Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM LUKA Contusion : trauma dimana kulit tidak mengalami luka, tetapi diikuti

pembengkakan, nyeri dan perubahan warna (pecahnya kapiler


Drh. Arfan p.darah)

Luka: Cedera pada tubuh berakibat terganggunya kontinuitas dari Hematoma : trauma eksternal atau hemostasis tidak sempurna dari
struktur tubuh (van Hengel dkk., 2013)rusak atau hilangnya prosedur pembedahan terjadi akumulasi darah pada jaringan
kontinuitas secara seluler dan anatomi (Pavletic, M.M.,
2010) Crushed injury: luka akibat suatu objek yang menekan tubuh. Biasa
terjadi saat bencana alam
Trauma: Cedera fisik atau luka yang disebabkan kekuatan eksternal
atau kekerasan KESEMBUHAN LUKA

Luka Berdasarkan Letak : ▪ Merupakan fisiologi normal yang mengembalikan kontinuitas dari
jaringan yang cedera, terjadi reaksi makroskopik, mikroskopik,
1. Luka luar : terlihat ada kerusakan kulit dan/ jaringan dan biokimia.
dibawahnya.
4 fase kesembuhan luka :
2. Luka internal : tanpa celah pada kulit dan mukosa
1. Fase haemostatis
Macam-Macam Luka :
Darah dan limfa mengisi luka segera setelah terjadi luka. Platelet, sel
Luka terbuka darah merah, cairan dan fibrin membentuk sumbatan atau plug pada
luka
Insisi : luka yang disebabkan oleh benda tajam dengan kedalaman
teratur, tepi luka rata contoh insisi menggunakan scalpel blade Fungsi fibrin plug
Laserasi : luka irregular dengan kedalaman tidak teratur, tepi luka ▪ immediate barrier dari infeksi dan kehilangan cairan
bergerigi/tidak rata. contoh laserasi karena pecahan gelas, logam
berkarat, atau benda yang lebih tumpul ▪ Substrat untuk komponen kesembuhan luka yang lain

Abrasi : kerusakan kulit superficial dikarenakan kekuatan friksi Ada 3 tahap


bergerak pada permukaan kasar, biasanya kecepatannya tinggi
contoh exercise pada permukaan yang kasar, kecelakaan lalu lintas ▪ Vasokonstriksi

Degloving: kulit dan jaringan yang lebih dalam terlepas dari ▪ Terbentuknya platelet plug
ekstremitas seperti glove yang dikeluarkan dari tangan (avulsion
parsial) contoh ekor yang terlindas mobil ▪ Aktivasi coagulation cascade

Avulsion: pemisahan jaringan dari perlekatannya yang lebih dalam Darah dan limfe  menempati luka, membersihkan permukaan luka
dan biasanya termasuk otot contoh: pada pertengkaran anjing  terbentuk platelet plug terjadi vasokontriksi termediasi
bradykinin, serotonin, cathecolamines dan endothelin, produksi
Shearing: mirip dengan degloving, kehilangan jaringan yang lebih thromboxane A2 selama 5-10 menit  pembuluh dilatasi kembali
dalam termasuk kulit, tendon, otot dan terkadang tulang dan termediasi oleh pelepasan histamine dari mast cell  sel
sering menyebabkan tereksposnya ekstremitas. Contoh luka karena intravaskuler dan cairan mengalir ke ekstravaskuler, fibrinogen yang
kecelakaan lalu lintas larut kemudian keluar, dikonversi menjadi fibrin  terbentuk fibrin
plug dan ECM (matriks ekstraseluler)
Shearing pada ekstremitas, kehilangan banyak jaringan lunak dan
tulang, tereksposnya persendian dan terkontaminasi berat 2. Fase inflamasi

Puncture : luka yang disebabkan benda tajam yang menusuk Leukosit migrasi menuju luka segera setelah kelukaan. Kerusakan
menembus kulit dan menyebabkan lubang yang relatif kecil. Contoh jaringan melepaskan mediator poten sebagai chemoattractant dari
gigitan hewan seperti kucing, anjing, ular non-venomous dan neutrofil. terjadi dalam 6 jam dari kelukaan.
venomous, serangga.
Neutrofil
Luka puncture karena gigitan sesame kucing
Aktifasi sistem komplemen pada saat terjadi luka  degradasi
Burns : kerusakan kulit karena temperature ekstrim (panas atau produk komplemen dan fibrinopeptide  mengundang neutrophil
dingin), atau kontak dengan substansi kimia, listrik atau radiasi ke jaringan yang luka dan sebagai opsonin  neutrophil datang
pertama kali dan dominan selama 3 hari pertama, konsentrasi puncak
Luka tekanan: sering disebut decubital ulcer, ditemukan pada siku 24-48 jam pertama platelet mengalami degranulasi dan
dan hocks pada hewan recumbensi melepaskan PDGF (platelet-derived growth factor) dan TGF-β
(transforming growth factor)
Luka berkaitan dengan casting dan bandaging: kelukaan ischemic,
bantalan yang kurang pada daerah tertentu, terlalu banyak bergerak, Mediator yang berperan: PDGF, TGF-β, IL-1α, IL-1β, IL-6, IL-8,
bandage kotor/basah resiko tinggi bakteri masuk. TNFα

Luka Tertutup Peran neutrophil dalam reaksi inflamasi

Hygroma : kantong cairan subcutaneous yang serous pada ▪ Membunuh bakteri dan menghilangkan debris ekstraseluler
oleocranon karena trauma akibat membentur dan menekan lantai dengan cara:
– Fagositosis ▪ Barrier dari infeksi

– Pelepasan toxic oxygen species ▪ Menyediakan epiteliasi permukaan

▪ Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh ▪ Mengandung myofibroblas, pentung untuk kontraksi luka
darah
Transisi dari provisional ECM menjadi mature ECM atau jaringan
▪ Produksi pro-inflammatory sitokin granulasi membutuhkan waktu 3-5 hari setelah kelukaan.

