Anda di halaman 1dari 55

KEPERAWATAN MEDIKAL

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DEWASA PADA PENYAKIT (SINDROM KORONARIA AKUT )

Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah :

Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB

oleh:
Kelompok (17)
1. Mariatul Qibtiyah -192310101132
2. Nisa Nabila Sandy - 192310101189
KELAS D 2019

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan
Pendahuluan mata kuliah Keperawatan Medikal dengan baik.
Laporan Pendahuluan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan Pendahuluan ini.
Untuk itu, saya ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya dalam
pembuatan Laporan Pendahuluan ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca supaya saya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Harapan saya, semoga Laporan Pendahuluan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca serta dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Jember, 01 September 2021

Penyusun

2
KRITERIA HASIL YANG INGIN DICAPAI

1. Mampu memahami konsep teori penyakit infeksi saluran kemih ( STEMI )


2. Mampu menganalisis factor peyebab penyakit infeksi saluran kemih ( STEMI )
3. Mampu mengkaji menifestasi klinis penyakit infeksi saluran kemih ( STEMI )
4. Mampu memahami patafosiologi penyakit infeksi saluran kemih ( STEMI )
5. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan infeksi saluran kemih
(STEMI)
6. Mampu memberikan intervensi keperawatan yang sesuai pada klien dengan infeksi
saluran kemih ( STEMI )
7. Mampu memberikan dan menyusun asuhan keperawatan yang tepat pada klien
dengan infkesi saluran kemih ( STEMI )

( Mariatul Qibtiyah 192310101132 )

8. Mampu memahami prosedur pemeriksaan diagnostic pada penyakit infeksi saluran


kemih ( STEMI )
9. Mampu memahami macam-macam pemerikasaan penunjang yang dilakukan pada
penyakit infeksi saluran kemih ( STEMI )
10. Mampu memahami pegobatan farmakologis pada penyakit infeksi saluran kemih
(STEMI)
11. Mampu memahami pegobatan non farmakologis pada penyakit infeksi saluran kemih
(STEMI)
12. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit infeksi
saluran kemih ( STEMI )
13. Mampu menganalisis data berdasarkan hasil pengkajian pada klien dengan peyakit
infeksi saluran kemih ( STEMI )
14. Mampu memberikan intervensi yang tepat untuk unutuk memberikan pencegahan
maupun penanganan terutama pada menifestasi klinis yang terjadi pada klien dengan
penyakit infeksi saluran kemih. ( STEMI )

( Nisa Sabila Sandy 192310101189 )

3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
KRITERIA HASIL YANG INGIN DICAPAI...............................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
Latar Belakang..............................................................................................................5
Tujuan...........................................................................................................................6
Manfaat.........................................................................................................................6
LAPORAN PENDAHULUAN..........................................................................................8
Review Anatomi dan Fisiologi.....................................................................................8
Definisi.........................................................................................................................9
Klasifikasi.....................................................................................................................9
Etiologi.......................................................................................................................10
Epidemiologi..............................................................................................................11
Patofisiologi................................................................................................................12
Manifestasi Klinis.......................................................................................................12
Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................13
Penatalaksanaan Medis..............................................................................................14
Komplikasi.................................................................................................................16
Pathway......................................................................................................................18
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI...................................19
Pengkajian............................................................................................................19
Diagnosa...............................................................................................................21
Intervensi..............................................................................................................21
ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................................29
Pengkajian..............................................................................................................29
Analisa data dan masalah.......................................................................................34
Diagnosa.................................................................................................................37
Intervensi................................................................................................................38
Implementasi..........................................................................................................45
Evaluasi..................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................52
TINJAUAN PUSTAKA

Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
penyebab sebanyak >17 juta (30%) kematian di dunia setiap tahunmya. 80% kasus ini
terjadi di negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah, angka ini
diperkirakan masih akan meningkat menjadi 23,6 juta pada tahun 2030. Kasus kematian
yang disebabkan penyakit jantung di Indonesia sendiri cenderung meningkat. Data
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa prevalensi
penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Pada tahun 1975
presentase kematian akibat penyakit jantung hanya berkisar 5,9%, meningkat tahun 1981
menjadi 9,1%, dan melonjak pada tahun 1986 menjadi 16%. Sensus nasional yang
dilakukan pada tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit
kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4%. Penyakit
jantung dan pembuluh darah mejadi penyakit tidak menular penyebab utama kematian
terbanyak selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 yaitu sebanyak 2.941
kematian (Tumade et al., 2016).
Sindrom koroner akut (SKA) seperti infark miokard dengan non elevasi segmen ST
(NSTEMI, non ST segment elevation myocardial infarction), infark miokard dengan
elevasi segmen ST (STEMI, ST segment elevation myocardial infarction), dan angina
pektoris tidak stabil (UAP, Unstable angina pectoris) merupakan bagian dari PJK. Pada
kasus ini, terjadi penurunan suplai darah ke jantung secara tiba-tiba akibat penumpukan
kolesterol dan formasi dari gumpalan darah di dalam arteri jantung. Infark miokard
dengan elevasi gelombang ST atau ST elevation myocardial infarction (STEMI) menjadi
salah satu spektrum sindroma koroner akut (SKA) yang paling berat. Seseorang yang
menderita STEMI bisa mengalami penurunan aliran darah koroner secara mendadak
akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. STEMI bisa
menyebabkan kematian mendadak sehingga diindikasikan sebagai suatu
kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan segera.
Prevalensi kasus STEMI di Indonesia meningkat dari 25% hingga 40% pada tahun
2013 (Depkes RI, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Torry et al tahun 2011-
2012 di RSU Bethesda Tomohon, angka kejadian STEMI paling tinggi mencapai
presentase 82%, sedangkan untuk kejadian NSTEMI hanya berkisar 11% dan 7% sisanya
merupakan kejadian angina pektoris tidak stabil. Penelitian lain yang dilakukan di RSUP
Sanglah Denpasar pada tahun 2012-2013 juga menunjukkan angka kejadian STEMI
sebagai kasus tertinggi yaitu sebesar 66,7% (Humaira, 2016). Tingginya angka kejadian
STEMI tentu membutuhkan penganan yang cepat dan tepat. Berdasarkan uraian di atas
penulis tertarik untuk menyusun laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada
pasien dewasa dengan penyakit ST elevation myocardial infarction (STEMI).

Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran umum ST elevation myocardial infarction (STEMI) dan
asuhan keperawatan pada pasien dewasa dengan penyakit ST elevation myocardial
infarction (STEMI).
2. Tujuan Khusus
a) Memahami review anatomi terkait organ jantung
b) Mengetahui definisi dari penyakit ST elevation myocardial infarction (STEMI)
c) Mengetahui klasifikasi dari penyakit ST elevation myocardial infarction
(STEMI)
d) Mengetahui etiologi dari penyakit ST elevation myocardial infarction (STEMI)
e) Mengetahui epidemiologi dari penyakit ST elevation myocardial infarction
(STEMI)
f) Mengetahui patofisiologi dari penyakit ST elevation myocardial infarction
(STEMI)
g) Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit ST elevation myocardial infarction
(STEMI)
h) Mengetahui prosedur diagnostik dari penyakit ST elevation myocardial
infarction (STEMI)
i) Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit ST elevation myocardial infarction
(STEMI)
j) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dewasa dengan penyakit ST
elevation myocardial infarction (STEMI)

Manfaat
a) Manfaat teoritis
Memberikan sedikit gambaran dan referensi untuk digunakan sebagai
pengembangan ilmu keperawatan dalam memberikan layanan asuhan

6
keperawatan pada pasien dewasa dengan kasus ST elevation myocardial
infarction (STEMI)
Manfaat praktis
a. Bagi perawat
Untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada psien dewasa
dengan kasus ST elevation myocardial infarction (STEMI)
b. Bagi masyarakat
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai apa itu ST elevation
myocardial infarction (STEMI) dan bagaimana penanganannya

7
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Anatomi Fisiologi Sistem Yang Bersangkutan
Sistem kardiovaskuler yang terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah
merupakan organ sirkulsi darah yang berfungsi menyediakan dan mendistribusikan suplai
oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Jantung
merupakan organ tubuh yang memiliki empat ruang terbungkus perikardium, terletak pada
mediastinum medialis, di atas diafragma, miring ke depan kiri dan apeks kordis berada paling
depan dalam rongga dada. Dua pertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri garis median
sternum. Sebagian besar jantung tertutup oleh jaringan paru. Bagian depan jantung dibatasi
oleh sternum dan iga 3, 4 dan 5. Jantung berukuran kurang lebih sebesar genggaman tangan
kanan dengan berat berkisar 250-300 gram.
Atrium kanan menerima suplai darah dari vena kava superior di bagian posterior atas,
vena kava inferior, dan sinus koroner di bagian lebih bawah. Atrium ini tebalnya berkisar 2-3
mm. Dinding posterior atrium bertekstur halus, sedangkan dinding anteriornya bertekstur
kasar akibat adanya pectinate muscles. Terdapat sekat tipis yang dinamakan septum
interatrial antara atrium kanan dan kiri. Darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan
melewati suatu katup yang dinamakan katup trikuspid atau katup atrioventrikular (AV)
kanan. Atrium kiri mengalirkan suplai darah ke ventrikel kiri melewati katup bikuspid
(mitral) atau katup atrioventrikular (AV) kiri. Ventrikel kiri memiliki ketebalan berkisar 10–
15 mm dan membentuk apeks dari jantung. Aliran darah dari ventrikel kiri selanjutnya akan
melewati katup aorta ke ascending aorta. Sebagian darah akan mengalir ke arteri koroner dan
membawa darah ke dinding jantung.
Organ jantung sendiri dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan
saraf parasimpatis. Serabut-serabut saraf simpatis berada di area atrium dan ventrikel
termasuk pembuluh darah koroner. Sedangkan saraf parasimpatis berada di area nodus sino-
atrial, atrio-ventrikuler dan otot atrium.
Jantung memiliki 2 siklus selama melakukan peredaran darah. Jantung dapat
mengalami kontraksi (sistolik) dan relaksasi (diastolik). Sepertiga dari siklus jantung adalah
gerak sistolik. Kedua atrium jantung mengalami kontraksi secara bersamaan (sistolik atrial)
dan begitupun relaksasinya (diastolik atrial). Ventrikel berkontraksi sekitar ±0,3 detik dan
tahap relaksasinya berkisar 0,5 detik. Ventrikel berkontraksi lebih lama dan lebih kuat

