A. Nyeri
1. Definisi
1) Usia
2) Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
7
8
2) Kebudayaan
3) Makna nyeri
Dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu yang akan
4) Perhatian
yang menurun.
5) Ansietas
6) Keletihan
kemampuan koping.
7) Pengalaman
Klien yang tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi pertama nyeri
8) Gaya koping
b. Mekanisme Nyeri
Salah satu teori mengenai nyeri dari Melzack dan Wall (1965)
menjelaskan bagaimana dua jenis serat saraf yang berbeda (tebal dan tipis)
mengijinkan impuls masuk ke otak. Serat yang tebal akan lebih kuat dan
lebih cepat menangani rasa sakit daripada yang tipis. Ketika kedua sinyal
rasa sakit bertemu, sinyal yang lebih kuat cenderung menekan yang lebih
1) Transduksi
Stimulus ini dapat berupa stimulus fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia
misalnya rabaan.
2) Transmisi
3) Persepsi
4) Modulasi
pada sepanjang titik dari sejak transmisi pertama sampai ke korteks serebri.
(penghambatan).
c. Pengkajian Nyeri
nyeri yang sedang terjadi dan menentukan tujuan untuk fungsi kenyamanan
12
Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri, terdiri dari enam
wajah kartun yang diurutkan dari seorang yang tersenyum (tidak ada rasa
sakit), meningkat wajah yang kurang bahagia hingga ke wajah yang sedih,
Pasien dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal
(misal: tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau sangat hebat; atau 0
sampai 10; 0= tidak ada nyeri, 10= nyeri sangat hebat), nomor yang
Keterangan:
0: Tidak nyeri
1-3: Nyeri ringan ( secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik)
7-9: Nyeri berat ( secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
10: Nyeri sangat berat ( klien tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul).
Cara lain untuk menilai intensitas nyeri yaitu dengan menggunakan Visual
Analog Scale (VAS). Skala berupa suatu garis lurus yang panjangnya
terberat). Nilai VAS 0 - <4 = nyeri ringan, 4 - <7 = nyeri sedang dan 7-10 =
nyeri berat.
14
2) Obyektif
Care Pain Observation Tool) dan BPS (Behavioral Pain Scale) merupakan
perilaku tersebut.
BPS digunakan untuk menilai rasa nyeri yang dialami pasien pada
tubuh. BPS terdiri dari tiga penilaian yaitu ekspresi wajah, pergerakan
diskoring dari 1 (tidak ada respon) hingga 4 (respon penuh). Karena itu
skor berkisar dari 3 (tidak nyeri) hingga 12 (nyeri maksimal). Skor BPS
sama dengan 6 atau lebih dipertimbangkan sebagai nyeri yang tidak dapat
injury, memiliki fungsi motorik yang baik. CPOT terdiri dari empat
domain yaitu ekspresi wajah, pergerakan, tonus otot dan toleransi terhadap
wajah otot
Tubuh
17
d. Manajemen Nyeri
1) Intervensi Farmakologis
utama lainnya dan pasien. Sebelum memberikan obat apa saja , pasien
ditanyakan mengenai alergi terhadap medikasi dan sifat dari segala respon
2) Intervensi Non-Farmakologis
nyeri dalam bidang reseptor yang sama seperti pada cedera, terapi es dapat
dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk
dalam area yang sama sperti pada serabut yang mentransmisikan nyeri.
19
dan lambat bersama setiap inhalasi dan ekhalasi. Pada saat mengajarkan
teknik ini, akan sangat membantu bila menghitunng dengan keras bersama
dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek
beberapa orang.
analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis, mekanisme kerja
serabut saraf aferen non nosiseptor sebagai counter stimulasi dari rasa
dahulu dan lebih banyak mencapai otak (Pinandita, Purwanti & Utoyo,
2012).
1. Definisi
Utoyo, 2012).
2. Tujuan
terapi pereda nyeri post operasi. Dilakukan saat nyeri tidak dirasakan
menit atau detik. Kombinasi teknik ini dengan obat-obatan yang dilakukan
(Smeltzer, 2001).
Teknik ini dilakukan pada pasien post operasi laparatomi pada hari
yang lain.
tindakan.
siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam
untuk rileks, kemudian akan muncul respons relaksasi (Potter & Perry,
transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat.
Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A yang
berdiameter lebih kecil. Proses ini terjadi dalam kornu dorsalis medula
23
nyeri sehingga bila tidak ada informasi nyeri yang disampaikan melalui
saraf asenden menuju otak, maka tidak ada nyeri yang dirasakan
C. Laparatomi
1. Definisi
2005).
1998).
24
(internal bleeding), sumbatan pada usus halus dan besar, massa pada
3. Jenis Insisi
a. Midline Incision
Dibuat melalui linea alba. Linea alba adalah tendon berserat, tidak
abdominus kanan dan kiri. Insisi ini cepat dan mudah diakses, mudah
c. Transverse incision
penampang otot.
d. Pfannenstiel incision
kemih. Insisi dibuat dengan sayatan konveks turun melalui lipatan kulit
e. Paramedian incision
vertikal yang paling efektif saat hanya terdapat catgut yang tersedia,
midline, tampilan estetika tidak terlihat bagus dan juga berisiko tinggi
terhadap infeksi, serta dapat memutuskan saraf dari rectus tengah karena
terpisahnya otot rectus yang lebih dari 1 cm dari bagian tengah yang
setelah operasi.
g. Kocher’s incision
ini. Insisi kocher tidak dapat diperpanjang menjauh dan jika insisi/ luka
memanjang secara latela akan banyak saraf interkostal yang akan rusak.
insisi adalah pada sudut kanan dari persimpangan luar ⅓ luar pertengahan
hypogastric.
27
j. Rutherford-Morrison incision
k. Lanz incision
hernia inguinal. Insisi Lanz terletak lebih dekat pada anterior superior iliac
Tanda vital dipantau dan status umum pasien dikaji pada setidaknya setiap
vital), kondisi letak yang dioperasi dan fungsi sistem saraf pusat. Sasaran
dan hiperkapnea (kelebihan karbon dioksida dalam darah), hal ini dapat
terjadi jika jalan nafas tersumbat dan ventilasi berkurang. Shock dapat
b. Pertimbangan respiratori
telapak tangan di atas hidung dan mulut pasien untuk merasakan hembusan
seperti jika mendorong gigi bawah di depan gigi atas, maneuver ini
menarik lidah kearah depan dan membuka saluran udara. Sering ahli
anastesi meletakkan karet keras atau jalan nafas plastik dalam mulut pasien
kembali.
yang terkumpul untuk keluar dari sisi mulut. Jika gigi pasien mengatup,
mulut dapat dibuka secara manual tetapi hati-hati dengan spatel lidah yang
dibungkus kasa. Jika terjadi muntah, pasien dibalikkan miring dan vomitus
dikumpulkan dalam basin emesis, wajah diusap dengan kasa atau kertas
tisu dan sifat serta jumlah muntahan dicatat. Mukus atau muntahan yang
d. Pengaturan posisi
Tempat tidur dijaga agar tetap datar sampai pasien kembali sadar, kecuali
bila ada kontra indikasi, pasien yang tidak sadar diposisikan miring ke satu
e. Dukungan psikologi
berharga tentang status mental pasien, seperti segala bentuk ketakutan dan
kekhawatiran.
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
nafas, dan warna mukosa. Jika bernafas tidak biasanya dangkal, letakkan
udara.
b. Sirkulasi
pengisian kembali kapiler, denyut serta warna kuku dan temperature kulit.
c. Kontrol suhu
mereka mengeluh merasa dingin dan tidak nyaman. Suhu yang berubah
31
infeksi.
Kaji status hidrasi dan pantau fungsi jantung dan saraf untuk tanda-tanda
e. Fungsi neurologi
Kaji refleks pupil dan muntah, cengkeraman tangan, dan gerakan kaki.
Kaji kondisi kulit pasien, titik-titik ruam, peteki, lecet, atau luka bakar.
Ruam menunjukkan sensivitas obat atau alergi, lecet atau peteki didapat
dari hasil posisi yang tidak sesuai atau tahanan yang melukai lapisan kulit
bahwa landasan alas kauterisasi listrik salah ditempatkan pada kulit pasien.
g. Fungsi perkemihan
Raba perut bagian bawah tepat di atas simpisis pubis untuk mengkaji
distensi kandung kemih, jika terpasang kateter urin harus ada aliran urin
h. Fungsi gastrointestinal
fungsi usus normal, jika terpasang NGT, kaji kepatenan selang, warna, dan
i. Kenyamanan
merupakan metode yang efektif bagi perawat untuk menilai nyeri setelah
keparahan nyeri.
j. Harapan pasien
Kaji harapan pasien dan keluarga terhadap pemulihan dan kemajuan yang
2. Diagnosa Keperawatan
perdarahan
Tujuan :
Kriteria hasil :
turgor kulit dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil dan haluaran urine
adekuat
33
Intervensi:
Rasional:
2) Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status
membran mukosa
Rasional:
Rasional:
Rasional:
Rasional:
Rasional:
anesthesia, manipulasi usus, atau kondisi yang sebelumnya ada, mis kanker
Rasional:
organ
Rasional:
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi:
1) Pastikan klien mengalami nyeri pada saat awal pengkajian. Jika ada
riwayat sementara, faktor pengganggu dan penurun nyeri dan efek nyeri
Rasional:
2) Kaji tingkat nyeri klien menggunakan alat pengkaji nyeri individu yang
terpercaya seperti skala analog visual (VAS) atau penilaian skala nyeri
Rasional:
Rasional:
dirinya sendiri.
Rasional:
kepada pasien
Rasional:
yang optimal.
Rasional:
Rasional:
Rasional:
Tujuan :
Kriteria hasil :
Mencapai pemulihan luka tepat waktu, bebas dari drainase purulent atau
Intervensi:
Rasional:
Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah
sering menandakan abses luka atau kebocoran cairan dari sisi anastomosis.
Rasional:
35-45 derajat, bantu pasien untuk membalik, batuk, dan nafas dalam, bantu
Rasional:
Rasional:
eksternal
tengah dan tepi luar luka dan dapatkan lultur anaerobic sesuai indikasi
Rasional:
Organisme multiple mungkinada pada luka terbuka dan setelah bedah usus.
Rasional:
Rasional:
Tujuan:
Intervensi:
Rasional:
pemisahan luka/dehisens
2) Bebat insisi selama batuk dan latihan nafas. Berikan pengikat atau
Rasional:
Jaringan lemak sulit menyatu, dann garis jahitan lebih mudah terganggu.
Rasional:
untuk pemulihan.
Tujuan :
Intervensi:
Rasional:
Rasional:
misal: ileus
diberikan
Rasional:
Rasional:
feses.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi:
Rasional:
berdasarkan informasi
Rasional:
membersihkan luka.
42
Rasional:
karakteristik drainase
Rasional: