Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MEKANISME PERSALINAN

DIAJUKAN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

Nama Pembimbing:
Suryaningsih,S.SiT., M.Keb
Disusun Oleh :
Shelvy Rizky (P27824319029)

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA


PRODI D III KEBIDANAN BANGKALAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Mekanisme Persalinan”
Berkat bantuan dan tuntunan Tuhan yang Maha Esa dan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan rasa
terima kasih kepada Ibu Suryaningsih, SSiT., M.Keb selaku dosen mata kuliah
Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian , saya
telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki
sehingga dapat selesai dengan baik, oleh karena itu dengan rendah hati dan tangan
terbuka saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa. Akhirnya bila ada kata – kata yang kurang berkenan bagi pembaca
saya mohon maaf.

Bangkalan , 07 September 2020

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan,
pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada
manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat
terjadi pada setiap tahap tersebut.

Dalam persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa


sakit pinggang dan perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman
badan, tidak bisa tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan
perubahan-perubahan psikis yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan
dirinya sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan,
takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan
dengan pengalaman yang sudah lalu misalnya mengalami kesulitan pada
persalinan yang lalu. Ketakutan karena anggapannya sendiri bahwa persalinan
itu merupakan hal yang membahayakan.

WHO melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara


berkembang. (2) Pada tahun 1994 dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian
ibu (69,9 / 100.000 kelahiran hidup). (3) Jumlah kematian diluar rumah sakit
sangat tinggi 73,3 % dan di dalam rumah sakit 26,7 %. (4) Di Jawa Timur
tahun 2000 angka kematian ibu 396 / 100.000 kelahiran hidup. WHO
melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara berkembang. (2) Pada
tahun 1994 dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu (69,9 / 100.000
kelahiran hidup). (3) Jumlah kematian diluar rumah sakit sangat tinggi 73,3 %
dan di dalam rumah sakit 26,7 %. (4) Di Jawa Timur tahun 2000 angka
kematian ibu 396 / 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab utama kematian ibu di negara yang sedang berkembang
sebagian besar adalah penyebab obstetri langsung yaitu; perdarahan post
partum, eklamsia, sepsis dan komplikasi dari keguguran. Penyebab kematian
ini sebagian besar dapat dicegah, karena di negara-negara dengan angka
kematian ibu yang rendah penyebab kematian ini tidak didapatkan lagi.

Mengingat ibu merupakan satu kesatuan dari Bio Psiko sosial spiritual
perlu mendapatkan perhatian khusus dari bidan dalam menyiapkan fisik dan
mental guna meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga dari team pelayanan kesehatan yang
keberadaanya paling dekat dengan ibu mempunyai peran penting dalam
mengatasi masalah melalui proses kebidanan. Dalam melaksanakan asuhan
kebidanan, bidan dituntut memiliki wawasan yang luas trampil dan sikap
profesional. Tindakan yang kurang tepat dapat menimbulkan komplikasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari mekanisme persalinan ?
2. Berapa diameter janin ?
3. Bagaimana fase dalam persalinan ?
4. Bagaimana gerakan – gerakan utama dalam mekanisme persalinan ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari mekanisme persalinan
2. Mengetahui diameter janin
3. Mengetahui fase dalam persalinan
4. Mengetahui gerakan – gerakan utama dalam mekanisme persalinan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mekanisme Persalinan


Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan
diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui
vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang
tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus
menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin
bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.

B. Diameter Janin
1. Diameter biparietal, yang merupakan diameter melintang terbesar dari
kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian (enggagment).
2. Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher dengan
oksiput ke anterior fontanel; ini adalah diameter yang berpengaruh
membentuk presentasi kepala.
3. Diameter oksipitomental, yang merupakan diameter terbesar dari kepala
janin; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi dahi.
C. Fase dalam Persalinan
1. Kala I Persalinan
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus
yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri,
disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah
haid.

Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa


dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban
biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I. Terdapat 2 fase pada Kala 1
ini, yaitu :

a) Fase Laten
Pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
b) Fase Aktif
Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6
jam. Fase akttif terbagi atas :

1) Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.


2) Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai
9 cm.
3) Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap
(+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical
effacement) pada primigravida dan multipara :

a) Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu


sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah
lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses
penipisan dan pembukaan.
b) Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu
daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium
internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium
tampak berbentuk seperti garis lebar)
c) Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan
multipara (+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada
fase laten pasien primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :

a) Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik.


Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus
meningkat.
b) Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
c) Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60
mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks
terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :

a) Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus


(mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis
servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat
pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
b) Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis
dan mendatar.
c) Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan
ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum
pembukaan 5 cm).
2. Kala II Persalinan
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada
saat bayi telah lahir lengkap. Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih
sering, dan lebih lama. Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru
pecah spontan pada awal Kala 2 ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan
proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam.

Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan


terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada
persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum.
Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding
abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.

Peristiwa penting pada Kala 2 :

a) Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai


dasar panggul.
b) Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
c) Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
d) Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan.
e) Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang
kepala) :

a) Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak
lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring /
membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior /
posterior).
b) Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat :
1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong,
2) tekanan dari cairan amnion,
3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan),
4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c) Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).

d) Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala,


putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis),
membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis.

e) Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah


oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir
berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.

f) Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai


dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan
posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan
bahu depan dan bahu belakang.

g) Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan


dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan,
pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
3. Kala III Persalinan
a) Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
b) Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus,
serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
c) Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze)
ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-
Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak
sentral dan marginal.
d) Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus
adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan
berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus
setinggi sekitar / di atas pusat.

Sifat His : amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang,


aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus
ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan
aktif (manual aid).

4. Kala IV Persalinan
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam
setelahnya.

Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan :

a) Kontraksi uterus harus baik


b) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
c) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d) Kandung kencing harus kosong
e) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
f) Catat keadaan umum ibu dan bayi.
D. Gerakan – Gerakan Utama Dalam Mekanisme Persalinan
1. Turunnya Kepala
a) Masuknya kepala dalam Pintu Atas Panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida
sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara
biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke
dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang
dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis berada di
tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium,
maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus.

Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.


Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke
belakang mendekati promotorium, maka dikatakan asynclitismus.
Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis
mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih rendah dari os
parietale depan, dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau sutura
sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih
rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya
kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan.

Pada derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan


normal, tetapi bila berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi
sevalopelvis dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala satu dan k ala dua
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi
dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung pada
fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi
relaksasi dari segmen bawah rahim,sehingga terjadi penipisan dan
dilatasi serviks. Keaadaan ini menyebabkan bayi terdorong kejalan
lahir.
b) Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada
multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan
dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu : fleksi, putaran paksi dalam,
dan ekstensi.

Penyebab majunya kepala antara lain :

a)      tekanan cairan intrauterine

b)      tekanan langsung oleh fundus pada bokong

c)      kekuatan mengejan

d)     melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim

2. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-
ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari
bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan
lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter
suboksipito frontalis (11 cm).
Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding
panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya
fleksi karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment
yang menimbulkan defleksi.
3. Desensus
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut
sampai awal kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan
dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :

a.       Tekanan cairan amnion

b.      Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong

c.       Usaha meneran ibu

d.      Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)

Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :

a.       Ukuran dan bentuk panggul

b.      Posisi bagian terendah janin

Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan


panggul akan menyebabkan desensus berlangsung lambat.

a. Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.


b. Putar paksi dalam- internal rotation
c. Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin
mengalami putar paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica
(bidang tengah panggul).
d. Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior
(kadang-kadang kearah posterior).
e. Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.
4. Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke
bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah
ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke
depan dan ke bawah symphysis.

Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena


putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu
bawah panggul. Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala
dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru
setelah kepala sampai di dasar panggul.

Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah :

a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian


terendah  dari kepala.
b. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling
sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis
antara m. levator ani kiri dan kanan.
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.
5. Ekstensi Putaran
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas,
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke
bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke
atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju
karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan
suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-
ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan
ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomochlion.
6. Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan
= putaran paksi luar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala
berhadapan dengan tuber isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini
adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran
bahu (diameter biacromial) menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior dari pintu bawah panggul.

7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan
menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir.

Dengan konrtaksi yang efektif pleksi kepala yang adekuat dan janin
dengan ukuran yang rata rata, sebagian besar oksiput yang posisinya
posterior berputar cepat segera setelah menvapai dasar panggul sehingga
pesalinan tidak begitu bertambah pajang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-
10% kasus, keadaan yang menguntukan ini tidak terjadi. Sebagai contoh
kontraksi yang buruk atau fleksi  kepala yang salah atau keduanya,rotasi
mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali,
khususnya kalau janin besar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan
diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui
vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang
tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus
menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin
bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.

Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk


melewati panggul, yaitu:

a)      Turunnya kepala

b)      Fleksi

c)      Putaran paksi dalam

d)     Ekstensi Putaran

e)      paksi luar

f)       Ekspulsi

Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan


jalan lahir dengan baik sehingga dap[at terjadi persalinan per vaginam secara
spontan.

B. Saran
Semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis dalam meningkatkan
wawasan ilmu pengetahuan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dalam praktik di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Sastrowinata Sulaiman, (1983) Obstetri Fisiologi. Unpad. Bandung

Prawirohardjo Sarwono, (2009) Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta

Widyastuti yani, Sumarah & Wiyati Nining, (2008) Perawatan Ibu Bersalin
(Asuhan Kebidanan pada ibu Bersalin), Yogyakarta

Neonatal, yayasan bidan pustaka sarwono,prawirohardjo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai