Anda di halaman 1dari 52

TUGAS MAKALAH KOMUNITAS

TUBERCULOSIS

Disusun Oleh :
1. Yoke Rhesma V.Y. (10215006)
2. Kastina Sholihah (10215007)
3. Riyan Mayasari (10215014)
4. Karunia Wati Susanti (10215015)
5. Iit Retnaning M. (10215023)
6. Dewi Khusnita S. (10215027)
7. Rizky Irmawati (10215035)
8. Dadang Ari W. (10215037)
9. Ajeng Rahma M. (10215047)
10. M. Anjas Adi P. (10215048)
11. Septiawan Agung Dwi S. (10215053)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
kunjungan Mata Kuliah Komunitas III. Kami mengambil judul “Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan TBC” untuk memenuhi tugas ini.
Saya sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah
Komunitas III Ibu Paramita Ratna G., S.Kep., Ns., M. Kes dan semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.
Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 16 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Keperawatan Keluarga ................................................... 3
1. Definisi Keluarga ....................................................................... 3
2. Fungsi Keluarga ......................................................................... 3
3. Tipe Keluarga ............................................................................ 4
4. Bentuk Keluarga ........................................................................ 4
5. Tingkat Perkembangan Keluarga .............................................. 5
6. Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan ........................... 7
7. Pendekatan Dalam Keperawatan Keluarga ............................... 8
B. Konsep Dasar TBC ........................................................................ 9
1. Definisi TBC ............................................................................... 9
2. Klasifikasi .................................................................................. 10
3. Etiologi ...................................................................................... 10
4. Patofisiologi ............................................................................... 10
5. Manifestasi Klinis ...................................................................... 13
6. Komplikasi ................................................................................. 14
7. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 14
8. Penatalaksanaan ......................................................................... 15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................ 16

iii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17
CONTOH KASUS ......................................................................................... 18
A. Gambaran Kasus ................................................................................. 18
B. Pengkajian Keperawatan Keluarga ..................................................... 19
C. Analisa Data ........................................................................................ 33
D. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 34
E. Scooring/Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah .................... 34
F. Prioritas Diagnosa Keperawatan ......................................................... 38
G. Rencana Keperawatan ......................................................................... 39
H. Implementasi ....................................................................................... 42
I. Evaluasi ............................................................................................... 44

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit kronik menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk
batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam
(BTA) (Suriadi, 2001). Sebagian besar kuman TB sering menyerang
parenkim paru dan menyebabkan TB paru, tetapi juga dapat menyerang
organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang,
dan organ ekstra paru lainnya (Aditama, 2008).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun
2013 terdapat 9 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB (WHO,
2014). Pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi kuman
TB (WHO, 2015). Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada
pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah
Mediterania Timur (17%) (WHO, 2015).
Di Indonesia, prevalensi TB paru dikelompokkan dalam tiga wilayah,
yaitu wilayah Sumatera (33%), wilayah Jawa dan Bali (23%), serta wilayah
Indonesia Bagian Timur (44%) (Depkes, 2008). Penyakit TB paru
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan
saluran pernafasan pada semua kelompok usia serta nomor satu untuk
golongan penyakit infeksi. Korban meninggal akibat TB paru di Indonesia
diperkirakan sebanyak 61.000 kematian tiap tahunnya (Depkes RI, 2011).
Di Jawa Timur, prevelensi TB yaitu mencapai 20.553 penduduk di
tahun 2015. Dengan angka kematian 579 di tahun yang sama. Khususnya di
wilah Kediri baik Kabupaten/Kota prevelensi penderita TB yaitu 486 di
tahun 2015. Rendahnya kepatuhan minum obat pada pasien TB paru akan
memperlambat proses penyembuhan penyakit, meningkatkan risiko
morbiditas, mortalitas, dan resistensi obat baik terhadap satu jenis OAT
(mono resistant), maupun lebih dari satu jenis OAT (poly resistant,
multidrug resistant, extenly drug resistant, atau totally drug resistant)

1
(BPOM RI, 2006). Kepatuhan pasien yang rendah dalam minum OAT juga
menyebabkan pasien menjadi sumber penularan kuman yang resisten di
masyarakat, hal ini tentunya akan mempersulit pemberantasan penyakit TB
paru di Indonesia serta memperberat beban pemerintah (Depkes RI, 2005).
Berkaitan dengan data tersebut di atas, penulis tertarik untuk menyusun
asuhan keperawatan keluarga dengan Tuberculosis, dalam bentuk
penyusunan makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keluarga ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan TBC ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan
keluarga dengan TB Paru.
2. Tujuan khusus
a) Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan TB
Paru.
b) Dapat merencanakan tindakan keperawatan keluarga dengan TB
Paru.
c) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan keluarga dengan TB
Paru.
d) Dapat melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan TB Paru.

D. Manfaat
1. Manfaat Bagi kelompok
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi kelompok tentang
asuhan keperawatan keluarga dengan TBC.
2. Manfaat Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca tentang
asuhan keperawatan keluarga dengan TBC.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan
diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman (1998, dalam
Suprajitno, 2004).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
Depkes RI (1998 dalam Effendy, 1998).
Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga
adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga.
2. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan
ada 5 fungsi keluarga yaitu:
1. Fungsi Afektif
Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga,
pelindung dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.
Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan
dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya.
2. Fungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga
belajar disiplin, norma budaya prilaku melalui interaksi dalam

3
keluarga selanjutnya individu mampu berperan dalam
masyarakat.
3. Fungsi reproduksi
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi Ekonomi
Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan,
pakaian, perumahan dan lain-lain.
5. Fungsi Perawatan Keluarga
Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
asuhan kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan
asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.
3. Tipe Keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan untuk
mempermudah tentang pemahaman keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga
menurut Suprajitno (2004) antara lain:
a) Keluarga inti (konjungal)
b) Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau pemberian
nafkah, keluarga ini terdiri dari suami, istri dan anak mereka
anak kandung, anak adopsi atau keduanya.
c) Keluarga orentasi (keluarga asal)
d) Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
Keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota
keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga ini. Berikut
ini termasuk sanak keluarga: kakek, nenek, tante, paman dan
sepupu.
4. Bentuk Keluarga
Ada enam tipe atau bentuk keluarga menurut Effendy (1998):
a) Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

4
b) Keluarga besar (Exstende Family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya,
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c) Keluarga berantai (Serial family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d) Keluarga duda/janda (single family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e) Keluarga berkomposisi (composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama.
f) Keluarga kabitas (cababitation)
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.
5. Tingkat Perkembangan Keluarga
Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga
mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut.
Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut
Friedman (1998) antara lain:
a) Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau
tahap pernikahan)
Tugasnya adalah :
1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang
tua).
4. Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua
adalah bayi sampai umur 30 tahun).
b) Tugasnya adalah :
1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.

