Oleh :
LISA DIANA
DOSEN PEMBIMBING
DWI WARMAN, SH, MH
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMDA KABUPATEN PADANG PARIAMAN
PARIAMAN
2016
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami
bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Upaya Pencegahan Korupsi di Zaman Orde
Baru, Refermasi. dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan
referensi bagi kita sehinga lebih mengenal tentang apa itu Korupsi dan lebih peduli
untuk mencegah, mengawasi Korupsi baik dilingkungan Masyarakat maupun Instansi
pemerintahan. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi Para Mahasiswa,
Pelajar, Umum dan semua yang membaca makalah ini semoga bisa di pergunakan
dengan semestinya.
Pariaman, Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
10
B. Saran ...............................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang, korupsi
bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan.
Dalam seluruh penelitian perbandingan pemberantasan korupsi antar negara, Indonesia
selalu menempati posisi paling rendah. Perkembangan korupsi di Indonesia juga
mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun, hingga kini pemberantasan
korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang. Hal ini dikarenakan banyak kasus
korupsi di Indonesia yang belum tuntas diungkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), kepolisian, LSM dan alat perangkat negara lainnya.
Pemerintah mengharapkan masalah korupsi di Indonesia segera terselesaikan. Oleh
karena itu, pemerintah mengupayakan beberapa hal seperti pembenahan dari aspek
hukum, yang sampai saat ini telah memiliki banyak rambu-rambu berupa peraturanperaturan, antara lain Tap MPR XI tahun 1980, UU No.31 tahun 1999, UU No.20 tahun
2000 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No.30 tahun 2002, sepuluh
UU anti korupsi lainnya, dua Perpu, lima Inpres, dan tiga Kepres. Namun, upaya ini
masih belum berhasil sepenuhnya. Masalah ini yang membuat penulis tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut dalam makalah yang berjudul UPAYA PEMBERANTASAN
KORUPSI DI INDONESIA.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
di Indonesia.
Untuk mendiskripsikan bagaimana upaya pemerintah dalam menanggulangi
korupsi yang telah mendarah daging di Indonesia.
BAB II
ISI
A. Pengertian Korupsi
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka.
Kemudian Robert Klitgaard dalam bukunya Controlling Corruption (1998)
mendefinisikan korupsi sebagai "tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
sebuah jabatan Negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri); atau untuk melanggar aturan-aturan
pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi". Menurut Komberly Ann
Elliott dalam Corruption and The Global Economy menyajikan definisi korupsi,
yaitu "menyalahgunakan jabatan pemerintahan untuk keuntungan pribadi".
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur-unsur sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara);
5.
Indonesia, sebagai salah satu negara yang telah merasakan dampak dari tindakan
korupsi, terus berupaya secara konkrit, dimulai dari pembenahan aspek hukum, yang
sampai saat ini telah memiliki banyak sekali rambu-rambu berupa peraturan - peraturan,
antara lain Tap MPR XI tahun 1980, kemudian tidak kurang dari 10 UU anti korupsi,
diantaranya UU No. 20 tahun 2001 tentang perubahan UU No. 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Kemudian yang paling monumental dan
strategis, Indonesia memiliki UU No. 30 Tahun2002, yang menjadi dasar hukum
pendirian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ditambah lagi dengan dua Perpu, lima
Inpres dan tiga Kepres. Di kalangan masyarakat telah berdiri berbagai LSM anti korupsi
seperti ICW, Masyarakat Profesional Madani (MPM), dan badan-badan lainnya, sebagai
wujud kepedulian dan respon terhadap uapaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Dengan demikian pemberantasan dan pencegahan korupsi telah menjadi gerakan
nasional. Seharusnya dengan sederet peraturan, dan partisipasi masyarakat tersebut akan
semakin menjauhkan sikap,dan pikiran kita dari tindakan korupsi.
