Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“K ON SEP PEMBERIA N O BA T ”

Rp.
14000

Oleh :
RIDO ADRIAN SAPUTRA
NIM. 160101019

Dosen Pembimbing :
Ns. MEICHI SILVIA DORA, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan
izin-nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Pemberian Obat”.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga
akhir zaman.
Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini.
Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna
keberhasilan penulisan yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang
telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.

Pariaman, Juli 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latarbelakang........................................................................
B. Rumusan masalah..................................................................
C. Tujuan....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pentingnya pemberian obat...................................................
B. Standart Pemberian obat dan reaksi obat...............................
C. Prinsip pemberian Obat yang benar......................................
D. Perhitungan Obat...................................................................
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat.......................
F. Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui oral, sublingual dan
bukal......................................................................................
G. Menyiapkan Obat Dari Ampul dan Vial...............................
H. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Selang IV, IC,
SC, dan IM.............................................................................
I. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Secara Topical
(Kulit,Mata,Telinga,Dan Hidung).........................................
J. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Anus/ Rectum &
Vagina....................................................................................
K. Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan
Intravena................................................................................
BAB IIIPENUTUP
A. Simpulan ...............................................................................
B. Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang
aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati
klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang
bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa
obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan
efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan
anjuran yang sebenarnya. Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam
memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah
diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu
klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan. Oleh
karena itu, pada makalah ini akan di bahas salah satu rute pemberian obat, yaitu
rute pemberian obat secara PARENTERAL, memberikan obat pada pasien dengan
menginjeksinya ke dalam tubuh.
Obat merupakan sebuah subastansi yang diberikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap
berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya. Seorang perawat yang akan
bekerja secara langsung dalam pemenuhan asuhan keperawatan sangat
membutuhkan keterampilan dalam tindakan medis berupa pengobatan. Obat
merupakan sebuah subastansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai
gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya. Seorang perawat yang akan bekerja
secara langsung dalam pemenuhan asuhan keperawatan sangat membutuhkan
keterampilan dalam tindakan medis berupa pengobatan.
Dalam pelaksanaanya, tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam
keamanan obat dan pemberian secara langsung ke pasien. ( Uliyah Musrifatul,
2015: 200)
Cairan adalah air dan campuran yang terdapat didalamnya. Air merupakan
sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Obat yang diberikan kepada
seorang penderita harus di tuliskan oleh dokter yang merawatnya dengan maksud
member resep pada penderita. Pada resep yang di tulis oleh dokter untuk penderita
yang memerlukannya tercantum hal hal di bawah ini seperti :
1.         Tanggal
2.         Susunan obat yang diberikan
3.         Petunjuk cara penggunaanya
4.         Nama dan alamat penderita
5.         Tanda tangan dokter yang menulis resep
(Bouwhuizen, 1986: 221)

B. Rumusan masalah
1.      Pentingnya obat dalam keperawatan
2.      Standard dan reaksi obat
3.      Perinsip bemberian obat yang benar
4.      Perhitungan obat
5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat
6.      Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui oral, sublingual dan bukal
7.      Menyiapkan obat dari ampul dan vial
8.      Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui selang IV, IC, SC, dan IM
9.      Konsep dan teknik cara pemberian obat secara topical
(kulit,mata,telinga,dan hidung)
10.  Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui anus/ rectum & vagina
11.  Konsep dan teknik pemberian obat melalui wadah cairan intravena

C. Tujuan
1. Untuk membedah tentang cara pemberian obat yang benar
2. Pemberian obat di tujukan untuk mengurangi penyakit bahkan
menghilangkanya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya pemberian obat


Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis
layak dapat menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya,
yang diberikan kepada pasien dengan maksud tertentu sesuai dengan guna  obat
tersebut. Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting
bagi seorang perawat. Meskipun obat menguntungkan, namun bukan berarti tanpa
reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip
dalam pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat dapat menyembuhkan
atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat
yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan
memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada
pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat
tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual
atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus
dipertimbangkan. Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat,
bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat,
efek samping, lama kerja, dan program dokter.