5
2. Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek dan nenek.
c) Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua
berumur 2 hingga 6 bulan).
Tugasnya adalah :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan.
2. Mensosialisasikan anak.
3. Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar
keluarga (keluarga besar dan komunitas).
d) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur
hingga 13 tahun).
Tugasnya adalah :
1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13
hingga 20 tahun).
Tugasnya :
1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

6
f) Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan
rumah).
Tugasnya :
1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami
maupun istri.
g) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan)
Tugasnya :
1. Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.
h) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia
Tugasnya :
1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan.
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
5. Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.
6. Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan
Seperti dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004) yang
perlu dipahami dan dilakukan meliputi :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan
berarti, orang tua perlu mengenal kesehatan.

7
3) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga yang utama
untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga.
4) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau
di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
5) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga.
7. Pendekatan Dalam Keperawatan Keluarga (stanhope & lancaster,
2004)
a) Keluarga sebagai kontek (Family as Context)
Karakteristik pendekatan :
1) Individu ditempatkan pada fokus pertama sedangkan keluarga
yang kedua.
2) Fokus pelayanan keperawatan : individu.
3) Individu/anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi.
4) Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan.
b) Keluarga sebagai klien (Family as Client)
Karakteristik pendekatan :
1. Perhatian utama pada keluarga sedangkan individu kedua.
2. Keluarga dilihat sebagai penjumlahan dari individu-individu
anggota keluarga.
3. Perhatian dikonsentrasikan bagaimana kesehatan individu
berdampak pada keluarga secara keseluruhan.
c) Keluarga sebagai sistem (Family as System)
Karakteristik pendekatan :

8
1. Fokus pada keluarga sebagai klien dan keluarga adalah sistem
yang berinteraksi.
2. Pendekatan pada individu sebagai anggota keluarga dan keluarga
secara bersamaan.
3. Interaksi antara anggota keluarga menjadi target intervensi
keperawatan (seperti: hubungan orang tua dan anak, antara
hirarki orang tua).
d) Keluarga sebagai komponen sosial (Family as Component of
Society)
Karakteristik pendekatan :
1. Keluarga dilihat sebagai sebuah institusi sosial, pendidikan,
spiritual, ekonomi, dan kesehatan.
2. Kelurga adalah unit utama dan kumpulan keluarga akan
membentuk sistem yang lebih besar yaitu masyarakat.
3. Keluarga berinteraksi dengan institusi lain untuk menerima,
bertukar dan saling memberi layanan.

B. Konsep Dasar TBC


1. Definisi TBC
Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
paru-paru dan dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI ,
2002).
TB Paru adalah penyakit infeksi kronis (menahun) yang disebabkan
oleh kuman Mycobakterium tuberculosis, dan biasanya terdapat pada
paru-paru,tetapi mungkin juga pada organ tubuh lainnya. (Misnadiarly ,
2006).
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobakterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ
tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Mansjoer. A, 2000).

9
2. Klasifikasi

a) Tuberkulosis Paru (TB Paru)

Tuberkulosis Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai

yaitu sekitar 80 % dari semua penderita. Tuberkulosis Paru yang

menyerang jaringan paru ini merupakan bentuk dari Tuberkulosis

Paru yang mudah menular.

b) Tuberkulosis extra paru

Merupakan Tuberkulosis Paru yang menyerang organ tubuh lain

selain paru, yaitu: kelenjar limfe, tulang, ginjal, susunan syaraf dan

usus. Yang termasuk Tuberkulosis extra paru antara lain: Spondilitis

TB, Limfadenitis TB, Pleuritis TB, TB usus, TB ginjal, dan TB

kulit. (Depkes RI, 2008).

3. Etiologi TBC
Kuman Mycobacterium Tuberkulosa yang berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan
(Basil Tahan Asam). Tempat masuk kuman Mycobacterium
Tuberkulosa adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka
terbuka pada kulit. Saluran pernafasan merupakan tempat infeksi
pertama penderita Tuberculosis (Mansjoer. A, 2000).

4. Patofisiologi
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan,
infeksi tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi
dropet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari
orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan
alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung
tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit.

10
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus
atau paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada
tempat tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh organisme
tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat
juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak,
dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang
relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan
granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis
menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi
membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan
komplet ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan
lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi tuberkel
yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan
keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-
paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan
perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga
tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi
penuh dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul
yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam

11
waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi limpal peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui
getah bening atau pembuluh darah. Organisme atau lobus dari kelenjar
betah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis
penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang
biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam
sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price dan Wilson,
2005).

Inhalasi Droplet

Masuk ke saluran pernafasan

Dibersihkan oleh makrofag silia dan lendirnya

Partikel mati / keluar bersama secret Menginfeksi alveolus


Oleh reflek batuk (lobus atas atau lobus bawah)
Jaringan yang tinggi kandungan O2

Basil tuberkel membangkitkan reaksi


peradangan

Leukosit memfagisitosit tapi tidak membunuh


mikroorganisme tersebut

Respon imunologis dengan membuat dinding


di sekeliling bakteri

Terjadi jaringan parut / fibrosa

Sistem imunologis yang baik Sistem imunonologis yang kurang baik

Bakteri dorman Bakteri berkembang biak dan banyak

Terjadi Tuberculosis

12
5. Manifestasi Klinis TBC
Keluhan yang dirasakan pasien Tuberculosis dapat bermacam-
macam atau bahkan tanpa ada keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Penderita Tuberculosis akan mengalami berbagai gangguan
kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, subfebris, berkeringat tanpa
sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan anorexia. Semuanya
itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian.
a) Gejala Umum
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat
batuk dimulai dengan batuk kering kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif.
b) Gejala lain yang sering dijumpai
1. Dahak bercampur darah / Hemaptoe
Hal ini terjadi karena terdapat pembuluh darah yang pecah,
kebanyakan batuk darah pada penderita Tuberculosis terjadi
pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
2. Sesak nafas
Sesak terjadi karena infiltrasi sudah meliputi setengah bagian
dari paru-paru.
3. Nyeri dada
Nyeri dada terjadi bila infiltrat radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan pleura
sewaktu pasien menarik dan melepaskan nafasnya.
4. Anorexia
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam dan
demam. Keringat malam disebabkan oleh irama temperatur
sirkadian norman yang berlebihan (Crofton, 2002).