Monosit dan makrofag Sel baru dapat masuk kedalam luka pada proses fibroplasia,
diperlukan
monosit dominan pada luka yang lebih lama daripada neutrophil
yang hanya dominan pada awal inflamasi. ▪ Signal biokimia (sitokin) dikirim menuju sel lokal 
stimulasi proliferasi sel dan migrasi
Konsentrasi puncak 48-72 jam, bertahan mingguan  mengeluarkan
sitokin  menarik lebih banyak monosit  berada pada provisional ▪ Sel-sel mengekspresikan reseptor integrin dan selectin yang
ECM  sumber penting growth factor dan sitokin  proses akan berinteraksi dengan ECM  memandu masuk
kesembuhan luka  stimulasi perbaikan luka dengan pelepasan kedalam luka
mediator (fibroplasia, angiogenesis dan epiteliasi)
▪ Enzim proteolitik MMP (matrix metalloproteinases 
Mediator: PDGF, TGF-α, TGF-β, VEGF (vascular endothelial degradasi ECM untuk bisa masuk kedalam ECM
growth factor), insulin-like growth factor (IGF-1), nerve growth
factor (NGF), macrophage chemmoattractant protein 1 (MCP-1), Fibroplasia
macrophage inflammatory protein 1 alpha (MIP-1α)
▪ Populasi fibroblast mulai meningkat pada hari ke 3-4
Peran makrofag pada inflamasi: setelah kelukaan.

▪ Produksi sitokin pro-inflamasi ▪ Fibroblast mensintesis ECM yang tetap

▪ Stimulasi dan modulasi perbaikan Sitokin dan growth factor (PDGF, TGF-β, FGF, connective tissue
growth factor dan molekul ECM)  proliferasi fibroblast dan masuk
▪ Modifikasi provisional ECM membentuk jaringan granulasi ke provisional ECM (reseptor integrin)  menembus ECM
(diperlukan MMP)  fibroblast menghasilkan collagen dan
▪ Fagositosis komponen lain membentuk ECM tetap
▪ Berubah menjadi sel epidermal dan histiosit Angiogenesis

Limfosit Proses pembentukkan kapiler baru dari tepi luka maupun dari sel
endothelial yang bermigrasi dalam ECM
Limfosit berperan dalam imunitas adaptif, produksi sitokin IFN-γ
induksi ekspresi iNOS (inducible nitric oxide) pada makrofag. Kelukaan kapiler  migrasi sel endothelial menuju luka
(provisional ECM)  stimuli dari mediator (VGF, FGF, TGF- β dan
Nitric oxide (NO) angiopoietin)  masuk ke ECM (dibantu MMP)  proliferasi 
membentuk kapiler baru  sel granulasi kaya akan kapiler muda
Sitokin IL-1, TNF-α dan IFN-γ menginduksi iNOS. Puncak produksi
iNOS 48-72 jam setelah kelukaan, kemudian menurun. Epitelisasi
Peran dari NO Migrasi dan proliferasi sel epidermal  dipengaruhi EGF, TGF-α
dan KGF  melekat pada membrane basalis dan dermis. Melanosit
▪ Vasodilatasi yang dekat dengan luka  mitosis  migrasi menuju epidermis
yang regenerasi
▪ Aktivitas antimicrobial
Kontraksi
▪ Antiplatelet aggregation
Reduksi ukuran luka karena perubahan ketegangan pada luka dan
▪ Induksi vaskuler permeabilitas
jaringan sekelilingnya. Terlihat 5-9 hari setelah kelukaan.
▪ Regulasi proliferasi sel pada konsentrasi rendah
Fibroblast-like cells disebut myofibroblast  kontraksi pada luka 
▪ Proteksi endothelial sel dari apoptosis kontraksi hilang setelah tepi luka bertemu atau ketegangan dari luka
sama atau melebihi kekuatan kontraksi.
▪ Deposisi collagen pada ECM
4. Fase Maturasi
3. Fase Perbaikan
Remodelling ECM menurunkan kandungan seluler, collagen dan
Terjadi proses angiogenesis, fibroplasia, epiteliasi dan kontraksi vascular matriks. Reorientasi dan cross-linking collagen
luka.Ditandai dengan terbentuknya jaringan granulasi meingkatkan kekuatan luka

▪ Mengisi jaringan yang rusak ▪ Jaringan granulasi berkurang, fibroblast dan sel endotel akan
mati
▪ Melindungi luka
▪ Serat collagen semakin tebal (saling bersilangan)
▪ Collagen berkurang 4 pilihan dasar dalam penutupan luka :

Transisi ECM menuju jaringan parut: Primary Closure (first intention)

