Anda di halaman 1dari 28

Pengertian KAA

 adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk


menghentikan perdarahan secara mekanik.
Prosedur ini dilakukan bila kedua upaya dari luar
(kompresi bimanual eksterna) atau dari dalam
(kompresi bimanual interna) tersebut belum
berhasil.
ETIOLOGI

Tindakan kompresi aorta abdomen ini akibat


adanya perdarahan yang disebabkan karena
Penyebab umum perdarahan postpartum
adalah:
 Atonia Uteri
 Sisa Plasenta dan selaput ketuban
 Inversio Uteri
Patofisiologi
 Uterus yang mengalami overdistensi besar kemungkinan besar mengalami
hipotonia setelah persalinan. Dengan demikian, wanita dengan janin besar,
janin multipel, atau hidramnion rentan terhadap perdarahan akibat atonia
uteri. Kehilangan darah pada persalinan kembar, sebagai contoh, rata-rata
hampir 1000 ml dan mungkin jauh lebih banyak (pritchard, 1965). Wanita
yang persalinannya ditandai dengan his yang terlalu kuat atau tidak efektif
juga dengan kemuungkinan mengalami perdarahan berlebihan akibat
atonia uteri setelah melahirkan.
 Demikian juga, persalinan yang dipicu atau dipacu dengan oksitosin lebih
rentan mengalami atonia uteri dan perdarahan postpartum. Wanita
dengan paritas tinggi mungkin berisiko besar mengalami atonia uteri.
Faktor Penyebab Terjadinya Atonia
Uteri
 Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan
perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia
Uteri, diantaranya adalah :
1. Uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan, diantaranya :
a.Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
b.Kehamilan gemelli
c.Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2 memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan
oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi
7. magnesium sulfat yang digunakan untuk
mengendalikan kejang pada preeklamsia atau
eklamsia.
8. umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan
>35 tahun)

 Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan


kala III persalinan, dengan memijat uterus dan
mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan
plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
Manifestasi Klinis
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
2. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum
primer)

Tanda dan gejala atonia uteri


1. perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes.
Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar
disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak
mampu lagi sebagai anti pembeku darah
2. konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan
yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan
yang lainnya
3. fundus uteri naik
4. terdapat tanda-tanda syok
a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90
mmHg
c. pucat
d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)
Langkah klinik kompresi aorta
abdominal
A. Persetujuan tindakan medik
B. Persiapan sebelum tindakan
o Pasien:
1. Infus dan cairannya, sudah terpasang
2. Perut bawah, lipat paha dan vulva, sudah dibersihkan dengan air
dan sabun
3.Siapkan alas bokong dan kain penutup perut bawah
4. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopolmuner

o Penolong:
1. Baju kamar tindakan
2. Sarung tangan DTT
3. Tensimeter dan stetoskop
C. Tindakan
1. Baringkan ibu diatas ranjang, penolong menghadap sisi
kanan pasien. Atur posisi penolong sehingga pasien
berada pada ketinggian yang sama dengan pinggul
penolong.
2. Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak
memakai penopang kaki) dengan sedikit fleksi pada
artikulasio koksae.
3. Raba pulsasi arteri femoralis dengan jalan meletakkan
ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipat
paha, yaitu pada perpotongan garis lipat paha dengan
garis horisontal yang melalui titik 1 sentimeter diatas
dan sejajar dengan tepi atas simfisis ossium pubis.
Pastikan pulsasi arteri teraba dengan baik.
4. Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung
jari dari titik pulsasi tersebut.
5. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung
jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking pada
umbilikus ke arah kolumna vertebralis dengan arah
tegak lurus.
6. Dorongan kepalan tangan kanan akan mengenai
bagian yang keras di bagian tengah/ sumbu badan ibu
dan apabila tekanan kepalan tangan kiri mencapai
aorta abdominalis maka pulsasi arteri femoralis (yang
dipantau dengan ujung jari telunjuk dan tengah tangan
kanan) akan berkurang/ terhenti (tergantung dari
derajat tekanan pada aorta).
7.Perhatikan perubahan perdarahan pervaginam (kaitkan
dengan perubahan pulsasi arteri femoralis).
 Perhatikan:
 Bila perdarahan berhenti sedangkan uterus tidak berkontraksi
dengan baik, usahakan pemberian preparat prostatglandin. Bila
bahan tersebut tidak tersedia atau uterus tetap tidak dapat
berkontraksi setelah pemberian prostatglandin, pertahankan posisi
demikian hingga pasien dapat mencapai fasilitas rujukan.
 Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih berlangsung
maka lakukan kompresi eksternal dan pertahankan posisi
demikian hingga pasien mencapai fasilitas rujukan.
 Bila kompresi sulit untuk dilakuakan secara terus menerus maka
lakukan pemasangan tampon padat uterovaginal, pasang gurita ibu
dengan kencang dan lakukan rujukan.
 Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus
berkontraksi dengan baik. Teruskan pemberian uterotonika

8. Bila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan posisi tersebut


dan lakukan pemijatan uterus (oleh asisten) hingga uterus berkontraksi
dengan baik.

Asuhan Kebidanan Teori
Data Subyektif
Data Yang Diperoleh Dari Wawancara (Tanya Jawab) Dari Klien Dan Keluarga.
(Estiwidani Dkk 2008:140) Data Subjektif Dapat Di Jabarkan Sebagai Berikut:
1. Identitas
a. Nama Yang Jelas Dan Lengkap.
b. Umur Di Catat Dalam Hitungan Tahun.
c. Agama
d. Suku Bangsa
e. Pendidikan
f. Pekerjaan
g. Alamat
2. Keluhan Utama
 Nyeri perut, nyeri kepala (pusing) hebat, susah BAK, penurunan kesadaran,
gelisah, dan bingung
3. Riwayat Kesehatan
 Riwayat preeklamsia dan eklamsia
4. Riwayat Menstruasi
a. Manarche : 14 tahun (jika ibu menarche kurang dari 12
tahun maka sistem reproduksinya masih belum matang)
b. Siklus Haid : 28 hari (siklus haid yang normal atau
dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, pada wanita tidak
sama tetapi siklus ini bisa maju 2 atau 3 hari atau mundur
sampai 3 hari.(pusdinakes,1993:18))
c. HPHT (untuk mengetahui umur kehamilan ibu. Jika lebih
dari 20 minggu dan terdapat tanda gejala preeklamsia)
5. Riwayat Perkawinan
a. Status
b.Lama : berhubungan dengan primipara maupun
multipara
c. Usia Nikah : jika umur bumil belum cukup untuk
bereproduksi maka berpotensi terjadi kehamilan dengan
komplikasi karena system reproduksi belum matang)
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. HPHT : (untuk mengetahui umur kehamilan)
b.HPL : (untuk mengetahui taksiran persalinan)
c. Hamil majemuk
d.GI P0 A0 (ntuk mengetahui grafida ibu. Jika ibu memiliki banyak
anak dan mengetahui apakah beliau pernah mengalami
kehamilan KAA atau tidak sebelumnya)
e. Usia Kehamilan : >20 minggu ( preeklamsia > 20 minggu)
8. Aktivitas Sehari – Hari
a. Nutrisi
makan : porsi, komposisi, frekuensi, pantangan. Minum : frekuensi dan
jenis
b. Eliminasi
BAB dan BAK : frekuensi, konsistensi, jumlah
c. Personal Hiigiene
Mandi, gosok gigi, ganti baju, keramas, ganti celana dalam.
(kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok yang perlu diperhatikan
dalam higine kehamilan terutama vulva dan vagina)
d. Istirahat
Selama hamil : ibu tidur siang 2 jam, malam 6 – 7 jam
(ibu yang istirahatnya kurng berpotensi untuk kehamilan resti)
e. Aktifitas
Selama hamil : pekerjaan selama hamil ringan atau berat
(jika seorang ibu memiliki aktifitas yang padat berpotensi untuk terjadi
abortus)
f. Kebiasaan: (Gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol dan
menggunakan narkoba.)
9. Riwayat Psikosocial dan Spiritual
 (Untuk mengetahui keadaan psikososial spiritual
perlu ditanyakan antara lain: jumlah anggota
keluarga, dukungan moril dan materiil dari
keluarga, pandangan dan penerimaan keluarga
terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang
menguntungkan dan merugikan, pandangan
terhadap kehamilan, persalinan dan bayi.)
a. dukungan Suami dan keluarga
b. Pengambil keputusan dalam keluarga
c. psikologis ibu
DATA OBJEKTIF
 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Lemah
(Biasanya pada atonia uteri keadaan umum ibu lemah karena
mengeluarkan banyak darah)
2) Kesadaran :
Untuk mengetahui tingakat kesadaran ibu. Macam-macam kesadaran:
a. Compos Mentis: Kesadaran penuh.
b. Apatis: Kesadaran dimana pasien terlihat mengantuk tetapi mudah di
bangunkan dan reaksi penglihatan, pendengaran, serta perabaan
normal.
c. Somnolent: Kesadaran dapat dibangunkan bila dirangsang, dapat
disuruh dan menjawab pertanyaan. Bila rangsangan berhenti pasien
tidur lagi.
d. Sopor: Kesadaran yang dapat dibangunkan dengan rangsangan kasar
dan terus menerus.
e. Sopora Coma: Reflek motoris terjadi hanya bila dirangsang nyeri.
f. Coma: Tidak ada reflek motoris sekalipun dengan rangsangan nyeri.
3) Tanda-tanda vital :
Biasanya pada atonia uteri hasil pemeriksaannya yaitu ;
a. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90
mmHg
b. nadi cepat dan lemah ( 110 kali/ menit atau lebih)
c. pernafasan cepat dengan frekuensi30 kali/ menit atau
lebih
d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap

4) Pemeriksaan Fisik
 inspeksi
a. Muka: Pada atonia uteri ibu terlihat pucat karena banyak
darah yang dikeluarkan dan ibu terlihat gelisah
dan bingung, oedema
b. Mata: Pada atonia uteri conjungtiva terlihat pucat.
c. Genetalia: Pada atonia Banyaknya keluar darah disertai gumpulan yang
melebihi batas normal
d. Extremitas atas dan bawah: Berkaitan dengan ada atau tidaknya sianosis.
Jika ibu sianosis indikasi bahwa ibu mengalami syok

 Palpasi
a. Abdomen: TFU sulit susah dinilai, uterus lunak,lembek, dan
fundus uteri naik dan tidak berkontraksi
b. Genetalia: Tidak ada robekan jalan lahir dan tidak ada sisa
plasenta yang tertinggal

 Aukultasi :tidak dilakukan

 Perkusi : reflek patella. Untuk mengetahui ibu terkena


hipertensi/preeklamsi

5) Uji Diagnostik
Pemeriksaan Hb untuk mengetahui atau memperkuat ibu anemia.
Analisa Data
Ibu P...G....A...... Kala III Dengan Atonia Uteri

 Dengan Data Dasar :


a. Wajah Ibu Pucat
b. Kesadaran Ibu Menurun
c. Ibu Mengalami Perdarahan > 500cc
d. Pada Pemeriksaan Palpasi Uterus Ibu Teraba Lembek
e. TFU Masih Tinggi
f. Tekanan darah rendah
g. Nadi cepat >110 x /menit

