Anda di halaman 1dari 12

ANAMNESIS KEHAMILAN

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien sebagai dokter.


2. Menanyakan identitas pasien.
3. Menjelaskan tujuan anamnesis.
4. Meminta izin kepada pasien untuk melakukan anamnesis.
5. Keluhan : Mual- Muntah, Amenore, Pembesaran Uterus, Pembesaran Payudara,
Test Pack
6. Menanyakan status gravida (sudah berapa kali hamil), partus (sudah berapa kali
melahirkan), dan aborsi (sudah berapa kali keguguran, jika ada:kapan dan hamil
anak keberapa). Jawaban pasien dicatat dalam format: GnPnAn.
7. Menanyakan usia kehamilan saat ini dengan cara:
a. Menanyakan riwayat amenorrhea terakhir: hari pertama haid terakhir
(HPHT).
b. Menanyakan minggu/bulan kehamilan saat ini.
8. Menanyakan riwayat pemeriksaan kehamilan saat ini ke bidan/dokter (ANC=ante
natal care)  Normalnya : 4X dalam kehamilan Normal
a. Apakah melakukan atau tidak?
b. Pemeriksaan dilakukan di mana dan oleh siapa?
c. Sudah berapa kali melakukan pemeriksaan kehamilan?
d. Adakah informasi selama kehamilan termasuk kelainan/keluhan selama
kehamilan?
9. Menanyakan riwayat kehamilan sebelumnya (jika bukan kehamilan pertama)
a. Cara persalinan sebelumnya
b. Berat badan lahir bayi anak sebelumnya
c. Jenis kelamin anak sebelumnya
d. Tahun kelahiran anak sebelumnya
e. kondisi bayi saat dilahirkan
f. penolong persalinan
g. Riwayat penyulit selama proses persalinan atau kelahiran terdahulu
h. Riwayat perdarahan postpartum/hipertensi akibat kehamilan.
10. Menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita ibu (terutama yang berisiko
terhadap kehamilan/persalinan)
a. Diabetes Mellitus (tipe I, tipe II, gestasional, tipe lain)
b. Hipertensi (esensial, sekunder, gestasional)
c. Hipertiroid
d. Anemia
e. Kelainan jantung
f. Riwayat Pre eklamsia, eklamsia, HELLP syndrome
g. Dan lain-lain
11. Latar belakang sosial dan pekerjaan
a. Merokok, hal ini bisa menyebabkan gangguan janin.
b. Keadaan sosial ekonomi, hal ini akan berhubungan dengan kemampuan pasien
melakukan ANC, kecukupan nutrisi selama kehamilan, dan perkiraan akan
partus di mana.
12. Catat hasil anamnesis pada rekam medis pasien
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Payudara
Pada penderita dengan keluhan pada payudara, terlebih dahulu dilakukan anamnesis,
Anamnese meliputi:
1. Ucapkan salam, perkenalkan diri, tanya identitas pasien, tujuan anamnesis
2. Apa yang menjadi keluhan ( adanya rasa tidak enak/ Nyeri di payudara, adanya
benjolan, keluarnya cairan dari putting (sekret), adanya perubahan bentuk
payudara, adanya koreng yang sukar sembuh, dll)
 Nyeri : Lokasi, Intensitas, Sifat, Mula Timbul, Durasi, Faktor yg meperberat/
mempereda, tanda dan gejala lokal(benjolan, sekret, perdarahan perubahan
kulit, puting retraksi/inversiputing) / sistemik (keletihan, demam, bb turun,
nyeri punggung atau dada), siklus, pernah nyeri sebelumnya
 Benjolan : lokasi, ukuran, mula timbul, durasi, siklus, gejala yang menyertai,
pernah nyeri sebelumnya
 Sekret puting : jumlah, warna, unilateral / bilateral, dari satu / beberapa
duktus, sponta, gejala menyertasi, pernah menyusui sendiri, pernah nyeri
sebelumnya
3. Sejak Kapan mulai dirasakan keluhan tsb
4. Adakah gejala lain yang mengikuti
5. Apakah keluhan ini berhubungan dengan siklus menstruasi
6. Usia berapa menarche, bagaimana siklus haid (keteraturan menstruasi),sudah punya
anak, usia berapa anak pertama lahir, menyusui atau tidak, usia berapa menopause
7. Pernahkah dilakukan operasi ginekologi? , pernah melakukan pemeriksaan payudara
8. Adakah riwayat obat (pil kb, terapi sulih hormon, obat antipsokotik 
hiperprolaktinemia dan galaktore), alergi obat
9. Adakah riwayat radiasi?
10. Riwayat keluarga ? orangtua, saudara sekandung, anak-anak
11. Riwayat sosial? Merokok, pengunaan alkohol, pekerjaan, hobi