▪ membutuhkan reorganisasi jaringan ikat dan pengaturan Penutupan luka langsung segera setelah terjadinya luka.
kembali collagen bundles
Pertimbangan:
▪ Butuh waktu lama, bulan hingga tahun
• Luka dengan sedikit atau tidak ada kontaminasi
▪ Reduksi collagen pada ECM
• Luka terkontaminasi yang diubah menjadi clean (lavage
▪ TNF-α, IFN-γ  penurunan produksi collagen oleh isotonic solution)
fibroblast
• Kerusakan luka setelah pemotongan sebagian kecil area
▪ TIMP (tissue inhibitor of metalloproteinase) diproduksi yang terkontaminasi
oleh berbagai macam sel (fibroblast, endotel, epidermal) 
penghambatan MMP, angiogenesis dan induksi apoptosis • Luka yang berdekatan dapat menutup luka tanpa
ketegangan yang berlebihan
▪ Kesembuhan luka bersifat dinamik
▪ Terjadi overlapping Delayed primary closure

PENANGANAN LUKA Penutupan luka ditunda selama 3 – 5 hari untuk mengelola dan
menilai kembali luka setiap penggantian bandage.
Drh. Arfan
Drainase optimal, sirkulasi membaik, lebih tahan infeksi.
Penggantian bandage 1 – 3x setiap hari

Pertimbangan:

• Luka dengan batas kontaminasi walaupun telah dilakukan


debridement dan lavage

• Luka dengan trauma jaringan yang moderate, berada pada


resiko infeksi setelah debridement dan lavage

• Luka diragukan viabilitasnya

• Luka yang memerlukan serial debridement

• Luka dengan jaringan yang membengkak

Secondary Closure

Penutupan luka pada hari 5 – 10 setelah kelukaan.

Pertimbangan:
Klasifikasi Luka
• Delayed primary closure tidak memungkinkan terjadi
Clean wound
(infeksi)
• Luka non traumatik, tidak melibatkan pernafasan,
oropharyngeal, gastrointestinal dan urogenital. Dibuat • Jaringan nekrotik memerlukan serial debridement dan
dalam kondisi aseptic. penanganan lebih dari 5 hari

• Respon inflamasi moderate – berat yang persisten


Clean-contaminated wounds

• Luka non-traumatik, melibatkan organ pernafasan, Healing by second intention


oropharyngeal, gastrointestinal dan urogenital tanpa
Sering digunakan untuk penutupan luka yang bermasalah pada
tertumpahnya isi organ tersebut kedokteran hewan, dengan manajemen tertentu kontraksi luka dan
eptieliasi dapat terjadi.
Contaminated wounds

• Luka termasuk luka traumatik terbuka, luka operasi dengan Pertimbangan:


gagalnya teknik aseptic, insisi pada daerah akut, inflamasi
• Luka kotor dan terinfeksi (penutupan dengan metode yang
non purulent atau insisi pada kulit yang radang atau
lain tidak memungkinkan)
terkontaminasi
• Kerusakan tidak dapat ditutup oleh metode konvensional
Dirty and infected wounds
• Hewan muda sangat cepat mengalami kesembuhan luka
• Luka traumatic yang lama, luka yang melibatkan infeksi
dan perforasi organ 6 langkah dasar manajemen luka :
1. Mencegah kontaminasi luka lebih lanjut Debridement

• Dilindungi dari trauma lebih lanjut dan bakteri: antimicrobial  Mendorong proses debridement secara alami dan selektif pada
topical, steril dressing, pembungkus pelindung: Povidone iodine jaringan rusak
0,1%, Chlorhexidine 0,05%, K-Y jelly  Tidak ada perdarahan, nyeri dan trauma
 Ada resiko menjadi infeksi jika terdapat jaringan rusak dalam
2. Debridement (penghilangan jaringan mati dan akan mati) jumlah signifikan
• Non Selektif debridement: Topical Wound-Healing enhancers
• Surgical (Scalpel, pemotongan jaringan) • Meningkatkan proses kesembuhan luka
• Mekanik (wet to dry dressing) Contoh:
• Selektif debridement: • Maltodextrin (Multidex, De Royal Industries), polisakarida
dari hidrolisis pati jagung atau kentang (chemoattractant
• Autolisis (gel topical, dressing) neutrophil, makrofag, limfosit; antibacterial dan
bakteriostatik)
• Enzymatik (enzim topical)
• Acemannan dari tanaman Aloe vera. Meningkatkan growth
• Bioterapi (maggot debridement theraphy)
factor dan meningkatkan level sitokin (IL-1, TNFα)
3. Menghilangkan debris dan kontaminan asing
• Bovine collagen gels (kollagen, medifil, BioCore Medical
Kotoran, clay particles dan organic debris  infeksi dan penundaan Tecnologies Inc). Mempertahankan kelembaban, inisiasi
kesembuhan luka: lavaged isotonic (normal saline, Lactated ringers) respon inflamasi, stimulasi fibroplasia dan migrasi
fibroblast
4. Drainase luka yang cukup
Natural Products
Mengontrol dead space  akumulasi cairan  media
perkembangbiakan kuman Madu dan Gula

5. Merangsang vascular bed yang baik • Obat alami (ancient remedies)


6. Memilih metode penutupan luka yang paling cocok
• Agen higroskopik, menyerap oedema jaringan lokal
Mempertimbangkan hingga beberapa minggu dengan luka terbuka:
secondary closure atau healing by second intention • Menyediakan nutrisi bakteri dan jaringan sekitarnya 
utilisasi glukosa oleh bakteri daripada utilisasi asam amino
Produk Penanganan Luka dan Kegunaannya : dari jaringan mati, mengurangi produksi leleran berbau