Salah satu contoh kasus korupsi yang baru saja terjadi di Indonesia adalah kasus dari
Gayus Tambunan. Sejak awal sebenarnya cenderung tak percaya bahwa uang pajak
yang ditilap Gayus Tambunan hanya Rp28 milyar, apalagi ditambah pengakuannya
bahwa dari dana sejumlah itu dia hanya menikmati Rp1,5 milyar, selebihnya mengalir
ke polisi (Rp11 milyar), jaksa (Rp5 milyar), hakim (Rp5 milyar), pengacara (Rp5
milyar).Apa masuk akal yang maling cuma dapat Rp1,5 milyar?
Ketidakpercayaan ini berdasarkan banyaknya wajib pajak raksasa yang
ditanganinya yakni 149 wajib pajak antara lain Chevron, Kaltim Prima Coal atau
Kapuas Prima Coal (Metrotv bikin Kapuas Prima Coal), Bumi Resourches dan lainlain. Dari 149 mega perusahaan ini, 60 ditangani Gayus langsung. Semua perusahaan itu
ingin mendapatkan keringanan pajak atau tidak bisa menerima besaran jumlah tagihan
dari instansi pajak dan Gayus dan kawan-kawan memanfaatkan peluang tersebut.
Ketidakpercayan itu terjawab sudah, Majalah Tempo terbaru mengungkapkan
bahwa kasus Gayus mencakup uang sebesar Rp1,7 triliun, saat ini dia masih menyimpan
uang tersebut di beberapa deposit box dan menurut Tempo dia berulang kali membujuk
penyidik akan memberikan deposit box tersebut, kecuali satu untuk dia dan keluarga,
asal dibebaskan atau hukumannya diringankan. Berita ini membuktikan bahwa korupsi
di instansi perpajakan adalah mega korupsi yang harus mendapat perhatian dan
pengawalan super serius dari pers dan masyarakat. Disinyalir potensi uang negara yang
hanyut ke kantong-kantong petugas pajak dan gangnya mencapai Rp300 triliun.
Gara-gara ulah petugas bejat di jawatan pajak kita kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan jalan raya berkualitas baik, sekolah-sekolah, bea siswa, perguruan tinggi,
rumah sakit, obat-obatan, pasar, pembangkit listrik, taman hiburan dan fasilitas publik
lainnya.Mungkin sudah saatnya kita lebih memperhatikan petugas pajak di kota kita,
juga polisi, jaksa, hakim dan pengacara, bukan untuk mengusili atau mencampuri
kehidupan pribadi mereka, tapi hanya untuk menyelamatkan fasilitas publik yang
mungkin bisa kita peroleh kalau perilaku dan gaya hidup mereka wajar-wajar saja.
Kalau kita begitu pedulinya pada maling ayam, maling jemuran, maling tape mobil,
maling kaca spion, maling motor dan sejenisnya, mengapa tidak kita tingkatkan sedikit
kepedulian kita pada para pencuri uang kita, rakyat Indonesia?
C. Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dibagi dalam 3 periode, yaitu pada
masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.
1.
Orde Lama
Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960
Antara 1951 - 1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti Indonesia Raya
yang dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan dugaan korupsi Ruslan
Abdulgani menyebabkan koran tersebut kemudian di bredel. Kasus 14 Agustus 1956 ini
adalah peristiwa kegagalan pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia, dimana
atas intervensi PM Ali Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri,
gagal ditangkap oleh Polisi Militer. Sebelumnya Lie Hok Thay mengaku memberikan
satu setengah juta rupiah kepada Ruslan Abdulgani, yang diperoleh dari ongkos cetak
kartu suara pemilu. Dalam kasus tersebut mantan Menteri Penerangan
kabinet Burhanuddin Harahap (kabinet sebelumnya), Syamsudin Sutan Makmur, dan
Direktur Percetakan Negara, Pieter de Queljoe berhasil ditangkap. Mochtar
Lubis dan Rosihan Anwar justru kemudian dipenjara tahun 1961 karena dianggap
sebagai lawan politik Sukarno. Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda dan asing
di Indonesia tahun 1958 dipandang sebagai titik awal berkembangnya korupsi di
Indonesia. Upaya Jenderal AH Nasution mencegah kekacauan dengan menempatkan
Orde Baru
Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971
Korupsi orde baru dimulai dari penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis.