Fibroadenoma Mammae : neoplasma jinak, perempuan muda, benjolan bulat atau


berbenjol, bebas digerakan dan konsistensi kenyal padat (seperti karet),teraba licin,
umumnya tidak nyeri tp kdg kdg nyeri, potensi kambuh rgsg estogen meninggi, multiple
dan bilateral

Perubahan Fibrokistik : rasa tidak nyaman payudara saat sebelum menstruasi, benjolan
teraba licin, batas tegas, ,digerakkan bebas, sering ditemukan bagian atas dan luar
payudara, sekret puting jernih, bewarna putih kehijauan

Karsinoma Payudara : benjolan atau penebalan payudara yang tidak teratur, perubahan
dan bentuk payudara, perubahan pada kulit didaerah payudara seperti cekungan
(dimpling), inversi puting, sekret puting yang berdarah, limfadenopati, krusta pada areola.

Mastitis : demam, malaise, pembengkakan serta nyeri tekan pada payudara, eritema kulit,
rasa nyeri / terbakar
Pemeriksaan payudara meliputi :
1. Inspeksi :
Inspeksi dapat dilakukan pada posisi duduk tegak maupun berbaring.
a. Inspeksi pada penderita duduk, bandingkan kiri dan kanan,
b. Inspeksi pada waktu mengangkat kedua lengan dan turunkan, bandingkan kiri
dan kanan.
c. Diperhatikan bentuk kedua payudara, simetris, warna kulit, tonjolan,
lekukan, retraksi , gambaran kulit berbintik seperti kulit jeruk
(karsionoma payudara), sikatrik , ulkus dan benjolan.
d. Perhatikan puting mamma, adakah retraksi?
e. Dengan mengangkat lengan lurus keatas kepala dan menekan kearah pangkal
pahha. Lihat apa fiksasi perubahan asimetris pada kontur payudara?

2. Palpasi
a. Palpasi lebih baik dilakukan pada posisi berbaring dengan meletakkan bantal
tipis di punggung sehingga payudara terbentang rata.
b. Sebelum melakukan palpasi tanyakan nyeri pada payudara atau dada?
c. Palpasi dilakukan dengan telapak jari tangan yang ada dtengah yang
digerakkan perlahan lahan kearah dinding dengan teknik palpasi
melingkar.
d. Pada palpasi ini dinilai: ada tidaknya benjolan, lokasinya (pada kwadran
apa) jumlahnya, ukuran, tepinya berbatas tegas atau tidak, nyeri tekan?,
mobilitasnya, melekat kedinding dada atau tidak, melekat ke kulit atau
tidak.
e. Lakukan pijatan halus pada putting susu, adakah pengeluaran cairan,
darah atau nanah, bandingkan kiri dan kanan.
f. Pada sikap duduk, benjolan yang tidak teraba pada saat berbaring kadang
kadang lebih mudah ditemukan.
g. Tangan Pasien dilemas. Perabaan aksilla (apikal, anterior, posterior)
sebaiknya dilkukan pada pada posisi duduk. Pembesaran kelenjar aksila akan
lebih mudah dirasakan.
h. Perabaan juga dilakukan pada kelenjar di kedua supraklavikula dan
infraklavikula, untuk menilai adanya metastase