 Sistem Drainasi Luka • Antibakterial, stimulasi migrasi makrofag, angiogenesis dan


fibroplasia (madu)
Drainase Pasif: Penrose Drain (Tyco/Kendall Health Care)
• Meningkatkan migrasi makrofag, pembentukkan jaringan
• Simple dan Ekonomis granulasi dan epitelisasi (gula)

• Radiopaque latex ukuran ¼ inch (hewan kecil) • Digunakan dengan hati-hati pada permukaan yang lebar

• Aliran cairan bergerak secara gravitisional Biologic debridement: maggot debridement theraphy

Drainasi aktif • Maggots memakan sel mati, eksudat, sekresi dan debris.
Produksi enzim proteolitik  memfasilitasi proses
• Berdasarkan kondisi ruang vacuum yang menyedot cairan liquefaction dan konsumsi jaringan nekrotik
kedalam ruang tersebut (tidak tergantung gravitasi)
• 2nd dan 3rd larvae stage mempunyai mulut  menusuk luka,
• Terbuat dari plastic collapsible menimbulkan kerusakan, trauma jaringan dan infeksi
sekunder
• Terdapat marker milliliter
• Larva Nicia sericata (green blow fly) yang telah
• Beresiko minimal infeksi ascending didesinfeksi digunakan pada MDT secara terbatas

 Produk Penanganan Luka Topical • Pada luka kronis, debridement sulit dilakukan

Enzymatic debridement agents Common topical antiseptic solution

 Metode debridement selektif pada jaringan mati/rusak Chlorhexidine diacetate


 Tidak ada perdarahan dan trauma
 Digunakan pada area yang berdarah, nyeri dan menghindari • Efektif terhadap gram positif dan negative
kerusakan akibat surgical debridement
 Contoh enzymatic debridement agents Papain-urea (accuzyme • Konsentrasi 0,05%
ointment™, Healthpoint Ltd.)
• Penambahan Tris-EDTA meningkatkan kepekaan bakteri • Dry to dry dressings :
1000x
Pada luka dengan eksudat dengan viskositas rendah
Larutan Povidone-iodine
Dressings tidak diberi/hanya sedikit sterile saline
• Efektif terhadap bakteri, fungi, virus, yeast dan protozoa
 Wet to dry dressings (diberi RL atau sterile saline) :
• Lebih sedikit aktifitas antibacterial dan durasi lebih pendek
disbanding chlorhexidine diacetate Pada luka dengan eksudat rendah sampai tinggi

Topical antimicrobial agents ekonomis Mechanical debridement

• Salep chlorhexidine (1%) Non adherent dressings (diberi salep/cream pembantu kesembuhan
luka)
• Salep gentamycin (gram negative)
• Menyediakan kelembaban
• Salep nitrofurazone (pseudomonas - )
• Menyerap cairan jaringan dan eksudat
• Silver sulfadiazine (luka bakar)
Absortive dressings
• Salep triple antibiotik (neomycine sulfate, bacitracine zinc,
polymxin B sulfate) • Polyurethane foam

BANDAGES • Absorbent, menahan cairan beberapa kali dari


berat material
Fungsi
• Non adherent
• Menahan dressing pada lokasinya
• Dapat melembabkan luka
• Imobilisasi tepi luka dan bagian tubuh
• Alginate Dressings
• Memberi tekanan untuk mengendalikan hemorrhagi
• Terdiri dari alginic acid (alga
• Menghilangkan dead-space/cavitas phaephyceae)

• Melindungi luka dari kontaminan dan trauma • Hypertonic saline dressings

Bandages memiliki 3 lapisan • Kasa katun yang dijenuhkan


dengan larutan 20% NaCl
• Lapisan pertama: wound dressing
• Absorpsi osmotic
• Topical membrane, kasa atau bantalan yang
kontak langsung dengan luka • Menurunkan kemampuan
proliferasi bakteri
• Lapisan kedua
Moisture-retentive dressings dan occlusive dressings
• Lapisan penyerap cairan/leleran
Wet to wet dressings
• Dapat terdiri dari kombinasi perban/kasa, kapas
gulung • Memberi kelembaban pada luka yang kering/jaringan
nekrotik
• Lapisan ketiga
• Larutan antimicrobial dapat digunakan
• Mengikat/mengamankan lapisan yang sebelumnya
dan pelindung luar Hydrogel dressings

• Dapat terdiri dari elastic wraps seperti elasticon • Superabsorbent hydrophilic, kemampuan terbatas
(Johnson & johson) dan vetrap (3M animal Care
Products) maupun surgical tape (Zonas, Johson & • Dikombinasi dengan antimicrobial
joshnson)
Hydrocolloid dressings
Klasifikasi dressing
• Absorbent hydrophilic moderate, membentuk gel
Adherent dressings
Komplikasi yang umum terjadi pada kesembuhan luka :
Mechanical debridement dari jaringan nekrosis
1. Nutrisi yang tidak memadai
Absorpsi leleran dari permukaan luka
• Hewan liar terlantar
Memfasilitasi autolysis
• Kekejaman pada hewan (kelaparan)
Contoh:
• Gangguan gastrointestinal • Penjahitan terlalu dekat dengan tepi insisi

