Anda di halaman 1dari 50

PEMBERIAN OBAT ORAL,

BUKAL, SUBLINGUAL, DAN


SUPOSITORIA

N.L.K Sulisnadewi,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An.
1
PEMBERIAN OBAT
PER ORAL
• Pemberian obat per oral merupakan cara yang
paling banyak dipakai karena ini merupakan
cara yang paling mudah, murah, aman, dan
nyaman bagi pasien.
• Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara
oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul
atau puyer.
• Untuk membantu absorbsi , maka pemberian
obat per oral dapat di sertai dengan pemberian
setengah gelas air atau cairan yang lain.
2
Tujuan
• Menyediakan obat yang memiliki efek
lokal atau sistemik melalui saluran
gastrointestinal.
• Menghindari pemberian obat yang dapat
menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan.
• Menghindari pemberian obat yang dapat
menyebabkan nyeri.

3
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PEMBERIAN OBAT ORAL
• Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi
pemberian obat, Alergi terhadap obat, kemampuan klien untuk
menelan obat, adanya muntah dan diare yang dapat mengganggu
absorbsi obat, efek samping obat, interaksi obat, kebutuhan
pembelajaran mengenai obat yang diberikan,kebiasaan pasien dalam
minum obat.
• Perawat harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum
obatnya. Bila ada penolakan dari pasien untuk makan obat, maka
perawat dapat mengkaji penyebab penolakan serta memotivasinya.
Bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah
dilakukan informed consent, maka pasien atau keluarga yang
bertanggung jawab, menandatangani surat penolakan.
• Bila pasien tidak kooperatif, pemberian obat oral dapat melibatkan
keluarga.

4
Keuntungan pemberian obat per oral

• Harga relative lebih murah


• Bisa di kerjakan sendiri boleh pasien
• Tidak menimbulkan rasa nyeri
• Bila terjadi keracunan, obat masih bias
di keluarkan dari tubuh dengan cara
Reflek muntah dari faring dan Kumbah
Lambung asalkan obat di minum
belum melebihi 4 jam artinya obat
masih di dalam gaster
5
• Tetapi bilamana lebih dari 4 jam tapi belum melebihi 6
jam racun di dalam intestinum atau belum mengalami
absorbsi. Racun masih bisa di keluarkan dengan cara :
• Urus urus menggunakan Magnesium Sulfat tubuh
berwarna putih untuk dewasa dosis 10 mg atau 1
peres sendok makan
• Antara 4 dan 6 jam tadi pasien di beri Absorben yaitu
arang aktif bentuk seperti tablet, warna hitam, cukup 1
tablet
• Bilamana melebihi 6 jam ini diberi penetral racun atau
Antidotum zat yang dapat menetralkan racun

6
KERUGIAN
• Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat
di pakai pada keadaan gawat.
• Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan
waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi
dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1
½ jam.
• Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu
pasien.
• Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang
mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien
yang akan menjalani pangisapan cairan lambung serta
pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
7
JENIS – JENIS OBAT PER ORAL
1. PIL
• Yaitu satu atau lebih dari satu obat yang di campur dengan bahan
kohesif dalam bentuk lonjong, bulat atau lempengan. Pil
hendaknya di telan secara utuh karena dapat mengandung obat -
obatan yang rasanya sangat tidak enak atau zat besi yang bisa
membuat gigi penderita berwarna hitam.

2. Tablet
• Yaitu obat bubuk yang dipadatkan dalam bentuk lonjong atau
lempengan. Tablet dapat di patahkan untuk mempermudah dalam
menelan.