Interpretasi Hasil
Kulit payudara: warna, ketebalan kulit, pori-pori yang tampak tidak biasa.
Kesimetrisan: payudara (termasuk areola) yang tidak simetris adalah hal yang biasa.
Kontur payudara:
a. Massa: normalnya tidak ada.
b. Dimpling: timbul penarikan kulit akibat adanya jaringan ikat (yang disebabkan oleh
kanker) menempel pada kulit dan fascia pembungkus m. Pectoralis.
c. Pendataran (flattening)  curiga kanker.
Puting susu:
a. Normal: puting terbenam di bawah permukaan areola dan diliputi lipatan kulit
areola. Puting yang terlalu terbenam tidak memiliki konsekuensi klinis tetapi akan
menyulitkan pada saat menyusui.
b. Asimetri arah puting menandakan kanker.
c. Ruam atau ulserasi biasa timbul pada penyakit Paget payudara.
d. Puting yang datar menandakan adanya retraksi.

PEMASANGAN IUD
Alat :
1. IUD jenis Copper T
2. Inserter

Gambar 1. Alat-alat untuk memasukkan IUD (sumber: www.aafp.org)

3. Spekulum cocor bebek


4. Doek bolong steril
5. Cairan antiseptik (povidon iodine)
6. Kasa steril
7. Sonde
8. Gunting
9. Tenakulum
10. Tampon tang
11. Sarung tangan

Langkah Kerja
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien sebagai dokter.
2. Menanyakan identitas pasien.
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan meminta izin pasien untuk melakukan tindakan.
4. Alat
5. Mempersiapkan IUD Copper T yang akan digunakan:
a. Membuka sebagian plastiknya dan lipat ke belakang
b. Masukan pendorong ke dalam tabung inserter.
c. Pegang kedua lengan IUD dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan sehingga
lengan akan melipat.
6. Membetulkan posisi ginekologi pasien (model).
7. Melepas cincin, jam, atau aksesoris lain pada tangan dan lengan bawah.
8. Mencuci tangan dengan cairan desinfektan.
9. Memasang sarung tangan secara aseptik.
10. Melakukan toilet vulva dan sekitarnya secara legeartis dengan kassa steril yang telah diberi cairan
antiseptik dan dijepit dengan tampon tang.
11. Menutup daerah genital dengan doek bolong steril.
12. Memilih ukuran spekulum lalu mengatur sekrupnya.
13. Memasang spekulum dengan tangan kanan lalu membuka spekulum untuk menampilan serviks.
14. Mengunci kedudukan spekulum.
15. Membersihkan serviks menggunakan kassa steril yang telah diberi cairan antiseptik dan dijepit
dengan tampon tang.
16. Melakukan pemasangan tenakulum pada porsio serviks untuk membukanya sedikit.
17. Melakukan sondase cavum uteri dengan sonde, lalu lihat angka pada sonde. Pemasangan sonde
dilakukan sesuai dengan posisi uterus pasien. Bila posisi uterus anteversi atau antefleksi, maka arah
lengkungan sonde ke atas. Bila posisi uterus retroversi atau retrofleksi, maka arah lengkungan sonde ke
bawah.
18. Mengatur ukuran panjang tabung inserter IUD sesuai dengan angka pada sonde lalu
memasukkan IUD ke dalam rongga rahim secara “no touch technic”.
19. Masukkan IUD sampai fundus (sesuai dengan penanda pada tabung yang telah diukur sama dengan
sonde), lalu kembangkan lengan IUD T-nya.
20. Melakukan pengguntingan benang sekitar 2 cm di depan serviks.
21. Melepaskan tenakulum.
22. Mengusap porsio serviks dengan cairan antiseptik.
23. Melepaskan spekulum.
24. Membuka sarung tangan lalu mencuci tangan.
25. Melakukan pencatatan pada rekam medis.