8
daripada atrium. Ventrikel kiri memiliki daya dorong yang lebih kuat karena harus memompa
darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik.
Pada keadaan normal curah jantung ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama besarnya.
Jika terdapat perbedaan maka bisa dicurigai adanya penimbunan darah di tempat tertentu.
Jumlah darah yang dipompakan pada setiap kali sistolik disebut volume sekuncup. Dengan
demikian curah jantung = volume sekuncup x frekuensi denyut jantung per menit. Umumnya
pada gerak sistolik ventrikel tidak terjadi pengosongan secara total, sebagian kecil isi
ventrikel ada yang tertinggal, volume darah yang tertinggal ini disebut sebagai volume residu.
Besar curah jantung seseorang berbeda-beda tergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah
jantung pada orang dewasa normal dalam keadaan istirahat berkisar 5 liter dan bisa berubah-
ubah menyesuaikan keadaan. Denyut jantung normal berkisar antara 60 hingga 80 denyut per
menit. Kecepatan denyut jantung dalam kondisi sehat dipengaruhi oleh tekanan darah,
pekerjaan, emosi, cara hidup dan usia.

Definisi
Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang
merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara
kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah. ACS (Acute Coronary Syndrome)
merupakan salah satu bagian dari penyakit jantung koroner/PJK. ACS sendiri terbagi menjadi
3 yaitu angina pektoris tidak stabil (Unstable Pectoris/UAP), infark miokard dengan ST
Elevasi (ST Elevation Myocard Infarct/STEMI), dan infark miokard tanpa ST Elevasi (Non
ST Elevation Myocard Infarct/NSTEMI). ST-elevation myocardial infarction (STEMI)
merupakan penyakit yang disebabkan karna rupturnya plak aterosklerosis sehingga
mengakibatkan oklusi total pada arteri koroner. Kondisi ini biasanya disertai dengan tanda
dan gejala klinis seperti munculnya nyeri dada, adanya J point yang persistent, adanya elevasi
segmen ST serta meningkatnya biomarker kematian sel miokardium yaitu troponin (cTn).
STEMI merupakan kondisi yang sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian jika
tidak ditangani dengan segera.

Klasifikasi Penyakit
ACS (Acute Coronary Syndrome) diklasifikasikan menjadi 3 yaitu infark miokard
dengan ST Elevasi (ST Elevation Myocard Infarct/STEMI), infark miokard tanpa ST Elevasi
(Non ST Elevation Myocard Infarct/NSTEMI), dan angina pektoris tidak stabil (Unstable

9
Pectoris/UAP). Klasifikasi tersebut dibuat berdasarkan pemeriksaan Elektrokardiografi
(EKG) dan pemeriksaan biomarker pada jantung.

Gambar 1. Klasifikasi ACS (Acute Coronary Syndrome)

ACS (Acute Coronary Syndrome)

ST Elevation Myocard
NonInfarct
ST Elevation
(STEMI)Myocard Infarct (NSTEMI)
Unstable Angina
Pectoris (UAP)

a) ST Elevation Myocard Infarct (STEMI) : oklusi total dari arteri koroner yang
melibatkan area infark secara luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, kondisi
ini ditandai dengan adanya elevasi segmen ST pada EKG. Secara sederhana STEMI
diartikan sebagai kondisi serangan jantung berupa penyumbatan total pembuluh
darah arteri coroner yang menyebabkan terhentinya suplai oksigen ke dalam otot-
otot jantung (Ginanjar et al., 2020).

1
b) Non ST Elevation Myocard Infarct (NSTEMI): oklusi sebagian dari arteri koroner
tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen
ST pada EKG.
c) Unstable Angina Pectoris (UAP): terjadi oklusi sebagian atau oklusi parsial pada
arteri koroner. Unstable Pectoris memiliki gejala klinis dan patofisiologi yang sama
dengan NSTEMI, akan tetapi keduanya memiliki derajat keparahan yang berbeda

Etiologi
ST Elevation Myocard Infarct (STEMI) terjadi akibat menurunnya aliran darah koroner
secara mendadak, hal ini diakibatkan oleh oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang
sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler
yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid pada
dinding dalam pembuluh darah koroner. Adanya oklusi thrombus ini mempersempit atau
bahkan menyumbat pembuluh darah dan mengakibatkan otot jantung mengalami kekurangan
oksigen. Dalam kasus berat, kondisi ini bisa berakibat fatal seperti kematian mendadak.
Faktor risiko biologis STEMI dikelompokkan menjadi 2 golongan. Factor risiko yang
tidak dapat diubah, diantaranya yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga,
sedangkan faktor risiko yang masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat
proses aterogenik, antara lain kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan toleransi
glukosa dan diet yang tinggi lemak jenuh, kolesterol serta kalori. Kedua jenis faktor resiko
tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap proses terbentuknya aterosklerosis pada
arteri koroner.

Epidemiologi
Pada tahun 2013, prevalensi STEMI di Indonesia meningkat dari 25% hingga 40%
(Depkes RI, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Torry et al tahun 2011-2012 di
RSU Bethesda Tomohon, angka kejadian STEMI paling tinggi mencapai presentase 82%,
sedangkan untuk kejadian NSTEMI hanya berkisar 11% dan 7% sisanya merupakan kejadian
angina pektoris tidak stabil.
Penelitian lain yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2012-2013 juga
menunjukkan kejadian STEMI tertinggi yaitu sekitar 66,7% (Humaira, 2016).
Penelitian yang dilakukan di RS Khusus Jantung Sumatera Barat pada tahun 2011-
2012, menyebutkan bahwa kejadian SKA terbanyak adalah STEMI dengan persentase
sebesar 52% dari keseluruhan SKA. Penelitian lain di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun

1
2012 juga menyatakan bahwa STEMI menjadi kejadian SKA yang terbanyak dari
keseluruhan kejadian SKA dengan gula darah tidak normal, yaitu sebesar 40%.
Penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang menunjukkan bahwa
prevalensi laki-laki yang mengalami STEMI (87,5%) lebih banyak dibandingkan perempuan
dan usia terbanyak berada pada rentang usia 54,65±67,77 (Humaira, 2016). Penelitian-
penelitian lain menggunakan epidemiologis prospektif, seperti yang dilakukan Framingham,
menyebutkan bahwa laki-laki memiliki risiko penyakit jantung lebih tinggi daripada
perempuan. Santoso juga mengungkapkan bahwa laki-laki lebih berisiko terhadap penyakit
ini daripada perempuan, namun apabila perempuan mengalami menopause maka mereka
menjadi sama rentannya dengan laki-laki. Hal ini diduga terjadi akibat adanya efek
perlindungan estrogen.

Patofisiologi
Kerusakan yang terjadi pada lapisan endotel pembuluh darah biasanya disebabkan
beberapa faktor resiko seperti faktor hemodinamik berupa hipertensi, mediator (sitokin), zat
vasokonstriktor, rokok, kadar gula darah berlebih, diet aterogenik, dan oksidasi LDL-C.
Kerusakan endotel tersebut memicu adanya reaksi inflamasi, akibatnya muncul respon
protektif berupa terbentuknya lesi fibrofatty dan fibrous, serta plak atherosklerotik.
Timbulnya plak atherosklerotik pada pembuluh darah nantinya berkontribusi terhadap
kejadian oklusi total atau hampir total baik akibat sumbatan trombus ataupun oleh agregasi
platelet dan respon peradangan sehingga menyebabkan penurunan aliran darah koroner. Plak
atherosklerotik yang sifatnya tidak stabil dapat mengalami ruptur menyebabkan Sindroma
Koroner Akut. Infark dapat terjadi apabila plak atherosklerotik mengalami fisur, ruptur, atau
ulserasi, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi
arterikoroner, akibatnya suplai oksigen yang dibawa aliran darah menjadi terhambat.
Gambaran patologis dari STEMI terdiri atas fibrin rich red thrombus, komponen utama
yang memberikan respon terhadap terapi trombolitik. Reaksi koagulasi diaktivasi oleh
pajanan tissue activator pada sel endotel yang rusak. Faktor VII dan X diaktivasi,
menyebabkan konversi protombin menjadi trombin, untuk selanjutnya mengkonversi
fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat nantinya mengalami oklusi oleh
trombus yang terdiri atas agregat trombosit dan fibrin. Infark miokard akut dengan elevasi ST
(STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus
pada plak atherosklerotik yang sudah ada sebelumnya.

1
Manifestasi Klinis
Nyeri dada tidak selalu ditemukan pada Infark Miokard akut dengan elevasi ST
(STEMI). Pada kebanyakan kasus penderita STEMI yang disertai diabetes militus dan usia
lanjut seringkali tidak merasakan nyeri dada. Adanya nyeri dada substernal selama lebih dari
30 menit dan banyaknya keringat yang muncul bisa menjadi dugaan kuat adanya STEMI.
Gejala penyerta lainnya seperti mual, muntah, dispnea, diaporesis dan cemas biasanya sering
dijumpai pada penderita STEMI. Sedangkan untuk gejala khas pada kasus NSTEMI biasanya
berupa nyeri dada dengan lokasi nyeri di retrosternal menjalar ke lengan kiri, leher atau
bagian rahang. Nyeri tersebut bisa berlangsung secara intermittent (beberapa menit) atau
persistent.
Gejala khas lain pada kasus STEMI diantaranya yaitu nyeri seperti diikat, terbakar,
nyeri tumpul rasa berat atau tertekan. Untuk gejala yang jarang dialami klien biasanya berupa
gangguan pencernaan, nyeri epigastrium, nyeri dada yang menusuk atau dispneu. Gejala tidak
khas tersebut seringkali dialami kelompok pasien berusia lebih dari 75 tahun, pasien wanita,
pasien dengan diabetes, gagal ginjal kronis, atau demensia.

