Anda di halaman 1dari 41

LUKA & PENYEMBUHAN LUKA

DEFINISI
Luka: terputusnya kontinuitas kulit dan jaringan di bawahnya

PENYEBAB
1.Trauma mekanis
2.Trauma elektrik
3.Trauma termis
4.Trauma kimia
5.Bakteri pathogen
KLASIFIKASI LUKA
Integritas kulit: luka tertutup, luka Tingkat kebersihan luka:
terbuka  Luka bersih
Waktu: luka akut, luka kronik  Luka terkontaminasi bersih
 Luka terkontaminasi
Penyebab: Luka akibat terapi,
 Luka terinfeksi
kecelakaan tidak disengaja
 Luka terkolonisasi
Keparahan:
 Ringan : kecil, dangkal,
pendarahan sedikit
 Berat: lebar dan pendarahan
banyak
 Parah : berat di beberapa tempat
• Luka bersih: luka tidak mengandung organisme patogen. Penyebabnya
luka bedah tertutup yang tidak mengenai saluran gastrointestinal,
pernafasan, genital, saluran kemih yang tidak terinfeksi, cth: pembedahan
pada mata, kulit, pembuluh darah
• Luka terkontaminasi bersih: luka dalam kondisi aseptik, namun berisiko
infeksi. Cth: luka bedah pada saluran gastrointestinal, pernafasan,
genital, saluran kemih atau rongga orofaring pada kondisi yang terkontrol
• Luka terkontaminasi: luka berada pada kondisi yang mungkin
mengandung mikroorganisme. Penyebabnya yaitu luka terbuka, trumatik,
kecelakaan, luka bedah tanpa teknik aseptik yang baik. Beresiko tinggi
infeksi.
• Luka terinfeksi: terdapat bakteri pada luka, biasanya berjumlah lebih dari
105 organisme. Penyebabnya setiap luka yang di dalamnya terdapat
pertumbuhan mikroorganisme, luka traumatik yang lama. Luka tampak
tanda infeksi (inflamasi, drainase purulen, kulit lepas)
• Luka terkolonisasi: luka mengandung mikroorganisme (biasanya
multiple). Penyebab: luka kronik (ulkus statis vaskuler, ulkus/luka tekan).
Berdasarkan kedalaman luka
•Stadium I: superfisial: warna dasar luka merah, epidermis
utuh
•Stadium II: partial thickness: merah, melibatkan epidermis-
dermis
•Stadium III: full thickness: merah, epidermis hingga
sebagian hipodermis
•Stadium IV: deep fullthickness: epidermis hingga seluruh
hipodermis, hingga otot dan tulang
•Unstageable: warna dasar luka hitam/kuning  jaringan
mati
LUKA TERTUTUP
Contusio/Vulnus contussum
Tidak terjadi perdarahan keluar atau tidak
terjadi robekan kulit
Diakibatkan benturan keras, pembuluh
darah dibawah kulit pecah, ekstravasase ke
jaringan interstisial sekitarnya, perdarahan
tertimbun tidak mengalir keluar, warna kulit
biasanya merah kehitaman ataupun kebiruan.
Penanganan
24 jam pertama kompres dingin  10
menit tiap kompres  vaso kontriksi
pendarahan menjendal
Kemudian kompres hangat sehingga
jendalan mencair dan aliran darah lancar
Darah tidak mengalir  pungsi/Insisi
LUKA TERBUKA
1. Vulnus excoriatum/excoriasi/luka lecet
 disebabkan karena gesekan dengan benda keras
 Jatuh di benda kasar
 Dilihat dari panjang dan lebar luka
 Centrum germinativum basal epidermis masih ada  bisa sembuh
sendiri
2. Vulnus incisivum/Luka sayat
luka kecil dan tipis
3. Vulnus laceratum/laserasi
Luka robekan yang bisa diakibatkan terjatuh, terkena ranting pohon,
terkena batu, dll.
Robekan tersebut memiliki panjang, lebar dan dalam
4. Vulnus punctum/luka tusuk
 Bentuk luka sempit dan dalam
 Dilihat dari panjang, lebar dan dalam.
 Disebabkan paku, pines, pisau, jarum
 Awasi adanya kuman anaerob (C tetani)
 Tidak boleh dijahit
5. Vulnus morsum/Luka gigitan
 Gigitan anjing, ular
 Luka dibersihkan dan racun dikeluarkan  antidotum
6. Vulnus slopetorium
 Luka tembak
 Vulnus penetran  peluru masih di dalam
 Vulnus perforans  peluru ada di luar/tembus
7. Vulnus amputatum
terpotongnya salah satu bagian tubuh
8. Vulnus combustion (luka bakar)
 segala jenis luka bakar yang disebabkan oleh karena thermis,
radiasi, elektrik ataupun kimia
 Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat.
PENYEMBUHAN LUKA SECARA INTENSI PRIMER
• Melalui penyatuan kedua tepi luka yang berdekatan dan
saling berhadapan
• Contoh :
Luka bersih akibat tindakan bedah
Laserasi yang tepi nya direkatkan plester
• Jaringan granulasi sangat sedikit dihasilkan
• Reepitelialisasi sempurna  menyisakan sedikit jaringan
parut tipis  cepat memudar dari merah muda menjadi
putih
PENYEMBUHAN LUKA INTENSI SEKUNDER

