Anda di halaman 1dari 11

PEMERIKSAAN PAYUDARA

TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu melakukan prosedur klinis sesuai masalah dan kebutuhan pasien.

TUJUAN KHUSUS

1. Mampu menjalin komunikasi yang baik dengan pasien.

a. memberikan salam.
b. memberikan situasi yang nyaman bagi pasien.
c. menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya.
d. memelihara dan menjaga harga diri pasien/pasien simulasi, hal-hal yang bersifat pribadi,
dan kerahasiaan pasien/pasien simulasi sepanjang waktu.
e. memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
f. memperlakukan pasien/pasien simulasi sebagai mitra sejajar dan meminta
persetujuannya dalam memutuskan suatu tindakan.
2. Memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan pemeriksaan payudara. (Manfaat,
keadaan fisiologi, keadaan patologis dan cara melakukan).
3. Mampu melakukan pemeriksaan fisik payudara sesuai prosedur yang benar.

RENCANA PEMBELAJARAN

Pra Sesi
1. Mahasiswa diwajibkan untuk membaca buku panduan skills lab.
2. Mahasiswa diwajibkan untuk membuat workplan secara tertulis dengan format:
- tujuan pembelajaran
- rencana pembelajaran (langkah-langkah keterampilan)
- pertanyaan yang tidak dimengerti setelah membaca buku panduan
3. Workplan dikunpulkan pada saat sesi 1 skills lab

Sesi 1
- Introduction 10
- Pretest dan pembahasan pertanyaan workplan 15
- Demontrasi dari fasilitator 15
- Mahasiswa mencoba melakukan pemeriksaan payudara dan fasilitator memberikan
feedback 11x10 110
Sesi 2
- Mahasiswa melakukan pemeriksaan payudara dan masing-masing mahasiswa dievaluasi @10

SKENARIO KLINIS

Nn. A berusia 24 tahun datang dengan keluhan mengkhawatirkan adanya kelainan pada
payudaranya. Ia merasa payudara sebelah kanan menegang dan membengkak. Dari anamnesis
diketahui bahwa Hari Pertama Haid Terakhir Nn. A adalah 25 hari yang lalu. Nyeri (-), sekret (-),
benjolan (+), benjolan hilang timbul setiap bulan, riwayat penyakit sebelumnya (-), riwayat
penyakit keluarga (-). Lakukan pemeriksaan payudara sesuai prosedur yang benar.

TINJAUAN TEORI

Pemeriksaan fisik payudara merupakan komponen yang penting pada perawatan kesehatan
wanita. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk meningkatkan deteksi terhadap kemungkinan
adanya tumor payudara ataupun penyakit payudara lainnya.

Ketika memulai pemeriksaan payudara, kita harus menyadari adanya kekhawatiran yang
mungkin dirasakan oleh wanita dan remaja putri. Bertindaklah dengan sikap yang menentramkan
perasaan dan mengadopsikan cara pendekatan yang sopan serta lemah lembut. Sebelum memulai
pemeriksaan, beritahukan dahulu bahwa Anda akan memeriksa payudaranya. Saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menanyakan apakah pasien sendiri sudah mengetahui adanya
benjolan atau permasalahan lain dan apakah ia telah melakukan pemeriksaan payudara sendiri
setiap bulan. Hal ini perlu ditanyakan karena memang ada keadaan payudara membengkak
secara fisiologis. Misalnya, payudara cenderung nyeri, membengkak dan menjadi lebih nodular
dalam masa prahaid sebagai akibat dari peningkatan stimulasi hormon estrogen. Waktu terbaik
untuk melakukan pemeriksaan adalah 5-7 hari setelah permulaan haid disaat payudara tidak
tegang dan nyeri sehingga tidak terjadi false positive. Bila haid tidak teratur dilakukan pada hari
yang sama setiap bulan. Nodulus yang muncul selama fase prahaid harus dievaluasi kembali
setelah dimulainya hadi tersebut. Selain itu, payudara membesar secara fisiologis juga terjadi
pada ibu hamil dan menyusui, payudara menjadi besar karena kelenjar mengalami hipertropi.

