisionis/Dietisien dalam Setting Rumah Sakit
1) Melaksanakan pengkajian status gizi pasien bekerja sama dengan anggota
team interdisiplin untuk koordinasi perawatan (contoh : kemampuan
menelan dalam kasus pasien dengan disfagia, mengkonsultasikan interaksi
obat dan makanan
2) Melengkapi pengkajian fisik yang berfokus pada gizi
3) Menerapkan proses asuhan gizi terstandar
4) Menyediakan medical nutrition therapy
5) Menyediakan konseling gizi
6) Mengevaluasi dan memberikan konseling gizi genomik, interaksi genetis
diet dan penyakit
7) Mengatur pelayanan gizi
8) Merekomendasikan intervensi dalam protokol untuk memenuhi kebutuhan
energi dan gizi pasien
e. Peran Apoteker dalam Setting Rumah Sakit
1) Rekomendasi dosis dan administrasi
2) Panduan untuk pengobatan
3) Indikasi yang diterima dan off-label indication, interaksi obat, dan
duplikasi
4) Pengoptimasian terapi obat dan penentuan keputusan bersama yang
mengacu pada disiplin ilmu dari masing-masing tenaga kesehatan hingga
memberikan pelayanan pasien yang komprehensif dan maksimal.
12. Praktik kolaborasi dalam pengelolaan masalah kesehatan

Universitas Indonesia
22

Praktik kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen


merawat pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada
pendidikan dan kemampuan praktisi (Shortidge, 1986 dalam paryanto, 2006).
Pelaksanaan kolaborasi tidak hanya bermanfaat bagi pasien tetapi juga akan
memberikan kepuasan kepada tenaga kesehatan karena kolaborasi akan
meningkatkan dan mengoptimalkan peran serta aktif antara perawat dan dokter
dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan dan perawatan berfokus pada
kebutuhan pasien secara komprehensif dengan memperhatikan kontribusi masing-
masing (Herbert, 2005 & Ushiro, 2009).
Kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting karena masing-masing tenaga
kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan
pengalaman yang berbeda. Dalam kolaborasi tim kesehatan, mempunyai tujuan
yang sama yaitu sebuah keselamatan untuk pasien Tujuan dari pengkajian
Manajemen keselamatan dan kesehatan pasien adalah digunakan sebagai acuan
untuk membentuk kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan
kesehatan.

13. Hambatan dan tantangan dalam berkolaborasi (termasuk budaya,


kebijakan)
a. Peran Perawat Profesional yang Belum Optimal
Peran perawat profesional dalam sistem kesehatan nasional adalah
berupaya mewujudkan sistem kesehatan yang baik, sehingga
penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health service) sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demands) masyarakat.
Sementara itu di sisi lain, biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan
kemampuan ekonomi masyarakat. Akan tetapi perawat belum melaksanakan
peran secara optimal. Di sinilah letak masalahnya, penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat tidaklah mudah. Tidak mengherankan jika pada saat
ini banyak ditemukan keluhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan/keperawatan di Indonesia.
b. Terlambatnya Pengembangan Pendidikan Keperawatan Profesional

Universitas Indonesia
23

Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan Akademi Keperawatan (D-3) di


Indonesia telah banyak dikenal. Sementara itu , pendidikan S-1 Keperawatan
(Ners) di Indonesia baru dimulai pada tahun 2000.
c. Terlambatnya Pengembangan Sistem Pelayanan/Asuhan Keperawatan
Profesional
Jika ditinjau dari berbagai masalah profesi keperawatan yang ditemukan
pada saat ini, terlambatnya pengembangan sistem pelayanan keperawatan
dipandang sebagai masalah yang amat pokok karena sampai saat ini kejelasan
pelayanan keperawatan belum dimiliki. Tidak hanya yang menyangkut
bentuk praktik keperawatan, tetapi juga kewenangan para penyelenggaranya.
Model asuhan keperawatan yang sesuai dengan kelompok keilmuan
keperawatan masih belum dikembangkan di tatanan pelayanan (rumah sakit
maupun puskesmas), meskipun para perawat dan institusi penyelenggara
pelayanan kesehatan telah mengadakan pelatihan model tersebut. Oleh sebab
itu, ketidakpuasan pasien, perawat, dan stakeholder lainnya terhadap
pelayanan keperawatan masih ditemukan.
d. Antitesis (Antithetical) terhadap Perkembangan Ilmu Keperawatan
Oleh karena rendahnya dasar pendidikan profesi dan belum
dilaksanakannya pendidikan keperawatan secara profesional, maka perawat
lebih cenderung untuk melaksanakan perannya secara rutin dan menunggu
perintah dari dokter. Mereka cenderung untuk menolak terhadap perubahan
atau pun sesuatu yang baru dalam melaksanakan perannya secara profesional.
e. Kurangnya Pemahaman dan Sikap untuk Melaksanakan Riset
Keperawatan
Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh penulis, lebih dari 90%
perawat tidak melaksanakan perannya dalam melaksanakan riset. Hal ini
lebih disebabkan oleh pengetahuan/keterampilan riset yang sangat kurang,
keterbatasan waktu, dan tidak adanya anggaran karena kebijakan yang kurang
mendukung pelaksanaan riset. Pada tahun 2000-an, Pusdiknakes baru
memberikan kesempatan kepada para perawat untuk melaksanakan riset,
itupun hasilnya masih dipertanyakan karena banyak hasil yang ada lebih
mengarah pada riset kesehatan secara umum. Riset tentang keperawatan
hampir belum tersentuh. Faktor lain yang sebenarnya sangat memprihatinkan

Universitas Indonesia
24

adalah tugas akhir yang diberikan kepada mahasiswa keperawatan bukan


langkah-langkah riset secara ilmiah, tetapi lebih menekankan pada laporan
kasus per kasus.
f. Pendidikan Keperawatan Hanya Difokuskan pada Pelayanan Kesehatan
yang Sempit
Pembinaan keperawatan dirasakan kurang memenuhi sasaran dalam
memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan keperawatan dianggap
sebagai suatu objek untuk kepentingan tertentu dan tidak dikelola secara
profesional. Kurikulum yang diterapkan lebih mengarahkan perawat pada
bagaimana perawat bekerja, bukan bagaimana perawat berpikir dan bertindak
kritis.
g. Rendahnya Standar Gaji bagi Perawat
Gaji perawat, khususnya yang bekerja di instansi pemerintah, dirasakan
sangat rendah bila dibandingkan dengan negara lain, baik di Asia atau pun
Amerika. Keadaan ini berdampak terhadap kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional.
h. Sangat Minimnya Perawat yang Menjadi Pimpinan di Institusi
Kesehatan
Masalah ini sangat krusial bagi pengembangan profesi keperawatan,
karena sistem sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang baik. Hal
ini tentunya akan memengaruhi perkembangan keperawatan di Indonesia,
karena dampaknya semua kebijakan yang ada biasanya kurang berpihak
terhadap kebutuhan keperawatan.