• Anomali mulut (palatal defect) • Pemilihan benang jahit yang tidak tepat

• Neoplasia lanjut • Penutupan pada kulit yang tidak normal (nekrosis)

Nutrisi yang berpengaruh: Glukosa, plasma protein, vitamin C, • Pemasangan benang jahit yang menghalangi sirkulasi
vitamin E, Zinc, cutaneous

2. Medikasi dan pengaruhnya terhadap kesembuhan • Akumulasi kelembabab yang menyebabkan jaringan kering
dan maserasi
Medikasi yang mempengaruhi: adrenal corticosteroid,
chloramphenicol. Sulfonamide, diuretic, salicylates, tetracycline, • Adanya infeksi pada kantung, nekrosis, benda asing,
trimetophrim, kemoterapi cancer neoplasia

3. Hipovolemia dan anemia • Kurangnya perlindungan terhadap gerakan, jilatan, trauma


eksternal
Dehidrasi  pembongkaran jaringan, nafsu makan buruk,
konstipasi, gangguan ginjal • Pelepasan benang yang terlalu dini

Hipovolemia  mengurangi sirkulasi pada luka • Penjahitan pada jaringan parut

Anemia  mengganggu transport nutrient ke jaringan hematocrit • Gangguan kesembuhan luka lain
dibawah 15%  mengganggu transport oksigen

4. The nonhealing wound


DASAR ORTHOPEDI
Pertimbangan utama  Neoplasia dapat dikelirukan dengan luka
nonhealing. Contoh squamous cell carcinoma Drh. Fauzi

5. Kegagalan kesembuhan luka dengan second intention FRAKTUR (PATAH TULANG) : kerusakan jaringan tulang yang
berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya
• Masalah pada pembentukan jaringan granulasi atau kesinambungannya.

• Injeksi perivaskuler dari obat yang mengiritir Penyebeb Patah Tulang :

• Kegagalan kontraksi luka A. Trauma atau ruda peksa ( fraktura traumatika ).

• Kegagalan epitelisasi B. Penyakit ( fraktura patologis ) :

6. Masalah pada pembentukan jaringan granulasi 1. penyakit didalam tulang dan bersifat lokal. contohnya :
7. Injeksi perivaskuler dari obat yang mengiritir osteomielitis, tumor .
8. Kegagalan kontraksi luka dan epitelisasi
9. Scarring dan kontraksi luka 2. penyakit didalam tulang dan bersifat umum. contohnya :
10. Infeksi, Absess osteoporosis.
11. Draining tracts
3. penyakit yang berada diluar tulang. contohnya
Saluran pada luka yang terhubung dengan absess, : tumor diluar tulang yang akan mendesak tulang.
disebabkan fragmen gigi, benang, fragmen rumput, fragmen
kayu Bentuk Patahan Tulang :

12. Penggunaan tourniquet Berdasar derajad kerusakan

Komplikasi berupa nekrosis otot, ischemia otot dan paralisis syaraf,  Patah tulang komplit yaitu patah tulang secara total.

13. Seroma ex: gambar D dan E

Kantong dimana terdapat akumulasi serum karena trauma,  Patah tulang inkomplit (patah sebagian) yaitu sebagian
pembedahan (dead space)  perlu drainase, dan penekanan pada kontinuitas tulang putus, yang dapat berupa retak/fissura (green
luka stick frakture).

14. Hematoma ex: gambar C dan F

Hemorrhagi karena trauma eksternal atau secara sekunder dari berdasarkan bentuk garis patahan
hemostasis tidak sempurna prosedur pembedahan

Terbukanya jahitan karena:

• Penutupan luka dengan tension yang berlebihan, secara


sekunder nekrosis ischemic
Patah tulang  Bantalan tidak boleh terlalu tebal, akan mengurangi efek
• Adalah fraktur yang arahnya langsung melintasi tulang
transversal fiksasi.
Patah tulang miring/ • Adalah patah tulang yang arahnya membentuk sudut melintasi  Pembalutan gips tidak boleh terlalu kencang , agar
oblique fraktur tulang yang bersangkutan
vaskularisasi darah tetap terjaga, sehingga tidak
menimbulkan nekrose jaringan di bagian distalnya.
Patah tulang spiral • Adalah fraktur yang disertai terpilinnya extremitas

B.REPOSISI CARA TERBUKA:


• Adalah patah tulang yang biasanya mengenai ujung tulang,
Patah tulang impaktiva salah satu ujung tulang masuk ke fragmen yang lain
 Dikenal dengan istilah open reduction and internal fixation.
Patah tulang • Adalah patah tulang dimana pecahan patahan lebih dari dua
kominutiva pecahan
 Insisi dilakukan dengan cepat dan aman untuk mencapai
daerah fraktur.
Patah tulang epiphysial • Adalah patah tulang pada daerah epiphisis tulang

 Bekuan darah dan jaringan yang mati dikeluarkan dari luka.


• Adalah patah tulang pada daerah condylus tulang dimana
Patah tulang condyloid condylus terpisah dari tulangnya
 Fraktur direposisi ke kedudukan semula secara manual.