8
3. Bubuk
• Yaitu obat yang di tumbuk halus. Bubuk ini
tidak dapat larut dalam air dan dapat di
berikan kepada penderita dengan cara
berikut :
– ·Dari kertas pembungkusnya di jatuhkan keatas
lidah penderita
– ·Kita campur dalam air atau susu (campuran
tersebut harus terus kita aduk karena bubuk itu
tidak larut dalam cairan tersebut)
– ·Di persiapkan dalam pembungkus obat bubuk
9
4. Kapsul
• Yaitu obat dalam bentuk cair, bubuk atau minyak
dengan di bungkus gelatin yang juga harus di telan
secara utuh karena dapat menyebabkan muntah akibat
iritasi selaput lendir lambung pasien. Suatu obat di
persiapkan dalam bentuk kapsul dengan harapan agar
tetap utuh dalam suasana asam lambung tetapi menjadi
hancur pada suasana netral atau basa di usus.
• Dalam pemberian obat jenis kapsul, bungkus kapsul
tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan
pasien diberitahu untuk tidak minum susu atau antacid
sekurang kurangnya satu jam setelah minum obat
10
6. Sirup
• Disini kita memakai sendok pengukur, gelas
pengukur (yang kecil), atau botol tetesan. Kadang
-kadang sirup sebelum diminum harus dikocok
terlebih dahulu.
• Pemberiannya harus dilakukan dengan cara yang
paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau
rasanya tidak enak. Pasien dapat diberiminum dingin
(es) sebelum minum sirup tersebut.
• Sesudah minum sirup, pasien dapat diberi minum,
pencuci mulut atau kembang gula.
11
PROSEDUR PEMBERIAN
OBAT ORAL

12
Persiapan Alat

• Baki berisi obat-obatan atau kereta dorong obat 


(bergantung pada sarana yang ada)
• Kartu atau buku rencana pengobatan
• Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
• Pemotong obat (jika diperlukan)
• Martil dan lumpang penggerus (jika diperlukan)
• Gelas pengukur (jika diperlukan)
• Gelas dan air minum
• Sedotan
• Sendok
• Spuit sesuai ukuran mulut anak-anak
13
Prosedur Pelaksanaan

• Siapkan peralatan dan cuci tangan.


• Kaji kemampuam klien untuk dapat minum
obat/oral (kemempuan menelan, mual
atau muntah, adanya program NPO/tahan
makan dan minum , akan dilakukan
pengisapan lambung, tidak terdapat bunyi
usus).

14
• Periksa kembali order pengobatan (nama klien, nama
dan dosis obat, waktu dan cara pemberian), periksa
tanggal kedaluwarsa obat. Jika ada keraguan pada order
pengobatan, laporkan pada perawat berwenang atau
dokter sesuai dengan kebijakan masing-masing institusi.
• Ambil obat sesuai keperluan (baca order pengobatan
dan ambil obat dialmari, rak, atau lemari es sesuai yang
diperlukan).
• Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan
jumlah obat yang sesuai dengan dosis yan diperlukan
tanpa mengontaminasi obat (gunakan tekhnik aseptik
untuk menjaga kebersihan obat).
15
Tablet atau Kapsul
• Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai
kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa
menyentuh obat.
• Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membegi
obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
• Jika klien mengalami kesulitan dalam menelan, gerus obat
menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang
penggerus. Setelah itu, campurkan dengan menggunakan
air atau makanan.
• Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat.
Beberapa obat tidak boleh digerus karena mempengaruhi
daya kerjanya
16
Obat dalam bentuk cair
• Putar/bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum
dituangkan.
• Buka penutup botol dan letakkan menghadap ke atas.
• Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada
telapak tangan anda kemudian tuangkan obat jauh dari label.
• Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam
magkuk obat berskala.
• Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas
tisue.
• Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5
ml), gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengmbilnya dari
botol.

17
•  Berikan obat pada waktu dan dengan cara yang benar:
– Identifikasi klien dengan tepat.
– Jelaskan tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang
dapat dipahami oleh klien.
– Atur posisi duduk. Jika tidak memungkinkan, atur posisi lateral.
– Kaji tanda-tanda vital jika diperlukan (pada obat-obat tertentu):
– Ukur nadi sebelum pemberian digitalis, ukur tensi sebelum
pemberian obat penurun tensi, ukur frekuensi pernapasan
sebelum pemberian narkotik.
– Jika hasil diatas atau dibawah normal, laporkan kepada dokter
yang bersangkutan.