14. Konsep evaluasi terhadap sistem kolaborasi

Menurut Hanson dan Spross, 1996. Terwujudnya kolaborasi tergantung pada:


a. Adanya rasa saling percaya dan menghirmati
b. Saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing
c. Memiliki citra diri positif
d. Memiliki kematangan profesional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan
pengalaman)
e. Mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan dan
f. Keinginan untuk bernegoisasi

Universitas Indonesia
25

Praktik kolaborasi menekankan tanggung jawab bersama dalam menajemen


perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada
masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi (American Nurses
Association, 1992).

15. Upaya peningkatan mutu kolaborasi tim kesehatan


Pelayanan kesehatan yang bermutu dapat dicapai dengan praktik kolaborasi.
Pendidikan terintegrasi yang dicetuskan sebagai media kolaborasi menurut WHO
adalah Interprofesional Education (IPE). IPE meruoakan proses yang dilakukan
sekelompok peserta didik atau tenaga kesehatan dengan latar belakang berbeda
yang belajar bersama dalam jangka waktu tertentu pada masa pendidikan, dengan
interaksi sebagai tujuan utamanya, untuk kolaborasi dalam menyediakan,
pelayanan preventif, promotive, rehabilitative, dan pelayanan kesehatan lainnya
(WHO, 2010).
Penerapan Konsep Pembelajaran IPE:
a. Rumah sakit
b. Akademik
c. Komunitas
Perlu adanya upaya pengembangan komunikasi pelaksanaan strategi di
institusi pendidikan, salah satunya adalah IPE untuk mempersiapkan calon
perawat dalam berkolaborasi yang baik dengan tim kesehatan lain. Institusi
pendidikan dapat memasukan IPE ke dalam kurikulum pendidikan dengan
memilih model konsep pembelajaran di Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

Universitas Indonesia
26

16. 2.2 Kegiatan Minggu Ke-2: Kepemimpinan dan Manajemen

Sub-kompetensi:
Mahasiswa mampu membedakan berbagai teori, tipe kepemimpinan, peran, dan
fungsi manajemen keperawatan dalam pengelolaan/ manajemen asuhan keperawatan
(C4, A4)

Kegiatan Kelompok
Tugas 2: Konsep Dasar. Metode: Question Based Learning (lanjutan)
Presentasikan hasil diskusi kelompok dari pertemuan minggu ke-1.

Kegiatan Individu
Buatlah ringkasan pribadi dari hasil diskusi selama presentasi.

Ringkasan Materi Kegiatan Minggu Ke-1 dan ke-2


Kajian Ringkasan
Perbandingan Manajer: memiliki posisi formal sesuai struktur organisasi,
Manajer & pemimpin
mempunyai sumber kekuatan yang terlegitimasi,
melaksanakan fungsi, tugas, dan tanggung jawab tertentu.

Pemimpin: Seringkali tanpa kewenangan didelegasikan tapi


memiliki kekuatan. Fokus pada proses kelompok,
pengumpulan info, umpan balik, pemberdayaan yang lain.
Menekankan pada hubungan interpersonal
Gaya kepemimpinan Otokrasi: Gaya kepemimpinan yang cenderung memberikan
dalam keperawatan
perintah dan keputusan untuk kelompok. Tidak melibatkan
bawahan dalam pengambilan keputusan. Memadamkan
kreativitas dan menurunkan motivasi bawahan.

Demokratis: Gaya kepemimpinan yang melibatkan


tim/bawahan dalam pengambilan keputusan. Dapat
meningkatkan kepercayaan, motivasi, dan kreativitas. Kurang
baik dalam situasi genting karena membutuhkan waktu yang
lama dalam pengambilan pendapat.

Universitas Indonesia
27

Laissez-Faire: Gaya kepemimpinan dengan sedikit arahan,


menyerahkan/membebaskan keputusan pada bawahan.
Metode penugasan Fungsional: Metode penugasan yang menekankan pada
dalam asuhan
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Contohnya:
keperawatan
seorang perawat mungkin bertanggung jawab dalam
pemberian obat, mengganti balutan, monitor infus saja

Tim: Suatu model pemberian asuhan keperawatan di mana


seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif

Primer: Metode penugasan di mana satu orang perawat


bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.

Manajemen kasus: Menangani pasien langsung secara


individu dan mengidentifikasi perawatan yang efektif dari
segi biaya, perawatan, dan pengaturan perawatan.

Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model


primar dan Tim): Pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan
non profesional (perawat trampil) untuk sekelompok klien
dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang, disebut
tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini
diperlukan perawat yang berpengetahuan, trampil dan
memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2 - 3 perawat
untuk 8 - 12 klien.

Peran perawat dalam Interpersonal Role: Peran yang berkaitan dengan hubungan
asuhan keperawatan
antar pribadi / orang lain. Yaitu Figurehead, Leader dan

Universitas Indonesia
28

Liaison. Contoh : PPJA mampu menjadi pemimpin, contoh


yang baik serta menjadi penghubung dalam memberikan
informasi

Informational Role: Peran yang berhubungan


denganinformasi, baik informasi yang diterima maupun
informasi yang harus disampaikan. Dari dalam maupun luar
organisasi. Yaitu: Monitor, Disseminator dan Spoke person.
Contoh : PPJA selalu menyampaikan kepada PA mengenai
semua informasi yang terkait asuhan keperawatan

Decisional Role: Peran yang terkait sengan pembuatan dan


pengambilan keputusan. Yaitu: Entrepreneur, Disturbance
handler, Resource allicator dan Negotiator. Contoh :PPJA
membuat keputusan mengenai asuhan keperawatan yang
akan diberikan kepada pasien kelolaan
Tugas perawat dalam
asuhan keperawatan
Tugas dan wewenang perawat (Peraturan Menteri Kesehatan
No 26/2019).
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
2. Penyuluh dan konselor bagi klien
3. Pengelola pelayanan keperawatan
4. Peneliti keperawatan
5. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
6. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

Kekuatan,
Kelemahan, Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
Kesempatan & sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis
Ancaman suatu unit ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
perawatan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats)”.

1. Strenghts (kekuatan)

a. Aspek Pelayanan: tersedia pelayanan rawat jalan,


IGD, rawat inap, dan penunjang intensif. Terjadi
peningkatan pengunjung dari tahun ke tahun. Tingkat

Universitas Indonesia
29

kepercayaan terhadap rumah sakit meningkat.


b. Aspek SDM: pemimpin yang berkomitmen tinggi
akan membawa perubahan untuk rumah sakit. SDM
medis atau non medis ramah. Jumlah SDM cukup
sehingga untuk memaksimalkan pelayanan medik dan
non medik di rumah sakit.
c. Aspek Keuangan: mendapat sumber dana dari
pemerintah berupa APBD. Mendapat sumber dana
dari rumah sakit.
d. Aspek Sarana dan Prasarana: sebagai rumah sakit
yang cukup memiliki sarana dan prasarana yang
memadai

2. Weaknesses (kelemahan)

a. Aspek Pelayanan: beberapa pelayanan masih ada di


bawah SOP pelayanan. Dokter spesialis yang masih
terbatas.
b. Aspek SDM: SDM yang ada belum patuh terhadap
standar kepegawaian. Terbatasnya dokter spesialis
yang ada. Kualitas kompetensi pelayanan pada tingkat
pelaksana belum memenuhi standar yang ada
c. Aspek Keuangan: alokasi dari hasil pelayanan belum
maksimal terdistribusi.
d. Aspek Sarana dan Prasarana: tanah yang luas belum
tergarap dengan baik sehingga tata letak yang kurang
kondusif. Masih minimnya kamar pelayanan yang
dimiliki.