• Pada luka terbuka kronis


• Contoh : dekubitus, ulkus tungkai
• Jaringan granulasi terbentuk didasar luka
• sel epitel melakukan migrasi ke permukaan luka
• Kontraksi  permukaan luka menjadi lebih kecil
• Jaringan ikat disusun kembali  lebih kuat
Proses fisiologis penyembuhan Luka
 Fase inflamasi akut
 Fase destruktif
 Fase ploriferatif
 Fase maturasi
FASE INFLAMASI AKUT (0-3 HARI)
• Hemostasis  vasokontriksi pemb darah yang rusak, diperkuat
serabut fibrin untuk membentuk bekuan
• Respon jaringan yang rusak  melepas histamin dan mediator
lain  vasodilatasi pemb darah yang masih utuh  penyediaan
darah ke daerah rusak  merah dan hangat
• Permeabilitas kapiler meningkat  cairan kaya protein mengalir
ke interstisiel  edema lokal, hilangnya fungsi
• Leukosit PMN dan makrofag  masuk daerah yang rusak
• Jaringan mati, benda asing, trauma kambuhan, agen topikal
menyebabkan penyembuhan lambat, kekuatan regangan rendah
Gambaran klinik inflamasi akut
(tanda-tanda cardinal celcus)
• Rubor – kemerahan  terjadi vasodilatasi dan peningkatan
aliran darah ke daerah luka
• Kalor  darah yang menuju ke daerah luka membawa panas
• Tumor  permiabilitas pemb darah meningkat 
cairan/darah keluar ke interstisiel
• Dolor  akibat terangsangnya ujung saraf perasa
• Fungsiolesa  adanya nyeri, pembengkakan daerah yang
terkena radang sulit digerakan, tidak nyaman, gerakan lambat
FASE DESTRUKTIF (1-6 HARI)
• Pembersihan jaringan mati/mengalami devitalisasi
• Kerja polimorf/makrofag :
menelan dan menghancurkan bakteri
Mengeluarkan jaringan mati, fibrin berlebih
Merangsang pembentukan fibroblas  sintesa struktur
protein kolagen  merangsang angiogenesis
Kerja PMN/makrofag dapat dihambat oleh agen kimia,
hipoksia
FASE PROLIFERASI (3-24 HARI)
• Fibroblas meletakan subtansi dasar dan serabut kolagen
• Pemb darah baru mengilfiltrasi luka  pembentukan kapiler-kapiler
oleh tunas-tunas endotel  angiogenesis
• Kolagen  meningkatkan kekuatan regangan
• Bekuan fibrin fase I dikeluarkan
• Tanda inflamasi berkurang
• Jaringan dari gelungan kapiler baru yang menopang kolagen dan
subtansi dasar; terbentuk jaringan granulasi—warna merah terang
• Kapiler baru mudah rusak karena penanganan kasar, cth : menarik
balutan
• Vitamin C : untuk sintesis kolagen
• Faktor yang memperlambat penyembuhan : hipoproteinemi, hipoksia
FASE MATURASI ( 24-365 HARI)
• Epitelialisasi, kontraksi, reorganisasi jaringan ikat
• Cedera  kulit hilang  sel epitel pinggir luka, sisa folikel rambut,
glandula sebacea, sudorifera bergerak ke jaringan yang hidup
• Kontraksi luka  terjadi karena miofibroblas kontraktil membantu
menyatukan tepi-tepi luka
• peningkatan vaskularisasi
• Serabut kolagen  reorganisasi  meningkatkan kekuatan regangan
luka
• Luka masih rentan terhadap trauma mekanis
• Kontraksi luka  meninggalkan jaringan parut relatif kecil
• Jaringan fibrosa dermis bisa menjadi sangat hipertropi  kemerahan,
menonjol  keloid
• Keloid dipengaruhi bakat
Tahap penyembuhan luka:
1. Fase initial
Pada hari 1  terjadi proses inflamasi dan pendarahan diikuti
respon hemotasis dari agregasi trombosit sampai terbentuk jala
fibrin  penjendalan
Tepi luka seperti didekatkan sehingga luka menjadi sempit
Hari ke 2-6 Pembersihan dan pembuangan jaringan mati
dan kotoran oleh sistem fagosit
Dipacu enzim proteolitik yang dihasilkan leukosit
2. Fase fibrolasi
• Terjadi penjendalan (respon faktor humoral)
• Migrasi dan ploriferasi endotel kapiler darah, terutama pada tepi luka
(respon seluler)
• Respon humoral + seluler  jaringan granulasi
• Pembentukan jaringan granulasi dipacu oleh protein heksosamin
• Fibroblast menghasilkan mukopolisakarida, asam amino glisin dan prolin
 terbentuk anyaman kolagen yang dipacu hidroksiprolin
• Kombinasi jaringan granulasi dan kolagen membuat tensile (kekuatan
menarik tepi luka) menjadi lebih kuat
• Adanya tensile strength biasanya menjadi penanda membuka jahitan 
biasanya terbentuk di hari ke 3-4
• Fase fibrolasi diakhiri dengan terbentuknya jaringan cicatrix
3. Fase kontraksi parut
 Cicatrix di akhir hari ke 6 mengalami pengerutan karena kontraksi
kolagen  diikuti neovaskularisasi  epitelisasi  luka menutup
sempurna, tertinggal sedikit jaringan cicatrix
Manfaat kontraksi :
 Mengurangi, menekan, memeras cicatrix
Neovaskularisasi  nutrisi lebih terjamin dan memacu proses epitelisasi