13
6. Komplikasi TBC
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut
menurut Depkes (2005):
a) Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
b) Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau retraktif)
pada paru.
c) Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan:
kolapsspontan karena kerusakan jaringan paru.
d) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian,ginjal dan sebagainya.
e) Meningitis, radang meningen (selaput pelindung) yang
menyelimuti otak dan syaraf belakang.
f) Spondilitis, inflamasi pada tulang vetebra.
g) Pleuritis, peradangan pada pleura.
h) Bronkopneumoni, peradangan pada dinding brinkiolus (saluran
nafas kecil pada paru-paru)
i) Atelektasis, paru-paru mengerut sebagian atau keseluruhan akibat
penyumbatan udara di bronkus atau bronkiolus (Suriadi, 2006).

7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Depkes RI (2002) ada tiga jenis pemeriksaan untuk TB
paru yaitu:
a) Pemeriksaan sputum BTA
Diagnosa TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan
ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
Hasil pemeriksaan dirinya akan positif apabila sedikitnya 2 dan 3
sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) BTA positif. Pemeriksaan
sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
yang sudah diberikan.

14
b) Rontgen
Foto rontgen dada dapat menunjang menegakkan diagnosa TB.
Paling mungkin bila ditemukan infiltrat dengan pembesaran
kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal
c) Tes Montoux / Tuberculin
Tes ini sering digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa
TB paru anak-anak. Biasanya dipakai montoux tes dengan
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin secara intrakutan. Pembacaan
dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.

8. Penatalaksanaan Medis TBC


Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil
tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan
untuk Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu :
a) Obat Primer
INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat
disembuhkan dengan obat-obat ini.
b) Obat Sekunder
Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin
dan Kanamisin (Mansjoer, 2000).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang semua golongan usia,
terutama pada seseorang yang daya tahan tubuh rendah karena malnutrisi,
tinggal di lingkungan yang padat serta sirkulasi udara yang tidak
baik. Karena penyakit ini adalah penyakit menular maka peran perawat
ditekankan pada pemberian penyuluhan tentang pencegahan seperti: makan
bergizi, istirahat teratur, olah raga serta memperhatikan ventilasi terhadap
luas bangunan, sedangkan untuk anak-anak dapat dilakukan pencegahan
dengan imunisasi BCG.
Selain itu penyakit ini memerlukan waktu yang lama dalam
pengobatannya. Sehingga kepatuhan dan kesabaran tinggi dari pasien untuk
menjalankan terapi sampai selesai sangatlah penting. Oleh karena itu
perawat harus berperan sebagai motivator bagi pasien. Bagi pasien sendiri
perlu dimotivasi untuk menjalankan terapi secara teratur dan merubah gaya
hidup yang lebih sehat.

B. Saran
Sebagai tenaga propesional tindakan perawat dalam penanganan
masalah keperawatan khususnya Tuberculosis (TBC) harus di bekali dengan
pengetahuan yang luas dan tindakan yang di lakukan harus rasional sesuai
gejala penyakit.

16
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
1&2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
1&2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta : EGC.

Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan TB. Jakarta : Widya Medika.

Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Mansjoer, A.(2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Ausculapius.

Misnadiarly. 2006. Penyakit Infeksi Tuberkulosis Paru dan Ekstra Paru. Bogor:
Grafika Mardi Yuana.

Suriadi, 2006. Penyakit Tuberkulosis. Jakarta : Media Aesculapius.

Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 1.Jakarta: EGC

17
CONTOH KASUS

A. Gambaran Kasus
Sekitar bulan Juli 2017 yang lalu Ny. M mengeluh dadanya sakit dan
nyeri ketika batuk. Ny. M mengatakan dahaknya sulit keluar. Ketika Ny. M
periksa ke Puskesmas petugas mengatakan untuk rontgen dan cek dahak.
Pada bulan juli 2017 Ny. M melkukan pemeriksaan dengan hasil dari
pemeriksaan TD 90/60 mmHg, BB 32 kg, TB 130 cm, nadi 80 x/mnt, RR 22
x/mnt, mata tidak ada gangguan penglihatan, anemis, tidak ikterik, bibir
kering, tidak stomatitis, tidak ada nyeri telan, leher tidak ada pembesaran
kel. tiroid, dada simetris, tidak terdengar bunyi gallop, terdengar bunyi
whezing Datar, abdomen bising usus terdengar normal, tidak ada luka,
ektermitas berfungsi dengan baik, kulit sawo matang, kering, tidak ada
alergi, dan berat badan turun drastis.
Setelah melakukan rontgen dan cek dahak Ny. S di diagnosa oleh
dokter menderita TB Paru. Di dapat dari hasil rontgen dada dan cek dahak
yang menunjukkan positif TB . Ny. M mendapat terapi OAT dan mengikuti
prosedur pengobatan dari dokter. Ny. M saat ini masih menjalankan
pengobatan dengan mengonsumsi OAT di tahap lanjutan. Sejak saat itu
sampai sekarang klien selalu mengontrolkan diri ke puskesmas jika obat
mendekati habis. Ny. M mengatakan kadang terasa sesak saat batuk. Tetapi
Ny. M melakukan istirahat lebih banyak dan bersantai dengan menghirup
udara di luar rumah dan biasanya bisa sedikit reda. Dan Ny. M mengatakan
saat pengobatan OAT Ny. M pernah lupa dan harus mengulang pengobatan
dari awal.