Prosedur Diagnostik
Diagnosa awal merupakan kunci dalam pengobatan awal dari STEMI. Diagnosis ST
Elevation Myocard Infarct (STEMI ) dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada
yang khas dan adanya elevasi ST >2 mm pada gambaran EKG, minimal pada 2 sandapan
prekordial yang berdampingan atau >1 mm pada 2 sandapan ekstremitas. Diagnosis dapat
diperkuat dengan melakukan pemeriksaan enzim jantung terutama apabila ditemukan
peningkatan troponin T. Adanya nyeri dada substernal selama lebih dari 30 menit dan
munculnya banyak keringat juga bisa memperkuat kecurigaan adanya STEMI.

Gambar 2. Gambaran EKG STEMI


Seseorang bisa diindikasikan mengalami serangan jantung, apabila mengeluhkan nyeri
dada atau nyeri hebat di bagian ulu hati (epigastrium) yang bukan disebabkan oleh trauma.
Sindrom koroner akut biasanya ditandai dengan nyeri seperti rasa tertekan benda berat, rasa
ditinju, tercekik, ditikam, diremas, atau rasa seperti terbakar pada dada. Biasanya rasa nyeri
dirasakan pada bagian belakang sternum (tulang dada) kiri dan menyebar ke seluruh bagian

1
dada. Riwayat nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang dirasakan pasien selama 10-20 menit
bisa meningkatkan kecurigaan terhadap diagnose STEMI. Diagnosis STEMI ditegakkan
berdasarkan berikut ini :
a) Nyeri dada
b) Perubahan hasil pemeriksaan ECG atau didapatkan gelombang LBBB baru
c) Peningkatan hasil biomarker
Seseorang yang menderita STEMI dapat merasakan beberapa gejala yang bervariasi
mulai dari rasa tidak nyaman pada bagian retrosternal atau nyeri dada pada sisi bagian kiri,
ketidaknyamanan lain yang khas seperti serangan syncope, dyspnea, malaise dan sesak nafas.
Penderita STEMI dengan usia lanjut, diabetes ataupun pasien dengan pengobatan NSAID
sangat berkemungkinan mengalami silent infark miokard. Pada pasien tersebut biasanya
ditemukan adanya hipotensi, syok kardiogenik, aritmia dan conduction block serta kegagalan
akut ventrikel kiri. Perlu dianalisa secara lengkap saat anamnesis bagaimana kriteria nyeri
dada yang dirasakan oleh pasien, sifat nyeri dada pada penderita STEMI biasanya berua nyeri
dada tipikal (angina).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien STEMI biasanya menunjukkan adanya
rasa gelisah dan tidak bisa istirahat. Seringkali ektremitas pasien pucat dengan di sertai
keringat dingin. Tanda fisik lainnya yaitu disfungsi ventrikular dengan bunyi jantung S4 dan
S3 gallop, penurunan intensitas jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua.
Umumnya juga terdapat murmur midsistolik atau late sistolik apikal yang bersifat sementara.
Pemeriksaan Penunjang dilakukukan dengan pemeriksaan laboratorium tanpa
menghambat implementasi terapi reperfusi. Pemeriksaan tanda kerusakan jantung yang
dianjurkan pada diagnosis STEMI adalah creatinin kinase (CK) MB dan cardiac specific
troponin (cTn) T atau cTn I, yang dilakukan secara serial. cTn digunakan sebagai petanda
optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal karena pada keadaan ini
juga akan diikuti peningkatan CKMB.
Jika pada pemeriksaan EKG awal tidak ada tanda-tanda STEMI namun pasien tetap
simptomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, makan EKG serian dengan interval 5-10
menit atau pemantauan EKG 12 sandapan harus dilakukan secara kontinyu untuk mendeteksi
potensi perkembangan elevasi segmen ST. EKG sisi kanan harus diambil pada pasien dengan
STEMI inferior, untuk mendeteksi kemungkinan infark ventrikel kanan.

1
Penatalaksanaan
Reperfusi merupakan tatalaksana utama pada pasien dengan kasus STEMI. Salah satu
tindakan reperfusi yang bisa diimplementasikan adalah pemberian terapi fibrinolitik.
Pemberian fibrinolitik pada pederita STEMI dilakukan untuk memperbaiki aliran darah dan
mencegah meluasnya kematian sel miokardium. Fokus utama tindakan reperfusi ini adalah
untuk mengatasi SKA di intrahospital, di mana tenaga kesehatan mengidentifikasi STEMI
menggunakan EKG sekitar 10 menit setelah pasien tiba di departemen emergensi. Reperfusi
merupakan tindakan yang perlu dilakukan segera setelah diagnosa STEMI ditegakkan.
Reperfusi bisa dilakukan dengan IKP dan terapi fibrinolitik. darah yang tersumbat. Terapi
trombolitik digunakan untuk melisiskan plak yang menyumbat aliran darah pada arteri
koroner. Pemberian trombolitik ini pertama kali dilakukan pada akhir tahun 1950an. Terapi
ini kemudian menjadi standar dalam mengobati kejadian infark miokard (MI). Pengobatan
trombolitik dalam tatalaksana STEMI dilakukan dengan memberikan obat dalam 12 jam
sejak timbulnya gejala. Efektivitas tertinggi dari pengobatan trombolitik adalah pada dua jam
pertama. Obat ini dapat diberikan dengan kondisi pasien memenuhi kriteria eksklusi atau PCI
primer tidak segera tersedia. Jika agen trombolitik diberikan lebih dari 12 jam, maka dapat
menyebabkan risiko perdarahan intrakranial.
Terapi trombolitik dibagi menjadi empat agen.
a) Streptokinase (SK) yaitu trombolitik asli dengan Anisoylated Plasminogen SK
Activator Complex (APSAC) yang berkembang menjadi hybrid SK. Karena proses
manufaktur agen Streptokinase (SK) ini dilarang penggunaannya pada pasien yang
telah diobati dengan streptokinase selama enam bulan terakhir.
b) Tissue plasminogen activator (tPA, Alteplase) merupakan agen yang bekerja pada
gumpalan di arteri koroner yang baru terbentuk dan meninggalkan gumpalan lainnya
dalam sirkulasi sistemik. Pada tingkat terapi, tPA kurang efektif penggunaannya bila
dibandingkan baik dengan SK atau Urokinase (UK).
c) Retavase, merupakan agen terbaru yang telah disetujui oleh Food and Drug
Administration pada akhir tahun 1996. Trombolitik ini digunakan sebagai bolus ganda,
masing-masing pemberiannya adalah 10 Unit dengan bolus kedua diberikan setelah 30
menit pemberian bolus pertama.
d) Urokinase (UK), merupakan agen keempat dan telah terlibat dalam sedikitnya jumlah
percobaan. Agen UK ini telah tersedia untuk digunakan di Inggris dalam jangka waktu
yang lama.

1
Tujuan dari pemberian terapi trombolitik adalah "melisiskan" atau menghancurkan
trombus yang menjadi penyebab utama serangan jantung, stroke, atau emboli paru. Empat
agen trombolitik tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung mampu mengaktifkan
plasminogen dan membentuk plasmin. Plasmin adalah enzim proteolitik yang mampu
memecah cross-link antara molekul fibrin, yang menyediakan integritas struktural
pembekuan darah dan juga mampu menghancurkan molekul fibrin, sehingga bekuan darah
menjadi larut. Karena hal ini, obat trombolitik juga disebut aktivator plasminogen
Indikasi pemberian trombolitik adalah: penderita infark miokard akut yang berusia
dibawah 70 tahun, sakit dada dalam 12 jam sejak ditegakkan diagnosa, dan elevasi ST lebih
dari 1mm pada sekurang-kurangnya 2 sandapan. Kontraindikasi pemberian trombolitik dibagi
menjadi kontraindikasi absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut terdiri dari aneurisma aorta,
stroke iskemik dalam waktu 3 bulan, neoplasma intrakranial atau arteriovena malformasi,
perdarahan diatesis aktif, hipertensi yang tidak terkontrol (sistolik >180mmHg atau diastolic
>100mmHg), trauma tertutup kepala signifikan atau trauma wajah dalam waktu 3 bulan.
Resusitasi jantung paru yang terlalu dalam atau penekanan yang lebih besar selama 10 menit
termasuk kedalam kontraindikasi relatif terhadap trombolisis. Kondisi lain yang
membutuhkan tindakan pencegahan diantaranya yaitu terapi antikoagulasi dengan terapi
warfarin, ulserasi aktif peptikum, menstruasi aktif, infeksi streptokokus yang baru kurang
dari lima hari, kehamilan, hipertensi berat, hemoragik atau retinopati diabetes dan prosedur
invasif atau pembedahan dalam kurun waktu sekitar tiga minggu sebelumnya.