Prosedur Pemeriksaan Payudara


1. Perkenalan Diri
Sebelum memulai melakukan pemeriksaan terhadap seorang pasien, seorang
dokter seharusnya terlebih dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan
dilakukannya dan minta izin (informed consent) untuk melakukan pemeriksaan kepada
pasien.
2. Anamnesis
Pada anamnesis perlu diketahui keluhan utama yang membawa pasien untuk berobat.
Keluhan utama bisa berupa :
a. Nyeri : Jika pasien mengeluhkan nyeri pada payudara, lakukan
anamnesis nyeri yang lengkap (kualitas, kuantitas,
kronologi dan progesifitas, onset, dan lain lain). Unilateral
atau bilateral?
b. Sekret : Apakah terdapat sekret? Seberapa banyak? Apakah sekret
berasal dari satu puting atau keduanya? Apa warna sekret
tersebut (darah, kuning, seperti susu)?
c. Benjolan : Kapan dan bagaimana Anda mengetahui adanya benjolan?
Pernahkah Anda menyadari adanya benjolan sebelumnya?
Apakah benjolan tersebut semakin besar?
d. Siklus : Apakah gejala Anda hilang timbul sesuai siklus menstruasi
Anda?

Selain itu juga perlu ditanyakan riwayat terkait :

a. Riwayat menstruasi : Kapan haid terakhir Anda? Apakah haid Anda teratur?
Apakah nyeri? Apakah Anda telah memiliki anak? Apakah
Anda sedang menyusui? Apakah Anda hamil?
b. Riwayat medis : Pernahkah Anda melakukan pemeriksaan penunjang
sebelum ini (mamografi, biopsi, dll)? Apakah sebelumnya
Anda pernah mengalami penyakit tertentu?
c. Riwayat keluarga : Apakah ada anggota keluarga Anda yang mengalami
penyakit payudara?
d. Riwayat obat-obatan : Apakah Anda menggunakan pil kontrasepsi oral atau
terapi hormon? Apakah ada alergi obat?
e. Riwayat sosial : Apakah Anda merokok atau minum alkohol?

3. Pemeriksaan Fisik

Payudara dibagi dalam empat kuadran oleh garis horisontal dan vertikal yang melalui
papilla mammae (kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri bawah). Untuk
menunjukkan lokasi lesi pada payudara dapat ditunjuk dengan jam dan dengan jarak tertentu
dalam sentimeter dari papila mammae. Pemeriksaan fisik terdiri atas :

INSPEKSI
Lakukan inspeksi payudara ketika pasien berada dalam posisi duduk dan setelah
pakaiannya diturunkan hingga batas pinggang, lengan pasien di samping (tidak diangkat).

Gambar 1. Posisi Tangan1

Adapun hal yang diinspeksi :


a. Penampakan kulit yang meliputi :
- Peau dorange (Penebalan kulit yang menekuk ke dalam) menunjukkan kemungkinan
karsinoma payudara.
- Eksema di sekitar puting susu menunjukkan penyakit paget.
- Eritema terjadi karena infeksi lokal atau karsinoma yang bersifat inflamatorik.
- Jaringan parut menunjukkan pembedahan augmentasi payudara, pembedahan
sebelumnya.

b. Ukuran dan kesimetrisan payudara :


Simetris (sama tinggi)/ asimetris. Beberapa perbedaan pada ukuran payudara yang
meliputi ukuran areola merupakan keadaan yang sering ditemukan dan biasanya normal
sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Ketidaksimetrisan Areola Payudara1


c. Kontur payudara :
Cari perubahan seperti masa, cekungan (dimpling), atau pendataran. Bandingkan
payudara yang satu dengan lainnya. Pendataran payudara yang normalnya menonjol
keluar (konveks) menunjukkan kemungkinan kanker.
d. Karakteristik puting :
Karakteristik puting yang meliputi ukuran dan bentuknya, arah puting, setiap ruam atau
ulserasi, ataupun setiap pengeluaran sekret. Terkadang bentuk puting terlihat membalik
ke dalam (inversio) atau tertekan (depresi) di bawah permukaan areola mamma. Puting
dapat dibungkus oleh lipatan kulit areola. Inversi puting yang berlangsung lama
biasanya merupakan varian normal tanpa konsekuensi klinis kecuali kemungkinan
adanya kesulitan pada saat menyusui bayi. Ketidaksimetrisan arah yang ditunjuk oleh
puting susu menunjukkan kemungkinan adanya kanker dibawahnya. Ruam atau ulserasi
biasanya terdapat pada penyakit paget. Pendataran atau puting yang tertarik yang baru
saja terjadi atau sudah permanen menunjukkan retraksi puting. Puting yang mengalami
retraksi dapat pula melebar dan menebal; keadaan ini menunjukkan kemungkinan
kanker dibawahnya.

Lakukan inspeksi payudara dalam posisi kedua lengan di atas kepala; berkacak pinggang;
mencondongkan tubuh ke depan. Untuk membuat cekungan (dimpling) atau retraksi yang
tadinya tidak terlihat menjadi dapat dilihat, minta pasien untuk mengangkat kedua belah
tangannya di atas kepala, dan kemudian berkacak pinggang untuk membuat muskulus pektoralis
berkontraksi. Lakukan inspeksi kontur payudara dengan cermat pada setiap posisi ini. Jika
payudara pasien berukuran besar atau menggantung, kita dapat meminta pasien berdiri dan
mencondongkan tubuhnya ke depan dengan berpegangan pada kursi atau tangan si pemeriksa
untuk menyangga tubuhnya. Posisi ini dapat mengungkapkan kesimetrisan payudara atau puting
susu yang tadinya tidak terlihat. Retraksi puting dan areola menunjukkan kemungkinan kanker di
bawahnya.

Gambar 3. Posisi Tangan di Belakang Kepala1 Gambar 4. Posisi Tangan di Pinggang1

PALPASI
Palpasi sebaiknya dilakukan ketika jaringan payudara diratakan. Pasien harus berbaring
terlentang dan satu tangan berada di belakang kepalanya. Sebelum melakukan palpasi, tanyakan
pasien apakah mereka merasakan nyeri tekan payudara atau benjolan. Jika ada, mintalah pasien
untuk menunjukkannya. Mulailah palpasi dari sisi yang normal terlebih dahulu.
Pemeriksaan yang seksama memerlukan waktu 3 menit untuk setiap payudara. Gunakan
permukaan ventral jari tangan ke-2, ke-3, dan ke-4 dengan mempertahankan agar ketiga jari
tangan tersebut berada dalam posisi sedikit menekuk. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara
sistematik. Lakukan palpasi dengan gerakan melingkar kecil-kecil yang konsentris mulai dari
puting susu ke arah luar.

Gambar 5. Palpasi Payudara1


Jika mungkin palpasi dilakukan dengan tekanan yang ringan, sedang dan dalam. Anda
akan perlu menekan lebih dalam untuk menjangkau jaringan yang lebih dalam lagi pada
payudara yang berukuran besar. Pemeriksaan Anda harus meliputi keseluruhan payudara,
termasuk bagian perifer, kauda, dan aksila. Periksa payudara dengan cermat untuk mengetahui :

a. Konsistensi jaringan. Konsistensi yang normal bervariasi secara luas dan sebagian
bergantung pada proporsi relatif jaringan payudara yang lebih kenyal serta jaringan
lemak yang lunak. Nodularitas fisiologik dapat ditemukan dan meningkat dalam masa
prahaid. Mungkin terdapat garis-garis tonjolan transversal yang kenyal dari jaringan
yang terkompresi di sepanjang margo inferior payudara, khususnya pada payudara yang
berukuran besar. Garis-garis ini bukan tumor, melainkan tonjolan inframammilaris yang
normal. Masa seperti tali yang nyeri bila ditekan menunjukkan ekstasia duktus
laktiferus, suatu keadaan benigna yang kadang-kadang terasa nyeri; keadaan ini
terbentuk karena dilatasi duktus laktiferus dengan inflamasi pada jaringan payudara
disekitarnya, yang terkadang disertai masa.
b. Nyeri tekan. Seperti perasaan penuh saat prahaid.
c. Nodulus. Lakukan palpasi dengan cermat untuk menemukan setiap benjolan atau masa
yang secara kualitatif berbeda dengan jaringan payudara yang lain atau lebih besar
daripada jaringan payudara tersebut. Keadaan ini kadang-kadang disebut masa dominan
dan dapat mencerminkan suatu perubahan patologik yang memerlukan evaluasi melalui
pemeriksaan mammografi, aspirasi atau biopsi. Nilai dan uraikan setiap karakteristik
nodulus :
Lokasi : dengan menyebutkan kuadran atau pukul berapa dan
dalam ukuran sentimeter dari puting susu.
Ukuran : ukurlah benjolan dengan menggunakan penggaris
(sentimeter) atau menggunakan perkiraan seperti sebesar telur puyuh.
Bentuk : memiliki kontur yang bundar atau kistik, sirkular atau
iregular
Konsistensi : kenyal/ seperti karet/ sekeras batu/ seperti spons/ lunak.
Delimitasi : batasnya tegas atau tidak.
Nyeri tekan
Mobilitas : dalam hubungannya dengan kulit, fasia pektoralis, dan
dinding dada. Dengan hati-hati, gerakkan payudara mendekati masa dan
perhatikan apakah terjadi cekungan (dimpling). Selanjutnya, coba untuk
menggerakkan massa itu sendiri apakah masa mudah digerakkan atau terfiksasi
sementara pasien melemaskan kedua belah lengannya dan kemudian dalam posisi
berkacak pinggang.

Nodulus yang keras, iregular dengan batas yang tidak jelas dan terfiksasi pada
kulit atau jaringan dibawahnya sangat sugestif ke arah kanker payudara. Sedangkan
kista, daerah yang mengalami inflamasi dan sebagaian kanker dapat terasa nyeri ketika
ditekan.

d. Puting. Periksa seluruh payudara termasuk batasnya dan kemudian lakukan palpasi pada
tail of spence. Pencetlah puting perlahan-lahan dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk untuk melihat adanya sekret dan elastisitasnya. Tipe-tipe sekret dari puting
susu :
Gambar 6. Palpasi Puting1

Warna sekret Diagnosis


Putih Susu (laktasi)
Kuning (eksudat) Fibroadenosis, abses
Hijau (debris selular) Fibroadenosis, ektasia duktus
Merah (darah) Karsinoma duktus, papiloma duktus

e. Pemeriksaan aksila. Letakkan siku kanan pasien pada tangan kanan Anda, tahan berat lengan
bawahnya. Dengan tangan sebelahnya, lakukan palpasi regio apeks, posterior, medial, dan
anterior ketiak kanan. Ulangi pada sisi sebelahnya.

REFERENSI

1. Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Jakarta. EGC; 2009. hal.
311-5
2. Akunjee N, Akunjee M. Panduan menghadapi OSCE. Jakarta. EGC; 2011. Hal. 150-4
CHECKLIST PEMERIKSAAN PAYUDARA

Nama : NIM :
No Cara Pemeriksaan Skor
0 1 2 3
1. Pemeriksa memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Mempersilakan pasien duduk dengan rileks dan jelaskan
maksud pemeriksaan dan hal-hal yang akan dilakukan
kepada penderita (inspeksi, palpasi).
3. Pasien diminta melepaskan baju dan bra. Sementara
pemeriksa melakukan tindakan asepsis (mencuci tangan
dengan sabun/antisepsis dan keringkan dengan handuk
kering).
4. Posisi pemeriksa berada di depan pasien (posisi duduk).
5. INSPEKSI:
Memperhatikan payudara: bentuk, ukuran, simetrisasi,
penampakan kulit (Peau dorange, eritema, eksema, dan
jaringan parut), kontur payudara (masa/benjolan,
cekungan (dimpling) atau pendataran dan karakteristik
puting (ukuran, bentuknya, arah, ruam/ ulserasi,
pengeluaran sekret).
6. Meminta pasien memposisikan kedua lengannya di atas
kepala kemudian berkacak pinggang. Lakukan inspeksi
kontur payudara (dimpling/tidak) dengan cermat pada
setiap posisi ini.
7. Meminta pasien berbaring terlentang dan satu tangan
berada di belakang kepalanya. Menanyakan apakah pasien
merasakan nyeri tekan payudara atau benjolan. Jika ada,
meminta pasien untuk menunjukkannya. Kemudian,
memulai palpasi dari sisi yang normal terlebih dahulu.
8. PALPASI:
Melakukan palpasi dengan menggunakan permukaan
ventral jari tangan (II, III, IV) dengan mempertahankan
agar ketiga jari tangan tersebut berada dalam posisi
sedikit menekuk. Lakukan palpasi dengan gerakan
melingkar yang konsentris mulai dari puting susu ke arah
luar secara lembut, perlahan dan seksama pada semua
area payudara, termasuk area ketiak (aksila).
9. Bila bertemu benjolan lakukan rabaan lembut untuk
menentukan lokasi, ukuran, konsistensi (kekenyalan),
permukaan (rata/berbenjol-benjol), delimitasi (batas
tegas/tidak) mobilitas (bebas/melekat pada jaringan
sekitar), serta ada/tidaknya nyeri tekan.
10. Melakukan rabaan dan pijatan lembut pada papilla
mammae untuk melihat ada-tidaknya discharge.
11. Melakukan palpasi payudara yang satu lagi.
12. Melaporkan hasil pemeriksaan
TOTAL
Keterangan :
0-1
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan
0-3
0 : Tidak melakukan
1 : Melakukan tetapi salah
2 : Melakukan tapi kurang benar, tidak berurutan atau tidak lengkap
3 : Melakukan dengan benar dan berurutan

SKOR PENILAIAN :

Jumlah Skor yang diperoleh x 100 = .................................


34

Anda mungkin juga menyukai