18
B. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Fasilitas Yankes Puskesmas & dokter No. Registrasi -

Nama perawat yang Ns. Nita Tanggal Pengkajian 24 November 2017


mengkaji

1. Data Keluarga

Nama Kepala Keluarga Tn. A Bahasa Sehari-hari Bahasa Jawa

Alamat Rumah & Telp Dusun Gapuk RT/RW Jarak Yankes terdekat 3 km
001/009 Desa Bulu Kec.
Semen Kab. Kediri.
Agama dan Suku Agama : Islam Alat transportasi Sepeda Motor
Suku : Jawa

19
Data Anggota Keluarga
No Nama Hub dgn KK Umur JK Suku Pendidikan Pekerjaan Status Gizi TTV (TD, N, Status Alat Bantu /
Terakhir Saat Ini (TB, BB, S, RR) Imunisasi Protesa
BMI) Dasar
1. Ahmad Saidi (Tn. Suami Ny. M 60 L Jawa SMP Wiraswasta BB : 50 kg N : 78 x/mnt - TIDAK
A) TB : 155 cm
RR : 20 x/mnt

TD : 180/90
mmHg

2. Mudawamah (Ny. Istri Tn. A 54 P Jawa SMP Wiraswasta BB : 30 kg N : 80 x/mnt - TIDAK


M) TB : 130 cm
RR : 22 x/mnt

TD : 90/60
mmHg

3. Mu’amar Sururi Anak Tn.A & 33 L Jawa SMA Bekerja BB : 54 kg N : 76 x/mnt Lengkap TIDAK
(Tn. M) Ny.M TB : 161 cm
RR : 20 x/mnt

TD : 120/70
mmHg

20
4 M. Imam Ansori Anak Tn.A & 22 L Jawa SMA Belum BB : 50 kg N : 78 x/mnt Lengkap TIDAK
(Tn. I) Ny.M bekerja TB : 140 cm RR : 20 x/mnt
TD : 100/90
mmHg

5 Umi Sidati Anak Tn.A & 20 P Jawa SMA Belum BB : 39 Kg N : 78 x/mnt Lengkap TIDAK
Fatimah (Ny. F) Ny.M bekerja TB : 135 cm RR : 20 x/mnt
TD : 90/80
mmHg

Lanjutan
No Nama Penampilan Umum Status Riwayat Penyakit / Alergi Analisis Masalah Kesehatan
Kesehatan INDIVIDU
Saat ini
1. Tn. A TD : 180/90 mmHg Sedang sakit Hipertensi, kolesterol, asam Tidak Sehat
BB : 52 kg urat

N : 78 x/mnt

RR : 20 x/mnt

TD : 180/90 mmHg
Bentuk kepala mesochepal
Rambut warna hitam ada ubannya, cukup
bersih, lurus.

21
No Nama Penampilan Umum Status Riwayat Penyakit / Alergi Analisis Masalah Kesehatan
Kesehatan INDIVIDU
Saat ini
Tidak ada gangguan penglihatan, tidak
ada ikterik.
Hidung bersih, tidak ada sekret, tidak ada
polip.
Telinga tampak bersih, tidak ada
serumen, tidak ada luka.
Bibir cukup lembab tidak ada stomatitis
Tidak ada pembesaran kel. Tiroid.
Dada simetris, vesikuler
2. Ny. M BB : 30 kg Saat ini Ny. Ketika Ny. M periksa ke TB Paru
TB : 130 cm M sedang puskesmas sekitar bulan Juli
N : 80 x/mnt menjalankan 2017 Ny. M di diagnosa oleh
RR : 22 x/mnt terapi dokter menderita TB Paru.
TD : 90/60 mmHg pengobatan
OAT. Ny. M mendapat terapi dan
Bentuk kepala mesochepal mengikuti pemeriksaan
Warna rambut hitam ada putih, agak ikal, rontgen dada dan
kering, bersih. pemeriksaan dahak.
Gangguan penglihatan (+), anemis.
Hidung bersih, tidak ada sekret, tidak ada Saat itu sampai sekarang
polip. klien selalu mengontrolkan

22
No Nama Penampilan Umum Status Riwayat Penyakit / Alergi Analisis Masalah Kesehatan
Kesehatan INDIVIDU
Saat ini
Telinga bersih, tidak ada serumen, tidak diri ke puskesmas Ny. M
ada luka. mengatakan kadang terasa
Bibir kering, tidak stomatitis, tidak ada sesak saat batuk. Tetapi Ny.
nyeri telan. M melakukan istirahat lebih
Tidak ada pembesaran kel. Tiroid banyak dan biasanya klien
Dada simetris, tidak terdengar bunyi keluar bersantai dengan
gallop, terdengar bunyi whezing. menghirup udara luar dan
bisa lega.
3 Tn. M BB : 54 kg Sehat : Tidak ada Sehat
TB : 161 cm Sistem tubuh
N : 76 x/mnt
RR : 20 x/mnt normal
TD : 120/70 mmHg
Bentuk kepala mesochepal. Warna
rambut hitam, lurus, bersih.
Penglihatan normal, tidak ikterik.
Hidung bersih, tidak ada sekret tidak ada
Polip.
Telinga kotor, ada serumen, tidak ada
luka.
Bibir lembab, tidak ada nyeri telan
Tidak ada pembesaran kel. Tiroid.
Dada simetris vesikuler, simetris, tidak
terdengar bunyi gallop, tidak terdengar
suara whezing.

23
No Nama Penampilan Umum Status Riwayat Penyakit / Alergi Analisis Masalah Kesehatan
Kesehatan INDIVIDU
Saat ini
4. Tn. I BB : 50 kg Sehat Tidak ada Sehat
TB : 150 cm Sistem tubuh
N : 78 x/mnt
RR : 20 x/mnt normal
TD : 100/90 mmHg
Bentuk kepala mesochepal. Warna
rambut hitam, lurus, bersih.
Penglihatan tidak anemis, tidak ikterik.
Hidung bersih, tidak ada sekret tidak ada
Polip.
Telinga kotor, ada serumen, tidak ada
luka.
Bibir lembab, tidak ada nyeri telan
Tidak ada pembesaran kel. Tiroid
Dada simetris vesikuler, simetris, tidak
terdengar bunyi gallop
5. Ny. F BB : 39 kg Sehat Typoid Sehat
TB : 135 cm Sistem tubuh
N : 78 x/mnt
RR : 20 x/mnt normal
TD : 90/80 mmHg
Bentuk kepala mesochepal
Warna rambut hitam, lurus,
bersih.
Penglihatan miopi, tidak
ikterik.