Komplikasi
Beberapa komplikasi yang bisa disebabkan oleh STEMI (Farrisa, 2012):
 Disfungsi Ventrikular
Ventrikel kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk ukuran, dan ketebalan pada
segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses ini disebut remodelling
ventricular yang sering mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam
hitungan bulan atau tahun pasca infark. Pembesaran ruang jantung secara
keseluruhan yang terjadi dikaitkan dengan ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi
terbesar pasca infark pada apeks ventrikel kiri yang mengakibatkan penurunan
hemodinamik yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih
buruk.
 Gangguan Hemodinamik

1
Gagal pemompaan (pump failure) merupakan penyebab utama kematian di rumah
sakit pada STEMI. Perluasan nekrosis iskemia mempunyai korelasi dengan tingkat
gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya.
 Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditemukan pada saat masuk (10%), sedangkan 90% terjadi selama
perawatan. Biasanya pasien yang berkembang menjadi syok kardiogenik
mempunyai penyakit arteri koroner multivesel.
 Infark ventrikel kanan
Infark ventrikel kanan menyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang berat
(distensi vena jugularis, tanda Kussmaul, hepatomegali) dengan atau tanpa
hipotensi.
 Aritmia paska STEMI
Mekanisme aritmia terkait infark mencakup ketidakseimbangan sistem saraf
autonom, gangguan elektrolit, iskemi, dan perlambatan konduksi di zona iskemi
miokard.
 Ekstrasistol ventrikel
Depolarisasi prematur ventrikel sporadis terjadi pada hampir semua pasien STEMI
dan tidak memerlukan terapi. Obat penyekat beta efektif dalam mencegah
aktivitas ektopik ventrikel pada pasien STEMI.
 Takikardia dan fibrilasi ventrikel
Takikardi dan fibrilasi ventrikel dapat terjadi tanpa bahaya aritmia sebelumnya
dalam 24 jam pertama.

1
Ateroskelosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria, emboli Syok
1.10

Ketidakefektifan perfusi jaringan


Jantung
Aliran darah terhambat mengkompensasi
O2 keseluruh

Gangguan
konduktivit Perubahan Gangguan
as Suplai darah ke status pola tidur
jantung

Ancaman kehilangan
Ganggu Peningkatan volume & tekanan in
an
Defisit O2 pada jantung
Mekanisme koping inadequat

Curah
jantung Defisit oksigen dan nutrisi ke jantung Tekanan atrium & vena pulmona
menurun
ANSIETAS

CO2 ISKEMIA Aliran darah ke paru terganggu


menurun Menyentuh ujung saraf reseptor

Suplai O2 tidak seimbang denganMetabolisme anaerob


kebutuhan tubuh
Pembendungan pembuluh
Proses transduksi, modulasi dan persepsi

Asam laktat meningkat


Kelemahan
Difusi alveoli kapiler
NYERI
Asidosis
Intoleransi aktivitas
Stimulasi kortex adrenal
Gangguan
Gangguan fungsi ventrikel pertukaran
Aliran darah ke ginjal menurun

Pelepasan aldosteron

Kurang informasi

Retensi Na dan air, eksresi kalium


Defisiensi pengetahuan Kelebihan
volume
cairan
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan kepada klien,
meliputi: biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik.
A. Aktivtas / Itirahat
Lemah, letih, gangguan istirahat tidur dan istirahat, takikardi dan dispnea pada
saat istirahat atau aktifitas
B. Sirkulasi
Adanya riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
C. Eliminasi
Pola eliminasi cenderung normal, bising usus melemah.
D. Makanan / cairan
mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
E. Neurosensori
Pusing, pening, sakit kepala, nyeri.
F. Nyeri / kenyamanan
Nyeri dada yang timbul mendadak, tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
G. Pernafasan
dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat, dispnea nocturnal, batuk dengan atau
tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
H. Keamanan
Tidak ada gangguan
I. Seksualitas
Tidak ada gangguan.

Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Biasanya keadaan klien baik atau kompos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat.

1
B. Tekanan Darah
Tekanan darah klien biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup.
C. Nadi
Pada keadaan ini nadi akan lemah dan cepat
D. Respirasi
Kemungkinan RR meningkat
E. Suhu
Tidak ada gangguan
F. Berat Badan
Biasanya memiliki berat badan berlebih
G. Kepala dan Rambut
Tidak ada gangguan
H. Wajah
Terkadang Saat terjadi nyeri wajah terlihat pucat
I. Mata
Tidak ada gangguan
J. Hidung
Napas cepat, dangkal
K. Mulut
Tidak ada gangguan
L. Telinga
Tidak ada gangguan
M. Leher
Tidak ada gangguan
N. Payudara
Tidak ada gangguan
O. Kulit
Tidak ada gangguan

2
2.2 Diagnosa
Berdasarkan pengkajian data keperawatan, diagnosa yang mungkin muncul pada
penderita STEMI yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi
arteri koroner.
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan pengembangan paru
tidak optimal, kelebihan cairan di dalam paru akibat sekunder dari edema paru
akut.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,
konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, otot
infark, kerusakan struktural .
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran
darah, misalnya vasikonstriksi,hipovolemia, dan pembentukan
troboemboli .
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan
miokard, efek obat depresan jantung .
6. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan kematian.
7. Resiko ketidakpatuhan terhadap program perawatan diri yang berhubungan
dengan penolakan terhadap diagnosis miokard infark.
2.3 Intervensi

No. Diagnosa NOC NIC Rasional


Keperawatan

2
1 Nyeri akut b/d Tujuan : 1. Kaji keluhan 1. data tersebut
iskemia jaringan Setelah dilakukan pasien mengenai membantu
sekunder terhadap tindakan nyeri dada, meliputi menentukan
oklusi arteri keperawatan 1x24 : lokasi, radiasi, penyebab dan efek
koroner jam nyeri berkurang durasi dan faktor nyeri dada serta
dengan kriteria yang merupakan garis
hasil mempengaruhinya dasar untuk
1. nyeri dada hilang membandingkan
1 Berikan istirahat
2. gejala pasca terapi
fisik dengan
mendemonstrasikan
punggung 2. untuk

2
penggunaan teknik ditinggikan atau mengurangi rasa
relaksasi dalam kursi tidak nyaman serta
3. klien tampak kardiak dispnea dan
rileks, mudah 2 Kaji ulang istirahat fisik juga
bergerak riwayat angina dapat konsumsi
sebelumnya, oksigen jantung
nyeri
3. untuk
menyerupai
membandingkan
angina
nyeri yang ada dari
3 Anjurkan pasien
pola sebelumnya,
untuk
sesuai dengan
melaporkan
identifikasi
nyeri dengan
komplikasi seperti
segera.
meluasnya infark,
4 Berikan
emboli paru, atau
lingkungan yang
pericarditis.
tenang, aktivitas
perlahan, dan 4. untuk memberi
tindakan intervensi secara
nyaman tepat sehingga
5 Bantu mengurangi
melakukan kerusakan jaringan
teknik relaksasi otot jantung yang
(napas lebih lanjut
dalam/perlahan,
5. menurunkan
perilaku
rangsang eksternal
distraksi,
visualisasi, 6. membantu dalam
bimbingan menurunkan
imajinasi) persepsi/respon
6 Periksa tanda nyeri
vital sebelum
7. hipotensi/depresi
dan sesudah
pernapasan dapat

2
obat narkotik terjadi sebagai
7 Kolaborasi akbibat pemberian
dengan tim narkotik. Dimana
medis dalam keadaan ini dapat
pemberian terapi meningkatkan
farmakologi kerusakan
miokardia pada
adanya kegagalan
ventrikel.

2 Penurunan curah Tujuan : 1. Pantau tanda 1. untuk mengetahui


jantung Setelah dilakukan vital: frekuensi adanya perubahan
berhubungan tindakan jantung, TD, TD, nadi secara
dengan perubahan keperawatan 1x24 nadi dini sehingga
frekuensi, irama, jam curah jantung 2. Evaluasi adanya dalam
konduksi elektri, adekuat dengan bunyi jantung memudahkan
penurunan kriteria hasil S3, S4 dalam melakukan
preload/peningkat 1. TD, curah 3. Auskultasi bunyi intervensi karena
an tahanan jantung napas TD dapat
vaskuler sistemik, dalam batas 4. Berikan meningkatkan
otot infark, normal makanan porsi rangsan simpatis
kerusakan 2. Haluaran makan kecil dan
2. untuk
struktural urine mudah
mengetahui adanya
adekuat dikunyah, batasi
komplikasi pada
3. Tidak ada asupan kafein,
GJK gagal mitral
disritmia coklat, kopi,
untuk S3,
4. Penurunan soda
sedangkan S4
dispnea, 5. Pantau
karena iskemia
angina laboratorium
miokardia,
5. Peningkatan (enzim jantung,
kekakuan ventrikel,
toleransi GDA, elektrolit)

2
terhadap dan hipertensi
aktivitas pulmonal/sistemik

3. untuk
mengetahui adanya
kongesti paru
akibat penurunan
fungsi miokard

4. untuk
menghindari kerja
miokardia,
bradikardi,
peningkatan
frekuensi jantung

5. untuk
mengetahui
perbaikan/perluasa
n infark adanya
hipoksia,
hipokalemia/hiperk
alsemia

3 Ketidakefektifan Tujuan : 1. Observasi 1. untuk


perfusi jaringan Setelah dilakukan adanya mengetahui adanya
berhubungan tindakan perubahan penurunan curah
dengan keperawatan 3x24 tingkat jantung
penurunan aliran jam perfusi jaringan kesadaran secara
2. vasokontriksi
darah, misalnya efektif dengan tiba-tiba
sistemik
vasikonstriksi, kriteria hasil: 2. Observasi
diakibatkan oleh
hipovolemia, dan 1. Kulit hangat adanyapucat,
penurunan curah
pembentukan dan kering sianosis, kulit
jantung
2. Nadi perifer dingin/lembab