18
• Catat obat yang telah diberikan, meliputi nama dan
dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan
perawat. Jika obat tidak dapat masuk atau
dimuntahkan, catat secara jelas alasannya tindakan
perawat yang sudah dilakukan sesuai dengan
ketentuan institusi.
• Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan
benar. Buang alat-alat sekali pakai kemudian cuci
tangan.
• Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien
(biasanya 30 menit setelah pemberian obat).
19
Pemberian obat kepada bayi dan
anak-anak
• Pilih saran yang tepat untuk mengukur dan
memberikan obat pada bayi dan anak-anak.
(mangkuk plastik sekali pakai, pipet tetes,
sendok, spuit plastik tanpa jarum, atau spuit
tuberkulin).
• Cairan obat obat oral dengan sedikit air.
• Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan
campurkan dengan obat lain yang dapaat
mengubah rasa pahit, misalnya madu, pemanis
buatan.
20
• Posisikan bayi setengah duduk dan
berikan obat pelan-pelan.
• Jika menggunakan spuit, letakkan spuit
sepanjang sisi lidah bayi.
• Dapatkan informasi yang bermanfaat dari
orang tua anak mengenai bagaimana
memberikan obat yang paling baik pada
anak yang bersangkutan.

21
PEMBERIAN OBAT
SECARA BUKAL

22
• Rute bukal dilakukan dengan menempatkan
obat padat di membrane mukosa pipi sampai
obat larut
• Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis
obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri
supaya mukosa tidak iritasi
• Klien juga diperingatkan untuk tidak mengunyah
atau menelan obat atau minum air bersama obat
• Obat bukal bereaksi secara local pada mukosa
atau secara sistemik ketika obat ditelan dalam
saliva. 23
Tujuan
• Memperoleh efek local dan sistemik.
• Memperoleh aksi kerja obat yang lebih
cepat dibandingkan secara oral
• Menghindari kerusakan obat oleh hepar.

24
SEDIAAN BUKAL
• Tablet bukal mengandung sejumlah bahan aktif yang dikombinasikan
dengan bahan tambahan, dimana bahan tambahan yang penting terdiri atas
sorbitol dan lubrikan.
• Pemberian melalui bukal sebagian berguna untuk bahan aktif yang
menunjukkan bioavailabilitas yang rendah selama pemberian non
parenteral.
• Availabilitas yang rendah dapat menyebabkan kelarutan yang rendah,
degradasi oleh enzim atau dirusak oleh asam selama melewati saluran
pencernaan, atau first-pass destruction oleh hati setelah absorpsi dari
saluran pencernaan.
• Contoh obatnya yaitu : steroid, seperti estrogen,misalnya estradiol, dan
turunannya seperti esternya, misalnya valerat, cypionat dan propionat,
progestins, misalnya, progesteron dan senyawa yang berhubungan,
androgen dan steroid anabolik; propranolol; hormon-hormon tiroid; sensitif-
pH dan protein-protein kecil seperti insulin and ACTH; fisostigmine;
skopolamin; verapamil; dan gallopamil. 
25
PROSEDUR PEMBERIAN
OBAT SECARA BUKAL
• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• Memberikan obat kepada pasien.
• Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi
dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi
seluruhnya.
• Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak
minum dan berbicara selama obat belum terlarut
seluruhnya.
• Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian.
• Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil
pemberian obat.
26
PEMBERIAN OBAT SECARA
SUBLINGUAL

27
PENGERTIAN
• Obat sublingual adalah
obat yang cara
pemberiannya ditaruh di
bawah lidah. Ini berarti
bahwa pil diletakkan di
bawah lidah di mana ia
akan larut dan diserap ke
aliran darah. Orang
tersebut tidak boleh
minum atau makan
apapun sampai obat itu
hilang.
28
• Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat
harus mampu melakukannya.
• Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah
hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami
absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah
dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan.
• Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila
ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses
kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat
tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan
obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur
dan terserap.
29
• Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual
adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan
obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding
usus dan hati dapat dihindari. Obat sublingual dirancang
supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian
larut, mudah diabsorpsi. Obat yang diberikan di bawah
lidah tidak boleh ditelan. Bila ditelan, efek yang
diharapkan tidak akan dicapai.
• Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah
nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek
vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan
pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat
angina pectoris.
30
PEMBERIAN OBAT
SUPOSITORIA MELALUI
REKTAL

31
Gambar Rectum
Manusia

32
Fisiologi Rektal Manusia
• Rectum manusia merupakan akhir dari saluran pencernaan.
• Panjang rektum sekitar 15 – 20 cm.
• Dalam keadaan istirahat, rektum tidak mengalami motilitas secara
aktif.
• Secara normal rectum tidak berisi apa-apa dan hanya mengandung
2-3 mL cairan mucus inert (pH 7 – 8), yang disekresikan oleh sel
goblet yang membentuk kelenjar simple tubuler pada lapisan
mukosa.
• Mucus tidak memiliki aktivitas enzimatic atau kapasitas buffer.
• Tidak memiliki villi atau microvilli pada mucosa rektal dan luas
permukaan absorpsinya sangat terbatas (200 – 400 cm2) tetapi
cukup untuk mengabsorpsi obat.

33
Nasib Obat Di Rektum
• Nasib obat yang diabsorpsi dari rektum tergantung dari
posisi obat dalam rektum.
• Di daerah sub mucosal pada dinding rektal terdapat
banyak pembuluh darah dan pembuluh limfe.
• Pembuluh darah hemorrhoidal bagian atas merupakan
saluran ke sirkulasi portal, sehingga obat yang
diabsorpsi pada bagian atas akan melewati hati
sebelum masuk ke sirkulasi sistemik.
• Sedangkan pembuluh darah hemorrhoidal bagian
tengah dan bawah merupakan saluran langsung ke
vena cava inferior, sehingga obat yang diabsorpsi pada
bagian tersebut akan langsung masuk ke sirkulasi
sistemik. 34
Keuntungan
• Lebih efektif untuk obat-obat yang menyebabkan mual dan muntah
pada rute oral (ex: Metronidazole).
• Dapat menghindari obat-obat yang bisa mengiritasi lambung dan usus
halus, serta obat dengan klirens tinggi dapat terhindar dari first pass
effect (ex: Ketoprofen).
• Ketika tidak dapat menggunakan rute oral, misalnya sebelum rontgen
atau pada pasien yang mempunyai penyakit saluran pencernaan
bagian atas atau ketika pasien tidak dapat menelan.
• Dapat digunakan untuk pasien pediatrik, geriatri, atau pasien yang
tidak sadar.
• Penghantaran obat dapat dihentikan dengan mengeluarkan sediaan
dan absorpsi obat bisa dihentikan dengan mudah pada kasus-kasus
overdosis atau bunuh diri.

35
Kekurangan

• Untuk pasien tidak menyenangkan.


• Absorpsi obat sering tidak beraturan dan sukar
diprediksi.

36
Faktor yang Mempengaruhi
Absorpsi Obat dari Rektum
• Faktor Fisiologi
– Isi Kolon  obat akan mempunyai kemungkinan
untuk diabsorpsi lebih besar ketika rektum dalam
keadaan kosong. Untuk tujuan ini diberikan enema
sebelum penggunaan obat melalui rektal.
– Rute sirkulasi  jika obat diabsorpsi dari pembuluh
darah hemorrhoidal akan langsung menuju vena
cava inferior, sehingga absorpsi akan cepat dan
efektif.
– pH dan minimnya kapasitas buffer cairan rektal 
pH cairan rektal 7-8 dan tidak memiliki kapasitas
buffer yang efektif.
37
• Faktor Fisika Kimia Obat
– Kelarutan dalam lipid-water  obat lipofil jika
diberikan dengan basis lemak tidak dapat dikeluarkan
dengan mudah, sehingga absorpsi obat terganggu.
– Ukuran partikel  semakin kecil partikel semakin
besar kelarutannya.
– Sifat basis  jika basis berinteraksi dengan obat atau
mengiritasi membran mukosa akan menurunkan
absorpsinya. Khususnya pada kasus-kasus
suppositoria.

38
Rectal semisolid
• Rectal cream, gels dan ointments  digunakan untuk
pemberian topikal ke area perianal. Sebagian besar
digunakan untuk terapi kondisi lokal pruritis anorektal,
inflamasi dan nyeri atau ketidaknyamanan akibat wasir.
• Contohnya:
Astrigents (Zinc oxide)
Pelindung dan pelicin (cocoa butter dan lanolin)
Anestesi lokal (Pramoxine HCl)
Antipruritis serta agen antiinflamasi
(Hidrokortisone)

39
• Basis yang digunakan untuk anorektal cream dan ointments
merupakan kombinasi dari PEG 300 dan 3350. Basis cream
emulsi menggunakan cetyl alcohol & cetyl esters wax , dan
petroleum putih dan minyak mineral.
• Pengawet yang digunakan seperti methylparaben, propylparaben,
benzylalcohol dan butylated hydrocortisole (BHA).
• Beberapa produk rectal cream, gel, dan ointment komersial yaitu :
ANUSOL ointment, TRONOLANE cream, ANALPRAM-HC cream,
dan DIASTAT Gel.

40
41
Rektal Suppositoria

• Suppositoria padat merupakan sediaan yang


banyak digunakan untuk penghantaran melalui
rektal dan tersedia lebih dari 98% sediaan untuk
rektal.
• Sebagian besar, sediaan berbentuk torpedo
terdiri dari basis lemak (titik leleh rendah) atau
basis larut air yang beratnya bervariasi dari 1 g
(anak) sampai 2,5 g (dewasa).
• Obat lipofilik biasanya menggunakan basis larut
air, sedangkan obat hidrofilik menggunakan
basis lemak. 42
• Untuk suppositoria yang dibuat dari basis
lemak, waktu lelehnya seharusnya terjadi
dengan cepat pada suhu tubuh (37°C).
• Idealnya lelehan akan melapisi jaringan rektal
sehingga meminimalkan waktu pelepasan obat
dari basis suppositoria.
• Suppositoria yang larut dalam air seharusnya
juga terlarut pada suhu 37°C untuk
memudahkan pelepasan obat dan absorpsinya.

43
Beberapa Produk Suppositoria
Komersial
• DULCOLAX (bisacodyl)
• CANASA (mesalamine)
• NUMORPHAN (oxymorphane)
• ANUSOL HC (hydrocortisone)
• PANADOL (parasetamol)

44
PROSEDUR PEMBERIAN
OBAT MELALUI REKTAL
•  a. Persiapan alat dan bahan:
• 1) Obat Supositoria dalam tempatnya.
• 2) Sarung tangan.
• 3) Kain kasa.
• 4) Vaseline/pelican/pelumas.
• 5) Kertas tisu.

45
Prosedur kerja:
• 1) Cuci tangan.
• 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
• 3) Gunakan satung tangan.
• 4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
• 5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria.
• 6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan Supositiria
secara berlahan melalui anus, Sphincher ana interna, serta mengenai dinding
rectal ± 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
• 7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan
tisu.
• 8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama ± 45
menit.
• 9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengkok
• 10) Cuci tangan.
• 11) Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
46
47
PEMBERIAN OBAT MELALUI
VAGINA
•  Definisi
– Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina,
yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran
vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang
digunakan untuk mengobati infeksi lokal.

• Alat dan bahan


– Obat dalam tempatnya.
– Sarung tangan.
– Kain kasa.
– Kertas tisu.
–  Kapas sublimat dalam tempatnya.
– Pengalas.
– Korentang dalam tempatnya.

48
 Prosedur kerja
• Cuci tangan.
• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• Gunakan sarung tangan
• Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
• Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
• Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
• Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan
pelumas pada obat.
• Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang
dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
• Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan
tisu.
• Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
• Cuci tangan.
• Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
49
TERIMA KASIH

50

Anda mungkin juga menyukai