3. Opportunities (peluang)

a. Aspek Pelayanan: meningkatnya kepercayaan


masyarakat dengan pelayanan keseahatan yang ada di
rumah sakit. Lokasi yang mudah dicapai.
Meningkatnya kerjasama dengan BPJS.
b. Aspek SDM: tersedianya SDM untuk dijadikan
pegawai rumah sakit. Optimisme SDM akan terpenuhi
dilihat dari respon pemerintah yang menyekolahkan
dokter spesialis.
c. Aspek Keuangan: mencari kerjasama dengan pihak
ketiga sebagai upaya peningkatan pelayanan rumah
sakit. Mendapatkan bantuan dana dari luar rumah
sakit dan pemerintah.
d. Aspek Sarana dan Prasarana: adanya dukungan

Universitas Indonesia
30

pemerintah untuk menunjang pembangunan.

4. Threats (ancaman)

a. Aspek Pelayanan: meningkatkan keamanan


masyarakat untuk pelayanan yang cepat. Masyarakat
semakin kritis terhadap perubahan pelayanan yang
ada.
b. Aspek SDM: adanya pembatasan jumlah pegawai
melalui PNS sesuai aturan yang ada. Adanya
pembatasan untuk tenaga dokter yang praktik di tiga
tempat.
c. Aspek Keuangan: adanya penurunan dari tahun ke
tahun untuk dana otonomi.
d. Aspek Sarana dan Prasarana: adanya standar
kelengkapan untuk memenuhi syarat akreditasi rumah
sakit. Akses rumah sakit bagi masyarakat pedesaan
masih jauh untuk ditempuh.
Prinsip dokumentasi 1. Brevity (Ringkas)
asuhan keperawatan
2. Legidibility (Mudah dibaca dan dipahami)
3. Tersedianya format dalam pendokumentasian
4. Dibuat oleh orang atau yang melakukan tindakan
langsung ke klien
5. Harus dibuat secara kronologis
6. Penulisan singkat harus menggunakan istilah yang
sering dipakai
7. Penulisan singkat harus menggunakan istilah yang
dipakai umum
8. Catatan harus jelas, lengkap, mudah dibaca, ringkas,
ditulis dengan tinta
9. Setiap dokumentasi harus mencantumkan identitas
(nama, waktu, tanda tangan)

Indikator mutu
pelayanan Indikator mutu pelayanan keperawatan berdasarkan
keperawatan kemenkes (2012):

1. Keselamatan pasien (kejadian infeksi, dekubitus, pasien


jatuh).

Universitas Indonesia
31

2. Kenyamanan pasien dalam perawatan (insiden pulang


paksa, manajemen nyeri).
3. Pengetahuan terhadap informasi perawatan yang
diterima.
4. Kepuasan pasien terhadap perawatan dengan standar
lebih dari 90%.
5. Kemampuan pasien dalam perawatan diri.
6. Mengurangi kecemasan pasien.

Evaluasi Materi Kegiatan Minggu Ke-1 dan ke-2

Evaluasi dilakukan untuk menilai pencapaian sub-kompetensi dalam hal


pengetahuan mahasiswa dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Evaluasi
dilakukan sebelum selesainya kegiatan kelompok pada sesi 2. Berikut format
evaluasi yang dapat digunakan.

Evaluasi Pengetahuan Mahasiswa


No Pemahaman Konsep Benar Salah
1. Kewenangan manajer lebih tinggi dibandingkan pemimpin V
2. Gaya kepemimpinan demokratik lebih baik dari otoriter V
3. Kepemimpinan merupakan salah satu bagian peran dari peran V
interpersonal manajer
4. Metode penugasan primer lebih baik dibandingkan fungsional V
5. Timbang terima mengawali kegiatan fungsi perencanaan karu V
*diisi mahasiswa dengan menggunakan tanda check list

Evaluasi Sikap dan Perilaku Mahasiswa dalam Kehidupan Sehari-hari


No Saya rasa saya dapat Ya Tidak Contoh Kegiatan
melakukan kegiatan
sehari-hari terkait:
1. fungsi perencanaan V Merencakan kegiata yang akan

dilakuaan setiap hari

2. fungsi pengorganisasian V

3. fungsi ketenagaan V Membagi tugas dalam kelompok

secara adil sesuai kesepakatan

Universitas Indonesia
32

4. fungsi pengarahan V Memiliki rasa semangat dan motivasi

5. peran interpersonal V

6. peran informasional V

7. peran decisional V

8. mendokumentasikan V
laporan kegiatan sesuai
standar pendokumentasian
2.3 Kegiatan Minggu Ke-3: Fungsi Perencanaan dan Pengorganisasian

Sub-kompetensi-nya adalah mahasiswa mampu:


- menyusun perencanaan manajemen keperawatan suatu unit ruang rawat sesuai
dengan tahapan penyusunan perencanaan dan standar akreditasi pelayanan (C6,
A5)
- menetapkan kegiatan fungsi pengorganisasian yang sesuai dengan prinsip
pengorganisasian (C6, A5)

Kegiatan Kelompok
Tugas 3: Fungsi Perencanaan&Pengorganisasian. Metode: Case Based Learning
Eksplorasi, diskusikan, dan siapkan presentasi tentang pelaksanaan fungsi
perencanaan dan pengorganisasian dari kasus yang telah disiapkan. Kasus dapat
ditanyakan pada fasilitator atau dari kasus nyata terkait situasi di suatu ruang rawat.

Kegiatan Individu
Kaitkan peran manajer dengan pelaksanaan fungsi perencanaan dan
pengorganisasian. Bandingkan kegiatan di fungsi perencanaan dan pengorganisasian.
Jelaskan upaya manajer dalam meningkatkan mutu perencanaan & pengorganisasian.

2.4 Kegiatan Minggu Ke-4: Fungsi Perencanaan dan Pengorganisasian

Sub-kompetensi-nya adalah mahasiswa mampu:


- menyusun perencanaan manajemen keperawatan suatu unit ruang rawat sesuai
dengan tahapan penyusunan perencanaan dan standar akreditasi pelayanan (C6,
A5)
- menetapkan kegiatan fungsi pengorganisasian yang sesuai dengan prinsip
pengorganisasian (C6, A5)

Kegiatan Kelompok

Universitas Indonesia
33

Tugas 4: Fungsi Perencanaan&Pengorganisasian. Metode: Case Based Learning


(lanjutan)
Presentasikan hasil diskusi kelompok pertemuan minggu ke-3.

Kegiatan Individu
Buatlah ringkasan pribadi dari hasil diskusi selama presentasi.