3.
Reformasi
Dasar Hukum: UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001
c. Kepolisian
d.
Kejaksaan
e. BPKP
f.
yaitu :
1. mengerahkan seluruh stake holder dalam merumuskan visi, misi, tujuan, dan
indikator terhadap makna korupsi, kolusi, dan nepotisme;
2. mengidentifikasi strategi yang akan mendukung terhadap pemberantasan KKN
sebagai payung hukum menyangkut Stick, Carrot, Perbaikan Gaji Pegawai,
Sanksi Efek Jera, Pemberhentian Jabatan yang diduga secara nyata melakukan
tindakan korupsi;
3. melaksanakan dan menerapkan seluruh kebijakan yang telah dibuat dengan
melaksanakan penegakan hukum tanpa pilih bulu terhadap setiap pelanggaran
KKN dengan aturan hukum yang telah ditentukan;
4. melaksanakan evaluasi, pengendalian, dan pengawasan dengan memberikan atau
membuat mekanisme yang dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat
dan pengawasan fungsional lebih independent.
D.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada berbagai kasus korupsi di Indonesia dari orde lama, orde baru, reformasi
sampai sekarang ini. Padahal pemerintah sudah membuat Undang-Undang dan berbagai
aturan hukum lainnya tapi tidak berhasil memberantas korupsi. Maka, pemerintah
diharapkan dapat bekerjasama dengan masyarakat dan awak media untuk memberantas
dan menanggulangi korupsi di Indonesia.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan proses penanaman (sosialisasi dan internalisasi ) nilai-nilai
anti korupsi atau Budaya Anti Korupsi (BAK). Proses tersebut dilakukan melalui proses
pendidikan yang terencana, sistematis, terus menerus dan terintegrasi, sejak usia dini
hingga ke perguruan tinggi. Demikian juga sosialisasi dan internalisasi nilai anti korupsi
tersebut dilakukan kepada seluruh komponen masyarakat dan aparatur pemerintah di
pusat dan daerah, lembaga tinggi negara, BUMN, BUMD, sehingga nilai sosial anti
korupsi atau Budaya Anti Korupsi (BAK) menjadi gerakan nasional dan menjadi
kebiasaan hidup seluruh komponen bangsa Indonesia, menuju kehidupan yang adil
makmur dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Korupsi di indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi_di_Indonesia(diakses
tanggal 15 Oktober 2010)
Korupsi. http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi (diakses tanggal 15 Oktober 2010)
Setyawan, Sugeng. Cara Penanggulangan Korupsi.
http://sugengsetyawan.blogspot.com/2008/10/cara-penanggulangan-korupsi-di.html
(diakses tanggal 15 Oktober 2010)
Orangbuton. Model Upaya Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
http://orangbuton.wordpress.com/2009/04/14/model-upaya-pemberantasan-korupsikolusi-dan-nepotisme/ (diakses tanggal 15 Oktober 2010)
Rusli, Imran. Korupsi gayus mencapai Rp 1,7 triliun.
http://politik.kompasiana.com/2010/04/21/korupsi-gayus-mencapai-rp17-triliun/
(diakses tanggal 15 Oktober 2010)
Pemberantasan Korupsi Sebagai Gerakan Nasional. http://ccsindonesia.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=4 (diakses tanggal 15
Oktober 2010)
Soepardi, Eddy Mulyadi. Pendekatan Komprehensif dalam Upaya Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi di Indonesia. http://www.feunpak.web.id/artikel-fe/125pendekatan-komprehensif-dalam-upaya-pencegahan-dan-pemberantasan-korupsi-diindonesia (diakses tanggal 15 Oktober 2010)