Prinsip Bedah Orthopedi :  Distabilkan dengan peralatan orthopedik yang sesuai seperti
: pen, wire, plat dan skrup .
• Suplai darah pada tulang dan fragmen tulang harus selalu
diperhatikan dan dilindungi dari trauma pembedahan. PENYEBAB KOMPLIKASI PATAH TULANG

• Restorasi yang akurat dari bentuk tulang, khususnya pada A. FRAKTURNYA SENDIRI
persendian.
1. INFEKSI
• Reposisi mekanik harus stabil fiksasinya.
 Dapat terjadi pada patah tulang yang terbuka,maupun yang
• Tehnik yang dipakai diusahakan menimbulkan trauma yang tertutup.
minimal.
 Menyebabkan osteomielitis.
• Rehabilitasi mutlak harus ada dan esensial
2. DELAYED UNION
Konsep Penanganan Patah Tulang (4R)
 Adalah suatu keadaan dimana terjadi kesembuhan tulang
Recognisi yang terlambat, batasannya4 bln, masih ada
pergerakan,tetapi tampak adanya tanda tanda
• Adalah pengenalan dengan melakukan diagnosa yang benar penyambungan,kemudian difoto rontgen,bila ujung ujung
berdasarkan : anamnesa, inspeksi, palpasi, sinar rontgen ( yang patah tidak ada tanda tanda sklerotik,maka hanya bisa
yang paling tepat ). menunggu dan mengobservasi.
Reduksi  Sebagai patokan, bila lebih dari 6 bln masih ada
pergerakan, dikatakan non union, sehingga perlu tindakan
• Adalah tindakan mengembalikan fragmen fragmen fraktur pembongkaran kembali.
semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula
atau keadaan letak normal. 3. NON UNION
 Dapat dilakukan dengan cara : • Adalah suatu keadaan kesembuhan tulang yang salah
dan tidak mungkin sembuh kembali.
A. cara tertutup(tanpa pembedahan).
• Apabila 6 bln lebih tidak sembuh, maka ke2 ujung tulang
B. cara terbuka(dengan pembedahan). yang patah akan jadi padat,antara ke dua fraktur terisi oleh
jaringan ikat fibrous sehingga terbentuk persendian palsu
A. REPOSISI CARA TERTUTUP yang disebut pseudoarthrosis.
 Mereposisi bentuk patahan tulang ke normal. 4. AVASKULER NEKROSIS
Adalah suatu keadaan dimana suplai darah tidak ada
 Hanya dapat dilakukan pada patah sederhana.
ssehingga menyebabkan sel tulang mati.
 Dilakukan dibawah anesthesi umum. 5. MALUNION
Adalah suatu keadaan kesembuhan tulang dimana
 Difiksasi dengan gips. walaupun terjadi union tetapi tidak pantas, kemungkinan
karena adanya rotasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan GIPS : 6. PEMENDEKAN
Adalah kesembuhan tulang yang lebih pendek dari
 Tekanan pada jaringan lunak atau kulit, dapat normalnya.
menimbulkan nekrose pada jaringan yang tertekan.
B. AKIBAT IKUTAN DARI FRAKTUR
 Untuk menghindari nekrose , bagian yang akan digips
diberi bantalan dari kapas atau kasa . 1. KOMPLIKASI PADA KULIT.
- terjadi pada keadaan fraktur yang menyebabkan Setiap kejadian fraktur, biasanya disertai putusnya
hilangnya kulit yang luas pembuluh darah sehingga mengakibatkan penimbunan
darah.
- Jaringan yang mengalami nekrosis dibersihkan dan Pada ujung tulang yang patah terjadi iskemia sampai
dibuang. beberapa milimeter dari garis patahan yng mengakibatkan
matinya osteocit pada daerah fraktur.
2. KOMPLIKASI PADA PEMBULUH DARAH. 2. Fase proliferatif
Proliferasi sel sel periosteal dan endosteal yang menonjol
- dapat berupa perobekan total atau partial dari dinding adalah proliferasi sel sel lapisan dalam dari periosteal dekat
pembuluh darah atau contusio dinding pembuluh darah. daerah fraktur.
Hematoma terdesak oleh proliferasi ini, dan diabsorpsi oleh
- tandanya : rasa sakit, kulit pucat, dingin, paralisis.
tubuh.
3. KOMPLIKASI PADA OTOT DAN TENDO 3. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang
- yang paling ringan berupa perdarahan sehingga mengakibatkan menjadi osteoporotik akibat reabsorpsi calsium untuk
terjadinya kesembuhan dengan jaringan fibrosis dan timbulnya penyembuhan.
kekakuan. 4. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturasi
- yang lebih berat terjadinya myositis ossificans yaitu terjadinya lebih lanjut oleh aktifitas osteoblas, callus menjadi tulang
penulangan didalam otot ( karena trauma yang berat terutama pada yang lebih dewasa.
persendian ) Pada fase ini sudah tampak jaringan yang radioopage.
Pada fase ini, terjadi sesudah empat minggu .
- terapi : pembongkaran, eksisi dan rehabilitasi. Pada umur yang lebih muda, kejadiannya lebih cepat.
5. Fase remodeling
4. KEKAKUAN SENDI Pada fase ini, tulang sudah terbentuk dengan baik.
- dapat disebabkan karena : KRITERIA PENYEMBUHAN LUKA
 Perlekatan otot penggerak sendi. A. Secara klinis :
 Perlekatan intra artikuler. - tidak ada pergerakan antar fragmen.
 Trauma langsung mengenai sendi. - tidak ada rasa sakit.
 Perdarahan sendi yang berakibat fibrotik. - ada kontinuitas tulang.
 Frakturnya sembuh tetapi terdapat kelainan pada sendi. B. Secara radiologi :
 Myosiis ossifikans. - terlihat terbentuknya callus.
5. EMBOLI LEMAK - trabekulae tampak sudah menyeberangi
• Terjadi pada hari ke 3 sampai ke 21 setelah fraktur. garis patahan tulang.
• Terjadinya emboli karena perdarahan terbuka dan lemak BANDAGE
tercecer masuk ke pembuluh darah trus ikut sirkulasi darah.
Drh Ajeng Aeka N., M.Sc
• Besar kecilnya emboli akan menentukan dimana emboli
tersebut berhenti . Bandage adalah suatu kain yang digunakan untuk menutup luka
atau bisa juga digunakan sebagai pengikat pada bagian yang sakit.
• Terapi emboli belum ditemukan, dan sulit menentukan Pada pemakaiannya pun perban hanya dipakai pada bagian luar saja
kapan emboli terjadi. misalnya pada kaki, tangan, kepala dll
FAKTOR KESEMBUHAN PATAH TULANG Fungsi Bandage :
1. Umur • Menahan dressing pada lokasinya
• Imobilisasi tepi luka dan bagian tubuh
2. Keadaan kesehatan secara umum • Memberi tekanan untuk mengendalikan hemorrhagi
• Menghilangkan dead-space/cavitas
3. Sifat fraktur
• Melindungi luka dari kontaminan dan trauma
4. Tempat kejadian (lokalisasi) Bandages memiliki 3 lapisan

5. Infeksi • Lapisan pertama: wound dressing


• Topical membrane, kasa atau bantalan yang
6. Jenis fraktur kontak langsung dengan luka
• Lapisan kedua
TAHAPAN PENYEMBUHAN FRAKTUR TULANG : • Lapisan penyerap cairan/leleran
• Dapat terdiri dari kombinasi perban/kasa, kapas
1. Fase hematoma gulung
• Lapisan ketiga

Mengikat/mengamankan lapisan yang sebelumnya • Enzymatic debriding agents, trypsin/chymotripsin based,
dan pelindung luar fibrinolysin/desoxyribonuclease,colagenase,streptokinase
• Dapat terdiri dari elastic wraps seperti elasticon (ausy: debrisol spray: trypsin, balsam peru, castoe oil)
(Johnson & johson) dan vetrap (3M animal Care Debridement (topical enzymatic agents)
Products) maupun surgical tape (Zonas, Johson &
joshnson) • Enzim proteolitik untuk degradasi protein pada luka
Manajemen luka → fiksasi bagian tubuh tertentu untuk
memperbaiki kondisi selama kesembuhan luka. Prinsip perawatan • Adanya kolagen antara permukaan luka dengan daerah
luka : nekrosis

• Minimalisir gangguan Lavage -> Pembersihan luka

• Kondisi lingkungan yang baik • Tekanan ↑ → pendalaman debris dan bakteri

• Perbaikan nutrisi dan suplai darah • Tekanan ↓ → lavage tidak efektif

Langkah penanganan luka : Cairan untuk lavage :


• Efektif menghilangkan benda asing
• Pertolongan pertama • Membunuh mikroorganisme
• Pemeriksaan yang cermat • Tidak kerusakan jaringan
• Evaluasi dan langkah selanjutnya • Ex : chlorhexidine 0,05% dalam aquades, povidone
• Debridement, dibersihkan dan ditutup iodin 1%, NaCl, Lactat ringer
Penanganan luka yang diperhatikan : Drainage
• Passive (Penrose drain (Tyco/Kendall Healthcare, Mansfi
• Klasifikasi luka eld, MA))
• Treatment dan penanganan pertama • Ukuran penrose hewan kecil ¼ inch dan 3/8 inch
• Pembalutan Active
• Kesembuhan yang terhambat
Klasifikasi luka : • The Jackson - Pratt Active Drain System (Cardinal

• Bersih : aseptis → perlukaan saat operasi • Health, McGaw Park, IL), 100 ml, silikon pakai, autoclave,
• Kontaminasi : luka yang belum sepsis 3-5 hari
• Kotor : luka yang terinfeksi
NB: • Johnson & Johnson J - Vac closed drainage system
(150,450 ml), tidak dapat disteril
Kontaminasi → kotor jika “debris” tidak dibersihkan dalam 6-8 jam
(golden period) Keuntungan
• Independent gravity
Penanganan luka : • Volume cairan dapat terhitung
• Bandage dan perawatan minimal
Pembersihan luka • Owner lebih mudah
• Infeksi minimal
• cukur rambut • Luka dalam dan abses
• water soluble lubricating gel • Autoclave
• lavage isotonis steril, hangat Penutupan luka
• cairan antiseptik ringan • Penutupan luka primer
• perban steril • Penutupan luka primer yang terlambat
• > 8 jam → kultur, uji sensitivitas • Penutupan luka sekunder
Debridement • Penutupan luka dengan epitelisasi
Penutupan luka primer
Tujuan : • Luka kecil tanpa kontaminasi, kerusakan jaringan minimal
• Eksplorasi luka • Mudah ditutup tanpa menimbulkan tekanan
• Menghilangkan sel debris, jaringan nekrotik • Luka kontaminasi yang dibersihkan dengan debridement
• Stop bleeding dan lavage
• Drainage untuk dead space Penutupan luka primer yang terlambat
• Kerusakan jaringan moderat
Metode : • 3-5 hari kemudian → sirkulasi ↑, drainase optimal
Penutupan luka sekunder
• Operasi
• Infeksi persisten
• Enzimatis
• 5-10 hari kemudian
Operasi
• Jaringan nekrotik di debridement
• Bagian nekrotik → buang jaringan rusak tiap lapisan
Penutupan luka dengan epitelisasi
Enzimatis
• Area kulit tidak elastis (ekstremitas bawah, ekor)
• Otoderm (malic, benzoic, salicylic acid
• Anak anjing dan kucing
in a propylene glycol)
Bagian dari manajemen kesembuhan luka
• Lotagen (metacresulphonic acid
• Material yang digunakan langsung di permukaan luka.
– formaldehyde condensation)
Beberapa material langsung digunakan tanpa ada balutan,
• Hydrophilic agents, Debrisan (dextranomer)
kebanyakan memerlukan balutan
Tujuan
• Melindungi trauma tambahan dan kontaminasi • Sebagai penghubung topikal agar kontak dengan
• Mengobati luka permukaan luka
• Imobilisasi • Menjaga kelembaban
• Pengaturan tekanan untuk kontrol perdarahan • Mengurangi luka yang terlalu kering
• Menghilangkan dead space • Adanya pori agar cairan dan eksudat dapat ditampung
• Absorbsi eksudat secondary layer
• Estetika
• Nyaman The secondary layer (intermediate)
Pada umumnya, balutan terdiri 3 lapisan Fungsi : Menyerap cairan, pelapis / padding
• Primary layer (contact dressing) Contoh : Gulungan kapas, gulungan kasa
• Secondary layer (intermediate) The Tertiary Layer (outer dressing)
• Tertiary layer (outer dressing) Fungsi : Pengikat/ fixir, proteksi lapisan kontak dan lapisan
The primary layer (wound dressing) absorben
• Lapisan utama, langsung kontak dengan luka, steril, paling Contoh :
umum, biasanya menggunakan kasa dan topical wound • Vetrap, 3M Animal Care Products
dressing, berbeda pada setiap jenis luka, sesuai fase • Petfl ex “No Chew” (Andover Healthcare, Salisbury, MA)
kesembuhan luka • Elasticon from Johnson & Johnson
Contoh : Melolin, Intrasite gel, Allevyn, Rondopad • Zonas, Johnson & Johnson
Fungsi : Kelebihan elastic bandage
• Absorbsi eksudat dari luka • Menekan secondary bandage
• Melembabkan lingkungan luka • Bentuk yang sesuai tubuh
• Meletakkan material untuk pengobatan luka • Estetika
• Melindungi mo dan kontaminasi Kekurangan : sirkulasi
• Absorbsi aroma dari luka Cara membalut
• Perlindungan • Luka cukup rapat ditutup sebelum dilakukan pembalutan
• Memfasilitasi debridement luka • Gulungan balutan harus menutupi bagian yang luka
Macam dressing • Pegang gulungan balutan terletak diluar dari tubuh pasien
• Adherent dressings untuk memudahkan atau kontrol pada waktu memutar
• Nonadherent dressings gulungan
Adherent dressings • Pemutaran gulungan harus terjadi overlapping 2/3 nya
Fungsi : untuk mencegah tidak mudah merosot dari ikatan balutan
• Debridement mekanis jaringan nekrosis • Hindari terlalu menekan agar sirkulasi tidak terganggu
• Absorbsi discharge dari permukaan luka • Balutan harus kokoh dengan mengikat atau adhesive tipe
Macam : Hal utama yang diperhatikan untuk bandaging
• Wet to dry bandage • Frekwensi penggantian
• Dry to dry bandage • Keamanan
Persamaan : kasa lebar atau kasar langsung kontak permukaan luka • Tekanan rasa nyeri
Wet - to - dry dressings • Imobilisasi persendian
Fungsi • Maserasi dan ekskoriasi
• Melembabkan lingkungan luka Persembuhan luka terhambat
• Mengencerkan discharge purulent Gejala Klinis: Erythema, discharge, gangguan penyakit sistemik, bau
• Fasilitasi absorbsi pada kasa busuk, peradangan, terpisahnya tepi luka dan perubahan warna luka
• Kurangi kontaminasi Faktor Penyebab:
Kasa kering + RL / NS ke permukaan luka langsung 0,05 % • Kondisi hewan secara umum
chlorhexidin diacetat, 0,1 % povidone iodin. Ideal 2-3 kali sehari. • Status nutrisi hewan
Sekitar 3-5 hari penggunaan • Aliran darah pada daerah luka
Kelebihan • Adanya material asing
• Ekonomis • Infeksi
• Mudah menghilangkan jaringan nekrotik sisa dalam luka
• Minimal granulasi jaringan
• Minimal efek epitelisasi
Dry to dry dressing
• Tidak umum pada luka terbuka
• Viskositas rendah, eksudatif tinggi
• Kasa kering ganti hari berikutnya
Fungsi
• Absorbsi
• Menjaga kelembaban
Kekurangan : Sakit, kurang nyaman, granulasi hilang
Mengurangi rasa sakit adanya perlekatan :
• RL hangat
• 2% lidocaine topikal pada kasa
• Lidocaine diencerkan sodium bikarbonat (9:1)
• Lidocaine 2% subkutan
Nonadherent or Low Adherent Dressings
• Luka sehat, skin graf
Fungsi

Anda mungkin juga menyukai