Ringkasan Materi Kegiatan Minggu Ke-3 dan ke-4


Kajian Ringkasan
Hirarki perencanaan  Terdapat banyak tipe perencanaan. Sebagaian besar
organisasi membuat rencana dalam bentuk hirarki.
Rencana teratas memengaruhi semua rencana di bawah.
Separti pada gambar dalam piramida hirarki, hirarki
melebar pada tingkatan lebih bawah yang
menganggambarkan banyaknya jumlah komponen. Selain
itu, komponen perencanaan pada hirarki teratas lebih
umum dibandingkan komponen di bawahnya yang lebih
spesifik. (Marquis, 2010)
 Perencanaan didefinisikan sebagai fungsi manajerial
dalam memilih prioritas, hasil, dan metode yang
digunakan dalam mencapai hasil yang diinginkan
(McNamara, 1999, Huber, 2006). Perumusan
perencanaan yang baik harus meliputi penetapan visi,
misi, pernyataan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan,
dan prosedur atau peraturan. Hal ini didukung oleh
hirarki perencanaan menurut Henry Fayol (Huber,
2006).

Visi Visi adalah suatu hal yang terlihat dalam mimpi. Suatu visi
memberikan informasi tentang bentuk dan gambaran suatu
hal pada masa yang akan datang yang terkait dengan misi
yang bermanfaat bagi organisasi dan orang yang bekerja
sama di dalamnya (Swansburg & Swansburg, 1999)
Contoh Visi: Menjadi program studi D III Keperawatan yang

Universitas Indonesia
34

mampu bersaing secara nasional berfokus pada pelayanan


preventif dan promotif pada seluruh tatanan pelayanan
kesehatan dengan dilandasi nilai luhur Pancasila pada tahun
2019.
Misi Pernyataan misi suatu organisasi menggambarkan manfaat
keberadaan organisasi tersebut. Misi ini bagi organisasi
merupakan suatu alat atau cara untuk mengarahkan setiap
individu dalam organisasi tersebut untuk berperan secara
produktif.
Contoh Misi:

1. Melaksanakan proses belajar mengajar yang kondusif,


dinamis, inovatif dan kreatif melalui prinsip student
center learning dengan penerapan kurikulum Pendidikan
D III Keperawatan tahun 2014.
2. Mengembangkan penelitian keperawatan yang berfokus
pada penelitian di bidang promotif dan preventif serta
mempublikasikannya.
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan secara preventif dan
promotif pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
4. Meningkatkan mutu sumber daya manusia pendidik dan
kependidikan melalui pendidikan formal berkelanjutan
dan pelatihan.
5. Mengembangkan jejaring kemitraan dengan institusi
pendidikan keperawatan, institusi pelayanan kesehatan,
komunitas keperawatan, organisasi profesi dan alumni
dalam upaya peningkatan kualitas lulusan.

Filosofi Filosofi adalah susunan nilai atau keyakinan yang


mengarahkan kegiatan organisasi. Semua filosofi harus
diterjemahkan dalam tujuan spesifik. Organisasi biasanya
menyusun tujuan jangka panjang dan jangka pendek sesuai
dengan jenis pelayanan, ekonomi, penggunaan sumber daya
manusia, dana dan fasilitas, inovasi, dan tanggung jawab
sosial (Marriner-Tomey, 1996 dikutip dari Marquis, B.L.,
Huston C.J., 1998).
Contoh Filosofi:
 Kami mempunyai dedikasi untuk memberikan asuhan
keperawatan, pendidikan, dan riset yang unggul dan

Universitas Indonesia
35

dengan biaya yang efektif dan efisien


 Pasien mendapat asuhan keperawatan secara individual
dari semua perawat dan asuhan yang diberikan mencakup
kebutuhan bio-piko-yang diberikan mencakup kebutuhan
bio-piko-sosial spiritual

Tujuan  Tujuan, secara umum, adalah pernyataan global yang


membantu individu atau organisasi merencanakan
masa depan dalam jalur yang konstruktif. Tujuan
dapat menggambarkan hasil yang diinginkan dengan
jelas. Tujuan bisa berupa jangka pendek, yang dapat
dicapai dalam minggu, bulan, atau tahun. Tetapi, bisa
juga dalam jangka panjang, yang bisa dicapai dalam 5-10
tahun (Jones, 2007)
 Tujuan umum didefinisikan sebagai hasil yang diinginkan 
melaluiusaha yang dilakukan secara terarah yang harus da
pat diukur danambisius, tetapi realistis.
 Tujuan khusus dapat memotivasi orang menuju akhir
yang spesifik dan jelas, dapat diukur, dapat diobservasi
atau dapat diulang, dan dapatdicapai. Tujuan khusus
dapat berfokus pada proses yang diinginkanserta hasil
yang diharapkan.

Objektif Objektif adalah deskripsi pelaksanaan atau aktivitas. Objektif


adalah pernyataan yang membuat tujuan lebih spesifik
dan terukur dan memberikan manajer kemampuan untuk
mengevaluasi pencapaian tujuan. Objektif ditulis dengan
urutan yang logis, terutama dengan urutan nomor.

Kebijakan Kebijakan merupakan rencana dalam bentuk pernyataan atau


konstruksiyang mengarahkan organisasi
dalam pengambilan keputusan, yang menjelaskan pencapaian
tujuan umum dan menuntun kegiatan secara umum
dan lingkup aktivitas organisasinya.
Prosedur  Prosedure adalah rencana yang menghasilkan metode  

Universitas Indonesia
36

ataumudah diterima dalam melaksanakan tugas spesifi
k dalam bentuk urutan langkah suatu tindakan.
 Prosedur yang ditetapkan menghemat waktu staf,
memfasilitasi pendelegasian, mengurangi biaya,
meningkatkan produktivitas, dan menyediakan sarana
kontrol.
 Prosedur mengidentifikasi proses atau langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengimplementasikan
suatu kebijakan dan umumnya terdapat dalam manual
di tingkat unit organisasi.

Peraturan Aturan atau regulasi adalah rencana yang membatasi tindakan


spesifik atau sesuatu yang bukan tindakan

Prinsip Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif


pengorganisasian
dalam mencapai tujuan organisasi, ada empat prinsip
yang harus Anda perhatikan. Ada empat prinsip tersebut
adalah:
1. Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua
pekerjaan dibagi habis kepada semua staf. Setiap staf
memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan
pekerjaan tertentu. Untuk menghindari kesalahan
maka manajer perawat hendaknya mengerti
karakteristik tugas, tanggung jawab dan wewenang
stafnya. Job description, pengembangan prosedur dan
deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu
pembagian kerja
2. Pendelegasian, menurut ANA (2005) adalah
penyerahan tanggung jawab kinerja atas suatu tugas
dari satu individu kepada individu lain sedangkan
pertanggung jawaban tetap tergantung hasilnya.
Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk
melakukan tindakan dengan batas kewenangan
tertentu, Dalam pendelegasian mengandung unsur
mentoring dan regenerasi yang baik atau alami serta