 Masalah Potensial
a. Anemia
b. Infeksi pp
PENATALAKSANAAN
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
e/ ibu dan keluarga merasa nyaman
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Dilakukan agar ibu dan keluarga mengerti mengenai keadaan ibu
yang mengalami Atonia uteri.
e/ ibu dan keluarga dapat mengerti
3. Melakukan inform consent pada setiap tindakan
Inform consent di berikan pada keluarga untuk memberikan
persetujuan dan kewenangan pada bidan dalam melakukan setiap
tindakan.
e/keluarga pasien menyetujui inform consent
4. Cek uterus dengan melakukan masase fundus uteri segera setelah
lahirnya plasenta
e/tindakan telah dilakukan uterus tidak berkontraksi
5. Cek kelengkapan plasenta
e/tindakan telah dilakukan plasenta lengkap
6. Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan lubang
serviks
e/tindakan telah dilakukan
7. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh dan dapat di palpasi lakukan
pengosongan / kateralisasi dengan tehnik septic dan anti septic
e/tindakan telah dilakukan
8. Lakukan komperesi bimanual internal (KBI) selama 5 menit lalu observasi,
jika perdarahan mulai berhenti dan terjadi kontraksi lakukan KBI tambahan
selama 2 menit
e/tindakan telah dilakukan
9. Jika tidak berhenti lakukan KBE
e/tindakan telah dilakukan
10. Memberikan ergometrin 0,2 mg IM (kontaindikasi hipertensi) atau
misoprostol 600-1000 mcg
e/tindakan telah dilakukan
11. Pasang infus menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan 500 cc
RL+20 unit oksitosin drip
e/tindakan telah dilakukan
12. Melakukan KBI ulang, jika uterus tidak berkontraksi 1-2 menit
kolaborasi dengan DSOG atau siapkan rujukan
e/tindakan telah dilakukan
Selama rujukan dapat memberikan penanganan KAA.
Cara melakukan tindakan KAA:
1) Baringkan ibu diatas ranjang, penolong
menghadap sisi kanan pasien. Atur posisi
penolong sehingga pasien berada pada ketinggian
yang sama dengan pinggul penolong.
2) Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak
memakai penopang kaki) dengan sedikit fleksi
pada artikulasio koksae.
3. Raba pulsasi arteri femoralis dengan jalan meletakkan ujung
jari telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipat paha, yaitu
pada perpotongan garis lipat paha dengan garis horisontal
yang melalui titik 1 sentimeter diatas dan sejajar dengan tepi
atas simfisis ossium pubis. Pastikan pulsasi arteri teraba
dengan baik.
4. Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung jari
dari titik pulsasi tersebut.
5. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari
telunjuk, tengah, manis dan kelingking pada umbilikus ke
arah kolumna vertebralis dengan arah tegak lurus.
6. Dorongan kepalan tangan kanan akan mengenai bagian yang
keras di bagian tengah/ sumbu badan ibu dan apabila tekanan
kepalan tangan kiri mencapai aorta abdominalis maka pulsasi
arteri femoralis (yang dipantau dengan ujung jari telunjuk
dan tengah tangan kanan) akan berkurang/ terhenti
(tergantung dari derajat tekanan pada aorta).
7. Perhatikan perubahan perdarahan pervaginam (kaitkan
dengan perubahan pulsasi arteri femoralis).

8. Perhatikan:
a) Bila perdarahan berhenti sedangkan uterus tidak
berkontraksi dengan baik, usahakan pemberian
preparat prostatglandin. Bila bahan tersebut tidak
tersedia atau uterus tetap tidak dapat berkontraksi
setelah pemberian prostatglandin, pertahankan posisi
demikian hingga pasien dapat mencapai fasilitas
rujukan.
b)Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih
berlangsung maka lakukan kompresi eksternal dan
pertahankan posisi demikian hingga pasien mencapai
fasilitas rujukan.
c) Bila kompresi sulit untuk dilakuakan secara terus
menerus maka lakukan pemasangan tampon padat
uterovaginal, pasang gurita ibu dengan kencang
dan lakukan rujukan.
d) Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan
berhenti dan uterus berkontraksi dengan baik.
Teruskan pemberian uterotonika

9. Bila perdarahan berkurang atau berhenti,


pertahankan posisi tersebut dan lakukan pemijatan
uterus (oleh asisten) hingga uterus berkontraksi
dengan baik.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai