Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN PADA

KLIEN DENGAN MASALAH


KEHILANGAN DAN
KEMATIAN

OLEH :
CANDRA DEWINATANINGTYAS, S.ST
PENDAMPINGAN KLIEN YG
KEHILANGAN

1. Kehilangan
adl suatu situasi aktual maupun potensial
yg dpt dialami individu ketika terjadi
perubahan dlm hidup atau berpisah dgn
sesuatu yg seblumnya ada, baik
sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan dpt berupa kehilangan yg nyata
atau kehilangan yg dirasakan.
• Kehilangan yg nyata mrpkn kehilangan thd
org atau obyek yg tdk dpt lgi
dirasakan,misal : anggota tubuh.
• Kehilngan yg dirasakan kehilangan yg
sifatnya unik berdasarkan individu yg
mengalami kedukaan, misalnya :
kehilangan harga diri atau rasa percaya
diri.
a.Jenis – jenis kehilangan
• Kehilangan obyek eksternal
• Kehilangan lingk. yg sdh di kenal
• Kehilangan sesuatu atau individu yg
berarti
• Kehilangan suatu aspek diri
• Kehilangan hidup
b. Dampak kehilangan
• Masa anak-anak, mengancam
kemampuan untuk berkembang.
• Masa remaja, dapat menimbulkan
disintegrasi dlm keluarga.
• Masa dewasa, kehilangan krn kematian
pasangan hidup, dpt mjd pukulan yg sngt
berat.
2. Berduka
Kehilangan mencakup dua hal yi : berduka
dan berkabung.
• Berduka mrpkn reaksi emosional thd
kehilangan.
• Berkabung mrpkn periode penerimaan thd
kehilangan dan duka.
a. Jenis – jenis berduka
 Berduka normal, tdr atas perasaan,
perilaku dan reaksi yg normal thd
kehilngan.
 Berduka antisipasif, yi proses
melepaskan dri yg muncul sblum
kehilangan atau kematian yg
sesungguhnya tjd.
 Berduka yg rumit, dialami olh individu yg
sulit u/ maju ke tahap berikutnya, yi tahap
kedukaan normal.
 Berduka tertutup, yi kedukaan dgn
kehilangan yg tdk dpt diakui secara
terbuka.
b. Respon berduka
Respon individu ketika berduka thd
kehilangan dpt melalui tahap-tahap sbg
berikut (Kubler-Rose dlm Potter dan Perry
1997).
Tahap Kemarahan Tahap Kemarahan

Tahap Tawar Tahap Penerimaan


Tahap Pengingkaran menawar
1. Tahap Pengingkaran
Reaksi awal individu yg mengalami
kehilangan adl syok.tdk percaya dan tdk
mengerti atau mengingkari kenyataan
bahwa kehilangan benar – benar tlh
terjadi. Pada tahap ini, reaksi fisik yg tjd
adl letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung
cepat, menangis, gelisah dan tdk tau
berbuat apa.
2. Tahap Kemarahan
Pada tahap ini, individu menolak
kehilangan. Kemarahan yg timbul srg
diproyeksikan kepada orang lain atau
dirinya sendiri.
3. Tahap Tawar Menawar
Pada tahap ini, terjadi penundaan
kesadaran atas kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu bertindak seolah-olah
kehilangan tsb dpt dicegah dgn mencoba
untuk membuat kesepakatan scr halus
atau terang-terangan.
4. Tahap Depresi
Pada tahap ini, pasien sering menujukkan
sikap menarik diri, kadang-kadang
bersikap sangat penurut, tdk mau bicara,
menyatakan keputusasaan,rasa tdk
berharga, bahkan bisa muncul keinginan
bunuh diri.
5. Tahap Penerimaan
Tahap ini berkaitan dgn reorganisasi rasa
kehilangan pikiran yg selalu berpusat
kepada obyek yg hilang akan mulai
berkurang atau hilang.
c. Tindakan pada pasien dgn Tahap
Pengingkaran
1)Memberikan kesempatan pada pasien
untuk mengungkapkan perasaannya dgn
cara :
a) Mendorong pasien u/ mengungkapkan
perasaan berdukanya.
b) Meningkatkan kesabaran pasien, scr
bertahap.
2) Menunjukkan sikap menerima dgn ikhlas
kemudian mendorong pasien u/ berbagi
rasa.
a) Mendorong dgn penuh perhatian dan
minat mengenai apa yg dikatakan oleh
pasien.
b) Menjelaskan kepada pasien bahwa
sikapnya dpt timbul pada siapapun yg
mengalami kehilangan.
3) Memberikan jawaban yg jujur thd
pertanyaan pasien ttg sakit, pengobatan,
dan kematian.
a) Menjawab pertanyaan pasien dgn
bhasa yg mudah dimengerti, jelas, dan
tdk berbelit-belit.
b) Mengamati dgn cermat respon pasien
selama berbicara.
c) Meningkatkan kesadaran dgn bertahap.
d. Tindakan pada pasien dgn Tahap
Kemarahan
1) Menjelaskan kpd kluarga pasien bhw
sebenarnya kemarahan pasien tdk
ditujukan kpd mreka.
2) Memberikan kesempatan atau
mengijinkan pasien u/ menangis.
3) Mendorong pasien u/ menyampaikan
rasa marahnya.
e. Tindakan pada pasien dgn Tahap Tawar
menawar
1) Mendengrkan ungkapan yg dinyatakan
pasien dgn penuh perhatian.
2) Mendorong pasien u/ membicarakan
atau menyampaikan rasa takut atau
rasa bersalahnya.
3) Membahas bersama pasien mengenai
penyebab rasa bersalah atau rasa
takut.
f. Tindakan pada pasien dgn Tahap Depresi
1) Membantu pasien mengidentifikasi rasa
bersalah dan takut dgn cara :
a) Mengamati perilaku pasien dan
bersama sama dgn pasien membhas
ttg perasaannya.
b) Mencegah tindkan bunuh diri.
2) Membantu pasien mengurangi rasa
bersalah dgn cara:
a) menghargai perasaan pasien
b) Membantu pasien menemukan
dukungan yg positif dgn mengkaitkan dgn
kenyataan.
c) Memberi kesempatan pada pasien u/
melampiaskan dan mengungkapkan
Perasaannya
e) Bersama pasien membahs pikiran yg
selalu timbul.
g. Tindakan pada pasien dgn Tahap
Penerimaan
1) Membantu keluarga mengunjungi
pasien scr teratur.
2) Membantu keluarga berbagi rasa.
3) Membahs rencana setelah masa
berkabung terlewati.
4) Memberi informasi akurat tentang
kebutuhan pasien dan keluarga.
SEKARAT DAN KEMATIAN

 Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang


menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan
harapan tertentu untuk meninggal,

 Kematian ( death) merupakan kondisi terhentinya


pernafasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya
respon terhadap stimulus eksternal, ditandai denagn
terhentinya aktifitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara menetap.
Apa yang terjadi saat tubuh sekarat
hingga meninggal?

Kondisi sekarat dari satu orang ke


orang lainnya bisa berbeda-beda tapi
ada beberapa pola yang biasanya
terjadi secara umum.
1. Tubuh akan menurunkan sirkulasi darah yang dikirimkan ke anggota
gerak, yaitu tangan dan kaki, menurunnya sirkulasi darah ini dimaksudkan
untuk cadangan semua darah ke bagian vital, sehingga tangan dan kaki
dikorbankan terlebih dahulu. Kondisi ini akan membuat tangan dan kaki
akan terasa lebih dingin dibandingkan bagian tubuh lainnya.
2. Karena aliran darah menurun, tekanan darah pun akan semakin
menurun menjelang kematian. Karena kondisi aliran darah dan tekanan
darah, pernapasan pun mengalami perubahan. Biasanya ketika sekarat,
seseorang akan bernapas dengan cepat beberapa kali dan diikuti dengan
periode tidak bernapas. Kondisi ini dikenal sebagai pernapasan Cheyene-
Stokes.
3. Batuk juga bisa menjadi kejadian paling umum jelang kematian.
Sebab, cairan tubuh semakin lama akan terbentuk dan terakumulasi di
bagian faring.
4. Perubahan warna kulit
5. Menurunnya kemampuan sistem saraf
6. Telinga menjadi indera terakhir yang berfungsi
Hal- hal yang terjadi setelah
kematian ?????
1. Sel-sel terbuka
2. warna tubuh menjadi ungu
dan putih
3. Kalsium membuat otot
berkontraksi
4. Tubuh mencerna dirinya
sendiri
5. Tubuh tertutup Adipocere
6. Tubuh bergerak
PENDAMPINGAN DAN PERAWATAN
KLIEN YG MENINGGAL
1. Mendampingi klien yg hampir meninggal
(sakaratul maut)
a. Pelaksanaan
1) Memberitahu keluarga yg akan
dilakukan (pendampingan sakaratul
maut)
2) Menyiapkan alat/catatan untuk
menulis pesan atau amanat.
3) Memisahkan pasien dgn pasien yg lain.
4) Mengijinkan keluarga u/ mendampingi,
pasien tdk bolh ditinggalkan sndiri.
5) Membersihkan pasien dari keringat
(pasien hrs slalu bersih)
6) Mengusahakan ling. Tnang, berbicara
dgn suara lembut dan penuh perhatian
dan tdk tertawa-tawa atau bergurau di
sekitar pasien.
7) Membasahi bibir pasien dgn kasa lembab
bila tampak kering, menggunakan pinset.
8) Membantu melayani dlm upacara
keagamaan.
9) Mengobservasi tanda-tanda kehidupan
(vital sign) terus menerus.
10) Mencuci tangan dgn sabun dan
mengeringkan dgn handuk bersih.
11) Melakukan dokumentasi tindakan.
2. Merawat Jenasah
Perawatan jenasah adl perawatan pasien
setelah meninggal, perawatan termasuk
menyiapkan jenasah untuk diperlihatkan
pada keluarga, transportasi ke kamar
jenasah dan melakukan disposisi
(penyerahan) barang-barang milik klien.
a. Indikasi
Perawatan jenasah dimulai setelah
dokter menyatakan kematian pasien, jika
pasien meninggal karena kekerasan atau
dicurigai akibat kriminalitas, perawatan
jenasah dilakukan setelah pemeriksaan
medis lengkap melalui otopsi.
b. Peralatan dan perlengkapan
1. Kasa atau perban