Universitas Indonesia
37

memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya


yang efektif dan efisien dengan kemampuan terbatas,
Menurut Rose K.N (2008) dalam Kurniadi, 2013
pendelegasian yang baik harus melihat The five
right of delegation meliputi : tugas/pekerjaan,
lingkungan sekitarnya, orang yang ditunjuk, adanya
pengarahan/ komunikasi yang baik dan dilakukan
supervisi atau evaluasi
3. Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan
komunikasi dan hubungan dengan pihak yang terlibat
dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau
irama yang sama sehingga terjadi keselarasan
tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga
yang ada di tempat kerja. Koordinasi efektif bisa
dilakukan dengan cara : 1) membangun komunikasi
dua arah baik dengan atasan maupun bawahan, 2)
membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi,
pre dan post conferent), 3) melakukan pelaporan dan
pencatatan yang teratur dan berkelanjutan, 4)
membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai
dalam semua kegiatan sebagai bukti tanggung jawab
dan tanggung gugat
4. Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap
orang untuk melakukan aktivitas apa saja.
Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian
keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil dalam
mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan
waktu yang efektif dengan cara : 1) Analisa waktu
yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori
kegiatan, 2) memeriksa kembali tiap porsi kategori
sesuai waktu yang ada, 3) menentukan prioritas
pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak
mendesak/rutin, 4) mendelegasikan kepada bawahan,

Universitas Indonesia
38

sesuai dengan sifat pekerjaan

Rantai komando  Rantai Komando (chain of Command) dapat dikatakan


sebagai garis kewenangan tak terputus yang membentang
dari organisasi puncak hingga ke pegawai terendah dan
menjelaskan siapa yang memberikan laporan kepada
siapa. Rantai Komando berkaitan dengan Otoritas dan
Kesatuan Komando.
 Rantai komando Merupakan garis tidak putus dari
wewenang yang terentang dari puncak organisasi ke
eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor ke siapa.

Kesatuan komando Kesatuan Komando (Unity of command)


 Prinsip manajemen 'Unity of command' atau kesatuan
komando adalah bahwa setiap karyawan harus menerima
perintah dari satu manajer sehingga karyawan memiliki
tanggung jawab kepada manajer tersebut.
 Kesatuan Komando memiliki prinsip untuk
mengamankan konsep dari garis kewenangan yang tak
terputus. Seorang hanya memiliki satu alasan yang
mendapat pertanggung jawaban dari dia secara langsung.
Jika kesatuan komando terpecah , maka seorang pekerja
harus mampu mengatasi tuntutan atau prioritas yang
bertentangan dari beberapa atasan, sebagaimana sering
terjadi dalam diagram struktur organisasi dengan garis
terputus-putus dalam melaporkan hubungan.

Rentang kendali Rentang kendali (Span of Control) memiliki arti sebagai


sejumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang
manajer secara lebih efisien dan efektif. Pertanyaan mengenai
rentang kendali ini penting karena sangat menentukan jumlah
level dan manajer yang harus dimiliki oleh organisasi.
Semuanya menjadi seimbang, semakin lebar atau besarnya
rentang, akan semakin efektif sebuah organisasi tersebut.
Spesialisasi Spesialisasi adalah pembagian tenaga kerja, untuk
menggambakan sejauh mana berbagai kegiatan dalam
organisasi dibagi-bagi menjadi beberapa pekerjaan tersendiri.
Hakikat dari spesialisasi pekerjaan adalah bahwa dari pada

Universitas Indonesia
39

seluruh pekerjaan dilakukan oleh seorang individu, pekerja


itu dipecah-pecah menjadi sejumlah tahap, dengan masing-
masing tahap diselesaikan oleh seorang individu tersendiri.
Kesimpulannya, individu mengkhususkan diri dalam
melakukan bagaian dari suatu kegiatan ketimbang seluruh
kegiatan.
Perbedaan budaya & Menurut Subawa dan Surya (2017), menyatakan bahwa
iklim organisasi iklim organisasi sebagai persepsi seseorang terkait aspek
pekerjaan dan nilai-nilai organisasinya, dengan demikian
dinyatakan bahwa iklim organisasi merupakan suatu
persepsi masing-masing individu mengenai karakteristik
dan kondisi organisasi yang mempengaruhi perilaku
seseorang dalam menjalani pekerjaan.

Evaluasi Materi Kegiatan Minggu Ke-3 dan ke-4

Evaluasi dilakukan untuk menilai pencapaian sub-kompetensi dalam hal


pengetahuan mahasiswa dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Evaluasi
dilakukan sebelum selesainya kegiatan kelompok pada sesi 4.

Evaluasi Pengetahuan Mahasiswa


No Pemahaman Konsep Benar Salah
1. Kegiatan perencanaan diawali dengan menetapkan tujuan V
2. Tujan individu anggota organisasi harus = tujuan organisasi V
3. Komitmen staf perlu sebagai syarat perencanaan yang baik V
4. Tujuan ruang rawat harus terpenuhi setiap shift dinas V
5. Rentang kendali perawat pelaksana adalah klien kelolaannya V
*diisi mahasiswa dengan menggunakan tanda check list

Evaluasi Sikap dan Perilaku Mahasiswa dalam Kehidupan Sehari-hari


No Saya rasa saya dapat Ya Tidak Contoh Kegiatan
melakukan kegiatan
sehari-hari terkait:
1. merumuskan visi hidup
saya
2. menetapkan tujuan hidup V
saya
3. menjalankan kegiatan V

Universitas Indonesia
40

harian sesuai tujuan hidup


4. menetapkan target waktu V
setiap kegiatan
5. mengikuti organisasi yang V
sesuai dengan tujuan hidup
6. merumuskan standar V
prosedur sederhana
7. taat pada peraturan yang V
telah ditetapkan organisasi
8. melakukan kegiatan
pengorganisasian sesuai
prinsip-prinsip
pengorganisasian
2.5 Kegiatan Minggu Ke-5: Fungsi Ketenagaan, Pengarahan, dan Pengendalian

Sub-kompetensi-nya adalah mahasiswa mampu:


- merencanakan ketenagaan keperawatan sederhana yang sesuai dengan kebutuhan
ruang rawat (C6, A5)
- mengaplikasikan kegiatan manajer ruang rawat pada fungsi pengarahan (C6, A5)
- menyusun upaya pengendalian mutu asuhan dan pelayanan keperawatan (C6,
A5)

Kegiatan Kelompok
Tugas 5: Ketenagaan, Pengarahan, Pengendalian. Metode: Case Based Learning
Eksplorasi, diskusikan, dan siapkan presentasi tentang pelaksanaan fungsi
ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian dari kasus yang telah disiapkan. Kasus
dapat ditanyakan pada fasilitator atau dari kasus nyata di suatu ruang rawat.

Kegiatan Individu
Kaitkan peran manajer dengan pelaksanaan fungsi ketenagaan, pengarahan, dan
pengendalian. Bandingkan kegiatan di ketiga fungsi tersebut. Jelaskan upaya manajer
dalam meningkatkan mutu kegiatan ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian.

2.6 Kegiatan Minggu Ke-6: Fungsi Ketenagaan, Pengarahan, dan Pengendalian

Sub-kompetensi-nya adalah mahasiswa mampu:


- merencanakan ketenagaan keperawatan sederhana yang sesuai dengan kebutuhan
ruang rawat (C6, A5)
- mengaplikasikan kegiatan manajer ruang rawat pada fungsi pengarahan (C6, A5)
- menyusun upaya pengendalian mutu asuhan dan pelayanan keperawatan (C6,
A5)

Universitas Indonesia
41

Kegiatan Kelompok
Tugas 6: Ketenagaan, Pengarahan, Pengendalian. Metode: Case Based Learning
(lanjutan)
Presentasikan hasil diskusi kelompok pertemuan minggu ke-5.