Pada luka dangkal, yang hanya mengenai kulit  stratum germinativum


epidermis masih ada dan dapat mengeluarkan zat yang akan mengering
dan membentuk kerak secara alami sehingga luka tertutup  kerak akan
lepas dengan sendirinya
Fungsi kerak :
 Mengurangi kontaminasi
 Pengganti tensile strength
Penyembuhan luka dipengaruhi oleh:
1. Nutrisi
2. Penuaan
3. Daya tahan tubuh
4. Penyakit tertentu
5. Kondisi lokal pada tempat luka
6. Faktor psikososial
7. Pengelolaan luka yang kurang tepat
8. Efek terapi lain
Faktor yang dapat memperlambat penyembuhan
• Intrinsik  berhubungan dengan pasien
Cth : kondisi yang kurang menguntungkan pada tempat luka
• Ekstrinsik  dari luar
Cth :pengelolaan luka yang kurang tepat
Kurangnya suplai darah dan
pengaruh hipoksia
• Suplai darah buruk  oksigen, asam amino, vitamin dan mineral lambat
mencapai lukapenyembuhan luka lambat
• Wajah  suplai darah baik
• Kulit di atas tibia  suplai darah buruk  trauma minimal
menyebabkan ulkus tungkai
Kondisi lokal yang merugikan pada tempat
luka
• Hipoksia
• Dehidrasi
• Eksudat berlebih
• Turunnya temperatur
• Jaringan nekrotik
• Krusta berlebih
• Adanya benda asing
• Trauma berulang
Hipoksia
Tepian luka yang sedang tumbuh memiliki aktivitas metabolik tinggi
Hipoksia menghalangi mitosis sel-sel epitel dan fibroblas yang bermigrasi,
sintesa kolagen, kemampuan makrofag menghancurkan bakteri

Eksudat berlebih
Eksotoksin dan sel-sel debris pada eksudat  memperpanjang respon
inflamasi  penyembuhan menjadi lambat

Turunnya temperatur
Penurunan temperatur  mempengaruhi aktivitas fagositik dan mitosis
Luka basah dibiarkan terbuka dalam waktu lama temperatur
permukaan turun  mempengaruhi aktivitas mitosis
Jaringan nekrotik, krusta berlebih dan benda asing
Jaringan nekrotik dan krusta berlebih di tempat luka  memperlambat
penyembuhan, meningkatkan resiko infeksi
Benda asing: benang tidak dapat diserap yang tertinggal
Hematoma
Komplikasi akibat hematoma :
Media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme
Seperti benda asing  fibrosis jaringan parut berlebih

Trauma berulang
Truma mekanis  merusak jaringan granulasi, epitel  penyembuhan
lambat
Contoh :
penekanan area yang sakit pada pasien dekubitus
Pelepasan balutan yang kurang hati-hati
Faktor patofisiologi umum
PENURUNAN SUPLAI OKSIGEN
• Oksigen dibutuhkan untuk pembentukan kolagen, kapiler-
kapiler baru, perbaikan epitel, pengendalian infeksi
• Kebutuhan oksigen di tempat luka cukup tinggi
• Jumlah oksigen yang dikirim ke tempat luka tergantung
tekanan parsial oksigen dalam darah, tingkat perfusi jaringan,
volume darah total
Penyebab penurunan suplai oksigen di tempat luka:
Gangguan respirasi  penurunan efisiensi pertukaran gas
penurunan Tekanan partial oksigen  penurunan ketersediaan
oksigen jaringan
Gangguan kardiovaskuler  mengurangi tingkat perfusi jaringan
Contoh : DM – terjadi mikroangiopati  insufisiensi
vaskuler
Anemia
Penurunan kapasitas darah yang mengangkut oksigen
Cth : hipovolemi akibat perdarahan
Hemoragi
Kehilangan darah berat  penurunan suplai darah perifer
MALNUTRISI
• Kebutuhan protein dan kalori lebih tinggi
• Asam amino diperlukan untuk sintesa protein struktural spt
kolagen, respon imun
Luka bakar, trauma berat  pelisutan otot dan kehilangan BB
cepat  perlu penggantian protein, kalori, cairan, elektrolit 
perlu pengkajian status nutrisi klien
• Defisiensi protein  proteolitik, heksosamin dan hidroksiprolin
turun  penyembuhan lama
• Defisiensi protein  luka sembuh dengan kekuatan regangan
yang menyusut  dehisiensi
• Vitamin C  untuk sintesa kolagen
Penurunan daya tahan terhadap infeksi
Gangguan imun, diabetes melitus, infeksi kronik  memperlambat
penyembuhan
Pengaruh fisiologis penuaan
> 30 tahun  penurunan efisiensi jantung, kapasitas vital, sistem imun
 penyembuhan menjadi lambat
Penurunan frekuensi penggantian sel epidermis, respon inflamasi
terhadap cedera, persepsi sensori, proteksi mekanik, dan fungsi barier
kulit
Penyakit arteri dan hipertensi vena kronis  ulserasi tungkai