2
tromboemboli kuat dan raba 3. menurunkan
3. Tanda vital kekuatan nadi statis vena,
dalam batas perifer meningkatkan
normal 3. anjurkan klien aliran balik vena
4. Kesadran untuk latihan dan menurunkan
compos kaki aktif/pasif resiko
mentis 4. Observasi tromboflebitis.
5. Keseimbang adanya tanda
4. Untuk
an Homan, eritema,
mengetahui adanya
pemasukan edema
trombosis vena
dan 5. Pantau
dalam
pengeluaran pemasukan dan
6. Tidak perubahan keluaran 5. Penurunan/mual
edema dan urine terus menerus
nyeri dapat
6. Pantau
megakibatkan
laboratorium,
penurunan volume
kreatinin, elektrolit
sirkulasi, yang
berdampak negatif
pada perfusi dan
fungsi organ

6. Indikator dari
perfusi atau fungsi
organ

4 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Pantau frekuensi 1. Untuk


aktivitas tindakan jantung, irama, dan menentukan tingkat
berhubungan keperawatan selama perubahan TD aktivitas klien yang
dengan 3x24 jam klien sebelum, selama, tidak memberatkan
ketidakseimbanga menunjukkan dan sesudah curah jantung

2
n antara suplai peningkatan beraktivitas sesuai 2. Menurunkan
oksigen miokard aktivitas secara indikasi kerja miokard,
dengan bertahap dengan sehingga
2. Tingkatkan
kebutuhan, kriteria hasil: menurunkan risiko
istirahat, batasi
adanya komplikasi
1. Klien dapat aktivitas pada dasar
iskemia/nekrotik
melakukan nyeri/respon 3. Dengan
jaringan miokard,
peningkatan hemodinamik, mengejan dapat
efek obat
toleransi aktivitas berikan aktivitas mengakibatkan
depresan jantung
yang dapat diukur senggang yang tidak manuver valsava
dengan frekuensi berat sehingga terjadi
jantung/irama bradikardi,
3. Anjurkan pasien
jantung dan TD menurunnya curah
untuk tidak
dalam batas normal jantung, takikardi
mengejan saat
dan peningkatan
2. Kulit teraba defekasi
TD
hangat, merah muda
4. Jelaskan pola
dan kering 4. Aktivitas yang
peningkatan
maju memberikan
bertahap dari tingkat
kontrol jantung,
aktivitas
meningkatkan
5. Observasi gejala regangan dan
yang menunjukkan mencegah aktivitas
tidak toleran berlebihan
terhadap aktivitas
5. Palpitasi, nadi
tidak teratur,
adanya nyeri dada
atau dispnea dapat
mengindikasikan
kebutuhan
perubahan program
oalahraga atau diet

2
5 Ansietas yang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Data tersebut
berhubungan tindakan kecemasan pasien memberikan
dengan ketakutan keperawatan dan keluarganya informasi
akan kematian diharapkan serta mekanisme mengenai perasaan
kecemasan klien koping Rasional: sehat secara umum
hilang dan psikologis
2. Kaji kebutuhan
sehingga gejala
bimbingan spiritual
pasca terapi dapat
3. Biarkan pasien dibandingkan.
dan keluarganya
2. Jika pasien
mengekspresikan
memerlukan
kecemasan dan
dukungan
ketakutannya
keagamaan,
4. Manfaatkan konseling agama
waktu kunjungan akan membantu
yang fleksibel, yang mengurangi
memungkinkan kecemasan dan rasa
kehadiran keluarga takut.
untuk membantu
3. Kecemasan yang
mengurangi
tidak dapat
kecemasan pasien
dihilangkan
5. Dukung (respons stress)
partisipasi aktif meningkatkan
dalam program konsumsi oksigen
rehabilitasi jantung jantung.

4. Kehadiran
dukungan anggota
keluarga dapat
mengurangi
kecemasan pasien
maupun keluarga.

2
5. Rehabilitasi
jantung yang
diresepkan dapat
membantu
menghilangkan
ketakutan akan
kematian, dapat
meningkatkan
perasaan sehat.

2
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Pasien laki-laki 51 tahun datang ke IGD dengan Keluhan merasa nyeri ulu hati, dada
terasa Panas, mual, disertai keringat dingin di seluruh Tubuh sejak ± 1 jam Dengan skala
nyeri 8. Pasien Memiliki riwayat kebiasaan merokok dan kerja Lembur di malam hari;
riwayat hipertensi, Penyakit jantung, dan diabetes disangkal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kondisi Pasien lemah, pucat, akral dingin. Tekanan Darah sistolik 70
mmHg/palpasi, nadi 50 kali/Menit , laju pernapasan 24 kali/menit, Suhu 35,50C. Pada
pemeriksaan laboratorium Darah lengkap didapatkan peningkatan Hemoglobin, leukositosis,
peningkatan kadar Gula darah sewaktu, serta peningkatan kadar Kolesterol total dan
trigliserida. Pasien dirawat sejak tanggal 17 Agustus 2021 jam 12.30 WIB dan pada tanggal
22 Agustus 2021 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik yang sama.
Riwayat penyakit keturunan disangkal tidak ada oleh pasien dan keluarga. Saat MRS pasien
hanya melakukan pengobatan dan istirahat, pasien dan keluarga menolak untuk dirawat di
ICCU dengan alasan biaya serta menolak melakukan tindakan medis yang memerlukan biaya
terlalu besar seperti bila ada kemungkinan operasi jantung dan sebagainya. Semenjak MRS
pasien merasa sangat cemas tentang penyakitnya dan kesembuhannya dengan sering bertanya
kepada perawat

Pengkajian

Pengkajian
1) Identitas klien
Nama: Tn. S
Jenis kelamin: Laki laki
Usia: 51 tahun
Alamat: Jln. Pangandaran no. 48 Antirogo-Sumbersari, Jember
Agama: Islam
Pekerjaan: sopir Taxi
Pendidikan: Tamat SMA
Tanggal MRS: 17 Agustus 2021
Sumber informasi: keluarga dan klien
2) Riwayat kesehatan
1. Diagnosa medis: STEMI

3
2. Alasan utama MRS:
Keluhan merasa nyeri ulu hati, dada terasa Panas, mual, disertai keringat
dingin di seluruh Tubuh sejak ± 1 jam Dengan skala nyeri 8.
3. Keluhan utama:
Keluhan merasa nyeri ulu hati, dada terasa Panas, mual, disertai keringat
dingin di seluruh Tubuh sejak ± 1 jam Dengan skala nyeri 8. Pada perawatan
pada tanggal 22 Agustus 2021 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan
karakteristik yang sama. Semenjak MRS pasien setelah di lakukan pengkajian
pasien mengatakan merasa sangat cemas tentang penyakitnya dan
kesembuhannya dengan sering bertanya kepada perawat.
4. Upaya yang telah di lakuakan
Psien telah melakukan istirahat untuk mengurangi penyakitnya dan berobat ke
Rumah sakit Jember Klinik. Mulai masuk rumah sakit pasien dan keluarga
mengikuti prosedur perawatan yang di berikan, namun pasien dan keluarga
menolak untuk dirawat di ICCU dengan alasan biaya serta menolak
melakukan tindakan medis yang memerlukan biaya terlalu besar seperti bila
ada kemungkinan operasi jantung dan sebagainya.
5. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien Memiliki riwayat kebiasaan merokok dan kerja Lembur di malam hari;
riwayat hipertensi, Penyakit jantung, dan diabetes disangkal
6. Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat penyakit keturunan disangkal tidak ada oleh pasien dan keluarga.
Pengkajian Fungsional kesehatan (pola fungsi gordon )
a. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Klien merasa sangat khawatir dengan kondisinya saat ini. Karena
sebelumnya belum pernah mengalami kondisi seperti ini. Selain itu pasien
merasa cemas dengan biaya yang harus di kelurkan dan menolak di lakukan
tindakan medis karena akan memakan banyak biaya.
b. Nutrisi metabolik
A (Atoprometri): TB :153 BB: 78 KG
B (Biomedical):-
C (Clinical sign);
Berat badan ideal: (tb-100)-[(tb-100)x 10 persen]= (153-100)- [(153-100)x
10%= 47,7 kg

3
Nilai BMI: 47,7: 1,78= 26,7 artinya berat badan melebihi batas ideal
D (Diet diary): makan dan minum klien pada tahap yang kurang baik, klien
mengatakan makan 3 kali sehari dan minum klien teratur.
c. eliminasi
klien mengatakan saat BAB dan BAK teratur tidak mengalami gangguan.
d. aktivitas latihan’
Klien mengatakan merasa lemas terutama pada saat penyakit nya mulai
kambuh. Jika penyakitnya kambuh, semua aktivitas seperti bekerja akan
terhenti untuk sementara waktu
e. Istirahat tidur
Terdapat gangguan pada pola tidur akibat sering merasakan nyeri dada dan
sesak nafas. Klien tidur 4-5 jam sehari dan sering terbangun
f. Persepsi kognitif
Pasien sudah paham dengan penyakitnya, dan terus berusaha untuk mencari
bantuan
g. Fungsi dan keadaan indra
Seluruh keadaan fungsi indra tidak ada masalah
h. Persepsi diri konsep diri
Klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini serta cemas akan biaya yang
akan di keluarkan oleh keluarganya
i. Pola peran hubungan
Klien dengan keluarganya terlihat akrab dan harmonis. Setiap anggota
keluarga memberikan dorongan positig kepada klien dalam menjalankan
pengobatannya
j. Seksualitas- reproduksi
Pada kasus tidak dijelaskan
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
- cemas, lesu, wajah pucat, Nampak menahan nyeri.
- Berat badan : 78 kg
- Tinggi badan : 175cm
b. Kesadaran : compos mentis, GCS : E4V5M6
c. TTV
Tekanan darah sistolik 70 mmHg/palpasi,

3
nadi 50 kali/menit
laju pernapasan 24 kali/enit,
suhu 35,50
Pemeriksaan darah
1. Darah Lengkap :
 Darah Lengkap
 Hemoglobin 17,2
 Leukosit 13.100
 Eritrosit 5,2
 Trombosit 355.000
 Hematokrit 48
 Gula Darah Sewaktu
222 Profil Lemak
 Kolesterol total 260
 Trigliserida 535
1. ECG:
Hasil :
 SR,QRS rate, 75x/mnt,
 normonaksis,
 ST↑ di II,III,avf, V7-9
 ST↓ di I,avI,V1-3,V5-6
 VES +, LVH-, RVH +
2. EKG:

 Anterior V1-V4
 Lateral V5-V6, I, aVL
 Inferior II, III, aVF
 Posterior V7-V9
 Ventrikel kanan V3R-V4R

3
Pemeriksaan Head to toe
A. Respirasi
RR meningkat, pasien Nampak menggunakan bantuan otot pernapasan.
B. Suhu
Tidak ada gangguan.
C. Berat Badan
Tidak ada gangguan.
D. Kepala dan Rambut
Tidak ada gangguan
E. Wajah
Simetris, tidak ada edema, otot muka dan rahang kekuatan normal,
muka tanpak pucat, tampak meringis
F. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjungtiva anemis, pupil isokor, sclera tidak
ikterus, reflek cahaya positif. Penglihatan dalam batas normal.
G. Hidung
Napas cepat, dangkal, obstruksi tidak ada.
H. Mulut
Tidak ada gangguan
I. Telinga
Tidak ada gangguan
J. Leher
Tidak ada gangguan
K. Payudara
Tidak ada gangguan
L. Kulit
Kulit pasien lembab, akral hangat
M. Pencernaan
Bising usus +, tidak ada benjolan.

3
3.2 Analisa Data
No Hari/ Data penunjang Etiologi Masalah Paraf
tanggal/j &
am nama

1. Senin, 22 DS: Ateroskelosis Penurunan Ns. S


Agustus Klien merasa nyeri curah jantung
2021, ulu hati, dada terasa
07.00 Panas, mual, disertai
WIB keringat dingin di Iskemik
seluruh Tubuh sejak
± 1 jam Dengan
skala nyeri 8. Pasien
Perubahan
DO:
kontraktilitas
 kondisi
Pasien lemah,
pucat,
 akral dingin.
 Tekanan
Darah sistolik Penurunan
70mmHg/pal curah jantung
pasi,
 nadi 50
kali/Menit
 laju
pernapasan
24 kali/menit
 Suhu 35,50C
2. Senin, 23 DS: Proses tranduksi, Nyeri akut Ns. S
Agustus  Klien merasa persepsi
2021, nyeri ulu hati,
07.10 dada terasa
WIB Panas, pasien
mengeluh
lemas Pelepasan
 Pasien Mediator nyeri
mengatakan
sulit tidur
karena
Nyeri
merasakan
nyeri
DO:

 nadi 50
kali/Menit
 laju
pernapasan

3
24 kali/menit
terlihat pucat
Pengkajian
PQRST

P: Nyeri
mendadak

Q: Nyeri seperti
di tusuk tusuk
dan terbakar

R: Klien merasa
nyeri ulu hati,
dada terasa Panas

S: Skala nyeri
sebesar 8

T: nyeri terus
menerus di
rasakan tidak
bisa hilang

3 Senin, 22 DS: Gangguan Ketidakefektifa Ns. S


Agustus  Pasien konduktivitas n perfusi
2021, mengatakan jaringan
07.15 lemas
WIB  Pasien
mengeluh Gangguan
sesak
kontraksi
DO:

 Edema pada
kaki Curah jantung
 Tekanan menurun
Darah sistolik
70mmHg/pal
pasi,
Ketidakefektifa
 nadi 50
kali/Menit n perfusi
 laju jaringan
pernapasan
24 kali/menit

3
4 Senin, 22 Ds: Curah jantung Intoleransi
Agustus menurun aktivitas Ns. S
Psien mengatakan
2021,
lemah dan hanya
07.20
WIB bisa berbaring
Co2 menurun
DO:

 Tekanan
Suplai O2 tidak
Darah sistolik
70mmHg/pal seimbang
pasi, dengan
 nadi 50 kebutuhan tubuh
kali/Menit
 laju
pernapasan
24 kali/menit Kelemahan
 Pasien
bedrest
 CRT 2-3
detik
Intoleransi
aktivitas

5. Senin, 22 Ds: Miokard infark Gangguan Ns. S


Agustus pola tidur
2021,  Klien
megatakan
07.25
susah tidur
WIB karena
merasakan Sesak nafas
nyeri dan
sesak nafas
Do:

 Klien tampak Ketidakefektifan


meringis pola nafas
 klien sesak
nafas

Gangguan pola
tidur

6. Senin, 22 Ds: Perubahan status Ansietas Ns. S


Agustus kesehatan

3
2021,  Klien
07.30 mengatakan
WIB khawatir Ancaman
dengan kehilangan
kondisinya
saat ini
 Klien
mengatakan
khawatir Mekanisme
dengan biaya
koping
yang harus di
keluarkan inadekuat
Do:

 Pasien
berkeringat
dingin Ansietas
 N: 50x/ menit

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraksilitas d.d iskemik, takikardia,
Lelah dan dispneue
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia) d.d pasien mengeluh nyeri,
frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah d.d pembengkakan
pada kaki
4. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d mengeluh Lelah, dyspnea dan iskemia
5. Gangguan pola tidur b.d pola tidur tidak menyehatkan d.d ketidakpuasan tidur,
dan tidak merasa cukup istirahat.
6. Ansietas b.d ancaman pada status terkini d.d pasien merasa khawatir dengan
kondisinya

3
3.4 Intervensi Keperawatan
N Hari/ Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Par
o. tangg keperawat kriteria hasil af
al/ an
jam
1. Senin, Penurunan Tujan : Perawatan 1.Mengetahui
22 curah Setelah di jantung masalah
Agust jantung b.d lakukan tindakan
1. Identifikasi Tanda-tanda
us perubahan keperawatan
2021, kontraksilit 2x24 jam. tanda/gejala gejala lebih
07.00 as d.d Kriteria hasil: primer
detail
WIB iskemik, 1. Tanda vital (dyspnea,
takikardia, dalam rentang kelelahan) dan
2.mengevalua
lelah dan normal (TD, sekunder
Nadi, RR) (distensi vena si tekanan
dispneu
2. Dapat jugularis, darah dan
Mentoleransi batuk)
aktivitas, tidak gambar hasil
penurunan
ada kelelahan EKG
3. Tidak ada curah jantung
penurunan
kesadaran 3. Agar

2. Monitor mampu
tekanan darah memodifikasi
dan EKG lingkungan
sehingga
3. Fasilitasi tidak
pasien dan memperparah
keluarga untuk keadaan anak
memodifikasi
gaya hidup 4.mempertah
sehat ankan
kepatenan
4. Berikan jalan napas
terapi oksigen
untuk 5. membantu

mempertahank pasien dalam


an saturasi menjaga
oksigen kondisi
kesehatannya

3
5. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia dan
rujuk ke
program
rehabilitasi
jantung

2. Senin, Nyeri akut Tujuan: 1. Identifikasi 1. Data


23 b.d agen Setelah di lokasi, tersebut
Agust pencedera lakukan tindakan karakteristik, membantu
us sisiologis keperawatan menentukan
2021, (iskemia) 1x24 jam nyeri durasi, penyebab dan
07.10 berkurang frekuensi, efek nyeri
WIB dengan kriteria kualitas, dada serta
hasil intensitas nyeri merupakan
1. Nyeri garis dasar
dada 2. Identifikasi untuk
hilang skala nyeri membanding
2. Kemamp kan gejala
uan
3. Identifikasi pasca terapi
menggun
akan respon nyeri
teknik non verbal 2. Untuk
non Identifikasi mengetahui
farmakolo faktor yang perkembanga
gis memperberat n skala nyeri
3. klien
dan
tampak
rileks, mempeingan 3.
dan nyeri Mengetahui
mudah respon non
bergerak 4. identifikasi verbal yang
pengaruh nyeri dari pasien’
pada kualitas
hidup 4.
Mengetahui
5. pemberian pengaruh
terapi nyeri
komplementer terhadap
dan Monitor kualitas hidup
saat ini
keberhasilan

4
terapi
komplementer 5.
yang sudah di Mengetahui
berikan perkembanga
n
6. pemberian keberhasilan
analgetik terapi yang
(aspirin) dan telah di
Monitor efek berikan
samping
penggunaan 6.
anagetik Mengetahui
hasil dari
7. Berikan pemberian
teknik non analgetik
farmakologis
untuk 7
mengurangi Menurunkan
nyeri rangsangan
eksternal
8. Kontrol
lingkungan 8. Untuk
yang mengetahui
mempeberat lingkungan
rasa nyeri yang dapat
memperberat
9. Fasilitasi nyeri
istirtahat dan sehingga
tidur dapat
memberikan
10. Anjurkan intervensi
memonitor secara tepat
nyeri secara sehingga
mandiri mengurangi
kerusakan
jaringan

9. Untuk
meredakan
rasa nyeri

10. Agar
dapat

4
melakukan
kemandirian
dalam
memonitor
nyeri yang di
rasakan
3. Senin, Ketidak Tujuan: 1. observasi 1. untuk
22 efektifan Setelah di adanya mengetahui
Agust perfusi lakukan tindakan perubahan adanya
us jaringan b.d keperawatan tingkat penurunan
2021, penurunan 3x24 jam kesadaran cura jantung
07.15 aliran darah Ketidak efektifan
WIB perfusi jaringan 2. observasi 2. menkaji
berkurang adanya pucat, tanda tanda
dengan kriteria sianosis penurunan
hasil suplai
1. tekanan 3. monitor oksigen ke
sistole TTF dan CRT jaring perifer
dan
diastole
4. obserfasi 3. mengkaji
dalam
rentang adanya edema status sirkulai
normal
2. tidak 5. anjurkan 4. edema
edema klien untuk menunjukkan
dan nyeri latihan kaki adanya
aktif atau pasif trombosis
vena
6. kolaborasi
dalam 5.
pemberian menurunkan
trapi oksigen stasi vena,
meningkatkan
aliran balik
vena dan
menurunkan
resiko
trombosis