Kegiatan Individu
Buatlah ringkasan pribadi dari hasil diskusi selama presentasi.

Ringkasan Materi Kegiatan Minggu Ke-5 dan ke-6


Kajian Ringkasan
Kegiatan di fungsi
ketenagaan

Kegiatan di fungsi
pengarahan

Kegiatan di fungsi
pengendalian

Evaluasi Materi Kegiatan Minggu Ke-5 dan ke-6

Evaluasi dilakukan untuk menilai pencapaian sub-kompetensi dalam hal


pengetahuan mahasiswa dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Evaluasi
dilakukan sebelum selesainya kegiatan kelompok pada sesi 6.

Evaluasi Pengetahuan Mahasiswa


No Pemahaman Konsep Benar Salah
1. Kegiatan fungsi ketenagaan dimulai dengan rekruitment staf
2. Kegiatan fungsi ketenagaan diarahkan dalam membentuk
perilaku staf agar sesuai dengan tujuan organisasi
3. Saat ruangan sedang sibuk, kepala ruangan boleh membantu staf
dalam merawat klien
4. Kegiatan fungsi pengarahan berfokus pada terpenuhinya
kebutuhan klien yang dikelola staf

Universitas Indonesia
42

5. Kegiatan fungsi pengendalian difokuskan untuk mengevaluasi


kegiatan asuhan keperawatan
6. Penilaian kinerja staf merupakan bagian kegiatan fungsi
ketenagaan
7. Supervisi merupakan kegiatan di fungsi pengendalian
8. Indikator mutu asuhan pasien harus mengacu standar JCI
9. Pencapaian keselamatan pasien bagian dari fungsi pengendalian
*diisi mahasiswa dengan menggunakan tanda check list
Evaluasi Sikap dan Perilaku Mahasiswa dalam Kehidupan Sehari-hari
No Saya rasa saya dapat Ya Tidak Contoh Kegiatan
melakukan kegiatan
sehari-hari terkait:
1. menentukan tingkat
ketergantungan klien
2. menghitung kebutuhan
tenaga perawat
berdasarkan tingkat
ketergantungan klien
3. menghitung jumlah
perawat dinas pagi
4. menghitung jumlah
perawat dinas sore
5. menghitung jumlah
perawat dinas malam
6. menyusun daftar dinas
perawat
7. berkomunikasi dengan
siapa saja sesuai tahapan
komunikasi terapeutik
8. memberikan motivasi
teman
9. membimbing teman
menyelesaikan tugasnya
10. melakukan supervisi suatu
kegiatan
11. mendelegasikan tugas
kepada orang yang
dipercaya
12. menciptakan lingkungan
kerja yang nyaman
13. memimpin rapat
14. mencari indikator mutu
dalam pemberian asuhan
keperawatan
15. menilai kinerja seseorang

Universitas Indonesia
43

dalam organisasi sesuai


formulir penilaian

Universitas Indonesia
44

2.7 Kegiatan Minggu Ke-7: Aplikasi POSAC

Sub-kompetensi:
Mahasiswa mampu membandingkan kegiatan dalam POSAC dalam penyusunan
rencana penyelesaian masalah klien di suatu unit perawatan (C6, A5)

Kegiatan Kelompok
Tugas 7: Aplikasi POSAC. Metode: Ceramah Interaktif
Setiap kelompok mendengarkan ceramah interaktif pengalaman mengaplikasikan
peran IID dan fungsi POSAC dalam manajemen asuhan keperawatan dari:
- Praktisi di rumah sakit (direktur keperawatan)
- Praktisi di komunitas (penanggung jawab perawat kesehatan masyarakat/
Perkesmas)

Kegiatan Individu
Buatlah ringkasan kegiatan dari ketiga peran dan kelima fungsi manajemen.
Kegiatan Di Rumah Sakit Di Komunitas
Peran
interpersonal

Peran
informasional

Peran decisional

Fungsi
perencanaan

Fungsi
pengorganisasian

Fungsi
ketenagaan

Fungsi
pengarahan

Fungsi
pengendalian

2.8 Kegiatan Minggu Ke-8: Aplikasi POSAC

Universitas Indonesia
45

Sub-kompetensi:
Mahasiswa mampu membandingkan kegiatan POSAC dalam penyusunan rencana
penyelesaian masalah suatu unit perawatan (C6, A5)

Kegiatan Kelompok
Tugas 8: Aplikasi POSAC. Metode: Ujian
Setiap kelompok menyusun plan of action sederhana fungsi POSAC dalam
manajemen asuhan keperawatan di suatu unit perawatan

Kegiatan Individu
Cek kembali kebenaran pengisian tugas 1-7 baik tugas kelompok maupun individu.
Kerjakan soal ujian dengan baik dan benar.

Evaluasi Materi Kegiatan Minggu Ke-7 dan ke-8

Evaluasi dilakukan untuk menilai pencapaian sub-kompetensi dalam hal


pengetahuan mahasiswa dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Evaluasi
dilakukan sebelum selesainya kegiatan sesi 8.

Evaluasi Pengetahuan Mahasiswa


No Pemahaman Konsep Benar Salah
1. Kemampuan interpreneur merupakan bagian dari peran
interpersonal seorang manajer
2. Kemampuan melakukan monitoring merupakan bagian dari peran
decisional manajer
3. Kemampuan mengatasi hambatan merupakan salah satu peran
informasional manajer
4. Hirarki terendah dari hirarki perencanaan adalah standar prosedur
5. Struktur organisasi matrik lebih baik dari pada lini dan staf
*diisi mahasiswa dengan menggunakan tanda check list
Evaluasi Sikap dan Perilaku Mahasiswa dalam Kehidupan Sehari-hari
No Saya rasa saya dapat Ya Tidak Contoh Kegiatan
melakukan kegiatan sehari-

Universitas Indonesia
46

hari terkait:
1. kreativitas
2. keingintahuan
3. keterbukaan pikiran
4. kecintaan akan belajar
5. perspektif (memiliki ‘gambaran
besar’tentang kehidupan)/ sudut
pandang yang sistematis-
komprehensif
6. cinta-kasih, dicintai dan mencintai
7. kebaikan hati (murah hati,
dermawan, peduli, sabar,
penyayang, menyenangkan dan
cinta altruisitik, selalu memiliki
wkt u orang lain)
8. inteligensi/ kecerdasan sosial &
emosi
9. kesatriaan/ keberanian menyatakan
kebenaran & mengakui kesalahan
10. ketabahan & kegigihan (teguh):
tekun & rajin
11. integritas: jujur, penampilan wajar
12. vitalitas: semangat & antusias
13. citizenship/ kewarganegaraan
(tanggung
jawab sosial, kesetiaan, mampu
bekerjasama)
14. fairness / kesetaraan
(memperlakukan orang setara dan
adil)
15. kepemimpinan
16. memaafkan
& mengasihani
17. kerendahan hati & kesederhanaan
18. prudence/ kehati-hatian & penuh
pertimbangan
19. pengelolaan diri
20. apresiasi pada keindahan dan
kesempurnaan
21. rasa syukur/ terima kasih
22. harapan: optimis, berorientasi ke
masa depan
23. humor
24. spiritualitas (religiusitas,
keyakinan, tujuan hidup)
2.9 Kegiatan Minggu Ke-9: Ketenagaan dan Pengarahan

Sub-kompetensi:
Mahasiswa mampu memainkan peran dalam proses konferens & timbang terima
sesuai konsep manajemen (P3, C6, A5)

Universitas Indonesia
47

Kegiatan Kelompok
Tugas 9: Ketenagaan & Pengarahan. Metode: Role Play
Setiap kelompok menentukan salah satu role play yang akan ditampilkan, yaitu role
play proses timbang terima dari perawat dinas malam ke pagi, proses konferens
setelah timbang terima, atau proses ronde keperawatan.