B. Standart Pemberian obat dan reaksi obat


1. Reaksi Obat
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan
bekerja sesuai proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat
dihitung dalam satuan waktu paruh yakni suatu interval waktu yang diperlukan
dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi pengurangan konsentrasi
setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.
Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :
1. Absorbs obat
2. Distribusi obat
3. Metabolisme obat
4. Eksresi sisa

Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek terapeutik
adalah obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan
obatnya seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki
efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek samping adalah dampak yang
tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan kemungkinan dapat
membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit iatrogenic,
kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

2. Standart pemberian obat


Dokter, Perawat dan ahli Farmasi menggunakan standar obat untuk
memastikan klien menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif.
Standar yang diterima masyarakat harus memenuhi kriteria berikut :

a)      Kemurnian. Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan
konsentrasi zat lain yang diperbolehkan dalam produksi obat.
b)      Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memengaruhi kekuatan
atau potensi obat.
c)      Bioavailability. Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan
melarut, diabsorbsi , dan diangkut tubuh ketempat kerjanya disebut
bioavailability.
d)      Kemanjuran. Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu
menentukan efektivitas obat.
e)      Keamanan. Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek
samping obat tersebut.

C. Prinsip pemberian Obat yang benar


1.Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas
di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya
tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
3.Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya
berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8
mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti.
4.Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.
a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping,
enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui
saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat
perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk supositoria.
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol
(ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.
5.Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat
itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

D. Perhitungan Obat
Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang bila
dikelompokkan bisa dibagi :
1.      Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan
untuk terapi atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit.
2.      Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas
jumlah obat maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan.
Dalam buku buku standar seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis
Maksimum (DM) tercantum diperuntukkan orang dewasa
3.      Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat
mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang
mengkonsumsi akan over dosis (OD)

Cara Menghitung Dosis Maksimum Obat Dalam Resepa. DM tercantum


berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-DM, tanyakan
umurnya. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis
ganda). Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi
terakhir (FI. Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned.
Ed. V, CMN dan lain-lain). Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung
dihitung, yaitu untuk sekali minum : jumlah dalam satu takaran dibagi dosis sekali
dikali 100%. Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari
dikali 100%. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.

Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :


a.       Rumus Young
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus : (n/n + 12) x DM (dewasa) n = umur
dalam tahun
b.   Rumus Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus : (n/20) x DM n = umur dalam
tahun
c.   Rumus Fried
(n/150) x DM n = umur bayi dalam bulan iv).
Bila dalam berat badan
Rumus Clark (Berat badan dalam kilogram) / 70 kg x DM (dewasa)

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat


              Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama
faktor-faktor penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual
terhadap respon obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga
faktor tersebut di bawah ini didapati sekaligus.
1.Faktor Obat:
a. Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
b. Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c. Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
2.Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:
a. Oral : dimakan atau diminum
b. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
c. Rektal, vaginal, uretral
d. Lokal, topikal
e. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
3.Faktor Penderita:
a. Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik
b. Berat badan : biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda
besar
c. Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormon
d. Ras : “slow & fast acetylators”
f. Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan
h. Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi
obat, penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal
mempengaruhi ekskresi obat

Kesalahan dosis/overdosis

1.Akibat kelebihan dosis:


a.pernapasan akan tertekan/sesak nafas
b.mual-mual/muntah
c.berkurangnya tingkat kesadaran
d.pusing
2.Penanganan kelebihan dosis sesuai dengan gejala misalnya sesak nafas dengan
cara penambahan oksigen.

F. Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui oral, sublingual dan
bukal
Pilihan rute pemberian obat bergantung pada kandungan obat dan efek
yang diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien. Perawat sering terlibat dalam
menentukan rute pemberian obat yang terbaik dengan berkolaborasi dengan
dokter.
1.      Pemberian Oral
a.         Paling mudah dan paling umum digunakan.
b.         Obat diberikan melalui mulut dan ditelan.
c.        Lebih murah.
2.      Pemberian Sublingual
a.       Dirancang supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian
larut, mudah di absorpsi
b.      Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan
c.       Bila ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai
d.      Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.
3.      Pemberian Bukal
a.       Rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membrane
mukosa pipi sampai obat larut
b.      Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian
di pipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi
c.       Klien juga diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau
minum air bersama obat
d.      Obat bukal bereaksi secara local pada mukosa atau secara sistemik
ketika obat ditelan dalam saliva.
4.      Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral, Bukal, Sublingual
a.       Rute ini cocok dan nyaman bagi klien
b.      Ekonomis
c.       Dapat menimbulkan efek local atau sistemik
d.      Jarang membuat klien cemas
5.      Kerugian atau kontraindikasi
a.       Rute ini dihindari bila klien mengalami perubahan fungsi saluran cerna,
motilitas menurun dan reaksi bedah bagian saluran cerna
b.         Beberapa obat dihancurkan oleh sekresi lambung
c.         Rute oral dikontraindikasikan pada klien yang tidak mampu menelan
(mis, klien yang mengalami gangguan neuromuscular, striktur
(penyempitan) esophagus, lesi pada mulut.
d.         Obat oral tidak dapat diberikan kepada klien yang terpasang pengisap
lambung dan dikontraindikasikan pada klien yang akan menjalani
pembedahan atau tes tertentu\
e.         Klien tidak sadar atau bingung, sehingga tidak mampu menelan atau
mempertahankan dibawah lidah
f.           Obat oral dapat mengiritasi lapisan saluran cerna, mengubah warna
gigi atau mengecup rasa yang tidak enak.

G. Menyiapkan Obat Dari Ampul dan Vial


1.      Menyiapkan obat dari Ampul
a.       Persiapan alat:
1.      Catatan pemberian obat atau kartu obat
2.      Ampul obat sesuai resep
3.      Spuit dan jarum yang sesuai
4.      Kapas alcohol
5.      Kasa steril
6.      Baki obat
7.      Gergaji ampul (jika perlu)
8.      Label obat
9.      Bak spuit
10.  Bengkok
b.      Prosedur pelaksanaan
1.       Cuci tangan
2.      Siapkan peralatan
3.      Priksa label ampul dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima
benar”
4.      Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan.
5.      Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan cara
menjentikan jari tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara
memutar ampul dengan tangan searah jarum jam.
6.      Letakan kasa steril di antara ibu jari tangan anda dengan ampul kemudian
patahkan keleher ampul kearah menjauhi anda dan orang disekitar.
7.      Buang leher ampul pada tempat khusus
8.      Tempatkan ampul pada permukaan yang datar
9.      Buka penutup jarum sepuit kemudian masukan jarum kedalam ampul tepat
pada bagian tengah ampul.
10.  Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
11.  Keluarkan jarum dari ampul, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang
benar.
12.  Jika terdapat gelembung  udara pada spuit:
a.       Pegang sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b.      Tarik pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
c.       Dorong pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga
agar tidak mengeluarkan larutan.
2.      Menyiapkan obat dari Vial
a.       Persiapan alat:
1.    Catatan pemberian obat atau kartu obat
2.      Vial obat sesuai resep
3.      Spuit dan jarum yang sesuai
4.      Kapas alcohol
5.      Kasa steril
6.      Baki obat
7.      Label obat
8.      Bak spuit
9.      Bengkok
b.      Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2.    Siapkan peralatan
3.    Periksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima
benar”
4.    Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan. Periksa kembali jumlah
larutan.
5.    Hitung dosis yang diperlukan. Jika perlu, rotasikan cairan yang ada dalam
vial dengan menggunakan tangan agar tercampur sempurna. Tidak boleh
mengocok larutan dalam vial karena dapat menyebabkan larutan menjadi
berbuih.
6.    Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya.
7.    Usap bagian karet tersebut dengan kapas alcohol.
8.    Buka tutup jarum.
9.    Masukan udara kedalam sepuit sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan.
10.Dengan hati-hati, masukan jarum secara tegak lurus tepat ditengah-tengah
karet darai vial.
11.Injeksi udara ke dalam vial, jaga agar ujung jarum spuit berada di atas
permukaan cairan obat.
12.Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
13.Keluarkan jarum dari vial, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang
benar.
14.Jika terdapat gelembung  udara pada spuit:
a.       Pegang sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b.      Tarik pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
c.       Dorong pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga
agar tidak mengeluarkan larutan.

H. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Selang IV, IC, SC,
dan IM
1. Pemberian Obat Intravena melalui selang IV
a. Alat dan bahan
1.         Spuit dan jarum sesuai ukuran
2.         Obat dalam tempatnya.
3.         Selang IV
4.         Kapas alcohol
b. Prosedur kerja
1.         Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
2.         Cuci tangan.
3.         Periksa identitas pasien.
4.         Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dosis.
5.         Cari tempat penyuntikan obat pada slang IV.
6.         Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah tempat penyuntikan.
7.         Lakukan penyuntikan dengan menusukkan jarum spuit dan masukan obat
perlahan ke dalam intravena.
8.         Setelah selesai tarik spuit.
9.         Lakukan observasi terhadap reaksi obat.
10.     Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
11.     Catat prosedur yang dilakukan (nama obat, dosis, waktu, dan cara)
2.Pemberian Obat Melalui Intrakutan
Pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukan obat kedalam
jaringan kulit yang dilakukan untuk tes alergi terhadap obat yang akan diberikan.
Pada umumnya diberikan pada pasien yang akan diberikan obat antibiotik.
Pemberian intrakutan pada dasarnya di bawah kulit atau di bawah
dermis/epidermis. Secara umum pada daerah lengan tangan dan daerah ventral.
Alat dan Bahan
a.         Catatan pemberian obat
b.      Obat dan tempatnya
c.       Spuit 1 cc/spuit insulin
d.      Kapas alkohol dalam tempatnya
e.       Cairan pelarut
f.        Nak injeksi
g.       Bengkok
h.       Perlak dan alasnya
Prosedur kerja
a.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.      Cuci tangan
c.       Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan .
d.      Pasang perlak/pengalas pada daerah yang akan dilakukan injeksi intrakutan.
e.       Ambil obat yang akan dilakukan tes alergi. Kemudian larutkan/encerkan
dengan aquadest  (cairan pelarut), ambil 0,55 cc dan encerkan lagi sampai 1
cc, lalu siapkan pada bak steril (bak injeksi).
f.        Desinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan kapas alcohol.
g.       Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik/diinjeksi.
h.       Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk
sudut 15-20o terhadap permukaan kulit.
i.         Semprotkan obat hingga terjadi gelombang.
j.        Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan mesase.
k.      Catatan reaksi pemberian.
l.         Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
3.Pemberian Obat Melalui Subkutan
Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan di bawah kulit dapat
dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau ⅓ bagian dari bahu, pada
sebelah lura, daerah dada dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian
obat obat melalui subkutan ini umunya dilkukan dalam program pemberian
insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin
terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh.
Larutan jernih disebut juga sebgai insulin reaksi cepat. (insulin reguler).
Larutan keruh terjadi karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat
absorpsi obat atau juga termasuk tipe lambat. Oleh karena itu, apabila pemberian
insulin dengan campuran kedua bentuk larutan tersebut, perlu diperhatikan cara
mencampurnya. Insulin reguler dapat dicampur dengan semua jenis insulin lain,
sedangkan insulin lente tidak dapat disampur dengan tipe lain kecuali insulin
reguler. Saat pencampuran upayakan dalam mengambil larutan, jarum tidak tidak
menyentuh jenis larutan yang dicampur.
Alat dan bahan
a.         Catatan pemberian obat
b.      Obat dalam tempatnya
c.       Spuit insulin
d.      Kapas alkohol dalam tempatnya
e.       Cairan pelarut
f.        Bak injeksi
g.       Bengkok
Prosedur kerja
a.         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.      Cuci tangan
c.       Berdasarkan daerah yang akan dilakukan suntikan. Bebaskan daerah
suntikan bila pasien menggunakan pakaian berlengan.
d.      Ambil obat dalam tempanya sesuai dengan dosis yang akan diberikan.
Kemudian, tempatkan pada bak injeksi.
e.       Desinfeksi dengan kapas alkohol.
f.        Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan
subkutan.
g.       Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas sudut 45 o
terhadap permukaan kulit.
h.       Lakukan spirasi. Bila tidak ada darah, semprotkan obat perlahan hingga
habis.
i.         Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Spuit bekas suntikan
dimasukan kedalam bengkok.
j.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
k.      Catat prosedur pemberian obat dan respons pasien.
4. Pemberian Obat Melalui Intamuskular
Pemberian Obat denagn memasukan obat kedalam jaringan otot. Lokasi
penyuntikan pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (pasien harus
berbaring miring), dorsogluteal (pasien harus telungkup), dan lengan atas
(delroid). Tujuan pemberian obat melalui intra muscular agar absorpsi obat  lebih
cepat oleh karena vaskularitas otot.
Alat dan bahan
1.      Catatan pemberian obat
2.      Obat dalam tempatnya
3.      Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran (dewasa: panjang 2,5-3,75 cm);
anak: panjang 1,25-2,5cm)
4.      Kapas alcohol dalam tempatnya
5.      Cairan pelarut
6.      Bak injeksi
7.      Bengkok
Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.      Cuci tangan.
3.      Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian
letakan dalam bak injeksi.
4.      Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
5.      Desinfeksi dengan kapas alcohol.
6.      Lakukan penyuntikan.
a.    Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara meminta pasien untuk
berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi.
b.    Pada ventrogluteal dengan cara meminta pasien miring, telungkup, atau
telentang dengan lututdan panggul pada sisi yang akan disuntik dalam keadaan
fleksi,
c.     Pada dorsogluteal dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut
diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi
dan diletakan di depan tungkai bawah.
d.    Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi.
7.      Lakukan penusukan dengan jarum dengan possisi tegak lurus.
8.      Setelah jarum masuk, lakukan aspirsi spuit bila tidak ada darah semprotkan
obat secara perlahan hingga habis.
9.      Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah
penyuntikan dengan kapas alcohol , kemudian spuit yang telah digunakan
diletakan dibengkok.
10.  Cuci tangan setealh prosedur dilakukan.
11.  Catat prosedur dan reaksi pemberian.
I. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Secara Topical
(Kulit,Mata,Telinga,Dan Hidung)
1. Pada kulit
Pemberian obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan mempertahankan
hidrasi lapisan kulit, melindungi permukaan kulit, atau mengatasi infeksi kulit.
Pemberian obat kulit dapat dilakukan dengan banyak preparat, seperti krim,
losion, aerosol, sprei, atau bubuk.
Alat dan bahan
a.       Obat dalam tempatnya (losion, krim, aerosol, sprei, dan bubuk)
b.        Kain kasa
c.         Kertas tisu
d.        Balutan
e.         Pengalas
f.          Air sabun dan air hangat
Prosedur kerja
a.         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.        Cuci tangan.
c.         Gunakan sarung tangan.
d.        Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (bila terdapat
kulit yang mengeras (kerak)) atau air sabun.
e.         Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian, seperti
mengoleskan, mengompres.
f.          Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
g.         Catat prosedur dan respons pasien.
2. Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan memberikan tetes mata atau salep mata.
Prosedur ini dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata
dengan cara mendilatasi pupil; pengukuran refraksi dengan cara melemahkan otot
lensa, juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata, dll.
Alat dan bahan
1.      Obat dalam tempatnya ( tetes steril atau salep )
2.      Plester
3.      Kain kasa
4.      Kertas tisu
5.      Balutan
6.      Sarung tangan
7.      Air hangat kapas pelembap
Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.      Cuci tangan.
3.      Atur posisi pasien dengan kepala mengadah dan posisi perawat di samping
kanan pasien.
4.      Gunakan sarung tangan.
5.      Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembap (atau tisu)
dari sudut luar mata kea rah hidung, bila angat kotor basuh dengan air hangat.
6.      Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah menggunakan ibu jari
telunjuk ei atas tulang orbita.
7.      Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva sesuai dosis. Minta pasien
untuk menutup mata   dengan perlahan ketika menggunakan tetes mata.
Bila menggunakan obat mata jenis salep, pegang aplikator diatas tepi kelopak
mata. Kemudian tekan tube hingga obat keluar dan berikan pada kelopak mata
bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah. Secara-
bergantian, biarkan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien
untuk memejamkan mata dan menggosok kelopak mata.
8.      Tutup mata dengan kasa bila perlu.
9.      Cuci tangan setealh prosedur dilakukan.
10.  Catat prosedur dan respons pasien.
3. Pada Telinga
            Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan
tetes telinga. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan
infeksi telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang
diberika dapat berupa antibiotic (tetes atau salep).
Alat dan bahan
1.      Obat dalam tempatnya
2.      Penetes
3.      Speculum telinga