24
No Nama Penampilan Umum Status Riwayat Penyakit / Alergi Analisis Masalah Kesehatan
Kesehatan INDIVIDU
Saat ini
Hidung bersih, tidak ada sekret tidak ada
Polip.
Telinga kotor, ada serumen, tidak ada
luka.
Bibir lembab, tidak ada nyeri telan
Tidak ada pembesaran kel. Tiroid
Dada simetris vesikuler, simetris, tidak
terdengar bunyi gallop

Genogram

X X X X

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

60 54

38 33 27 22 20

25
Keterangan gambar

: laki-laki : perempuan

: klien X : meninggal

? : umur tidak diketahui : tinggal serumah

: garis keturunan : garis perkawinan

Tipe keluarga nuclear family yaitu keluarga yang terdiri dari keluarga inti.
Narasi :

Tn. A (60) menikah dengan Ny. M (68) dan memiliki 5 anak yaitu Tn. K (38), Tn. M (33), Tn. U (27), Tn. I (22) dan Ny. F
(20). Sedangkan Tn.K (38) menikah Ny. P (33) dari pernikahannya memiliki 1 anak yaitu Ny. Y (7), Tn. U (27) menikah Ny. V (25)
dari pernikahanya memiliki 2 anak, Tn. M (33), Tn. I (22) dan Ny. F (20) belum menikah dan tinggal satu rumah dengan Tn. A dan
Ny. M sedangkan kedua anak Tn. A dan Ny. M yaitu Tn. K dan Tn. U sudah menikah dan tidak tinggal satu rumah dengan Tn. A dan
Ny. M.
Pendidikan Tn. A dan Ny. M SMP dengan pekerjaan Tn. A sebagai wiraswasta dan Ny. M sebagai ibu rumah tangga. Keluarga
Tn. A tinggal di Dusun Gapuk RT/RW 001/009 Desa Bulu Kec. Semen Kab. Kediri. Keluarga Tn. M termasuk dalam keluarga yang
aktif dalam bermasyarakat, apalagi Ny. M yang aktif dalam kegiatan pengajian di lingkungan rumah. Keadaan ekonomi keluarga Tn. A
menegah ke atas penghasilan per bulan Rp 3.000.000,-. Sedangkan pengeluaran Rp. 1.500.000,- per bulan. Dan pada keluarga Tn. A
yang berkerja adalah Tn. A dan Tn. M sebagai wiraswasta.

26
Keadaan latar budaya dan agama keluarga Tn. A sangat terjaga, keluarga Tn. A menjalankan ibadah salat 5 kali dalam sehari
sesuai dengan agma yaitu Islam dan menggunkan bahasa Jawa untuk komunikasi sehari-hari. Dalam keluarga Tn. A saat sedang
menghadapi masa perkembangan menghadapiu anak dewasa. Dan di dalam keluarga Tn. A sudah berperan sesuai dengan status
keluarga masing-masing. Fungsi keluarga Tn. A

a. Fungsi afektif
Keakraban antara anggota keluarga terjalin dengan baik. Keluarga saling memperhatikan antar anggota keluarga jika ada
yang sakit namun terkadang komunikasi kurang terjalin dengan baik karena Tn. A dan Ny. M jika merasa ada yang dikeluhkan
beliau memilih menahan sendiri.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga Ny. M mampu bersosialisasi dengan anggota masyarakat di sekitar rumah dan tidak ada konflik dengan tetangga.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Apabila ada anggota keluarga yang sakit biasanya berobat ke puskesmas.

Koping keluarga
a. Stressor yang dihadapi keluarga jangka pendek yaitu masalah keluarga saat ini Ny. M menderita penyakit TB paru.
b. Usaha yang dilakukan untuk menanggulangi stress adalah istirahat atau memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
c. Situasi-situasi keluarga yang dapat menimbulkan stres adalah bila ada anggota keluarga yang sakit
d. Batas kemampuan keluarga menghadapi stres adalah kurang dari satu minggu dengan membawa Ny. M ke sarana kesehatan.

27
2. Data Pengkajian Individu yang Sakit
Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh keluarga klien untuk pemeriksaan kepada Ny.
M ke layanan kesehatan, Ny. M dinyatakan oleh dokter mengalami masalah kesehatan dengan Tuberculosis Paru. Dan didapat
data pengkajian sebagai berikut :

Nama Individu yang sakit : Ny. M Diagnosa medik : TB Paru

Sumber dana kesehatan : Keluarga Rujukan dokter / rumah sakit : Menjalankan terapi OAT

No. Prosedur Hasil Pemeriksaan


Pemeriksaan Umum
1 1. Penampilan Umum Baik
2. Status mental dan cara bicara Baik
Pemeriksaan kulit,kuku,dan rambut.
1. Pemeriksaan kulit Hitam, kering, tidak ada alergi, bersih
2
2. Pemeriksaan rambut Warna hitam kemerahan, agak ikal, kering, kotor.
3. Pemeriksaan kepala Bentuk mesochepal
Pemeriksaan kepala dan leher
3 1. Pemeriksaan kepala Bentuk mesochepal
2. Pemeriksaan muka Terlihat pucat

28
3. Pemeriksaan telinga Bersih, tidak ada serumen, tidak ada luka.

4. Pemeriksaan mata Gangguan penglihatan hipermiopi (+), anemis, tidak ikterik


5. Pemeriksaan hidung dan sinus Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip.
6. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan Bibir kering, tidak stomatitis, tidak ada nyeri telan

7. Pemeriksaan leher Tidak ada pembesaran kel. Tiroid

Pemeriksaan Dada
1. Syistem pernapasan Dada simetris, tidak terdengar bunyi gallop, terdengarbunyi
whezing, dan klien sering batuk.
4
RR : 22 x/mnt
2. Syistem kardiovaskular TD : 9/60 mmHg
N : 80 x/mnt
5 Pemeriksaan Abdomen Datar, bising usus terdengar normal, tidak ada luka
6 Pemeriksaan Ekstremitas. Berfungsi dengan baik, tidak ada kelainan

3. Data Penunjang Keluarga

Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga


Kondisi Rumah : Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Rumah Tn. A terdiri 2 lantai ruang tamu, 1 kamar tidur, Ya / Tidak*
1 ruang ibadah, 1 gudang, ruang dapur, 3 kamar mandi dan 3 Tidak ada Bunifas
kamar tidur dan 1 ruang ibadah di lantai 2 . Ukuran rumah 15 x
Jika ada bayi, Memberi ASI eksklusif :
9 m2, tipe rumah semi permanen, atap terbuat dari genting,

29
lantai berubin. Rumah Tn. A terdapat ventilasi berupa 2 jendela Ya / Tidak*
di ruang tamu, 1 jendela di kamar tidur, dan 1 pintu utama Tidak ada bayi