Untuk setiap role play, mahasiswa perlu melakukan kegiatan berikut:


- Menyusun skenario role play untuk ditampilkan durasi maksimal 15 menit
- Mempersiapkan perlengkapan kegiatan role play sesuai setting yang disepakati
- Mendemonstrasikan role play sesuai skenario

Kegiatan Individu
Buatlah ringkasan perbandingan dari ketiga kegiatan tersebut.
Aspek Timbang Terima Konferens Ronde Keperawatan
Perbandingan
Pengertian
Tujuan
Waktu Kegiatan
Narasumber
Peserta
Peran Karu
Persiapan
Pelaksanaan
Evaluasi
Tindak Lanjut
Hal Khusus
2.10 Kegiatan Minggu Ke-10: Manajemen Konflik

Sub-kompetensi:
Mahasiswa mampu merencanakan penyelesaian konflik dalam pelaksanaan asuhan-
pelayanan keperawatan ruang rawat (C6, A5)

Universitas Indonesia
48

Kegiatan Kelompok

Tugas 10: Manajemen Konflik. Metode: Case Based Learning


Eksplorasi masalah yang sedang terjadi pada kasus dan berikan langkah-langkah
untuk menyelesaikan masalah yang ada, dengan menggunakan teori manajemen
konflik dan teori manajemen/ POSAC

Contoh Kasus Manajemen Konflik Setting RS


Suatu hari di ruang penyakit dalam RS Mentari, pada saat dinas shift pagi terdapat
keluarga Tn. A yang komplain karena pasien lansia Tn D terpeleset dan jatuh di
kamar mandi dan menyampaikan tidak percaya terhadap keperawatan di ruangan
karena merasa perawat dipanggil lama. Sedangkan dari sisi perawat yang sedang
bertugas menyampaikan telah menjelaskan kepada keluarga agar membunyikan bel
jika memerlukan bantuan ke kamar mandi.

Contoh Kasus Manajemen Konflik Setting Puskesmas


Ns. N adalah lulusan Ns Keperawatan yang ditempatkan di salah satu Puskesmas X
Kelurahan di daerah Bekasi. Beberapa bulan setelah menjalankan tugas di Puskesmas
X, Ns. N merasakan banyak melaksanakan administrasi dan belum melaksanakan
tugas pelayanan keperawatan, sehingga timbul perasaan tidak nyaman dan konflik
peran. Ns. N berencana untuk bertemu dengan pimpinan Puskesmas untuk
menyampaikan kondisi ini

Universitas Indonesia
49

Kegiatan Individu
Buatlah ringkasan topik manajemen konflik.
Kajian Ringkasan
Pengertian konflik
Pandangan
tradisional konflik
Pandangan
interaksionis konflik

Proses konflik:
inkomtabilitas
Proses konflik:
kognisi &
personalisasi
(konflik
dipersepsikan &
dirasakan)
Proses konflik:
intensi
- competing

- collaborating

- avoiding

- accommodating

- compromising
Proses konflik:
Resolusi konflik
- problem solving
- share goal
- expansion
resources
- avoiding
- smoothing
- dll

Proses konflik:
dampak

Negosiasi

Mediator

Universitas Indonesia
50

2.11 Kegiatan Minggu Ke-11: Manajemen Konflik

Sub-kompetensi:
Mahasiswa mampu merencanakan penyelesaian konflik dalam pelaksanaan asuhan-
pelayanan keperawatan ruang rawat (C6, A5)

Kegiatan Kelompok
Tugas 11: Manajemen Konflik. Metode: Case Based Learning
Presentasikan hasil diskusi kelompok pertemuan 10

Tugas Individu:
Lengkapi ringkasan individu sesuai hasil diskusi. Kaitkan peran dan fungsi manajer
dalam pengelolaan konflik.

Universitas Indonesia
51

2.12 Kegiatan Minggu Ke-12 dan 13: Aplikasi Peran IID dan Fungsi POSAC

Kompetensi:
Apabila diberi masalah manajemen dalam pemberian asuhan keperawatan di suatu
unit perawatan, mahasiswa mampu secara sistematis dan tepat merancang
penyelesaian masalahnya sesuai teori dan konsep kepemimpinan dan manajemen
dalam manajemen asuhan keperawatan (C6, A5)

Kegiatan Kelompok
Tugas 12: Aplikasi Peran IID dan Fungsi POSAC. Metode: Studi Lapangan
Setiap kelompok melakukan studi lapangan ke suatu unit perawatan di RS/
Puskesmas/ Panti/ Rumah Perawatan di daerah Jabodetabek. Satu RS dapat
digunakan oleh beberapa kelompok asal berbeda unit perawatan. Tugas kelompok
melakukan wawancara dan observasi tentang pengimplementasikan teori
kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, actuiting, controling,
peran dan fungsi kepala ruangan, ketua tim/PN dan perawat pelaksana dalam
pengelolaan asuhan keperawatan. Uraikan juga metode penugasan yang dilaksanakan
di ruang rawat, serta proses timbang terima yang dilaksanakan di ruang rawat.
Identifikasi masalah di unit perawatan terkait peran dan fungsi manajemen dan
susunlah usulan rencana penyelesaiannya dalam bentuk makalah laporan kunjungan.
Untuk yang mendapatkan setting pelayanan di Puskesmas sampaikan peran dan
fungsi Perkesmas, peran koordinator Perkesmas, dan bentuk Perkesmas yang telah
dilaksanakan di Puskesmas.

Format Laporan Studi Lapangan


1. Pendahuluan
2. Analisis & Pembahasan
a. Hirarki Planning
b. Ketenagaan
c. Pengorganiasian: Implementasi prinsip-prinsip pengorganisasian, Peran dan
fungsi kepala ruangan, ketua tim/PN dan perawat pelaksana dalam
pengelolaan asuhan keperawatan di ruang rawat.
d. Pengarahan
e. Pengendalian
f. Pengelolaan Konflik
3. POA
4. Kesimpulan

Kegiatan Individu
Lakukan refleksi diri terhadap proses studi lapangan yang telah dilakukan. Refleksi
diri dapat dilakukan sesuai dengan Siklus Gibb’s (1998) meliputi description

Universitas Indonesia
52

(simpulan aspek positif & negatif), feeling (hal yang saya rasakan), evaluation
(penilaian baik/ tidaknya), analysis (pembahasan situasi sesuai sesuai dengan teori
dari referensi yang mendukung), conclution, dan action plan mahasiswa selanjutnya
bila berhadapan dengan situasi yang sama. Refleksi dikumpulkan pada akhir minggu
ke-14.

2.13 Kegiatan Minggu Ke-14, 15, dan 16: Aplikasi IID dan POSAC

Kompetensi:
Apabila diberi masalah manajemen dalam pemberian asuhan keperawatan di suatu
unit perawatan, mahasiswa mampu secara sistematis dan tepat merancang
penyelesaian masalahnya sesuai teori dan konsep kepemimpinan dan manajemen
dalam manajemen asuhan keperawatan (C6, A5)

Kegiatan Kelompok
Tugas 13: Aplikasi Peran IID dan Fungsi POSAC. Metode: Presentasi &
Diskusi
Kegiatan Kelompok
Presentasikan hasil studi lapangan secara lengkap dan komprehensif.

Universitas Indonesia
53

BAB 3
PENUTUP

3.1 Rangkuman
Manajemen keperawatan pada dasarnya mengimplementasikan tiga peran
interpersonal, informasional, dan decisional (IID) manajer dalam menjalankan
fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan
pengendalian (POSAC) pada lingkup tanggung jawab di ruang rawatnya baik
manajemen asuhan maupun manajemen pelayanan (MA & MP) keperawatan.
Pelaksanaan tiga peran dan lima fungsi manajemen tersebut perlu dilakukan secara
konsisten dan berkesinambungan agar tercapainya keselamatan pasien sebagai
penerima asuhan keperawatan.

3.2 Daftar Kata dan Frase Penting


- Budaya organisasi
- Hirarki perencanan
- Iklim organisasi
- Kepemimpinan
- Keselamatan pasien
- Ketenagaan
- Kewenangan perawat
- Manajemen asuhan keperawatan
- Manajemen pelayanan keperawatan
- Peran interpersonal
- Peran informasional
- Peran decisional
- Perencanaan
- Pengorganisasian
- Pengarahan
- Pengendalian
- Penilaian kinerja
- Prinsip-prinsip pengorganisasian, dll

Universitas Indonesia
54

KEPUSTAKAAN
Kepustakaan Utama

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2017). Leadership roles & management functions in
nursing: Theory & Application (8th ed., p. 642). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Robbins, S., & Timothy, J. (2017). Organizational Behavior (16th ed., p. 711).
Boston: Pearson.
Swansburg, R.C & Swansburg, J.R. (2006). Introductory management & leadership
for Nurses. Toronto: Jones and Bartlert Pub.Ca.
Tim Kolaborasi Rumpun Ilmu Kesehatan. (2014) Modul kolaborasi kesehatan.
Pedoman tidak dipublikasikan
Tim Manajemen Keperawatan FIK-UI. (2014). BPKM manajemen keperawatan.
Pedoman tidak dipublikasikan

Kepustakaan Penunjang

Depkes RI (2006). Pedoman penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan


masyarakat di Puskesmas. Depkes RI: BUK Dasar
Depkes RI (2004). Kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Depkes: BUK
Dasar
Gillies (1998). Nursing management: A system approach. (third edition).
Philadelphia: WB. Saunders.
Hariyati, RT (2014). Perencanaan, utilisasi, dan pengembangan tenaga
keperawatan. Jakarta: Raja Grafindo
Huber, Diane. (2018). Leadership nursing care management (6th ed.). Missouri:
Elsevier.
Joint Commission International. (2020). Joint Commission International
Accreditation Standars for Hospitals (7th editio., p. 274). Illinois:
Departement of Publication Joint Commission Resources.
https://www.jointcommissioninternational.org/-/media/jci/jci-documents/
news-and-support/jcinsight/february-2020/jci_7th-edition_hospital-
manual_article.pdf
Kemenkes RI. (2010). Pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan keluarga.
Kemenkes: BUK Dasar.
Kozier, E. (2001). Fundamentals of nursing. Addison Wesley Co., Redwood City.
Marquis, B.L & Huston, C J .(2004). Management& leadership in nursing & health
care. New York: Springer Pub.
Peterson, C. & Seligman, M. E. P. 2004. Character strengths & virtues: A handbook
& classification. Oxford: Oxford University Press
Stanhope, M & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. St Louis:
The Mosby Year Book
Swansburg, R.C. (2006). Management & leadership for nurse administration.
Boston: Jones & Bartlert Pub.
E-book lainnya.

Universitas Indonesia
55

SOAL LATIHAN

Modul manajemen keperawatan ini semoga telah dipelajari


mahasiswa secara tuntas. Untuk memastikan mahasiswa
memiliki pemahaman yang benar tentang isi modul ini,
silakan mahasiswa mengerjakan latihan berikut ini. Caranya
dengan memberikan tanda cek (√) pada pilihan pada kolom (B)
jika benar dan (S) jika salah.

No Pernyataan B S
1. Kepemimpinan merupakan salah satu komponen peran pengambilan keputusan
seorang kepala ruangan
2. Standar prosedur operasional merupakan hirarki perencanaan yang paling dasar
dan operasional yang harus disusun seorang kepala ruangan
3. Kepala ruangan perlu menyusun perencanaan strategis di ruang rawatnya
4. Plan of action kepala ruangan tidak perlu mencantumkan biaya yang dibutuhkan
5. Saat staf tenaga keperawatan di ruangan sedang kurang maka kepala ruangan
harus mampu menggantikannya sebagai tenaga bantuan
6. Perhitungan total jumlah seluruh perawat di ruang rawat dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Douglas
7. Salah satu kegiatan ketenagaan adalah penilaian kinerja staf
8. Uraian tugas staf harus ditetapkan kepala ruangan dalam melaksanakan fungsi
ketenagaan
9. Supervisi merupakan salah satu kegiatan manajer di fungsi pengendalian
10. Pengendalian ruang rawat diawali dengan penetapan standar operasional
prosedur

Universitas Indonesia
CATATAN PEMILIK MODUL
UCAPAN TERIMA KASIH

Kepada
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI)

Sumber Dana
BOPTN UI 2014

PENYUSUN
Dr. Hanny Handiyani, SKp., M.Kep.

ALAMAT

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.


Kampus Baru UI Depok, 16424
CP: Hanny Handiyani

Telp. 021-78849120, 78849121


Faks. 021-7864124
honey@ui.ac.id

Perhatian
Dilarang memperbanyak modul ini untuk kepentingan pribadi tanpa ijin penyusun

Universitas Indonesia
PROFIL SINGKAT PENYUSUN MODUL

Hanny Handiyani dilahirkan di Pangkal Pinang, 23 Desember 1972.


Kesehariannya sebagai dosen pada Departemen Dasar Keperawatan & Keperawatan
Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI). Keahliannya
dalam manajemen keperawatan terus disampaikannya kepada peserta didik di
kampus maupun kepada para perawat manajer & perawat pelaksana di rumah sakit.
Sejak tahun 2000 juga aktif menekuni berbagai penelitian dan upaya dalam
manajemen pengendalian infeksi di rumah sakit. Selain itu giat dalam upaya
meningkatkan perilaku hidup sehat pada masyarakat kota dan perilaku hidup sehat
dan selamat/ aman pada anak sekolah dan mahasiswa. Harapan untuk selalu
melatihkan kemampuan kepemimpinan dan manajemen semoga dapat tercapai
melalui modul ini. Amin (honey@ui.ac.id).

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai