Anda di halaman 1dari 45

OSCE BEDAH

1. BREAST
http://www.slideshare.net/DahviniaDevan/breast-infections
www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-penanganan

 Perkenalan diri
 ANAMNESA
o Identitas pasien (nama, usia, pekerjaan, alamat, menikah)
o Keluhan utama? Nyeri pada payudara kanan/kiri?
o Sejak kapan?
o Nyeri seperti apa?
o Nyeri saat disentuh?
o Terus menerus atau hilang timbul?
o Disertai bengkak? Apakah terasa kencang, kulit menebal?
o Ada gatal/tidak?
o Ada benjolan di payudara atau tidak?
o Demam? Menggigil? Mual? Muntah? Lemas?
o Sekarang sedang menyusui atau tidak? Sudah berapa lama dan seberapa
sering menyusui? Lebih sering di payudara kanan atau kiri?
o Susu keluar banyak atau tidak? Perlu memeras ASI atau tidak?
o Ada cairan keluar dari puting atau kulit di sekitar payudara? Warna, bau,
kental/cair? Keluar spontan atau dengan memencet puting?
o Sudah minum obat apa saja?
o RPD, RPK, kebiasaan merokok, alkohol, obat?
 PEMERIKSAAN FISIK
o Penjelasan prosedur, cuci tangan, minta pasien membuka bajunya
o Inspeksi (posisi duduk)
 Tangan di samping, tangan bertolak pinggang, tangan diangkat ke
depan, tangan diangkat ke atas  Tampak payudara kanan/kiri
simetris/tidak, kemerahan, bengkak, kontur (skin dimpling/tidak),
nipple areola complex (retraksi/tidak)
o Palpasi (dimulai dari payudara sehat)
 Posisi pasien berbaring, taruh tangan di belakang kepala pasien
 Circular/ up and downward
 Teraba hangat & nyeri tekan umumnya di semua regio
 Nipple areola complex
 KBG aksila, infraklavikula, supraklavikula
 EDUKASI
o Non medikamentosa
 Kompres payudara dengan handuk hangat
 Posisi menyusui dengan benar (AMUBIDA)
 Menyusui sampai kosong dan bergantian payudara
 Jika tidak diobati dapat mungkin terjadi abses
o Medikamentosa
 Analgetik
 Na diclofenac 3 x 50 mg
 Antipiretik
 Paracetamol 2 x 500 mg
 Antibiotik
 Amoxicillin-clavulanic acid
 TMP-SMX 2 x 160 mg selama 7 hari
RINGKASAN :

1. Buka baju

2. INSPEKSI

1. 3 Posisi : bertolak pinggang, tangan diatas kepala, membungkuk.

Lihat dan deskripsikan : simetris, kontur, warna kulit : peau de orange.

1. Nipple (puting): retraksi / dimpling, sekret (+/-), ulkus pada kulit

2. Salaman untuk periksa KGB AKSILA lakukan kanan kiri. KGB teraba atau tidak.
Benjolan, ukuran, jumlah, mobilitas.

2. PALPASI PAYUDARA

1. Tangan dikepala (satu satu)

2. Taruh bantal dibawah bahu / scapula pasien (satu satu)

3. Gerakkan palpasi dengan cara SPIRAL (3 Jari 2 tangan)

4. Massa : laporkan  lokasi (4 kuadran / jam), ukuran, konsistensi ( kenyal / padat),


batas (tegas / tidak tegas), mobilitas, kulit (dimpling or ketarik / ulkus / warna / peau
de orange)

5. Nipple : dipencet  keluar sekret atau tidak


Pemeriksaan payudara – station Ca mamma
1. Perkenalan diri (“Pagi ibu, saya dr. _______, dengan ibu siapa?”)
2. Inform consent:
 Saya bermaksud u/ membantu ibu dalam menegakkan diagnosis
 Px tidak nyaman
 Bersedia?/-
 Ada yang mau ditanyakan?
3. Anamnesa:
 Identitas (Nama?, Umur?, Pekerjaan?, Menikah/-, Anak?)
 Keluhan utama:
 Benjolan di payudara:
1. Kanan/kiri?
2. Sejak?
 Tanda – tanda jinak / ganas:
1. Pertama kali ketahuan ukuran sebesar apa? Saat ini sebesar apa? (Tumor doubling
time)
2. Nyeri / -
3. Keluar cairan dari putting susu?  warna (darah/nanah/nanah+darah)
4. Perubahan kulit? (dekok/seperti kulit jeruk/luka/borok)
5. Benjolan di ketiak? Atau tempat lain (Infra/supra clav.) kiri/kanan?
6. Bila haid lebih sakit atau tidak berpengaruh?
 Keadaan mamma kontralateral?
 Faktor resiko:
 Usia ( >35 th)
 Exposure estrogen:
1. Menarche usia? (< 10 th)
2. Menopause usia? (>50 th)
3. Menikah / - ?(tidak menikah)
4. Hamil? Hamil pertama usia? (> 35 th)  Para?
5. Menyusui / - ?
6. Kontrasepsi?  pil KB, suntik KB  brp lama?
 Gaya hidup:
1. Berat badan?  obesitas?
2. Rokok?
 Rx. Keluarga CA (mammae, ovarian / kandung telur dan pankreas)
 Rx. Operasi payudara sebelumnya?
 Metastasis:
 Paru  sesak nafas, batuk – batuk lama
 Hepar  makan cepat begah
 Tulang  nyeri tulang
 Otak  nyeri kepala
4. Pemeriksaan fisik: (St. GENERALIS  ku, ttv, tb/bb, ca/si, thorax, abdomen), (St.
LOKALIS)
 Sebelum periksa:
 Cuci tangan
 Handscoon
 Persilahkan pasien duduk, buka pakaian dan bra
 Minta temanin suster (♀) untuk pemeriksa pria
 Menggosokkan tangan agar hangat
 Saat periksa:
 Melakukan INSPEKSI pada payudara, dengan posisi: TANGAN DISAMPING,
ANGKAT TANGAN, TOLAK PINGGANG, MEMBUNGKUK, menilai:
1. 5 S : Size, Shape, Symmetry, Skin, Scar:
 Simetris/-, puting (retraksi, discharge), kulit (dekok/dimpling, peau
d’orange, ulkus), benjolan, bekas operasi
 Khusus untuk posisi angkat tangan dan membungkuk  Massa ikut
bergerak/-?
 PASIEN BERBARING: ganjal bantal di punggung (agar payudara jatuh rata),
menyelimuti pasien, periksa dari payudara sehat / tidak dikeluhkan, periksa dengan 1
tangan memfiksir 1 tangan dengan 3 jari palpasi setiap quadran dengan cara
sirkuler/linear
 Lakukan inspeksi dan palpasi
 PASIEN DUDUK: palpasi KGB  axilla, infraclavicula, supraclavicular kanan dan
kiri
 Laporan: Hasil inspeksi, Massa
1. Mamma dextra/sinistra
2. Quadran __________
3. Jam ______________
4. Papila _____ cm
5. Batas tegas/tdk tegas
6. Ø ___ x ___ x ____
7. Permukaan rata,licin/lobulated
8. Konsistensi keras/kenyal/kistik
9. Nyeri tekan / -
10. Mobile / -
11. KGB
 Setelah periksa:
 Pakai pakaian kembali
 Px. Selesai
 Terima kasih
 Buang handscoon
 Cuci tangan
 Menulis rekam medis
5. Pemeriksaan penunjang:
a. Diagnosa:
o Lab darah rutin / kimia darah
o Mammografi
o USG mammae
o Histopatologi / PA (biopsy/insisi)
b. Metastasis:
o Foto thorax
o USG Abdomen
o Bone scintigrafi
6. Diagnosis kerja:
Tumor mamma dextra/sinistra susp. ganas/jinak (T…. N…. M….)
7. Tatalaksana:

