Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Kebutuhan Dasar Manusia

PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL


DAN
PANDUAN KEWASPADAAN ISOLASI UNTUK RUMAH SAKIT

Disusun oleh:
Kelompok 6

1. Ajeng Sukma Suly


2. Ernessy
3. Novita Wulandari
4. Riski Saputri
5. Suaemah

Kelas: JUA

Dosen Pembimbing:

Ambo Sengngeng, SKM, M.Pd

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

JURUSAN DIII KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Pencegahan Infeksi Nosokomial Dan Panduan
Kewaspadaan Isolasi Untuk Rumah Sakit ” sebagai tugas yang diberikan oleh bapak Ambo
Sengngeng, SKM, M.Pd dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
tentang definisi, frekuensi, jenis faktor, dampak, upaya pencegahan infeksi nosokomial, dan
jenis-jenis kewaspadaan isolasi untuk rumah sakit.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial Dan
Panduan Kewaspadaan Isolasi Untuk Rumah Sakit ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.

Jambi , 17 Oktober 2017


 

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………...ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………...............iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….........1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….………..….....1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………….….....1
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………....1

Bab II Pembahasan
2.1 Pencegahan Infeksi Nosokomial………………………………………………………….2
2.1.1 Definisi Infeksi Nosokomial…………………………………………………....2
2.1.2 Frekuensi Dan Jenis Infeksi Nosokomial …………………...…………………2
2.1.3 Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial ……………………........3
2.1.4 Dampak Infeksi Nosokomial …………………………………………....……..4
2.1.5 Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial …….…………………….…...…........4
2.2 Panduan Kewaspadaan Isolasi Untuk Rumah Sakit………………………….………….4
2.2.1 Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions)…………………..….5
2.2.2 Kewaspadaan Berdasarkan Penularan (Transmission based Precautions)
……………………………………………………………………….….5
a. Kewaspadaan Melalui Udara……………………………………………..5
b. Kewaspadaan Percikan………………………………………..………….5
c. Kewaspadaan Kontak………………………..………………..………….5

Bab III Penutup


Kesimpulan………………………………………………..………….…………..…..6
Saran………………………………………………..…………………………..….....6
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi nosokomial merupakan kontributor penting pada morbiditas dan mortalitas.
Infeksi ini akan lebih penting sebagai masalah kesehatan masyarakat dengan dampak
ekonomis dan manusiawi karena peningkatan jumlah dan kepadatan penduduk, gangguan
imunitas, mikroorganisme baru. Walaupun penyebaran penyakit infeksi di rumah sakit
telah dikenal sejak lama, pemahaman bagaimana mencegah infeksi nosokomial dan
implementasi secara baik masih sulit. Penularan infeksi nosokomial memerlukan 3 unsur,
yaitu sumber oerganisme, sasaran yang sensitif, dan cara penularan. Sumber infeksi
nosokomial mungkin pasien, petugas rumah sakit, atau bisa juga tamu.tiga cara
penyebaran infeksi di rumah sakit yaitu melalui udara, percikan, dan kontak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1) Apa definisi infeksi nosokomial?
2) Apa frekuensi dan jenis infeksi nosokomial?
3) Apa saja faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial?
4) Apa dampak infeksi nosokomial?
5) Apa upaya yang dilakukan untuk pencegahan infeksi nosokomial?
6) Apa saja jenis-jenis kewaspadaan dan pasien yang memerlukan kewaspadaan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat menentukan tujuan sebagai berikut:
1) Mengetahui definisi infeksi nosokomial.
2) Mengetahui frekuensi dan jenis infeksi nosokomial.
3) Mengetahui faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial.
4) Mengetahui dampak infeksi nosokomial.
5) Mengetahui upaya untuk pencegahan infeksi nosokomial.
6) Mengetahui jenis-jenis kewaspadaan dan pasien yang memerlukan kewaspadaan.
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk memberi pengetahuan dan wawasan
agar bisa lebih mengenal tentang definisi, frekuensi, jenis faktor, dampak, upaya
pencegahan infeksi nosokomial, dan jenis-jenis kewaspadaan isolasi untuk rumah sakit.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL

2.1.1 Definisi Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial adalah infeksi yang muncul selama seseorang
tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat.