2. Sarung tangan
3. Pengganjal dagu
4. Pads
5. Kapas
6. Plastik jenasah atau pembungkus
jenasah.
7. 3 label identifikasi
8. Plester penahan u/ menutup luka
9. Tas plastik u/ tempat barang2 nya
10. Air dalam baskom
11. Sabun
12. Handuk
13. Selimut mandi
14. Kain kafan
15. Daftar barang berharga
16. Peniti
17. Sisir
18. Baju bersih
19. Peralatan ganti balut jika perlu
20. Celemek
21. Bengkok
22. Tempat pakaian kotor atau ember
23. Waslap
c. Pelaksanaan
1. Memberitahu keluarga bhw jenasah
akan dibersihkan.
2. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke
jenasah.
3. Mencuci tangan dgn sabun dan air
mengalir, mengeringkan dgn handuk
bersih.
4. Memakai celemek dan menggunakan
sarung tangan.
5. Atur ling. Sekitar tmpat tidur. Bila
kematian tjd pada unit multi bed, jaga
privacy pasien yg lain, tutup pintu koridor.
6. Tinggikan tempat tidur u/ memudahkan
kerja dan atur dalam posisi datar.
7. Tempatkan tubuh dlm posisi supinasi.
8. Tutup mata, dpt menggunakan kapas yg
scr perlahan ditutupkan pada kelopak
mata dan plester jika mata tdk tertutup.
9. Luruskan badan, dgn lengan diletakkan
menyilang tubuh pada pergelangan
tangan dan menyilang abdomen. Pada
bebrapa RS kadang lengan di sisi, telapak
tangan menghadap ke bawah.
10. Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup
mulut. Jika mulut tetap tdk mau tertutup,
tempatkan gulungan handuk di bawah
dagu agar mulut tertutup. Tempatkan
bantal di bawah kapala.
11. Lepaskan perhiasan dan barang
berharag di hadapan keluarga. Pada
umumnya, semua cincin, anting, gelang,
dll dilepas dan ditempatkan pada tas
plastik tempat barang berharga. Termasuk
kacamata, kartu, surat, kunci, barang
religi. Beri label identitas.
12. Jaga keamanan barang berharaga
pasien. Ikuti peraturan RS u/ disposisi
(penyerahan) barang berharag. Jangan
meninggalkan barang
berharga.Tempatkan di kantor perawat
sampai dpt disimpan di tmpat yg lbh aman
atau diserahkan pada keluarga. Jika
memungkinkan, keluaraga dianjurkan u/
membawa pulang semua barang milik
pasien sebelum pasien meninggal
13. Bersihkan badan. Dengan
menggunakan air bersih, bersihkan area
tubuh yg tdpt kotoran spt : darah, faeses,
muntahan. Jika kotoran tjd pada area
rectum, uretra atau vagina, letakkan kasa
u/ menutup tiap lubang dan rekatkan dgn
plester u/ mencegah pengeluaran lebih
lanjut. Setelah kematian, spingter otot
relaks, menyebabkan inkontinensia faeses
dan urine.
14. Rapikan rambut dgn sisir rambut
15. Rawat drainage dan tube yg lain. Jika
akan dilakukan otopsi, tube pada
umumnya dibiarkan pada badan, ambil
botol drainage atau bag dari tube dan
tekuk tube, ketika dilakukan otopsi, tube
diambil.Pastikan balon sudah dikempiskan
shg tdk melukai jaringan tubuh selama
pengambilan.
16. Ganti balutan bila ada balutan. Balutan
yg kotor hrs diganti dgn yg bersih. Bekas
plester dihilangkan dgn bensin atau
larutan yg lain sesuai dgn peraturan RS.
17. Pakaikan pakaian yg bersih u/
diperlihatkan pada keluarga. Jika keluarga
meminta u/ melihat jenasah tempatkan
pada posisi tidur, supinasi, mata tertutup,
lengan menyilang di abdomen. Rapikan
tempat tidur spt setelah mandi.
18.

Anda mungkin juga menyukai