2. KATETER
 Identitas pasien
 Perkenalan diri dan penjelasan prosedur. Tujan dari pemasangan kateter adalah
untuk menampung kencing pasien, pasien akan merasakan kelegaan apablila
keluhannya susah BAK. Komplikasi dari pemasangan kateter adalah adanya
perdarahan, ruptur uretra, balon pecah, buli berdarah.
 Meminta ijin pada pasien dan meminta pasien utk melepaskan celana
 Mempersiapkan alat-alat: (+ boleh minta asisten?)
o Catheter no. 14/16/18
o Urine bag
o Container urine
o Handschoen steril
o Kassa steril
o Betadine
o Duk steril bolong
o Pinset
o Xylocaine gel
o Syringe 10 ml
o Aquadest
o Micropore/ plester
 Prosedur:
a. CUCI TANGAN! PAKAI GLOVES! Semua alat sudah disiapkan.
b. Cek balon kateter dan sambungkan ke urine bag
c. Berdiri di sebelah kanan pasien
d. Tangan kiri memegang penis pasien dan diarahkan keatas
e. Lakukan desinfeksi dengan kapas sublimate dimulai dari gland penis dan
memutar hingga pangkal 2-3x. Bersihkan juga daerah sekitar dengan
betadine secara sirkular
f. Pasang duk steril bolong pada daerah genitalia
g. Pegang penis tegak lurus dengan tangan kiri dan masukan xylocaine gel
lewat MUE dengan menggunakan tangan kanan
h. Masukkan kateter secara perlahan sampai full dan urin keluar (pasien
dianjurkan untuk menarik nafas).
i. Kembungkan balon kateter dengan aquadest 20 ml
j. Tarik kateter sedikit demi sedkiti sampai terdapat tahanan. Apabila terdapat
tahanan, artinya kateter sudah masuk ke dalam kandung kemih.
k. Lepaskan duk steril
l. Fiksasi kateter pada inguinal dengan micropore
 Setelah urine keluar : catat ukuran kateter, jumlah air pada balon, jumlah urin
output, dan warna urin.
 Edukasi : urin bag/kantong urin harus diletakan di tempat yang lebih rendah, jangan
terinjak ataupun tertarik
Penggantian selang kateter +/- 5hari.
3. HERNIA
 ANAMNESA
o Identitas pasien (nama, usia, pekerjaan, alamat, menikah)
o Keluhan utama? Benjolan di lipat paha kanan/kiri atau buah zakar
kanan/kiri?
o Benjolan muncul sejak kapan?
o Sebesar apa benjolannya?
o Semakin sering muncul akhir-akhir ini atau tidak?
o Pada saat apa saja benjolan itu muncul? (batuk, mengedan, angkat berat)
o Dapat masuk sendiri saat tiduran atau harus dimasukkan dengan jari?
o Nyeri atau tidak?
o Ada gangguan BAB?
o Ada gangguan BAK? (nokturia, frequency, disuria, dribbling, straining, dll)
o Demam? Mual? Muntah? Nyeri perut?
o RPD, RPK, kebiasaan merokok, alkohol, obat?
o Kalo anak-anak: Lahir normal/prematur?
 PEMERIKSAAN FISIK
o KU, kesadaran, TTV
o Inspeksi: Tampak benjolan di lipat paha/skrotum, hiperemis, edema, MUE di
ujung penis atau tidak
o Palpasi:
 Nyeri tekan abdomen, distensi
 Cek kedua testis terlebih dahulu ada atau tidak
 Teraba benjolan pada lipat paha/skrotum konsistensi kenyal,
permukaan rata, batas atas tidak tegas, ukuran ... cm, nyeri tekan
 Finger test  Masukkan benjolan ke kanalis inguinalis. Minta pasien
untuk mengedan/batuk. Jika benjolan teraba di ujung jari berarti
HIL, jika di samping jari berarti HIM.
 Oklusi test  Letakkan jari di atas annulus inguinalis interna, minta
pasien mengedan/batuk. Jika benjolan keluar berarti HIM, jika tidak
keluar berarti HIL.
 Transiluminasi test