Infeksi nosokomial (terdapat di rumah sakit) merupakan fokus penting


pencegahan infeksi di semua negara, namun di negara berkembang infeksi ini
adalah penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat di cegah, yang
paling penting adalah:

 Infeksi saluran kencing, pneumonia, dan diare


 Infeksi sesudah pembedahan atau prosedur medis invasif
 Infeksi maternal dan neonatal

2.1.2 Frekuensi dan Jenis Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial merupakan suatu masalah yang nyata di seluruh
dunia dan terus meningkat(Alvarado 2000). Pada tahun 1987, suatu survei
prevalensi meliputi 55 rumah sakit di 14 negara berkembang pada empat
wilaya WHO (Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat)
menmukanrata-rata 8,7% dari seluruh pasien rumah sakit menderita infeksi
nosokomial. Jadi, pada setiap saat terdapat 1,4 juta pasien di seluruh dunia
terkena komplikasi infeksi yang didapat di rumah sakit (Tikhomirov 1987).
Jenis- jenis utama infeksi nosokomial yang sering dilaporkan adalah infeksi
tempat pembedahan, infeksi saluran kencing, dan infeksi saluran nafas bawah
(pneumonia).

2.1.3 Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial


a. Agen infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama dirawat
di rumah sakit.Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme
ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain
yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.Kemungkinan
terjadinya infeksi tergantung pada:
1. karakteristik mikroorganisme
2. resistensi terhadap zat-zat antibiotika
3. tingkat virulensi, dan
4. banyaknya materi infeksius.

2
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit
dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau
disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenousinfection).
Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan
karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui
makanan dan udara dan benda atau bahan- bahan yang tidak steril.
Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan
oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang
sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal
(Utama, 2006). 

b. Respon dan toleransi tubuh pasien


Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon
tubuh pasien dalam hal ini adalah:
1. Usia
2. status imunitas penderita
3.  penyakit yang diderita
4. Obesitas dan malnutrisi
5. Orang yang menggunakan obat-obatan
6. imunosupresan dan steroid
7. Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan
terapi.
Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi
tubuh terhadap infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita
penyakit kronis seperti tumor, anemia,leukemia, diabetes mellitus, gagal
ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi
tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik.
Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan
terapi seperti biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan
pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi (Utama, 2006).

c. Infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung


Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung
dengan penyebab infeksi. Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit
dan baju, seperti golongan staphylococcus aureus. Dapat juga melalui
cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis dan HIV.
Peralatan dan instrumen kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak
dimasakdan diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya
infeksi silang.

3
d. Resistensi antibiotika
Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara
tahun 1950-1970, banyak penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat
diterapi dan disembuhkan. Bagaimana pun juga, keberhasilan ini
menyebabkan penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan dari
antibiotika.Banyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten.
Meningkatnya resistensi bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas
terutama terhadap pasien yang immunocompromised  . Resitensi dari
bakteri ditransmisikan antar pasien dan faktor resistensinya dipindahkan
antara bakteri. Penggunaan antibiotika yang terus-menerus ini justru
meningkatkan multiplikasi dan penyebaran strain yang resisten. Penyebab
utamanya karena:
1. Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol
2. Dosis antibiotika yang tidak optimal
3. Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat
4. Kesalahan diagnosa (Utama, 2006)

e. Faktor alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial terutama disebabkan
infeksi dari kateterurin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi
kulit, infeksi dari luka operasi danseptikemia. Pemakaian infus dan kateter
urin lama yang tidak diganti-ganti. Di ruang penyakitdalam, diperkirakan
20-25% pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena
inidapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi. Komplikasi tersebut
berupa:
1. Ekstravasasi infiltrat : cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi
kanula
2. Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa
dapat dideteksi adanya gangguan lain
3. Flebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang
vena
4. Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena
yang menghambat aliran infus
5. Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari
bagian kanula yang ada dalam pembuluh darah
6. Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
7. Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul
(Utama, 2006)

2.1.4 Dampak Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial menambah ketidakberdayaan fungsional, tekanan
emosional, dan kadang-kadang pada beberapa kasus akan menyebabkan
kondisi kecacatan sehingga menurunnya kualitas hidup.
4
Dampak infeksi nosokomial lebih jelas di negara miskin, terutama
yang dilanda HIV/AIDS, karena temuan terakhir membuktikan bahwa
pelayanan medis yang tidak aman merupakan faktor penting dalam transmisi
HIV( Gisselquist dkk 2002).
Infeksi nosokomial meningkatkan biaya pelayanan kesehatan di negara-negara
yang kurang mampu karena meningkatnya:
 Lama rawat inap di rumah sakit
 Terapi dengan obat-obat mahal (seperti obat antiretroviral untuk
HIV/AIDS, dan antibiotik)
 Penggunaan pelayanan lain (seperti pemeriksaan laboratorium, rontsen,
transfusi)

2.1.5 Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial


Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah
tersedia, secara relatif murah, yaitu:
 Mentaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama
kebersihan dan kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan
 Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat
untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang
kotor, diikuti dengan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi
 Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi
lainnya dimana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan
pada agen penyebab infeksi sering terjadi.

2.2 PANDUAN KEWASPADAAN ISOLASI UNTUK RUMAH SAKIT


2.2.1 Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions)
Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua pasien di
semua fasilitas kesehatan. Kewaspadaan standar untuk pelayanan semua
pasien, meliputi:
1. Kebersihan tangan/ Handhygiene
2. Alat Pelindung Diri (ADP): sarung tangan, masker, kaca mata
pelindung, pelindung wajah
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan/ perlindungan petugas kesehatan
7. Penempatan pasien
8. Hygiene respirasi/ etika batuk
9. Praktek menyuntik aman
10. Praktek untuk lumbal punksi
5
2.2.2 Kewaspadaan Berdasarkan Penularan (Transmission based Precautions)
Kewaspadaan berdasarkan penularan merupakan tambahan untuk
kewaspadaan standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi
yang dilakukan setelah jenis infeksinya sudah terdiagnosa atau diketahui
(Akib, dkk, 2008).Tujuannya untuk memutus mata rantai penularan mikroba
penyebab infeksi, jadi kewaspadaan ini diterapkan pada pasien yang memang
sudah terinfeksi kuman tertentu yang bisa ditransmisikan lewat udara, droplet,
kontak kulit atau lain-lain (Muchtar, 2014).

a. Kewaspadaan Melalui Udara


Kewaspadaan ini dirancang untuk mengurangi penularan nosokomial
dari partikel <5 µm dapat berada di udara beberapa jam dan dapat
menyebar dengan luas.

b. Kewaspadaan Percikan (droplet)


Kewaspadaan ini mengurangi risiko penularan nosokomial patogen
melalui butir-butir percikan dengan ukuran < 5µm (misalnya H,
influenzae, meningitides, flu, campak dan cacar air). Kewaspadaan
percikan merupakan kewaspadaan sederhana dari kewaspadaan melalui
udara karena sisa partikel berada di udara dalam waktu singkat oleh karena
itu kontak dengan sumber harus tertutup untuk penjamu yang rentan
terkena infeksi.

c. Kewaspadaan Kontak
Kewaspadaan ini mengurangi risiko penularan organisme dari pasien
terinfeksi atau terkoloni baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini
merupakan indikasi bagi pasien terinfeksi ataupun terkoloni dengan
masuknya patogen (hepatitis A, herpes simpleks dan virus demam
berdarah dan bakteri yang resisten terhadap beberapa obat). Kewaspadaan
kontak terbagi menjadi 2 macam yaitu:

a) Kontak langsung
Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang
rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi.Misal
perawat membalikkan tubuh pasien, memandikan, membantu pasien
bergerak, dokter bedah dengan luka basah saat mengganti verband,
petugas tanpa sarung tangan merawat oral pasien dengan Virus Herpes
Simplex (HSV) atau scabies.

b) Kontak tidak langsung


Meliputi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang

6
terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen yang
terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan belum
dicuci atau sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien
satu dengan yang lainnya, dan melalui mainan anak serta kontak
dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan melalui
tangan petugas atau benda mati dilingkungan pasien. Petugas harus
menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut saat masih
memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung
tangan.Petugas harus menghindari mengkontaminasi permukaan
lingkungan yang tidak berhubungan dengan perawatan pasien
misal: pegangan pintu, tombol lampu, telepon.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab sebelumnya, kami dapat mengemukakan simpulan


sebagai berikut:

Sumber infeksi nosokomial mungkin berasal dari;

1) pasien,
2) petugas rumah sakit, atau
3) bisa juga tamu.

Pencegahan infeksi nosokomial dapat diminimalisir jika sumber dari infeksi


ini menjalankan prosedur pencegahan infeksi. Tiga cara penyebaran infeksi di
rumah sakit yaitu melalui udara, percikan, dan kontak. Infeksi nosokomial yang
menjadi penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat dicegah, yang paling
penting adalah:

 Infeksi saluran kencing, pneumonia, dan diare


 Infeksi sesudah pembedahan atau prosedur medis invasif
 Infeksi maternal dan neonatal

3.2 Saran

Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik dari bapak dosen sangat kami harapkan. Agar makalah ini
bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi pembelajaran untuk kami dikemudian hari.Sekali
lagi kami tunggu saran dan kritiknya. Terimakasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Tietjen, Linda; Debora Bossemeyer dan Noel McIntosh. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi
untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. Cetakan kedua.

http://www.academia.edu/6380424/MAKALAH_INFEKSI_NOSOKOMIAL

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2926/BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

https://www.scribd.com/document/216269477/Pedoman-Pencegahan-dan-Pengendalian-
Infeksi-di-Rumah-Sakit-dan-Fasilitas-Pelayanan-Kesehatan-lainnya

Anda mungkin juga menyukai