Gambar 1. Cara memasang IUD pada manikin


Sumber: www.gtsimulators.com

PEMASANGAN KB SUSUK
Alat :
 Batang implan dalam kantong
 kain penutup steril
 mangkok ginjal
 sarung tangan steril
 Sabun cuci tangan
 Larutan anti septik (povidon iodine) dalam cawan/mangkok
 Lidokain 1%
 Spuit (5-10ml),dan jarum suntik (22G)ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1 1/2inch)
 Trokar 10 dan madrin
 Skalpel 11 atau 15
 Kassa steril
 Plester
 Kassa steril gulung
 Klem penjepit atau forsep mosquito 
 Bak/tempat instrumen
 Manekin implan

Langkah Kerja
Pemasangan Batang (rod) Implan
1. Meminta pasien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan dipasang implan
dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal (sisa sabun dapat mengurangi efektifitas
beberapa anti septik).langkah ini sangat penting khususnya bila kebersihan klien sangat kurang
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.Untuk pemasangan dan pencabutan
batang,cuci tangan dengan sabun selama 5-10 detik kemudian bila dengan air bersih yang mengalir
sudah cukup
3. Memakai kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau diDTT.(Gunakan sepasang sarung
tabgan yang berbeda untuk tindakan guna menghindari kontaminasi silang
4. Menyiapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang telah diberi anti
septik:gunakan forsep untuk mengusap kapas tersebut pada daerah pemasangan/pencabutan implan.
5. Melakukan dekontaminasi instrumen dengan larutan clorin 0,5% setelah selesai pemasangan
maupun pencabutan batang implan,dan sebelum malepas sarung tangan.
6. Membuang jarum dan alat suntik sekali pakai(disposable) kedalam sampah medis
7. Menutup luka insisi
 menutup luka insisi dengan cara temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester
dengan kassa steril untuk. Luka insisi tidak perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan
parut
 memeriksa adanya perdarahan.Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk hemostasis
dan mengurangi memar(perdarahan sub kutan).
8. Perawatan pasien
 membuat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul dan kejadian tidak umum yang
mungkin terjadi selama pemasangan.
 Mengamati klien <15-20>untuk memeriksa perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum
memulangkan klien.
9. PETUNJUK PERAWATAN LUKA INSISI DIRUMAH
 Mungkin akan terdapat memar,bengkak atau sakit di daerah insisi selama beberapa hari.Hal ini
normal.
 Meminta pasien untuk menjaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48
jam.Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci pakaian.
 Meminta pasien untuk tidak membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid
ditempatnya sampai luka insisi sembuh(umumnya 3-5 hari)
 Menjelaskan bahwa pasien dapat bekerja secara rutin.Hindari benturan atau luka di daerah
tersebut atau menambah tekanan.
 Meminta pasien untuk segera kembali ke klinik, bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti
demam,daerah insisi kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari.
Pemeriksaan Kehamilan (Leopold)

Langkah Kerja
1. Mahasiswa mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.
2. Mahasiswa menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan Leopold kepada pasien.
3. Pasien diberi kesempatan untuk bertanya.
4. Pasien diminta untuk buang air kecil terlebih dahulu.
5. Pasien diminta tidur terlentang dengan satu bantal di kepala.
6. Meminta pasien untuk menekuk kedua lututnya
7. Mahasiswa mencuci tangan.
8. Lakukan pemeriksaan Leopold I:
- Posisi pemeriksa menghadap ke kepala pasien.
- Rahim dibawa ke tengah.
- Letakkan kedua telapak tangan di bagian fundus uteri pasien.
- Lakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk menentukan apa yang ada di
bagian fundus uteri.
- Tentukan apa yang ada di bagian fundus uteri.
- Ukur tinggi fundus uteri dengan meletakkan ujung meteran di batas atas symphisis
pubis pasien. Ukur sepanjang garis tengah abdomen hingga batas atas fundus mengikuti
lengkungan abdomen.
- Hitung perkiraan usia kehamilan dengan rumus Mcdonald:
- Mencatat hasil pengukuran tinggi fundus uteri dan perkiraan usia kehamilan pada lembar
catatan medis pasien.
9. Lakukan pemeriksaan Leopold II:
- Posisi pemeriksa menghadap ke kepala pasien.
- Letakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi abdomen pasien.
- Pertahankan letak uterus dengan menggunakan tangan yang satu.
- Gunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi uterus disisi yang lain.
- Tentukan di mana letak punggung janin.
10. Lakukan pemeriksaan Leopold III:
- Posisi pemeriksa menghadap ke kepala pasien.
- Letakkan tiga ujung jari salah satu tangan tepat di atas simphisis pubis pasien.
- Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskannya.
- Tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam ke sekitar bagian
presentasi, pada saat pasien menghembuskan nafas.
- Tentukan bagian apa yang menjadi presentasi.
11. Lakukan pemeriksaan Leopold IV:
- Posisi pemeriksa menghadap ke kaki pasien.
- Letakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi abdomen.
- Gerakkan jari tangan secara perlahan dari sisi bawah abdomen ke arah pelvis.
- Palpasi bagian presentasi.
- Tentukan letak dari bagian presentasi tersebut.
12. Tentukan kondisi janin: Jumlah janin, posisi janin (horizontal, vertikal, oblik), presentasi janin,
evaluasi penurunan kepala janin (bila presentasi kepala).
13. Mahasiswa mencuci tangan kembali setelah selesai memeriksa pasien.
14. Mencatat hasil pemeriksaan Leopold pada lembar catatan medis pasien.

1.4 Interpretasi Hasil


1. Pemeriksaan Leopold I : Menentukan bagian janin yang berada di fundus uteri.
- Bokong : lunak, kurang bundar, kurang melenting.
- Kepala : keras, bundar, dan melenting.
- Kosong : janin letak lintang
2. Pemeriksaan Leopold II: Menentukan letak punggung janin di kanan atau di kiri abdomen ibu
(bila punggung tidak terletak di fundus uteri).
- Punggung anak terdapat pada sisi yang memberikan rintangan terbesar.
- Bagian-bagian kecil biasanya terletak berlawanan dengan rintangan terbesar tadi.
- Bila tidak teraba punggung, kemungkinan janin letak lintang.
3. Pemeriksaan Leopold III: Menentukan presentasi janin apakah kepala, bokong, atau kaki.
4. Pemeriksaan Leopold IV: Menentukan apakah presentasi janin sudah masuk ke dalam panggul
(engaged) atau belum (not engaged).
- Kedua tangan konvergen: hanya bagian kecil dari kepala yang turun ke dalam rongga panggul.
- Kedua tangan sejajar: separuh dari kepala telah masuk ke dalam rongga panggul.
- Kedua tangan divergen: bagian terbesar dari kepala telah masuk ke dalam rongga panggul dan
ukuran terbesar kepala telah melewati pintu atas panggul.

Denyut Jantung Janin


Langkah Kerja
1. Menentukan tempat untuk menempelkan stetoskop monoaural sesuai dengan posisi jantung
janin, biasanya di punggung janin.
2. Menghitung denyut jantung janin (DJJ) selama 1 menit penuh.
3. Mencatat hasil perhitungan pada lembar catatan medis pasien.
4. Melakukan interpretasi DJJ.

Interpretasi Hasil
Denyut jantung janin (DJJ) normal adalah 120-160 denyut per menit (dpm).
Bila DJJ kurang dari 120 dpm atau lebih dari 160 dpm maka janin dalam keadaan asfiksia (kekurangan
O2).

Pemeriksaan Ginekologi dengan Spekulum


1. Spekulum cocor bebek

Gambar 3. Spekulum cocor bebek (Sumber: www.bcmamedicalmuseum.org)

2. Cairan desinfektan
3. Sarung tangan
4. Cunam kapas / korentang
5. Kateter nelaton
6. Kapas sublimat
7. Sonde uterus
8. Kassa
9. Cairan antiseptik
10. Bengkok

Langkah Kerja
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien sebagai dokter.
2. Menanyakan identitas pasien.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan ginekologi bimanual.
4. Meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan.
5. Sebelum melakukan tindakan, pasien dianjurkan untuk buang air kecil terlebih dahulu.
6. Persilahkan pasien untuk berbaring di tempat tidur dengan posisi litotomi.
7. Memperbaiki posisi pasien dengan menempatkan perineum tepat di tepi tempat tidur.
8. Pemeriksa berdiri di antara kedua tungkai pasien.
9. Menggunakan sarung tangan secara aseptik. Jangan lupa untuk melepaskan semua aksesoris
pemeriksa yang dipakai di tangan.
10. Melakukan tindakan aseptik pada daerah vulva dan sekitarnya menggunakan cairan antiseptik
dengan arah putaran dari dalam ke luar.
11. Bila pasien tidak dapat BAK sendiri (pada kasus-kasus tertentu), lakukan pemasangan kateter
dahulu.
12. Melakukan inspeksi pada daerah mons pubis, labia mayor dan vulva.
13. Memilih ukuran spekulum sesuai ukuran vagina pasien dan memeriksa keadaan spekulum.
14. Masukkan spekulum, dipegang dengan tangan kanan, ke dalam liang vagina secara perlahan.
Pertama-tama masukkan spekulum dengan cocor bebek pada posisi vertikal. Setelah masuk liang
vagina, spekulum diputar searah jarum jam sehingga cocor bebek berada pada posisi horizontal.
15. Buka spekulum sehingga terlihatlah serviks, lalu kunci spekulum dengan memutar sekrupnya.
16. Bersihkan liang vagina dengan menggunakan lidi berkapas yang telah diberi cairan antiseptik.
17. Perhatikan keadaan serviks: warna mukosa, bentuk, mulut serviks, cairan, massa,
18. Perhatikan dinding vagina dengan memutar spekulum 90 o : warna mukosa, permukaan dinding,
massa, cairan intravaginal.
19. Bila pemeriksaan dianggap selesai, buka kunci spekulum dengan memutar sekrupnya lalu tarik
spekulum ke luar secara perlahan.
20. Letakkan spekulum pada bengkok. Buang sarung tangan ke tempat sampah medis, lalu cucilah
tangan.
21. Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis pasien.

2.4 Interpretasi Hasil


Vulva: ada verucca/tidak, ada infeksi di sekitar vulva/tidak.
Vagina: mukosa normal/tidak, massa/tidak, ada cairan/tidak, keadaan hymen
Sekret : ada, tidak ada. Deskripsikan sekret bila ada (warna, bau, kekentalan).
Warna porsio serviks: merah/pucat, ada massa/tidak.
Ostium uteri internum: tertutup, terbuka
PEMERIKSAAN PAP SMEAR

Gambar 6. Gambaran Serviks (www.feroniaproject.org)

1. Spekulum cocor bebek


2. Spatula Ayre

Gambar 7. Spatula Ayre (Sumber: www.eurocytology.eu)

3. Cytobrush (sikat kecil berbulu halus, untuk mengambil sel-sel serviks)

Gambar 8. Cytobrush (sumber: www. cervarix.blogspot.com)

4. Alkohol 96 %
5. Tampon tang
6. Doek bolong steril
7. Sarung tangan
8. Kasa steril
9. Cairan antiseptik (povidon iodine)
10. Bengkok
11. Kaca objek
12. Zat pemfiksasi sampel

Langkah Kerja
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien sebagai dokter yang bertugas.
2. Menanyakan identitas pasien.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pap smear.
4. Meminta izin pasien untuk melatukan tindakan.
5. Meminta pasien untuk duduk di atas kursi pemeriksaan khusus ginekologis.
6. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
7. Memasang duk bolong steril pada daerah vagina.
8. Memasang spekulum cocor bebek pada liang vagina agar serviks dapat dilihat.Masukkan spekulum,
dipegang dengan tangan kanan, ke dalam liang vagina secara perlahan. Pertama-tama masukkan
spekulum dengan cocor bebek pada posisi vertikal. Setelah masuk liang vagina, spekulum diputar
searah jarum jam sehingga cocor bebek berada pada posisi horizontal.
9. Buka spekulum sehingga terlihatlah serviks, lalu kunci spekulum dengan memutar sekrupnya.
10. Sampel diambil dari luar serviks dan dari liang serviks dengan melakukan usapan menggunakan
spatula yang terbuat dari bahan kayu atau plastik.
11. Setelah itu, cytobrush dimasukkan untuk melakukan usapan dalam kanal serviks.
12. Sampel dari usapan tersebut diletakkan di kaca objek dan disemprot dengan zat untuk memfiksasi,
atau diletakkan dalam botol yang mengandung alkohol 96%. Sampel akan dikirim ke laboratorium.
13. Membuang bahan habis pakai ke dalam tempat sampah medis.
14. Mencuci tangan dan membereskan alat-alat.