Faktor psikososial
Keadaan cemas  menurunkan efisiensi sistem imun  kurang
mampu menghadapi gangguan patologis
PENGARUH MERUGIKAN DARI TERAPI
LAIN
• Obat sitotoksik, radioterapi, terapi steroid  bisa
memperlambat penyembuhan luka
• Vinkristin  mengganggu ploriferasi sel
• Terapi steroid jangka panjang  menekan multiplikasi
fibroblast dan sintesa kolagen
• Radioterapi  memperlambat penyembuhan,kelemahan
jaringan berkepanjangan
PENGELOLAAN LUKA YANG TIDAK TEPAT
1. Kegagalan mengidentifikasi penyebab yang mendasari
luka/masalah lokal di tempat luka
2. Penggunaan antiseptik tidak bijaksana
3. Penggunaan antibiotik topikal yang kurang tepat
Resistensi kuman terhadap antibiotik
4. Teknik pembalutan luka yang kurang hati-hati
KOMPLIKASI PENYEMBUHAN
LUKA
• Infeksi
• Fistula  hubungan abnormal antar 2 organ dalam atau dari
organ dalam menuju permukaan tubuh, cth : fistula perianal
(antara rektum dan kulit luar)
• Hematoma  pengumpulan darah setempat
• Dehisiensi  terbukanya kembali jahitan operasi
• Eviserasi  keluarnya isi perut dari luka bedah
• Keloid  jaringan parut ireguler yang jelas meninggi dan
membesar progresif akibat pembentukan kolagen berlebihan
Teknik perawatan luka
• Perawatan Luka: Balutan Modern VS Balutan Konvensional

(http://www.perawatluka.com/balutan-modern-vs-balutan-konvensional/)

Prinsip perawatan luka modern: moisture balance, digunakan modern


dressing, misalnya dengan ca alginat atau hydrokoloid
Pada konvensional, untuk menciptakan suasana lembab, digunakan kasa
yang dibasahi NaCl sebagai kompres
Balutan luka yang ideal:
1. Mengeluarkan kelebihan eksudat.
2. Mempertahankan kelembaban dalam penyembuhan luka.
3. Memungkinkan pertukaran gas.
4. Mempertahankan temperatur luka yg sesuai untuk penyembuhan luka
5. Sebagai barrier terhadap kuman patogen.
6. Mencegah infeksi.
7. Tidak meninggalkan serat atau substansi toksis bagi penyembuhan luka.
8. Tidak menimbulkan sensitifitas atau reaksi alergi.
9. Pelindung dari trauma mekanik seperti tekanan, tarikan atau gesekan.
10. Mudah dilepaskan tapi tidak menimbulkan trauma jaringan.
11. Mudah diaplikasikan.
12. Nyaman digunakan.
13. Mengikuti contour tubuh.
14. Tidak mengganggu fungsi tubuh.
15. Cost effective.
JENIS BALUTAN LUKA MODERN
Hidrokoloid
Mengandung partikel hydroaktif yang terikat pada polimer hydrofobik.
Kelebihan cairan pada luka akan diserap dan balutan akan berubah
menjadi gel.
Sesuai untuk luka pada fase epitelisasi (warna dasar luka merah muda),
dapat juga digunakan untuk mencegah terjadinya maserasi.
Contoh produk: comfeel transparan
Alginate
berbahan dasar dari rumput laut, mempunyai kemampuan menyerap
cairan luka minimal-sedang, kemampuan menghentikan pendarahan
minimal
Sesuai untuk luka pada fase granulasi.
Contoh produk: Cutimed Alginat, Curasorb

Hydrogel
berbahan dasar gliserin, mempunyai kemampuan untuk melunakkan
jaringan luka yang telah mati
Sesuai untuk luka dengan warna dasar hitam/kuning
Balutan Anti Bakterial
mempunyai sifat antibacterial
Ada yang berbentuk seperti jaring2 dan mempunyai sifat hydrofobik
yang kuat, contoh: sorbach
berbentuk serbuk, contoh: iodosorb,
berbentuk lembaran yg dicampur dengan alginate, contoh: seasorb, dll
Foam
berbahan dasar polyurethane foam
mempunyai kemampuan besar dalam menyerap cairan, sesuai untuk
luka yang memiliki eksudat yang banyak.
Silver Dressing
Balutan yang mengandung silver, mampu menghancurkan koloni kuman
dgn baik.
Sesuai untuk luka yang terinfeksi. Contoh: Acticoat

Anda mungkin juga menyukai