6. memenuhi
suplai
oksigen ke
jaringan
4. Senin, Intoleransi Tujuan: Terapi 1. membantu

4
22 aktivitas Setelah di aktivitas pasien
Agust b.d tirah lakukan tindakan mengetahiu
us baring keperawatan 1. status
2021, 3x24 jam dan sosial fisiologisnya
07.20 Intoleransi mengkaji
WIB aktivitas stsatus 2. pasien
berkurang fisiologi memiliki
dengan kriteria pasien yang aktivitas yang
hasil menyebabkan dapat di
1. tanda kelelahan lakukan
vital sesuai dengan selama di
dalam konteks usia rumah sakit
rentan dan
normal
(TD, nadi, perkembangan 3. pasien
RR) memiliki
2. dapat 2. membantu jadwal
mentolera mengidentifika aktivitas
nsi sikan aktivitas
aktivitas, yang mempu 4. pasien
tidak ada
di lakukan dapat
kelelahan
3. tidak ada beraktivitas
penuruna 3. bantu klien sesuai minat
n membuat dan
kesadaran jadwal di kemampuann
wakti luang ya

4. membantu
untuk memilik
aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan
fisik, sikologi
5. Senin, Gangguan lakukan tindakan 1. Identifikasi 1. Untuk
22 pola tidur keperawatan pola aktivitas mengetahui
Agust b.d 1x24 jam dan tidur pola aktivitas
us ketidakefek Gangguan pola dan pola tidur
2021, tifan pola tidur berkurang 2. Identifikasi pasien
07.25 tidur dengan kriteria faktor
WIB hasil: pengganggu 2.
tidur (fisik Mengetahui
1. Keluhan sulit
atau faktor
tidur menurun ke
level 1 Psikologis) pengganggu

4
tidur
2. Keluhan sering 3. Modifikasi
terjaga menurun lingkungan 3.
ke level1
(pencahayaan, Memberikan
3. Keluhan tidak kebisingan, lingkungan
puas tidur suhu, matras yang nyaman
menurun ke level dan tempat agar tidur
1 tidur) cukup

4. Keluhan
istirahat tidak
cukup menurun
ke level 1

5. Kemampuan
beraktivitas
meningkat
6. Senin, Ansietas lakukan tindakan 1. Identifikasi 1.Untuk
22 b.d keperawatan saat tingkatmengetahui
Agust ancaman 1x24 jam ansietas tingkat
us status Ansietas berubah (mis. ansietas
2021, kesehatan berkurang kondisi, berubah,
07.30 kini dengan kriteria stressor, misalnya
WIB hasil: waktu) dalam kondisi
, stressor, dan
1. Verbalisasi 2. Monitor waktu
khawatir akibat
kondisi yang di tanda tanda
hadapi menurun ansietas 2.
ke tingkat 5 (verbal dan Mengetahui
non verbal) tanda tanda
2. Perilaku ansietas
gelisah menurun 3. Ciptakan melalui
suasana pernyataan
3. Tekanan darah
stabil terapeutik verbal
untuk ataupun non
4. Frekuensi nadi menumbuhkan verbal
stabil kepercayaan
3. Agar
5. Perasaan 4. Pahami terjalin
keberdayaan
situasi yang hubungan
membaik
membuat saling
ansietas percaya agar
dengarkan tingkat
dengan penuh ansietas
perhatian menurun

4
5. Gunakan 4.
pendekatan Mengetahui
yang tenang penyebab
dan ansietas bisa
meyakinkan terjadi

6. Jelaskan 5. Agar dapat


prosedur, menurunkan
termasuk tingkat
sensasi yang ansietas
mungkin di
alami 6. Agar
pasien
7. mengetahui
Informasikan prosedur
secara faktual keperawatan
mengenai yang di
diagnosis, berikan,
pengobatan, sehingga
dan prognosis pasien dapat
menerima
8. Anjurkan dan percaya
keluarga untuk serta
menemani menurunkan
pasien ansietas

9. Latih 7. Pasien
kegiatan mengetahui
pengalihan tentang
untuk diagnosis dan
mengurangi pengobatan
ketegangan yang akan di
lakukan
10. Latih sehingga
teknik dapat
relaksasi. menurunkan
tingkat
ansietas

8. Agar
pasien tidak
merasa

4
sendiri dan
tetap
mendapatkaa
n perhatian
walaupun
dalam
keadaan sakit

9. Agar
ansietas
pasien dapat
teralihkan
untuk
mengurangi
ketegangan

10. Agar
tingkat
ansietas
pasien
menurun.

3.5 Implementasi
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraksilitas d.d iskemik, takikardia,
lelah dan dispneu
Tanggal/ Implementasi Respon Paraf
Jam
22 Agustus 1. Mengidentifikasi Pasien terlihat sesak nafas
2021, 10. 10 tanda/gejala primer dan berkeringat dingin
WIB (dyspnea, kelelahan) dan
sekunder (distensi vena
jugularis, batuk)
penurunan curah jantung
22 Agustus 2. Monitor tekanan darah Tekanan darah :110/80
2021, 10.15 dan EKG mmHg, RR: 25x/menit,
suhu:36oC
22 Agustus 3. Fasilitasi pasien dan Memodifikasi lingkungan
2021, 10.20 keluarga untuk
memodifikasi gaya
hidup sehat
22 Agustus 4. Berikan terapi oksigen Pasien bersedia di berikan
2021, 10.25 untuk mempertahankan terapi oksigen dan sudah
saturasi oksigen tidak tampak sesak

4
22 Agustus 5. Kolabortasi Pasien bersedia untuk di
2021, 10.30 pemberian aritmia dan rujuk
rujuk ke program
rehabilitasi jantung

2. Nyeri akut b.d agen pencedera sisiologis (iskemia) d.d pasien mengeluh nyeri dan
nadi meningkat
Tanggal/ jam Implementasi Respon Paraf

22 Agustus 2021, 1. Identifikasi Pasien mengatakan nyeri


08.00 lokasi, dada kiri menjalar hingga
karakteristik, ke tangan dan dagu dengan
skala 8. dengan duransi
durasi, frekuensi,
sekitar 10 menit, terasa
kualitas, intensitas
tertusuk tusuk
nyeri

22 Agustus 2021 2. Identifikasi skala Klien mengatakan skala


08.00 nyeri nyeri 8

22 Agustus 2021 3. Identifikasi Klien mengatakan nyeri


08. 05 respon nyeri non terasa lebih ringan jika
verbal tidur berbaring
Identifikasi faktor
yang memperberat
dan mempeingan
nyeri

22 Agustus 2021 4. identifikasi Klien mengatakan nyeri


08. 10 pengaruh nyeri dapat mengganggu aktivitas
pada kualitas hidup dan istirahatnya
22 Agustus 2021 5. Monitor Klien mengatakan nyeri
08. 15 keberhasilan terapi menurun jika telah di
komplementer yang berikan terapi
sudah di berikan komplementer
22 Agustus 2021 6. Monitor efek Klien mengatakan setelah
08.20 samping mengkonsumsi analgetik
penggunaan yang di berikan intensitas
anagetik skala nyeri mulai berkurang
22. Agustus 2021 7. Berikan teknik Klien mengikuti proses
08. 25 nonfarmakologis keperawatan dengan baik
untuk mengurangi
nyeri

4
22 Agustus 2021, 8. Kontrol Klien mengikuti proses
08. 25 lingkungan yang keperawatan dengan baik
mempeberat rasa
nyeri
22 Agustus 2021 9. Fasilitasi Klien melakukan anjuran
08. 30 istirtahat dan tidur perawat untuk beristirahat

22 Agustus 2021, 10. Anjurkan Klien memahami


08. 35 memonitor nyeri penjelasan dari perawat
secara mandiri

3. Ketidaefektifan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah d.d pembengkakan


padakaki
Tanggal/ jam Implementasi Respon Paraf

22 Agustus 2021, 1. observasi Kesadaran pasien


08.40 adanya perubahan komposmentis.
tingkat kesadaran

22 Agustus 2021, 2. observasi Pasien tampak pucat.


08.45 adanya pucat,
sianosis

22 Agustus 2021, 3. monitor TTF Tekanan darah : 110/80


08.50 dan CRT mmHg, Nadi : 80 x/ menit,
RR : 25x/menit, Suhu : 36o
C.

CRT < 2 detik


22 Agustus 2021, 4. obserfasi Kaki pasien tampak edema.
08.55 adanya edema

22 Agustus 2021, 5. anjurkan klien Pasien bersedia untuk latihan


09.00 untuk latihan kaki aktif.
aktif atau pasif

22 Agustus 2021, 6. kolaborasi


09. 15 dalam pemberian Pasien tidak Nampak sesak.
trapi oksigen

4
4. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d pasien mengeluh lelah, dyspnea dan
iskemia
Tanggal, jam Implementasi Respon Paraf

22 Agustus 2021, Terapi aktivitas Pasien masih terlihat


09. 20 1. sedikit lemah
dan sosial mengkaji
stsatus fisiologi pasien
yang menyebabkan
kelelahan sesuai dengan
konteks usia dan
perkembangan
22 Agustus 2021, 2. membantu Pasien memiliki
09. 25 mengidentifikasikan aktivitas yang dapat
aktivitas yang mempu di dilakukan selama di
lakukan RS

22 Agustus 2021, 3. bantu klien membuat Pasien memiliki


09. 30 jadwal di wakti luang jadwal aktivitas.

22 Agustus 2021, 4. membantu untuk Pasien mengetahui


09. 35 memilik aktivitasmengenaiaktivitas
konsisten yang sesuai yang sesuai
dengan kemampuan kekuatannya,
fisik, sikologi kemampuannya, dan
minatnya
5. Gangguan pola tidur b.d ketidakefektifan pola tidur d.d ketidakpuasan tidur, dan
kurang istirahat
Tanggal/ jam Implementasi Respon Paraf

22 Agustus 2021, 1. Identifikasi pola Klien mengatakan selalu


09. 35 aktivitas dan tidur terjaga di malam hari,
serta hanya tidur kurang
dari 6 jam sehari
22 Agustus 2021, 2. Identifikasi Klien mengatakan selalu
09. 40 faktor pengganggu terjaga ketika tidur karena
tidur (fisik atau merasakan nyeri dan
Psikologis) khawatir dengan
kondisinya saat ini
22 Agustus 2021, 3. Modifikasi Klien mengatakan tidur
09. 45 lingkungan lebih nyamann dengan
(pencahayaan, kondisi lingkungan yang
kebisingan, suhu, yang kurang pencahayaan
matras dan tempat dan tidak ada kebisingan

4
tidur) serta suhu yang hangat

6. Ansietas b.d ancaman status kesehatan kini d.d merasa khawatir akan kondisinya
saat ini.
Tanggal/jam Implementasi Respon Paraf

22 Agustus 2021, 1. Identifikasi saat Klien bekerjasama


09. 45 tingkat ansietas berubah dengan baik
(mis. kondisi, stressor,
waktu)
22 Agustus 2021, 2. Monitor tanda tanda Klien mengatakan
09. 45 ansietas (verbal dan non ansietas terjadi
verbal) karena kondisi nya
sekarang dan
masalah biaya yang
harus di keluarkan
22 Agustus 2021, 3. Ciptakan suasana Klien bekerjasama
09. 45 terapeutik untuk dengan baik
menumbuhkan
kepercayaan

22 Agustus 2021, 4. Pahami situasi yangKlien menjelaskan


09. 45 membuat ansietas
perasaan cemas
dengarkan dengan
yang di rasakan
penuh perhatian saat ini secara
detail
22 Agustus 2021, 5. Gunakan pendekatan Klien bekerja sama
09. 45 yang tenang dan dengan baik
meyakinkan

22 Agustus 2021, 6. Jelaskan prosedur, Klien mengikuti


09. 45 termasuk sensasi yang proses tindakan
mungkin di alami keperawatan
dengan baik
22 Agustus 2021, 7. Informasikan secara Klien
09. 45 faktual mengenai mendengarkan
diagnosis, pengobatan, penjelasan dari
dan prognosis perawat akan
keadaannya
sekarang
22 Agustus 2021, Klien merasa
09. 50 8. Anjurkan keluarga senang karena di
untuk menemani pasien temani oleh

5
keluarganya
22 Agustus 2021, 9. Latih kegiatan Klien mengikuti
10.00 pengalihan untuk tindakan
mengurangi ketegangan keperawatan
dengan baik
22 Agustus 2021, 10. Latih teknik Klien terlihat rileks
10.05 relaksasi

3.6 Evaluasi
No Tanggal,jam Diagnose Catatan ttd
keperawatan perkembangan

1. 23 Agustus 2021, Penurunan curah NS. S

10.05 jantung b.d


S : Pasien mengatakan
perubahan
rasa lemas sudah
kontraksilitas d.d
berkurang.
iskemik, takikardia,
Lelah dan dispneue O : Tekanan darah :
110/80 mmHg, Nadi :
80 x/ menit, RR :
25x/menit, Suhu : 36o
Mukosa lembab, turgor
kulit normal, CRT < 2
detik.

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan
intervensi, hentikan
intervensi no 3

2. 23 Agustus 2021, Nyeri akut b.d agen S : Pasien mengatakan NS. S

10.05 pencedera nyeri berkurang namun


fisiologis (iskemia) kadang kadang mucul
d.d pasien lagi. Pasien tidak
mengeluh nyeri, terlihat meringis.
frekuensi nadi

5
meningkat dan sulit O : Tekanan darah :
tidur 110/80 mmHg, Nadi :
80 x/ menit, RR :
25x/menit, Suhu : 36o

A : Masalah teratasi
sebagian.

P : Intervensi
dilanjutkan.

3. 23 Agustus 2021, Ketidakefektifan S : Pasien mengatakan NS. S

10.05 perfusi jaringan b.d bengkak di kaki tampak


penurunan aliran mengempis.
darah d.d
O : Tekanan darah :
pembengkakan
110/80 mmHg, Nadi :
pada kaki
80 x/ menit, RR :
25x/menit, Suhu : 36o C
CRT < 2 detik

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi
dilanjutkan.

4. 23 Agustus 2021, Intoleransi aktivitas S : Pasien mengatakan NS. S

10.05 b.d tirah baring d.d ada peningkatan


mengeluh Lelah, dalam aktivitas.
dyspnea dan
O : pasien mampu
iskemia
mobilisasi di tempat
tidur sendiri.

A : Masalah teratasi
sebagian.

5
P : Lanjutkan intervensi
3&4.

5. 23 Agustus 2021, Gangguan pola S: Pasien mengatakan NS. S


10.05 tidur b.d pola tidur ada peningkatan dalam
tidak menyehatkan pola tidur
d.d ketidakpuasan
O: Pasien tampak lebih
tidur, dan tidak
bugar dan tidak tampak
merasa cukup
lemas
istirahat.
A: Masalah tertasi
sebagian

P ; Lanjutkan intervensi

6 23 Agustus 2021, Ansietas b.d S: Pasien mengatakan NS. S


10.05 ancaman pada tingkat ansietas
status terkini d.d berkurang karena da
pasien merasa dukungan dari keluarga
khawatir dengan
O: Klien tampak tenang
kondisinya
menjalani masa sakit
nya sekarang

A: Masalah teratasi

P; Hentikan intervensi

5
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R. F., Wahid, A., & Hafifah, I. (2017). Gambaran Faktor Risiko Pada Kejadian
Mortalitas Pasien Stemi Di Rsud Ulin Banjarmasin. Dunia Keperawatan, 4(2), 110.
Ere, Yeni Wadu. 2019. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Tn. M.N.M Dengan ST
Elevasi Miokard Infark Di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Diploma thesis. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
Farissa, Inne Pratiwi And Rifqi, Sodiqur And Maharani, Nani. 2012. Komplikasi Pada Pasien
Infark Miokard Akut ST-Elevasi (Stemi) yang Mendapat Maupun Tidak Mendapat
Terapi Reperfusi :(Studi di RSUP Dr. Kariadi Semarang). Undergraduate thesis.
Fakultas Kedokteran Universita Diponegoro.
Ginanjar, E., Sjaaf, A. C., Alwi, I., Sulistyadi, W., Suryadarmawan, E., Wibowo, A., &
Liastuti, L. D. (2020). CODE STEMI program improves clinical outcome in ST
elevation myocardial infarction patients: A retrospective cohort study. Open Access
Emergency Medicine, 12, 315–321.
Humaira, Ulfa Herman. 2016. Hubungan Keberhasilan Terapi Trombolitik pada Pasien
STEMI Anterior dengan atau tanpa Distorsi QRS. Diploma thesis. Universitas Andalas.
Kambu, I. (2020). Terapi Akupresur Sebagai Evidence Based Nursing Untuk Mengurangi
Nyeri Dada Pada Pasien Sindrom Koroner Akut. Journal of Health, Education and
Literacy, 2(2), 69–73.
Kerangan, J., Indra, M. R., & Suharsono, T. (2015). Hubungan Faktor Kecepatan Door-To-
ECG terhadap Keterlambatan Waktu Terapi Fibrinolitik pada Pasien ST-Elevation
Myocardial Infarction (STEMI) di RSUD Prof.R.D. Kandou Manado. Jurnal Ners Dan
Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 2(3), 212–215.
Muhammad, Gibran Rinaldi and Ardhianto, Pipin. 2015. Profil Faktor Risiko Atherosklerosis
Pada Kejadian Infark Miokard Akut dengan St-Segment Elevasi di RSUP DR.
Kariadi. Undergraduate thesis. Faculty of Medicine, Diponegoro University.
Ni Made Dewi Wahyunadi ; Djanggan Sargowo ; Tony Suharsono. (2016). Perbedaan
Keberhasilan Terapi Fibrinolitik Pada Penderita St-Elevation Myocardial Infarction
(STEMI) Dengan Diabetes Dan Tidak Diabetes Berdasarkan Penurunan ST-Elevasi.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Pandiangan, Greta Nivola Herdina. 2016. Komplikasi pada Pasien ST-Elevasi Miokard Infark
(STEMI) yang Diterapi Trombolitik Maupun yang Tidak Diterapi Trombolitik Di

5
RSUP H. Adam Malik. Undergraduate thesis. Faculty of Medicine, Sumatera Utara
University.
Safitri, E. (2013). ST Elevasi miokard infark (STEMI) Anteroseptal pada pasien dengan
faktor resiko kebiasaan merokok menahun dan tingginya kadar kolesterol dalam darah.
Medula, 1(4), 8–13.
Sofyan, Itsnaini Al Amira. 2016. Perbandingan Clinical Outcome Pasien Infark Miokard
Akut ST-Elevasi (STEMI) Pascaterapi Intervensi Koroner Perkutan Primer dan Terapi
Fibrinolitik di RSUP DR. Kariadi Semarang. Undergraduate thesis. UNIMUS.
Tumade, B., Jim, E. L., & Joseph, V. F. F. (2016). Prevalensi Sindrom Koroner Akut Di Rsup
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari 2014 - 31 Desember 2014. E-CliniC,
4(1).

Anda mungkin juga menyukai