Pemeriksaan Hernia pada anak

8. Perkenalan diri (“Pagi ibu/bapak, saya dr. _______, dengan anak namanya siapa?”)
9. Inform consent:
 Saya bermaksud u/ memeriksa anak ibu
 Px tidak nyaman
 Bersedia?/-
 Ada yang mau ditanyakan?
10. Anamnesa:
 Identitas (Nama?, Umur?, Lk/Pr?, )
 Keluhan utama:
 Benjolan di lipat paha / buah zakar? Kanan/kiri/keduanya? Hilang
timbul? Sejak ___ SMRS?
 Dapat dimasukkan/-?
 Riwayat kelahiran: lahir premature/-, lahir normal/-
 Tanda obstruksi: muntah, susah flatus/BAB
 Tanda strangulata: makin rewel ga anaknya mengeluh sakit sekali? Demam?
Benjolan ada perubahan warna  memerah?
4. Pemeriksaan fisik:
a. Menggunakan APD, CUCI TANGAN, di RUANGAN HANGAT, SUPINE
b. TTV
c. St. lokalis: regio ___
 Inspeksi: inguinal asimetris/ simetris, benjolan di skrotum/ inguinal
yang hilang timbul  hilang saat supine/istirahat, muncul saat
menangis, tanda strangulata (edema dan bercak kemerahan pada
benjolan), apakah ada benjolan
 Palpasi: Nyeri tekan/-, benjolan berapa besar?, dapat dimasukkan/-, anak
besar (Berdiri & valsalva-batuk) bila bayi (menangis)  keluar masuk/-,
silk glove sign jarak dari tuberkulum pubis (origo muskulus
abductor longus minta pasien abduksi kaki tangan) dan SIAS 
linea ligamentum inguinale  ½ nya  1 jari diatasnya  deep
inguinal ring (teraba spermatic cord)
 Tidak melakukan finger test dan zieman’s
5. Diagnosa kerja  hernia inguinalis lateralis dextra/sinistra
6. Rencana tatalaksana  menjelaskan kepada orang tua ini perlu rujuk sp.BA sesegera
mungkin untuk dilakukan herniotomi  resiko strangulata tinggi  karena gagal
nutup prosesus vaginalis, anak kecil inguinal ring kecil
7. Berterima kasih, buang APD, cuci tangan , tulis rekam medis

Pemeriksaan Hidrocele pada anak

1. Perkenalan diri (“Pagi ibu/bapak, saya dr. _______, dengan anak namanya siapa?”)
2. Inform consent:
 Saya bermaksud u/ memeriksa anak ibu  menegakkan diagnosis
 Px tidak nyaman
 Bersedia?/-
 Ada yang mau ditanyakan?
3. Anamnesa:
 Identitas (Nama?, Umur?, Lk/Pr?, )
 Keluhan utama:
 PEMBESARAN BUAH ZAKAR  Kanan/kiri/keduanya? Hilang
timbul? Sejak ___ SMRS?
 Dapat dimasukkan/-?
 Riwayat kelahiran: lahir premature/-, lahir normal/-
4. Pemeriksaan fisik:
 Menggunakan APD, CUCI TANGAN, di RUANGAN HANGAT, SUPINE
 TTV
 St. lokalis: regio ___
 Inspeksi: skrotum simetris/-, skrotum mana yang membesar
 Palpasi: melakukan palpasi  lunak, batas atas (+)
 Transillumination test  ruangan gelap
5. Diagnosa kerja  hydrocele dextra/sinistra/bilateral
6. Rencana tatalaksana  menjelaskan kepada orang tua ini menunggu hingga umur 2
tahun  bila tidak mengecil/hilang sendiri  ligasi tinggi  karena akibat belum
menutup prosesus vaginalis  cairan di tunika vaginalis
7. Berterima kasih, buang APD, cuci tangan , tulis rekam medis

4. APP
 ANAMNESA
o Identitas pasien (nama, usia, pekerjaan, alamat, menikah)
o Keluhan utama? Nyeri di perut kanan bawah?
o Awalnya nyeri dimana? Menjalar kemana?
o Sejak kapan?
o Nyeri seperti apa?
o Terus menerus atau hilang timbul?
o Lebih enakan jika posisi apa? Lebih nyeri saat apa? (batuk/dunphy sign)
o Skala nyeri?
o Demam sejak kapan? Demam dulu atau nyeri perut dulu?
o Mual? Muntah? Nafsu makan menurun?
o Siklus menstruasi teratur atau tidak? HPHT? Keputihan? Riwayat KB?
o Gangguan BAB? Darah? Kentut?
o Gangguan BAK? Nyeri?
o RPD, RPK, kebiasaan?
 PEMERIKSAAN FISIK
o KU, kesadaran, TTV
o Inspeksi: Datar/ cembung, luka
o Auskultasi: Bising usus meningkat/normal/menurun
o Palpasi: Nyeri tekan ada/tidak? (>2 regio suspek peritonitis difus) dimana?
massa, distensi, defans muskular, nyeri lepas (rebound tenderness), rovsing
sign, blumberg sign
o Perkusi: Timpani/ dull, pekak hati
o Psoas sign
o Obturator sign
o Rectal touche

5. HECTING
 Identitas pasien
 Perkenalan diri dan penjelasan prosedur
 Mempersiapkan alat-alat:
o Gloves steril
o Spuit 3 cc
o Lidocaine 2% 1 amp
o Bisturi, scalpel
o Needle holder
o Klem lurus
o Benang + jarum
o Duk steril
o Alcohol swabs + betadine
o Pinset anatomis & sirurgis
o Kassa + poliflix

 Prosedur:
o CUCI TANGAN! PAKAI GLOVES!
o Pasang bisturi ke scalpel menggunakan klem lurus
o Pasang benang, masukkan lidocaine ke spuit
o Tindakan antiseptik
o Pasang duk steril
o Anestesi lokal dengan infiltrasi dengan 1 tusukan namun berbagai arah
o Cek masih nyeri atau tidak dengan pinset
o Lakukan insisi (elips)
o Jahit dengan teknik simple interrupted suture
o Bersihkan daerah suture
o Tutup dengan kassa + poliflix
 Edukasi :
o Jangan basah
o Jika ada rembesan, demam  kontrol dokter
o Kontrol untuk lepas jahitan +/- 10-14 hari ke dokter lagi medical mini
notes halaman 10

6. CEDERA KEPALA
Cara Baca CT Scan :
CT scan contrast ato bukan
Coronal ato axial ( dari atas)
Identitas
Hipodens, hiperdens ( putih)
Blood : hiperdens
Scalp : caput hematom?
Tulang : fraktur?
Parenkim : perdarahan ?
Volume perdarahan : (jumlah slice x panjang x lebar) : 2
i. Diukur dari gambar terbesar
ii. Dibagi 2 kalo ½ . ga usah dibagi kalo 1

Midline shift?
Airway : GCS <8 INTUBASI
Breathing : perhatikan RR, harus beri Oksigen
Circulation : nadi, tensi, akral. Terapi cairan  RL 1-2 L
Disability : cek GCS, pupil, motorik lateralisasi (+sensorik)
Exposure
Jangan lupa pasang kateter dan NGT

Indikasi Operasi :
• Volume masa hematom mencapai lebih dari 40 ml di daerah supratentorial atau lebih dari
20 cc di daerah infratentorial
• Kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara klinis, serta gejala dan tanda
fokal neurologis semakin berat
• Terjadi gejala sakit kepala, mual, dan muntah yang semakin hebat
• Pendorongan garis tengah sampai lebih dari 3 mm
• Terjadi kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 25 mmHg.
• Terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang CT scan
• Terjadi gejala akan terjadi herniasi otak
• Terjadi kompresi / obliterasi sisterna basalis

Untuk gambaran SDH, EDH, SAH, ICH lihat di PPT ya  beserta penjelasannya :D

7. LUTS (dd/ BPH, RCC, batu)


Memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur pemeriksaan
Identitas pasien
Anamnesa :
Keluhan utama? Sulit BAK
Sejak kapan sulit BAK? Apakah ini pertama kali atau sebelumnya pernah terjadi?
Berapa kali BAK dalam sehari?
Apakah sering terbangun di malam hari utk berkemih?
Apakah merasa tidak puas setiap kali BAK?
Apakah terasa nyeri saat BAK? Nyeri saat memulai/sepanjang berkemih/diakhir berkemih?
Terasa perih?
Apakah harus mengedan saat BAK?
Apakah ada waktu jeda saat berkemih, kemudian dilanjutkan lagi berkemih?
Bagaimana pancaran BAK? Jauh atau menetes?
Apakah bisa menahan kencing?
Apakah ada darah di kencing?
Bagaimana pola hidup, apakah cukup minum?
Sudah berobat sebelumnya? Sudah mengkonsumsi obat apa?
Riwayat DM, HT, jantung, sakit ginjal?
Apakah ada riwayat operasi di daerah kemaluan?
Adakah riwayat prostat, keganasan?
Ada riwayat trauma?

Meminta ijin dan meminta pasien untuk membuka baju


Pemeriksaan Fisik :
Cek TTV + GCS terlebih dahulu
Regio Costovertebralis (ballotement, flank tenderness, CVA?)
• Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda radang tidak ada,hematom tidak
ada, alignment tulang belakang normal, gibbus tidak ada, tidak tampak massa tumor.
• Palpasi : Tidak teraba massa tumor, ballotemen ginjal tidak teraba, tidak nyeri tekan pada
costovertebral/nyeri pada flank
• Perkusi : Nyeri ketok pada costovertebral (Nyeri ketok CVA)

Regio Suprapubic ( volume buli-buli kosong/full? Nyeri/tidak?)

• Inspeksi : Kesan datar, warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak massa tumor,
hematom tidak ada, edema tidak ada
• Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, buli-buli tidak teraba, massa tumor tidak teraba.

Regio Genitalia Eksterna ( tanda-tanda stenosis/oenyempitan meatus urethra eksterna (MUE))

• Penis
Inspeksi : Warna lebih gelap dari sekitarnya, tampak penis sudah disunat, Ostium Urethra
Eksterna di ujung penis, massa tumor tidak ada, hematom tidak ada.
Palpasi : Tidak teraba massa tumor, tidak nyeri tekan
• Scrotum
Inspeksi : Warna lebih gelap dari sekitarnya, hematom tidak ada, udem tidak ada, massa
tumor tidak ada.
Palpasi : Tampak dua buah testis, kesan normal, massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak
ada.
• Perineum
Inspeksi : Warna sama dengan sekitar, tidak tampak massa tumor, hematomtidak ada,
edema tidak ada
Palpasi : Tidak teraba massa tumor, tidak nyeri tekan

Rectal Toucher

Jelaskan prosedur, minta ijin, buka celana, posisi litotomi, pasang glove, gel.
Inspeksi : hemoroid eksterna, fistula, abses
Masuk :
• Sphincter ani kuat, mukosa licin, ampulla kosong.
• Prostat teraba menonjol ke arah rektum, ukuran ± 1 cm, konsistensi kenyal,
permukaan rata, simetris, sulcus medianus (TENGAH HATI) masih dapat
teraba, pool superior masih dapat dicapai, nyeri tekan tidak ada.
• N : TERABA HINGGA BAGIAN POOL PROSTAT / Bagian atas prostat
nya.
• Massa tumor tidak teraba
Keluar :
• Handscoon : faeces tidak ada, lendir tidak ada, darah tidak ada
8. TIROID
Anamnesa :
Identitas : usia (<25th >50th, muda : papiler, tua : folikuler), jenis kelamin : (p : papiler,
folikuler)
Benjolan dmn?
Onset ? progresifitas?
Ikut bergerak saat menelan engga?
Benjolan di tempat lain?
Infiltasi ke daerah sekitar : gangguan menelan, sesak nafas, suara serak, nyeri tenggorokan
Asal tempat tinggal (tinggi : folikuler, anaplastik. Rendah:papiler)
Gejala hipertiroid dan hipotiroid
Risk factor : paparan radiasi di daerah leher dan kepala
Riwayat keluarga
Metastasis : mual, muntah, sesak nafas, sakit di tulang
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi :
- lokasi : lobus kanan, kiri, isthmus
- ukuran : besar/kecil
- bergerak saat menelam atau tidak
Palpasi :
- ukuran, permukaan, batas/tepi, ukuran, NT, konsistensi, difus/noduler
- Pembesaran KGB di sekitar
- Tanda metastasis : hepar, paru
Pemeriksaan penunjang :
- lab : Fungsi tiroid (FT3, FT4, TSH), tiroglobulin, calcitonin (tipe medulare)
- USG : tiroid, abdomen
Thyro-scan/scintigraphy

TIROID
• Cuci tangan
• Perkenalkan diri, menjelaskan prosedur, dan meminta persetujuan
• Melakukan inspeksi dari depan pasien dan minta pasien kepala agak mendongak ke atas
Lalu minta pasien menelan air  bila mengikuti itu adalah tiroid
Pembesaran kelenjar tiroidnya, adakah massa terlihat (difus / multi nodul), edema, warna
kulit

• Palpasi tiroid pasien dengan kepala pasien agak mendongak ke atas

Taruh jari telunjuk di kelenjar tiroid

Minta pasien untuk menelan, apabila mengikuti gerakan menelan, maka itu benar kelenjar tiroid

Massa (difus / multinodul, konsistensi, lokasi, ukuran, mobility, batas, permukaan rata atau
bergerinjil-gerinjil, nyeri tekan, panas, batas)