Gambar 9. Cara melakukan Pap smear (www.meetdoctor.com)

Persalinan Normal
MANAJEMEN KALA II: PROSES KELAHIRAN KEPALA, BAHU DAN TUBUH BAYI
1. Mencuci tangan dan menyiapkan alat-alat.
2. Penolong berada di depan vulva klien. Klien dalam posisi lithotomi.
3. Menjelaskan kepada klien bagaimana cara meneran yang benar, yaitu selama kontraksi ibu diminta
untuk menarik nafas dalam, menutup mulut rapat, kemudian meneran sekeras mungkin.
4. Memberitahu klien kapan waktu yang tepat untuk meneran.
5. Melakukan episiotomi mediolateral jika diperlukan.
6. Melakukan pertolongan saat bayi akan lahir dengan metode klasik:
a. Pada saat kontraksi uterus dan ibu meneran, kepala bayi berada di vulva pada diameter 5
cm.
b. Dengan menggunakan ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah tangan kanan menekan
perineum ke kranial. Sementara tangan kiri menahan defleksi kepala sampai mata, hidung,
mulut dan dagu bayi lahir.
c. Bersihkan cairan dan lendir pada hidung dan mulut bayi.
7. Melakukan pemeriksaan dalam (vaginal touche) untuk menilai kondisi serviks.
8. Biarkan bayi melakukan rotasi eksternal. Jika diperlukan dokter dapat membantu rotasi.
9. Pada saat kelahiran bahu bayi, kedua tangan memegang kepala bayi biparietal. Lalu tarik perlahan
ke arah posterior untuk menarik bahu anterior dan tarik ke arah anterior untuk melahirkan bahu
posterior.
10. Pada saat melahirkan tubuh bayi, tarik tubuh bayi sejajar dengan ibu sampai bayi terlahir lengkap.
11. Letakkan bayi pada perut ibu dilapisi dengan kain linen steril.
12. Klem tali pusat bayi dengan kocher pada jarak 5 cm dari perut bayi.
13. Urut tali plasenta ke arah distal (menjauhi bayi) sebelum dipasang klem kedua pada jarak 2-3 cm
dari klem pertama ke arah plasenta (menjauhi bayi).
14. Lakukan pengguntingan tali pusat bayi di antara kedua kelem tersebut.
15. Ikat tali pusat dengan benang atau jepit dengan klip khusus yang tersedia.
16. Balut tali pusat dengan kassa steril.

MANAJEMEN KALA III: PROSES KELAHIRAN PLASENTA


1. Injeksi Oksitosin 10 U intramuskular di paha lateral atas.
2. Kosongkan kandung kemih dengan menggunakan kateter nelaton.
3. Melakukan penilaian tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu:
a. Bentuk perut ibu menjadi lebih globular.
b. Keluar darah sekonyong-konyong (mendadak dan banyak) dari jalan lahir.
4. Jika belum terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta, dokter dapat melakukan tes yang berfungsi
untuk menilai pelepasan plasenta dengan cara: tarik tali pusat dengan menggunakan tangan kanan
sedangkan tangan kiri menekan simfisis pasien. Jika tali pusat tidak ikut tertarik ke dalam berarti
plasenta sudah terlepas.
5. Ketika plasenta sudah terlepas, dokter membantu keluarnya plasenta dengan menekan fundus uterus
ke arah dorso-caudal dengan tangan kiri. Tangan kanan menarik tali pusat dengan peregangan tali
pusat tidak terkendali (tidak ditarik paksa) sampai plasenta terlihat. Selanjutnya tangan kiri
diletakkan di atas simfisis sambil menekan sampai plasenta semuanya lahir.
6. Masase fundus uterus sampai terasa adanya kontraksi uterus.
7. Periksa kelengkapan plasenta (selaput dan kotiledon lengkap).

Anda mungkin juga menyukai