4.      Pinset anatomi dalam tempatnya
5.      Plester
6.      Kain kasa
7.      Kertas tisu
8.      Balutan
Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.      Cuci tangan.
3.      Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan
daerah yang akan diobati, upayakan telinga pasien ke atas.
4.      Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau
kebelakang (pada anak).
5.      Bila obat berpua tetes, teteskan obat pada dinding saluran untuk
mencegahterhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis.
Bila obat berupa salep, ambil kapas lidi, dan oleskan salep. Kemudian
masukan/oleskan pada liang teinga.
6.      Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit.
7.      Tutup telinga dengan dengan balutan dan plester (bila perlu)
8.      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
9.      Catat prosedur dan respons pasien.
4. Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dengan cara memberikan  tetes hidung.
Prosedur ini dilakukan pada inflamasi hisung (rhinitis).
Alat dan bahan
1.      Obat dalam tempatnya
2.      Pipet
3.      Speculum hidung
4.      Pinset anatomi dalam tempatnya
5.      Korentang dalam tempatnya
6.      Plester
7.      Kain kasa
8.      Kertas tisu
9.      Balutan
Prosedur Kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.      Cuci tangan.
3.      Atur posisi pasien dengan cara:
·        Duduk di kursi dengan kepala tengadah kebelakang.
·        Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
·        Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
4.      Berikan tetesan obat pada masing-masing lubang hidung (sesuai dosis).
5.      Pertahankan posisi kepala tetap tengadah selama 5 menit.
6.      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
7.      Catat prosedur dan respons pasien.
J. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Anus/ Rectum &
Vagina
1. Pemberian Obat melalui Anus / Rektum
Pemberian obat yang dilakukan melalui anus atau rectum dengan tujuan
memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga
pemberian obat supositorium. Contoh pemberian obat yang memiliki efek local
seperti pada obat dulkokal supositoria yang berfungsi secara local untuk
meningkatkan defeksi. Contoh efek sistemik adalah pemberian obat aminofilin
supositoria dengan fungsi mendilatasi bronchial. Pemberian obat supositoria ini
diberikan tepat pada dinding mukosa rectal yang melewati sfingter anus interna.
Kontraindikasi pada pasoen yang mengalami pembedahan rectal.
Alat dan bahan
1.      Obat supositorium dalam tempatnya
2.      Sarung tangan
3.      Kain kasa
4.      Vaselin/pelican/pelumas
5.      Kertas tisu
Prosedur kerja
a.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.      Cuci tangan.
c.       Gunakan sarung tangan.
d.      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.       Olesi ujung obat supositorium dengan pelican.
f.        Minta pasien  mengambil posisi tidur miring (Sims) lalu regangkan bokong
dengan tangan kiri. Kemudian masukan supositoria dengan perlahan melalui
anus, sfingter interna dan mengenai dinding rectal kurang lebih 10 cm pada
orang dewasa, dan kurang lebih 5 cm pada anak/bayi.
g.       Setelah selesai, tarik jaringan dan bersihkan daerah skitar anal dengan tisu.
h.       Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih
15 menit.
i.         Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakan di bengkok.
j.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
k.      Catat prosedur dan respon pasien.
2. Pemberian Obat Melalui Vagina
Pemberin obat yang dilakukan melalui vagina yang tersedia dalam bentuk
krim dan supositoria untuk mengobati infeksi local.
Alat dan bahan
a.       Obat dalam tempatnya
b.      Sarung tangan
c.       Kain kasa
d.      Kertas tisu
e.       Kapas sublimat dalam tempatnya
Prosedur kerja
a.       Jelaskan prosefur yang akan dilkukan.
b.       Cuci tangan.
c.       Gunakan sarung tangan.
d.      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.       Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
Catatan:
Bila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator klim atau ikuti petunjuk
yang tertera pada kemasan, regangkan lipatan labia dan masukan aplikator kurang
lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.Anjurkan
pasien tidur dalam posisi dorsal rekumben.
f.        Bila obat jenis supositoria, buka pembungkus dan berikan pelumas pada
obat. Regankan labia minora dengan tangan kiri dan masukan obat sepanjang
dinding kanal vagiana posterior sampai 7,5-10 cm.
g.       Setelah obat masuk, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar orifisium
dan labila dengan tisu.
h.        Anjurkan untuk tetap pada posisinya selam 10 menit agar obat terabsorpsi.
i.         Cuci tangan setaelah prosedur dilakukan.
j.        Catat prsedur dan respons pasien.

K. Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan Intravena


Tindakan ini merupakan prosedur memberikan obat  dengan
menambahkan obat kedalam wadah cairan intra vena. tujuannya untuk
meminimalkan efek sampan dan mempertahankan  kadar terapetik obat dalam
darah.
Alat dan bahan
1.      Spuit dan jarum sesui ukuran
2.      Obat dalam tempatnya
3.      Wadah cairan (kantung/botol)
4.      Kapas alcohol.
Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
2.      Cuci tangan.
3.      Periksa identitas pasien dan ambil obat serta masukan kedalam spuit.
4.      Cari tempat untuk menyuntikan obat pada kantung.
5.      Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan hentikan aliran cairan.
6.      Lakukan penyuntikan dengan menusukan jarum spuit kedalam kantung
/wadah cairan.
7.      Setelah selesai, tarik spuit dan campurkan lautan dengan membolak-balikan
kantung cairan dengan seksama dan perlahan.
8.      Atur kecepatan aliran cairan kembali.
9.      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
10.  Catat prosedur dan kaji respons pasien.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi
pasien, diantaranya : secara topical, supossitoria intra tekal dan lain sesuai
dengan prinsip dalam pemberian obat. Dalam pemberian obat ada hal-hal
yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat.
Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan
cara yang salah.

B. Saran
Pemberian obat yang tepat dan sesuai dengan dosis adalah salah satu
tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Terutama bila dilakukan
perawatan dan proses penyembuhan yang dilakukan di tempat pelayanan
kesehatan seperti hal nya rumah sakit dan puskesmas. Meskipun obat
bermanfaat bila digunakan sesuai dengan dosis serat aturan paki , namun
bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan
DAFTAR PUSTAKA

-Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta:


EGC
Joonoes, Nanizar Zaman. Ars Prescribendi Resep Yang Rasional. Surabaya:
Airlangga University Press
-http://kangdedis.multiply.com/journal/item/4?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal%2Fitem
-http://zianarmie.wordpress.com/2011/02/09/pemberian-obat/
-http://rizkaindanazulva.wordpress.com/2011/03/15/sistem-penghitungan-dan-
pengukuran-obat/

Anda mungkin juga menyukai