Nilai kulit

• Periksa KGB
Preaurikular, submandibula, submental

Postaurikular, cervical, supraklavikular, infraklavikular


9. RCC

10. BURN
Luka bakar  luka yang disebabkan oleh api / penyebab lain.
Etiologi :
- flame : kebakaran api ditubuh
- flash : jilatan api ke tubuh
- scald : terkena air panas
- kontak dengan benda panas
- sengatan listrik
- bahan kimia
- sunburn
Patofisiologi :
a. zona koagulasi rusak irreversibel saat terjadi trauma luka bakar
b. zona stasis : area yang mengelilingi zona nekrotik, terjadi kerusakan vaskular dan
kebocoran pembuluh darah
c. zona hiperemia : vasodilatasi akibat inflamasi
Fase luka bakar
- fase akut / shock : ancama gangguan airway, breathing, circulation
- fase subakut setelah fase shock terataso : kerusakan / kehilangan jaringan akibat
kontak dengan sumber panas. Luka menyebabkan proses inflamasi disertai dengan
eksudasi protein plasma dan infeksi yang dapat menimbulkan sepsis.
- Fase lanjut : terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah yg
mungkin muncul : jar. Parut, kontraktur, dan deformitas.

Degree Cause Appearance Color Histology Sensation Healing


1st flash, kering, eritema epidermis intak, 3-6 hari,
flame, nyeri, bula mild- w/o scar
sunburn (-) moderate
2nd
Superficial kontak kemerahan, white epidermis intact, 1-3 wks
dg cairan bula(+), to s/d severe (10-14
panas, epidermis ponk, superfisial pain hari),
flash rusak, cherry dermis, skin scarring
flame to basah, red appearance unusual
clothing, berair, intact
direct nyeri (+)
flame,
chemical
Deep kontak white epidermis, decreased, > 1 bulan /
dg cairan appearing most maybe 3 minggu;
atau w/ eritema dermis, skin less disertai dg
benda area, dry, appendages painfull jar. Parut
panas, waxy, less destroy hipertrofi
flame, elastic
chemical,
electrical
3rd
Full prolonged white, epidermis & anesthetic don’t heal,
Thickness contact charred, tan, all of severe
w/ flame, thrombosed dermis/ scarring &
electrical vessels, bula lebih dalam, contracture
(-) ie: subkutis

Kriteria Berat – Ringan ( American Burn Association)

- Ringan : derajat 2 <15%, <10%(anak), derajat 3 <2%


- Sedang : derajat 2 15-25%, 10-20% (anak), derajat 3 2-10%
- Berat : derajat 2 >25%, > 20%(anak), derajat 3 >10%; mencakup tangan, wajha,
telinga, mata, kaki, genitalia/perineum

Hati – Hati TRAUMA INHALASI!

- luka bakar di wajah dan leher


- luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
- alis dan bulu mata hangus
- timbunan cairan dan peradangan akut orofaring
- sputum ada arang
- riwayat terkurung di dalam api
- gangguan mengunyah
- Hb karboksi >10% setelah di luar tempat kebakaran

10 BURN UNIT REFERAL CRITERIA

1. partial thickness burns >10%


2. burn melipiti wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, atau major joints
3. derajat 3 semua usia
4. electical burns, termasuk lightning injury
5. chemical burns
6. inhalasi injury
7. burn injury pada pasien dg preexisting medical disorder  komplikasi, prolong management
 meningkatkan mortalitas
8. burn disertai dnegan concomitant trauma
9. burn child tanpa adanya tenaga medis ataupun fasilitas yang memadahi untuk menangani
anak-anak
10. burn injury pada pasien yang berkebutuhan khusus, yang membutuhkan longterm
rehabilitasi

Terapi  tetap ATLS : ABCDE


Resusitasi cairan : Baxter Formula
4cc x %TBSA x BB(kg)
8 jam pertama : 50%
16 jam berikutnya : 50%
antibiotik
antitetanus
NGT
Kateter  pertahankan urin 0.5-1 cc/kgBB/jam

Obat topikal :
Luka bebas infeksi; mengurangi rasa nyeri; dapat menembus scar; mempercepat epitelisasi.
Jenis :
 silver sulfadiazine : prevent and treat infections derajat 2-3, diberikan 2x/hari.
Memiliki sifat bakteriostatik, daya tembus efektif u/ semua kuman, tdk
menimbulkan resistensi, relatif aman utk digunakan.
 Moist exposure burn ointment : MEBO/SIBRO
 Antibiotik
 Antiseptik : iodium povidon (betadin)
 Kompress nitras argenti

Pembedahan : eskarekromi

Dilakukan pada luka bakar derajat 3 yang melingkar di ekstremitas / tubuh karena
mengganggu sirkulasi.

Debridement : eksisi tangensial (pada hari ke 3-7)

Derajat 2 deep dan derajat 3 dilakukan skin graft  u/ mencegah keloid dan jar.parut,
biasanya sebelum hari ke 10.

11. TRAUMA THORAKS


Pneumothorax
Perkenalan diri dan penjelasan prosedur
Anamnesa :
KU : sesak/nyeri saat bernafas
Nyeri : dada seperti ditusuk
Sejak kapan?
Semakin lama semakin memberat atau sama saja?
Ada kondisi yang memperingan atau memperberat?
Riwayat Trauma?
Pekerjaan? (ex. Main saxophone), aktivitas
Riwayat sakit paru : PPOK, asma, sarkoidosis, infeksi
Pemeriksaan Fisik : CUCI TANGAN DULU
A : clear?

Look : benda asing di jala napas, tanda hipoksia, sianosis, retraksi

Listen : stridor, snoring, gurgling


Feel : deviasi trakea

patensi airway smua dikasi O2, klo ga intubasi  O2 face mask. chin lift jaw thrust
dengan kontrol servikal, bersihkan dari benda asing, gcs <= 8 definitive airway

B : bentuk simetris (kecuali terjadi fraktur iga/flail chest), gerak tidak simetris, tertinggal
pada bagian sakit, nafas cepat dan dangkal, VBS kiri menurun, SaO2 dapat menurun/normal.

- Inspeksi : depan belakang .Luka, warna kulit, memar, frekuensi napas, Deviasi trakea :
tension  trakea terdorong ke sisi sehat

- Palpasi : Ekspansi tidak simetris Bagian yang sakit gerakannya tertinggal dan fremitus
hantarannya lebih rendah di sisi sakit, intercostal dapat normal atau melebar,
- Perkusi : hipersonor
- Auskultasi : bunyi napas melemah hingga tidak terdengar

C : Tekanan darah, akral hangat, CRT<2detik


D
E
Lokalis :
Inspeksi : asimetris hemithorax dengan sisi sakit terlihat tertinggal saat respirasi.
Palpasi : chest expansion sisi sakit tertinggal, TVP redup di sisi sakit
Perkusi : hipersonor pada sisi yang sakit
Auskultasi : bunyi nafas melemah atau hilang pada sisi sakit
Pemeriksaan penunjang
Lab : AGD  hipokseia
X-Ray Thorax : garis pleura visceral tampak putih, lurus atau cembung terhadap dinding dada
dan terpisah dari garis pleura parietalis. Celah antara kedua garis pleura tampak lusens
karena terisi kumpulan udara dan tidak didapatkan corak vaskuler pada daerah tsb.
Tatalaksana Umum
1. Torakosentesis Jarum
Prosedur ini untuk tindakan penyelamatan pada tension pneumothorax. Jika tindakan ini
dilakukan pada penderita bukan tension pneumothorax, dapat terjadi pneumothorax
dan/atau kerusakan pada parenkim paru.

1. Identifikasi thorax penderita dan status respirasi


2. Berikan oksigen dengan aliran tinggi dan ventilasi sesuai kebutuhan
3. Identifikasi sela iga, di linea midklavikula di sisi tension pneumothorax
4. Asepsis dan antisepsis dada
5. Anestesi local jika penderita sadar atau keadaan mengijinkan
6. Penderita dalam keadaan posisi tegak jika fraktur servikal sudah disingkirkan
7. Pertahankan Luer-Lok di ujung distal kateter, insersi jarum kateter (panjang 3-6
cm) ke kulit secara langsung tepat di atas iga ke dalam sela iga
8. Tusuk pleura parietal
9. Pindahkan Luer-Lok dari kateter dan dengar keluarnya udara ketika jarum
memasuki pleura parietal, menandakan tension pneumothorax telah diatasi
10. Pindahkan jarum dang anti Luer-Lok di ujung distal kateter. Tinggalkan kateter
plastic di tempatnya dan ditutup dengan plester atau kain kecil.

Potensi morbiditas yang berhubungan dengan torakosentesis jarum termasuk


pneumothorax(dan potensi menjadi tension pneumothorax), tamponade jantung,
perdarahan (yang dapat mengancam jiwa), loculated intrapleural hematom, atelektasis,
pneumonia, emboli udara arteri (ketika torakosentesis jarum dilakukan dan tidak ada
tension pneumothorax), dan rasa sakit kepada pasien.

2. Chest Tube
1. Tentukan tempat insersi, biasanya setinggi putting (sela iga V) anterior linea
midaksilaris pada area yang terkena
2. Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup dengan kain
3. Anestesi lokal kulit dan periosteum iga
4. Insisi transversal (horizontal) 2-3 cm pada tempat yang telah ditentukan dan
diseksi tumpul melalui jaringan subkutan, tepat di atas iga
5. Tusuk pleura parietal dengan ujung klem dan masukkan jari ke dalam tempat
insisi untuk mencegah melukai organ yang lain dan melepaskan perlekatan,
bekuan darah, dll
6. Klem ujung proksimal tube torakostomi dan dorong tube ke dalam rongga pleura
sesuai panjang yang diinginkan hingga lubang terakhir berada di rongga pleura
7. Cari adanya “fogging” pada chest tube pada saat ekspirasi atau dengar aliran
udara
8. Sambung ujung tube torakostomi ke WSD
9. Jahit tube di tempatnya
10. Tutup dengan kain/kasa dan plester

FLAIL CHEST

 diagnosis klinis : paradoksal dinding dada


 Klinis : o2 turun co2 naik  sesak napas, kompensasi : takikardia, saturasu turun  sianosis,
inspirasi  fragmen kosta gesek dengan jaringan sekitar : nyeri dada, biasanya selalu diserai
trauma pada organ lain (kepala, abd, ekstr)
• Adequate ventilation
• Adequate circulation
• Analgesia
PF :
• TTV
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
• AGD : Asidosis respiratorik

RINGKASAN
1. Perkenalkan diri
2. Jelaskan prosedur pemeriksaan
3. Minta pasien membuka baju
4. INSPEKSI : depan belakang, DEFIASI TRAKEA
1. Bentuk tidak simetris
2. Ekspansi dada tidak simetris
3. Retraksi, menggunakan otot dada
5. PALPASI :
1. Ekspansi dada tidak simetris / tertinggal saat inspirasi – ekspirasi
2. Taktil fremitus (77) menurun pada sisi yang terkena.

6. PERKUSI
Lakukan pada minimal 4 posisi di anterior dan posterior.. Kalau timpani meningkat pada sisi
yang terserang min 3 dari 4 maka +
Batas PARU HEPAR!! Hilang
7. AUSKULTASI
Decreased breath sound pada lokasi yang terserang

HEMATOTHORAX

• Darah dalam cavum pleura


• Gejala klinis : sesak, nyeri dada, sampai shock serta anemia
• Penyebab : trauma, pembedahan, prosedur diagnostik/terapi, neoplasma, infark paru, infeksi
(TBC)
• Diagnosis : riwayat trauma atau post tindakan bedah
• PF : pergerakan berkurang, Perkusi redup , penurunan suara nafas ipsilateral, gambaran
radiologi seperti efusi pleura, dilakukan aspirasi
• Klasifikasi : Ringan ( <300 cc), Sedang (300-800 cc) , Berat (>800 cc)
• Terapi : penggantian volume darah dan dekompresi
konservatif (jika <1/3 cavum pleura), chest tube (32-36F) dan WSD gagal/masif 
thoracotomy/VATS

RINGKASAN :

 Atasi tension. Open pneumothorax, hemathorax, flail chest

Pneumothorax

 Pneumothorax simple :
WSD di ICS 4/5 anterioraxila sesuai untuk kasus multiple injury, pasien yang
akan ditransfer jarak jauh

<20% stabil tanpa keluhan  konservatif rawat jalan kontrol 2-3 hari
 Pneumothorax Tension :
1. dekompresi segera dengan large bore needle insertion ukuran 16 (selag iga II atau
III, linea midklavikula)  dengarkan suara paru setelah pemasangan  x ray dada 
rujuk BTKV

2. WSD

 Pneumothorax Open : oksigen 100% face mask. Intubasi dipertimbangkan jika


oksigenasi atau ventilasi tidak adekuat. Manajemen definit : tutup luka dan segera
memasang intercostal chest drain .

12. FRAKTUR

ANAMNESA

a. Identitas pasien (nama, usia, pekerjaan, alamat, menikah)


 Nyeri pada daerah?
 Sejak kapan?
 Nyeri yang dirasakan seperti apa?terus menerus/hilang timbul?
 Faktor yang memperingan?/memperberat nyeri?
 Skala Nyeri?
 Bagaimana mekanisme trauma?menggunakan helm /tidak(jika berkendara)?
 Setelah kejadian sadar/pingsan?ada benturan pada kepala? Keluar darah dari
telinga/hidung/mulut?
 Mual?muntah?penglihatan kabur?
 Apakah ada keterbatasan gerak? Setelah kejadian masih dapat
duduk/berdiri/berjalan?
 Sudah diobati/diurut/dijahit,dll?membaik/tidak?
 Riwayat dahulu?apa ada riwayat trauma lain sebelumnya?
 Riwayat operasi?
 Riwayat penyakit DM, HT, alergi, TB, asma?
 RPK, RPD
 Riwayat kebiasaan (merokok, alkohol, medikasi)

Pemeriksaan Fisik

 KU, TTV, GCS, status generalisata (kepala, thoraks, abdomen, ekstremitas)


 Status lokalis regio..
 Look:
kulit: vulnus ada /tidak lokasi, ukuran
Bone exposed ada/tidak?
Perdarahan aktif ada/tidak?
Deformitas angulasi/shortening/rotasi
Swelling ada/tidak
 Feel: Bandingkan kanan dan kiri
nyeri tekan
Pulsasi arteri distal
Sensibilitas distal
 Move:
Gerakan aktif minta pasien menggerakkan sendiri (adduksi, abduksi, fleksi, ekstensi,
internal rotasi, eksternal rotasi)
Gerakan pasif

Diagnosis:

 Lab: FBC, PT,APTT, elektrolit


 Xray AP dan lateral  rule of 2 (views,joints,sides,times)

TATALAKSANA

 Penjelasan prosedur bahwa akan dilakukan tindakan pembidaian untuk


mengimobilisasi/memfiksasi area fraktur dengan tujuan mengurangi nyeri, mencegah
terjadinya kerusakan yang lebih berat, mempertahankan posisi nyaman, dan mempermudah
transportasi ke layanan RS
 Melepaskan/ menggunting pakaian pasien di area fraktur
 Melepaskan perhiasan di area fraktur
 Mempersiapkan alat-alat:
o Bidai (yang dapat meliputi dua sendi proksimal dan distal area fraktur)
o Kain panjang
o Kain segitiga (mitela)
o Verban elastis
 Fraktur femur
o Posisikan pasien pada posisi yang nyaman sesuai anatomis  tiduran dengan kedua kaki
lurus
o Pasang bidai di sebelah medial dan lateral (dan belakang) kaki
o Ikat bidai di ujung superior dan di ujung inferior area fraktur dan di tengah (daerah bawah
lutut)
o Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada regio distal dari lokasi pembidaian, untuk
memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
o X-ray  rules of two (views, joints, sides in children, times)
 Fraktur radius/ulna
o Posisikan pasien pada posisi yang nyaman sesuai anatomis  lengan atas menempel pada
badan, fleksikan sendi siku 90˚ dan letakkan lengan bawah di depan dada
o Pasanglah bidai pada lengan bawah dengan bidai menempel antara siku sampai ujung jari
o Ikatlah bidai pada lokasi di proksimal dan distal area fraktur
o Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada regio distal dari lokasi pembidaian, untuk
memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
o Pasang arm sling:
 Letakkan kain mitela di sisi bawah lengan
 Apex dari mitela berada di siku dan puncak dari mitela berada pada bahu sisi lengan yang
tidak cedera
 Posisikan lengan bawah sedemikian rupa sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira
membentuk sudut 10°)
 Ikatlah dua ujung mitela pada kedua bahu
 Sisipkan apex dari mitela di sisi siku

o X-ray  rules of two (views, joints, sides in children, times)

 Fraktur klavikula
o Biasanya menggunakan broad arm sling atau figure of 8 selama 2 minggu
o Dilakukan pada fraktur klavikula 1/3 tengah atau pada fraktur bagian lateral & medial yang
undisplaced
o Figure of 8:
 Posisikan kedua tangan pasien lurus ke bawah dan badan tegak
 Kalungkan kain panjang di leher dan kedua ujungnya diarahkan melalui ketiak ke arah
belakang
 Masukkan kedua ujung kain ke bagian kain di belakang leher
 Tarik kuat dan ikat dengan simpul
o X-ray  rules of two (views, joints, sides in children, times)

 Sprain ankle
o RICE:
 Rest your ankle by not walking on it. Limit weight bearing.
 Ice it to keep down the swelling. Don't put ice directly on the skin (use a thin piece of cloth
such as a pillow case between the ice bag and the skin) and don't ice more than 20 minutes
at a time to avoid frost bite.
 Compression can help control swelling as well as immobilize and support your injury.
 Elevate the foot by reclining and propping it up above the waist or heart as needed.
o Figure of 8
 Posisikan kaki pasien pada posisi sesuai anatomis
 Pertahankan posisi kaki dengan menahan tumit pasien sambil membalut dengan verban
elastis
 Balut melalui punggung dan telapak kaki kemudian mengarah ke distal tungkai bawah
 Ulang kembali ke punggung kaki dan seterusnya

o X-ray  rules of two (views, joints, sides in children, times)

FRAKTUR TERBUKA

 Gustilo open fracture classification


o Derajat I : laserasi < 1 cm, kerusakan jaringan minimal, luka relatif bersih
o Derajat II : laserasi > 1 cm, tidak ada kerusakan jaringan hebat atau avulsi, ada kontaminasi
o Derajat III : luka lebar, rusak hebat, jaringan sekitar hilang, kontaminasi hebat.
 IIIa : masih ditutupi jaringan lunak
 IIIb : periosteal stripping yang luas, kerusakan jaringan lunak
 IIIc : kerusakan pembuluh darah

 ABCDE!  Pasang IV line


 Berikan antibiotik  co-amoxiclav & gentamicin (maksimal 72 jam)
 Berikan analgetik & vaksin tetanus
 Anamnesa & PF (seperti di atas)
 Penjelasan prosedur , melepaskan/ menggunting pakaian pasien dan perhiasan di area
fraktur
 Mempersiapkan alat-alat
 Irigasi dengan NaCl 0,9% & betadine
 Biarkan luka terbuka dan pasang donat jika ada bone exposed
 Lakukan pembidaian
 X-ray  rules of two (views, joints, sides in children, times)

Sindroma Kompartemen

Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan intersitial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di
dalam kompartemen osteofascial yang tertutup (berisi otot, saraf, pembuluh darah), serta dibatasi
oleh tulang, intraoseous membran, dan fascia.