Jika ada balita, Menimbang balita tiap bulan :


Ventilasi :
Ya / Tidak*
Cukup / Kurang*
Tdak ada balita
Kondisi ruangan termasuk cukup udaranya.
Menggunakan air bersih untuk makan & minum :
Pencahayaan rumah :
Ya / Tidak*
Baik / Tidak*
Keluarga Tn. A menggunakan air kran untuk memenuhi
Jendela yang ada di rumah Tn. A cukup untuk pergantian udara
kebutuhan sehari – hari seperti mandi, mencuci, dan masak.
di dalam rumah.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun :
Ya / Tidak*
Saluran Buang Limbah :
Keluarga Tn. A mencuci tangan terlebih waktu ingin makan
Baik/Cukup/Kurang*
Saluran limbah tertata dengan baik
Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
Ya / Tidak*
Sumber Air Bersih :
Pembuangan sampah sudah mulai dilakukan dengan baik, bisa
Sehat / Tidak Sehat *
dilihat dari tempat sampah yang sudah disediakan di rumah
Keluarga Tn. A menggunakan air kran
Tn. A
Jamban Memenuhi Syarat :
Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :
Ya / Tidak *
Ya / Tidak*
Jamban di rumah Tn. A nampak bersih
Cara pengaturan perabot rumah kurang rapi, kebiasaan
merawat rumah disapu 2 kali sehari.
Tempat Sampah :
Ya / Tidak *
Mengkonsumsi lauk dan pauk setiap hari :
terdapat tempat sampah di rumah Tn. A

30
Ya / Tidak
Keluarga Tn. A mengkonsumsi lauk pauk setiap hari

Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah Anggota Menggunakan jamban sehat :
Keluarga 8m2/orang : Ya / Tidak*
Ya / Tidak * Jamban di rumah Tn. A bersih
Dari luas bagunan dan kondisi rumah tidak ada masalah di Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
keluarga Tn. A Ya / Tidak *
Keluarga Tn. A memperhatikan kebersihan lingkungan

Makan buah dan sayur setiap hari :


Ya / Tidak*
Keluarga Tn. A Makan seadanya yang penting ada lauk pauk
Melakukan aktivitas fisik setiap hari :
Ya / Tidak *
Tn. A bekerja sebagai buruh bagunan & Ny. M juga
berjualan

Tidak merokok di dalam rumah :


Ya / Tidak *
Keluarga Tn. A tidak ada yag merokok

31
4. Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota Keluarga
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit : Ya / Tidak
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati / dirawat : Ya / Tidak
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Keluarga / Tetangga / Kader /
Tenaga kesehatan, yaitu perawat dan petugas puskesmas
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri
biasanya / Perlu berobat k fasilitas yankes / Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : Ya / Tidak, Keluarga Tn. A
apabila sakit, diperiksakan ke Puskesmas/pelayanan kesehatan terdekat.
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialaminya yang dialami anggota keluarga? Ya / Tidak,
Keluarga Tn. A mengetahui tentang penyakit TB paru yang diderita oleh Ny. M
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya : Ya/ Tidak, Keluarga Tn. A
mengetahui tentang TB paru yang diderita oleh Ny. M dan mengetahui cara merawat namun belum terlalu mengaplikasikannya pada Ny. M
misalkan untuk memakai masker saat aktivitas.
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Ya / Tidak, Keluarga Tn. S kurang
mengetahui tentang penyakit flek paru/TB paru yang diderita oleh Ny. M dan tau cara mencegah penularan dai TB Paru
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan : Ya/ Tidak, Keluarga Tn. A mengetahui tentang penyakit TB paru yang diderita oleh Ny. M dan membuat ventilasi rumah
menjadi lebih baik, menyediakan masker untuk Ny. M
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya : Ya /
Tidak, Keluarga Tn. A menyambut baik terhadap petugas kesehatan yang bertugas di lingkungannya, beliau berharap agar petugas
kesehatan secara rutin melakukan kegiatan pengobatan/penyuluhan terhadap warga

32
5. Hasil Pembinaan Berdasarkan Tingkat Kemandirian Keluarga

Kunjungan Pertama (K-1) : keluarga masuk kemandirian tingkat 1 Kunjungan Keempat (K-4) :
Perawat : Ns. Nita Perawat :

Kunjungan Kedua (K-2) : keluarga masuk kemandirian tingkat 2 Kunjungan Kelima (K-5) :
Perawat : Ns. Nita Perawat :
Kunjungan Ketiga (K-3) : keluarga masuk kemandirian tingkat 3 Kunjungan Keenam (K-6) :
Perawat : Ns. Nita Perawat :

C. Analisa Data

No Data Fokus Masalah Penyebab


1. DS : Keluarga mengatakan kalau Ny. M menderita TB paru pada bulan Juli 2017, Ny. M Bersihan jalan Ketidakmampuan
mengalami sesak nafas dan nyeri dada seperti di tusuk – tusuk. Kemudian keluarga nafas tidak keluarga Tn. A
memeriksakan Ny. M ke puskesmas dan dokter, setelah melakukan pemeriksaan dokter efektif dalam melakukan
mengatakan bahwa setelah dilakukan uji dahak, ternyata Ny. M positif menderita TB Paru. perawatan
DO : Ny. M batuk tetapi tidak bisa keluar dahak. Ny. M terengah-engah setelah batuk dan kesehatan TB Paru
merasa dadanya nyeri. Saat dilakukan pemeriksaan dada dengan inspeksi didapatkan data terutama pada Ny.
bentuk dada simetris, Ny. M tampak menggunakan otot bantu pernafasan, saat dilakukan M
auskultasi terdengar suara whezing.
2. DS : Keluarga mengatakan bahwa pada bulan Juli 2017 sampai sekarang klien Resiko Ketidakmampuan
mengontrolkan diri ke puskesmas atau klinik. Klien mengatakan setiap malam tubuhnya perubahan keluarga dalam
berkeringat, klien mengatakan tubuhnya lemas saat bangun tidur. pemenuhan mengenal masalah
DO : Nafsu makan klien cukup bagus, makan 3x/hari habis 1 porsi dengan nasi, sayur, lauk, nutrisi kurang nutrisi pada orang
dan minum air putih. Pada saat dilakukan pengkajian dan semenjak sakit berat badan klien dari kebutuhan sakit terutama pada
turun menjadi 30kg, tubuh klien kurus, kulit kering bersisik, rambut merah dan ada tubuh Ny. M
keputihannya, konjungtiva anemis dan klien juga mengatakan memiliki anemia.

33
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam melakukan perawatan
kesehatan pada TB Paru terutama pada Ny. M
2. Resiko perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenbal masalah nutrisi pada orang sakit terutama pada Ny. M

E. Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah


1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam melakukan perawatan
kesehatan pada TB Paru terutama pada Ny. M
No Kriteria Bobot Skor Pembenaran

1 Sifat masalah : 3/3x1=1 Pada kasus Ny. M ketika keluarga ditanya tentang perawatan TB Paru
Skala : mengatakan tidak tahu dan belum begitu memahami cara pencegahan TBC
Tidak/ kurang 3 Paru. Pada klien harus ditangani agar kondisi segera sehat kembali.
sehat
Ancaman 1
kesehatan 2
Keadaan
sejahtera 1

34
2 Kemungkinan ½ x 2=1 Keluarga dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk kontrol kondisi
masalah dapat Ny. M dan berobat secara rutin. Dan puskesmas menyediakan obat TB paru
diubah : yang harus diminum selama 6 bulan. Dan klien rutin berobat.
Skala :
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3 Potensial 2/3x1=2/3 Pada kasus Ny. M dengan pemberian informasi tentang perawatan TB Paru
masalah untuk yang cukup jelas, kemungkinan masalah yang akan muncul dapat dicegah.
dicegah : 1
Skala :
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya 2/2x 1=1 Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif adalah masalah aktual yang harus
masalah : ditangani agar tidak menimbulkan komplikasi. Dan agar mencegah
Skala : penularan pada anggota keluarga yang lain.
Masalah berat, 2
harus segera

35
ditangani 1
Ada masalah, 1
tetapi tidak perlu
ditangani.
Masalah tidak 0
dirasakan
Total Skor 3 2/3

2. Resiko perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenbal masalah nutrisi pada orang sakit terutama pada Ny. M
No Kriteria Bobot Skor Pembenaran

1 Sifat masalah : 2/3x1=2/3 Dengan ditunjukkan pada kasus Ny. M ini berat badan klien 30 Kg, tubuh
terlihat kurus, kulit kering, bersisik, rambut merah dan beruban dan
Skala :
konjungtiva anemis. Dan nutrisi yang kurang dapat mempengaruhi
Tidak sehat 3 kesehatan.
Ancaman
kesehatan 2 1
Keadaan
sejahtera 1

36
2 Kemungkinan ½ x 2=1 Pada kasus Ny. M masalah nutrisi kurang dari kebutuhan dapat diatasi
dengan pemenuhan nutrisi adekuat dan nutrisi pada taraf gizi seimbang
masalah dapat
sesuai kebutuhan mencakup 4 sehat 5 sempurna. Disini ada kemauan
diubah : keluarga untuk merubah pola makan yang bergizi tetapi nafsu makan Ny. M
kurang
Skala :
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3 Potensial 2/3x1=2/3 Pada kasus Ny. M untuk kebutuhan pemenuhan nutrisinya sangan cukup
untuk dapat menangani masalah nutrisi kurang dari kebutuhan karena
masalah untuk
melihat ekonomi dari keluarga yang mengah ke atas. Dengan begitu potensi
dicegah : 1 dapat cukup untuk diatasi dengan pemenuhan nutrisi yang baik dan benar.
Keluarga memahami tentang pemberian menu yang bergizi dan cara menu
Skala :
disajikan.
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya 2/2x 1=1 Masalah nutrisi harus segera ditangani untuk menunjang kesembuhan klien
dengan lebih maksimal dan agar tidak menimbulkan masalah lain, karena
masalah :
klien juga memiliki riwayat anemia.
Skala :
Masalah berat, 2
harus segera

37
ditangani 1
Ada masalah, 1
tetapi tidak perlu
ditangani.
Masalah tidak 0
dirasakan
Total Skor 4 1/3

F. Diagnosa Prioritas
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam melakukanperawatan
kesehatan pada TB Paru terutama pada Ny. M
2. Resiko perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenbal masalah nutrisi pada orang sakit terutama pada Ny. M

38
G. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Kriteria Standar Intervensi


Keperawatan Umum
1 Ketidak efektifan Setelah 1. Keluarga mampu 1.Verbal 1. Keluarga 1. Berikan penyuluhan kepada
melakukan 2. Sikap mampu keluarga / klien tentang
bersihan jalan dilakukan
perawatan 3.Psikomotor menjelaskan pengertian, penyebab, tanda
napas berhubungan kunjungan
kesehatan pengertian dan dan gejala, pengobatan dan
dengan ketidak tindakan terutama pada penyebab perawatan TB paru.
mampuan keluarga keperawatan masalah TB paru terjadinya TB 2. Berikan informasi kepada
2. Keluarga mampu paru dan keluarga dan klien
Tn. A dalam keluarga
mengambil hubungannnya pentingnya minum obat TB
melakukan Bersihan keputusan yang dengan ketidak paru selama enam bulan
perawatan jalan nafas tepat untuk efektifan tanpa putus obat serta
mengatasi TB bersihan jalan jelaskan kepada keluarga
kesehatan pada TB menjadi
paru napas akibat minum obat TB paru
Paru terutama pada efektif 3. Keluarga mampu 2. Keluarga yang tidak teratur. Serta
Ny. M merawat anggota mampu ajarkan kepada keluarga dan
keluarga yang mengambil klien tentang latihan batuk
menderita TB keputusan untuk efektif
paru. mencegah 3. Anjurkan kepada keluarga
4. Keluarga mampu terjadinya TB untuk rutin mengontrolkan
menggunakan paru dan klien ke puskesmas/klinik.
sarana kesehatan melakukan

39
pemantauan
minum obat dan
keluarga mampu
merawat
anggota
keluarga yang
menderita TB
paru dan
melakukan
perawatan pada
klien, serta
dapat
melakukan
batuk efektif
3. Keluarga
mampu
membawa
anggota
keluarga yang
menderita TB
paru ke
puskesmas
untuk kontrol.

40
2. Gangguan Setelah 1. Keluarga 1. Verbal 1. Keluarga dapat 1. Berikan pengetahuan dan
perubahan dilakukan mampu 2. Sikap mengenal informasi kepada keluarga
mengenal 3. Psikomotor masalah nutrisi tentang nutrisi (menu yang
pemenuhan nutrisi kunjungan
masalah nutrisi mengenai seimbang) dan hubungannya
kurang dari tindakan 2. Keluarga menu yang dengan penyakit TB paru
kebutuhan tubuh keperawatan mampu seimbang. 2. Jelaskan kepada keluarga
mengambil 2. Keluarga tentang manfaat memberikan
pada Ny. M keluarga
keputusan yang mampu menu yang bervariasi kepada
berhubungan Kebutuhan tepat mengambil klien
dengan nutrisi pada 3. Keluarga keputusan 3. Anjurkan kepada keluarga
mampu yang tepat agar untuk memberikan makan
ketidakmampuan dapat
merawat kebutuhan dalam porsi kecil namun
keluarga mengenal terpenuhi anggota yang nutrisi pada dengan frekuensi yang
masalah mengenai sakit. klien dapat sering
nutrisi pada orang 4. Keluarga terpenuhi
mampu 3. Keluarga
sakit terutama Ny. memanfaatkan mampu
M sarana merawat
pelayanan anggota
kesehatan keluarganya
secara optimal dengan
memberikan
menu yang
seimbang.

41
45
Implementasi

Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi

1. Ketidak efektifan Kamis/30 1. Mengucapkan salam dan menjelaskan 1. Klien dan keluarga menerima
bersihan jalan napas November 2017 kegiatan hari ini akan melakukan kegiatan penyuluhan dari
berhubungan dengan penyuluhan tentang TBC Paru mahasiswa dengan antusias.
ketidakmampuan 2. Memberikan informasi kepada 2. Klien dan keluarga tahu dan
keluarga Tn. A dalam keluarga dan klien pentingnya minum koooperatif dalam kegiatan
melakukanperawatan obat TB paru selama enam bulan penyuluhan dan mendengaran
kesehatan pada TB berturut-turut inforasi tengtang TBC Paru
Paru terutama pada 3. Membantu klien melakukan latihan 3. Klien dan keluarga dengna
Ny. M batuk yang efektif. langsung dapat memprtina
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk batuk efektif
membawa klien ke puskesmas untuk 4. Klien dan keluarga
rutin kontrol. mengatakan rutin kontrol di
puskesmas terdekat

2. Resiko perubahan Kamis/30 1. Mengucapkan salam dan menjelaskan 1. Klien dan keluarga menerima

42
pemenuhan nutrisi November 2017 kegiatan hari ini akan memberikan kegiatan penyuluhan dari
kurang dari edukasi tentang kebutuhan nutrisi mahasiswa dengan antusias.
kebutuhan tubuh untuk kasus TBC Paru 2. Klien dan keluarga
berhubungan dengan 2. Mengkaji status nutrisi klien dan mengatakan menjadi lebih
ketidakmampuan tingkat pengetahuan klien dan keluarga tahu tentang pentingnya
keluarga dalam tentang nutrisi. kebutuhan nutrisi bagi orang
mengenbal masalah 3. Menjelaskan kepada keluarga tentang sakit
nutrisi pada orang manfaat memberikan menu yang 3. Klien dan keluar mengatakan
sakit terutama pada bervariasi kepada klien belum tahu mengenai manfaat
Ny. M 4. Menganjurkan kepada keluarga untuk menu variasi untuk
memberikan makan dalam porsi kecil menambah nafsu makan
namun dengan frekuensi yang sering 4. Klien dan keluarga menjadi
5. Memberikan motivasi kepada keluarga tahu kenapa harus diberikan
untuk membawa klien ke sarana makan dalam porsi kecil tapi
pelayanan kesehatan terdekat sering
5. Klien dan keluarga
mengatakan akan rutin kontrol
ke puskesmas

43
Evaluasi
Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal Evaluasi

1. Bersihan jalan nafas tidak Minggu/3 Desember S :


efektif berhubungan dengan 2017 Keluarga dan Ny. M dapat menyebutkan tentang TBC Paru ( definisi,
ketidakmampuan keluarga penyebab, tanda gejala, pencegahan, penularan, pengobatan)
Tn. A dalam Klien mengatakan berobat teratur kepuskesmas
melakukanperawatan
Klien mengatakan batuk disertai dahak dan dada terkadang masih terasa
kesehatan pada TB Paru
nyeri
terutama pada Ny. M
Klien mengatakan masih batuk disertai dahak, dan klien mengatakan sudah
bisa batuk efektif dan latihan nafas dalam saat terasa sesak pada waktu
batuk yang terus-menerus.

O:
Keluarga dan Ny. M tampak memperhatikan saat diberikan penyuluhan dan
mendemontrasikan batuk efektif dan cara nafas dalam

A:

44
Keluarga dan Ny. M telah mengerti penyakit tanda dan gejala, akibat lanjut,
penyebab, dan pengobatan serta pencegahan agar tidak memperparah
kondisi Ny. M dan masalah mulai teratasi

P:
Anjurkan kepada keluarga untuk memeriksakan kesehatan secara rutin ke
Puskesmas

Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk tidak menghentikan minum obat
tanpa konsultasi dengan dokter

Anjurkan kepada keluarga untuk mengingatkan klien untuk minum obat


secara teratur.

Anjurkan kepada keluarga untuk membawa klien ke puskesmas untuk


meneruskan pengobatan secara intensif

2. Resiko perubahan S:
pemenuhan nutrisi kurang Klien mengatakan masih kurang nafsu makan
dari kebutuhan tubuh Keluarga mengatakan dapat mengerti tentang nutrisi

45
berhubungan dengan Keluarga mengatakan klien mulai memakan menu makanan yang bervariasi
ketidakmampuan keluarga
dalam mengenbal masalah O:
nutrisi pada orang sakit Porsi makan tidak dihabiskan
terutama pada Ny. M Klien nampak kurus
Keluarga mengatakan telah memberikan makan dalam porsi kecil dengan
frekuensi yang sering
A:
Masalah mulai teratasi
P:
Berikan pengetahuan kepada keluarga tentang nutrisi (menu yang
seimbang) dan hubungannya dengan penyakit TB paru
Jelaskan kepada keluarga tentang manfaat memberikan menu yang
bervariasi kepada klien
Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan makan dalam porsi kecil
namun dengan frekuensi yang seringBeri motivasi keluarga untuk
membawa klien ke sarana pelayanan kesehatan terdekat

46
56

Anda mungkin juga menyukai