Etiologi

1. Peningkatan volume cairan


 peningkatan permeabilitas kapiler akibat syok, luka bakar, trauma langsung
 peningkatan tekanan kapiler akibat obstruksi vena
 Hipertrofi otot
 Infiltrasi infus
 Perdarahan

2. Penurunan volume kompartemen balutan terlalu ketat

Gejala 5P:

Pain: nyeri saat pergerakan pasif otot-otot yang terkena

Pallor: kulit dingin, pucat

Parestesia: panas dan gatal, penurunan sensas

Paralisis: ketidakmampuan menggerakkan sendi

Pulselessness: penurunan denyut nadi akibat gangguan perfusi arterial


No. Subjects Checklist
1 Introduction: nama dokter, nama pasien
2 Chief complaint and onset
PRIMARY SURVEY
Airway with c-spine control - pastikan tidak ada sumbatan
3
jalan nafas
Breathing with ventilation - gerak nafas simetris ga? RR?
4 Tactile fremitus? Suara nafas? Flail chest/other finding of
chest trauma?
Circulation with hemorrhage control - akral hangat,
5
CRT<2detik, takikardia/ga? BP low/ga?
If (+) sign of hypovolemic shock e.c. bleeding --> immediately
6
2 large bores IV line, 2000cc secepatnya
7 Re-assess ABC
Disability and focused neurological examination -
8 neurovascular function - kesemutan, numbness, weakness,
GCS, VAS
9 Exposure - find other injury head-to-toe
SECONDARY SURVEY
10 Anamnesis - mechanism of trauma, onset
11 Allergy
12 Past medication/illnesses
13 Last meal
14 Extention
PEMERIKSAAN FISIS
15 General status and condition
16 Vital signs
17 Head-to-toe
Local status:
Look: deformity, open wound, shortening of extremity,
18
bleeding, edema, bruising
19 Feel: warm, nyeri tekan, nyeri sumbu
20 Move: ROM terbatas, krepitasi, refleks +/-
21 Nilai apakah ada tendon rupture?

DIAGNOSIS - jelasin diagnosis ke pasien, rencana


22
pemeriksaan, rencana penatalaksanaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
23 X-ray photos - AP/Lateral/oblique
24 MRI/USG untuk lihat ada tendon rupture/ga
PENATALAKSANAAN
25 Cuci tangan
26 Pakai sarung tangan
Prinsip pembidaian - imobilisasi, mengurangi nyeri,
mencegah kerusakan lanjut, mencegah laserasi kulit krn
27
patahan tulang, mencegah fraktur tertutup jd terbuka.
Mencegah hambatan aliran darah,

28 Persiapan alat - spalk, elastic verban

Pembidaian - dilakukan pada tersangka patah tulang (ga


harus dipastikan patah tulang), melewati 2 sendi berbatasan,
neurovascular status before dan after splinting, berikan
29
bantalan lunak agar tidak merusak jaringan lunak sekitarnya,
jgn memindahkan anggota gerak sblm di bidai, traksi reposisi
sebelum pembidaian

Total:

Fraktur – Splint

1. Menyapa pasien
2. Informed consent
3. Pastikan primary survey aman (ABCDE)
4. Mendapatkan keluhan utama, biomechanical trauma (mekanisme), terkena daerah apa saja
5. Mendapatkan riwayat penyakit sekarang
6. Mendapatkan riwayat penyakit dahulu
7. Mendapatkan riwayat keluarga
8. Mendapatkan riwayat sosial
9. Pemeriksaan tanda vital
10. Pemeriksaan muskuloskeletal:
- Inspeksi (look)
i. Deformitas, edema, perdarahan aktif, perbedaan antara tungkai kiri dan kanan
- Palpasi (feel)
i. Nyeri sumbu, krepitasi, nyeri tekan, pulsasi arteri
- Move
i. Functio lesa  ROM (evaluasi fungsi struktur otot atau nervus yang terkait),
kekuatan motorik, sensibilitas
- NVD (neurovascular disturbance): arteri, vena, nervus
11. Meminta data hasil pemeriksaan penunjang  x-ray
12. Menuliskan hasil diagnosis dengan benar
- Lokasi (diafisis, metafisis, epifisis, intraartikular, fraktur dislokasi)
- Nama tulang, dextra/ sinistra
- Ekstensi (komplit inkomplit)
- Konfigurasi (transversal, oblik, spiral, kominutif)
- Displacement (translasi, angulasi, rotasi, panjang)
- Hubungan fraktur dengan dunia luar (terbuka, tertutup)
- Komplikasi
- Contoh: Fraktur diafisis 1/3 proximal tibia dekstra, komplit- kominutif, dengan
angulasi medial, tertutup.
13. Melakukan pembidaian dengan benar
- Siapkan alat-alat
i. Bidai panjang
ii. Bidai pendek
iii. Kain bantalan
iv. Kain pembalut
- Syarat pembidaian:
i. 2 sisi
ii. 2 sendi
iii. 2 ekstremitas (anak)
iv. 2 jejas (bagian proksimal jejas)
v. 2 waktu (foto serial)
14. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
15. Memilih bidai yang tepat ukurannya
16. Cuci tangan
17. Melakukan pemasangan bidai 2 sisi pada bagian yang terkena
18. Memeriksa hasil pemasangan (terlalu kencang/mudah lepas)
19. Melakukan penilaian NVD setelah pemasangan bidai (pulsasi, edema, sensasi rasa, suhu, dan
gerakan  compartment syndrome)
20. Mengedukasi pasien untuk mengimobilisasi tulang yang patah
21. Bersihkan alat yang sudah dipakai
22. Berterima kasih kepada pasien
23. Menulis di medical record
13. ILEUS OBSTRUKTIF

Anda mungkin juga menyukai