Anda di halaman 1dari 29

BAB I

Pendahuluan

A. latar belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat atau yang lebih dikenal dengan kehidupan bersosial
banyak aspek yang dimasukan contohnya seperti gaya bicara,gaya berpakaian, gerak
tubuh, maupun kontak mata. Yang tentunya disemua aspek itu semua terpengaruh dengan
tempat asal individu tersebut seperti keluarga,suku,wilayah dimana individu itu
tinggal,maupun sekolah yang dimana semua itu diatur oleh peraturan dan normal yang
berlaku. Di Indonesia masyarakatnya adalah masyarakat majemuk yang dimana hidup
tersebar diseluruh negeri dengan beraneka ragam,suku,ras,agama,dan budaya. Bahkan
didalam suku-suku yang tersebar itu masih ada sub-sub suku yang dimana mulai dari segi
kebiasaan,budaya dan Bahasa sudah berbeda. Konsep kehidupan system social budaya ini
sendiri memiliki pengertian sebagai berikut :

Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk
mencapai tujuan tertentu. Dan sistem berasal dari dua Bahasa yaitu Bahasa latin
(systēma) dan Bahasa latin (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen
atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau
engeri untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu model matematika
seringkali bisa dibuat. Sosial adalah kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu ’socius’
yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan
bersama (Salim, 2002). Sudarno (dalam Salim, 2002) menekankan pengertian sosial pada
strukturnya, yaitu suatu tatanan dari hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang
menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) didalam posisi-
posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada suatu
masyarakat pada waktu tertentu.

Kebudayaan atau budaya yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “buddhayah,
merupakan wujud jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal yang memiliki
kaitan dengan budi, serta akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut
sebagai (culture), yang berasal kata Laton Colere (mengerjakan atau mengolah). Dapat
juga diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture sering juga diartikan
sebagai “kultur” yang dalam bahasa Indonesia.

Istilah sosial budaya merupakan bentuk gabungan dari istilah soial dan budaya. Sosial
dalam arti masyarakat, budaya atau kebudayaan dalam arti sebagai semua hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat. Sosial budaya dalam arti luas mencakup segala aspek
kehidupan. Karena itu, atas dasar landasan pemikiran tersebut maka pengertian sistem
sosial budaya Indonesia dapat dirumuskan sebagai totalitas tata nilai, tata sosial dan tata
laku manusia Indonesia yang merupakan manifestasi dari karya, rasa dan cipta didalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dan UUD
1945.

Degan demikian, sistem sosial budaya Indonesia memungkinkan setiap manusia


mengembangkan dirinya dan mencapai kesejahteraan lahir batinnya selengkap mungkin
secara merdeka sesuai dengan kata hatinya dalam kerangka pola berpikir dan bertindak
yang berdasarkan pancasila.

Struktur sistem sosial budaya Indonesia dapat merujuk pada nilai - nilai yang terkandung
dalam pancasila yang terdiri atas :

1. TATA NILAI

Struktur tata nilai kehidupan pribadi atau keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara
meliputi berikut ini.

a) Nilai Agama

b) Nilai moral

c) Nilai vital

d) Nilai material ( raga)

2. TATA SOSIAL

Tata sosial indonesia harus berdasarkan :

a) UUD 1945

b) peraturan perundang-undangan lainnya


c) Budi pekerti yang luhur dan cita-cita moral rakyat yang luhur

3. TATA LAKU ( KARYA )

Tata laku pribadi atau keluarga, masyarakat bangsa dan Negara harus berpedoman pada :

a) Norma Agama

b) Norma Kesusilaan/kesopanan

c) Norma Adat istiadat

d) Norma Hukum setempat

e) Norma Hukum Negara

UNSUR-UNSUR SOSIAL BUDAYA

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

a) alat-alat teknologi

b) sistem ekonomi

c) keluarga

d) kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

a) sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya

b) organisasi ekonomi

c) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga


adalah lembaga pendidikan utama)
d) organisasi kekuatan (politik)

Asas sistem sosial budaya indonesia

Pada dasarnya,masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum
lahirnya (Secara Formal) masyarakat Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda antara lain
merupakan bukti yang jelas. Peristiwa ini merupakan suatu consensus nasional yang
mampu membuat masyarakat indonesia terintegrasi di atas gagasan Bineka Tunggal
Ika.Konsensus adalah persetujuan atau kesepakatan yang bersifat umum tentang nilai-
nilai, aturan, dan norma dalam menentukan sejumlah tujuan dan upaya mencapai peranan
yang harus dilakukan serta imbalan tertentu dalam suatu system sosial. Model konsensus
atau model atau model integrasi yang menekankan akan unsur norma dan legitimasi
memiliki landasan tentang masyarakat, yaitu sebagai berikut :

a) Setiap masyarakat memiliki suatu struktur yang tetap dan mapan.

b) Setiap unsur dalam masyarakat memiliki fungsinya masing masing dalam


kelangsungan masyarakat tersebut sebagai suatu sistem keseluruhan

c) Kelanjutan masyarakat itu berasaskan pada kerja sama dan mufakat dalam nilai-
nilai

d) Kehidupan sosial tergantung pada persatuan dan kesatuan.

Dalam pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan sistem sosial budaya Indonesia
didasarkan pada asas penting, yaitu :

1. Asas kepercayaan terhadap Tuhan yang maha esa

Kesempurnaan hanya dapat dicapai oleh manusia dalam


bermasyarakat,berbangsa dan bernegara melalui semangat dan takwa, sebab pada
akhirnya apa yang diperoleh manusia, masyarakat, bangsa, dan Negara, bahkan
kemerdekaan itu adalah rahmat TuhanYang Maha Esa.

2. Asas merdeka

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi/keluarga,


masyarakat, dan bangsa yang bebas itu mempunyai tanggung jawab dan
kewajiban bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
menghargai,menghormati dan menjunjung tinggi kemerdekaan itu.

3. Asas persatuan dan kesatuan

Bangsa Indonesia terdiri atas aneka ragam suku, budaya, bahasa, adat istiadat
daerah dan sebagainya telah membentuk Negara Republik Indonesia yang
meletakkan persatuan dan kesatuan sebagai asas social budayanya.

4. Asas kedaulatan

Kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara


selalu mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam rangka mengutamakan
kepentingan umum di atas kepentingan golongan/pribadi.

5. Asas adil dan Makmur

Setiap pribadi/ keluarga dalam kehidupan harus mempunyai kehidupan yang


layak dan adil sehingga pekerjaan, pendidikan, profesi, kesehatan, pangan,
pakaian, perumahan, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi
hak yang dipertanggung jawabkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Pola pikir sistem sosial budaya Indonesia

1. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esaTiap-tiap warga negara berhak
untuk memeluk agama dan kepercayaannyamasing-masing yang mewujudkan
kepribadian bangsa indonesia sebagaibangsa yang percaya terhadap Tuhan yang
maha esa

2. Negara persatuanNegara Republik Indonesia adalah Negara persatuan yang


mendasarkanPancasila dan Undang-undang Daasar 1945. Hal ini berarti
bahwapenyelenggaraan kehidupan negara harus berdasarkan pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.Maka,Pembangunan
sosial adalah Pengamalan Pancasila dan hakikatnya pembangunan nasional itu
adalah pembangunan seluruh manusia indonesia yang serba cepat dan canggih.

3. Demokrasi pancasilaDalam Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan


rakyat, berdasarkan atas kerakyataan dan permusyawaratan perwakilan ,
kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat , berbangsa dan bernegara
harus mampu memilih perwakilannya dan pemimpinnya yang dapat
bermusyawarah untuk mufakat dalam mengutamakan kepentingan umum diatas
kepentingan golongan dan perseorangan demi terselenggaranya kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat. Karena itu, sistem menejemen sosial perlu ditegakkan,
baik melalui peraturan perundang-undangan maupun moral

4. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Letak geografis Indonesia,


sumberdaya alam, dan penduduk Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara harus mempunyai politik, ekonomi,sosial, budaya, pertahanan, dan
keamanan yang berkeadilan bagi semua rakyat.

5. Budi pekerti Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara harus memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur
dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Berarti bahwa
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercyaannya itu harus dijamin, dimana
pendidikan dan pengajaran menjadi hak warga negara yang membutuhkan suatu
sistem pendidikan nasional. Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan yang
timbul sebagai buah usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya,termasuk
kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan
didaerah-daerah seluruh Indonesia. Kebudayaan harus menuju kearah kemajuan
serta tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia

Pola Tindak Sistem Sosial Budaya Indonesia

1. Gotong Royong Sikap kebersamaan tenggang rasa, baik dalam suka maupun
duka dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara.

2. Prasaja Kehidupan sederhana , hemat, cermat, disiplin,profesional dan tertib


sehingga memudahkan terjadinya gotong royong persatuan dan kesatuan.

3. Musyawarah Untuk Mufakat Mengutamakan kepentingan umum di atas


kepentingan golongan atau perorangan dapat menemui perbedaan yang tidak
yang tidak diakhiri dengan perpecahan atau perpisahan, maupun pertentangan.
4. Kesatria Persatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial tidak dapat terwujud
tanpa keberanian, kejujuran, kesetiaan, pengabdian, dan perjuangan yang tidak
mengenal menyerah demi kehidupan bersama

5. Dinamis Kehidupan pribadi/keluarga, bangsa dan negara juga bersifat dinamis


sesuai dengan jaman, sehingga waktu sangat penting dalam rangka persatuan dan
kesatuan, maupun keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Fungsi Sistem Sosial Budaya Indonesia

1. Dalam Berkeluarga Keluarga adalah lahan pembibitan manusia seutuhnya.


Keluarga adalah organisasi alam yang penuh kasih sayang. Karena itu,dengan
asas, pola pikir,pola tindak , tata sosial (keluarga ) dan tata nilai sistem sosial
budaya indonesia harus ditanamkan dalam berkeluarga agar seorang itu dapat
berperan optimal dalam masyarakat.

2. Dalam Bermasyarakat baik Pribadi atau keluarga itu berkelompok dalam


golongan atau organisasisosial kemasyarakatan. Organisasi sosial
kemasyarakatan ini adalah lahanpengkaderan, sebagai keluarga buatan, gotong
royong buatan, yang penuh perbedaan kepentingan. Pola pikir, pola tindak , tata
laku, tata social (organisasi), dan tata nilai sistem sosial budaya indonesia
tersebut harus dihayati dn diamalkan dalam bermasyarakat agar pribadi atau
organisasi itu dapat berperan optimal dalam berbangsa dan bernegara

3. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Penyelenggaraan negara dan


pemerintahan harus mengutamakan kepentingan umum. Organisasi negara
merupakan lahan pengabdian yang penuh terhadap masyarakat dan bangsa
sebagai pimpinan bangsa dan negara.

Berdasarkan latar belakang ini penulis merasa ada hal menarik dalam sistem sosial dan
budaya yang di Indonesia terutama dimana ketertarikan ini bersangkutpaut dengan
kehidupan bersosial penulis dalam lingkup keluaraga (suku) penulis.
B. Rumusan masalah

1. Bagaimana sistem sosial budaya yang ada pada keluarga (suku) penulis mulai dari
kebiasaan keluarga (suku), pola dan cara bersosialiasi, pantangan dan larangan, serta
pengobatan tradisional?

2. Berdasarkan Rumsan Masalah pertama maka kaitkan dengan :

a. Masa Remaja

b. Pernikahan

c. kehamilan

d. persalinan

e. Nifas

f. KB

C. Tujuan Penulisan

1. Mengatahui sistem sosial budaya yang ada pada keluarga (suku) penulis mulai dari
kebiasaan keluarga (suku), pola dan cara bersosialiasi, pantangan dan larangan, serta
pengobatan tradisional

2. Mengetahui kaitan Rumusan Masalah dengan :

a. Masa Remaja

b. Pernikahan

c. kehamilan

d. persalinan

e. Nifas

f. KB
BAB II

Isi

A. sistem sosial dan budaya penulis (Bugis)

Suku Bugis tergolong kedalam suku-suku Melayu Deutero yang masuk ke Nusantara
setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia, tepatnya Yunan. Kata “Bugis”
berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan “ugi” merujuk pada raja
pertama Kerajaan Cina yang terdapat di Pammana (kabupaten Wajo saat ini, yang
dimaksud Cina disini adalah nama sebuah daerah di Sulsel, bukan negara Cina) yaitu La
Sattumpugi. Rakyat La Sattumpugi menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang
pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai. Ia bersaudara
dengan Batara Lattu yang merupakan ayah dari Sawerigading. Sawerigading menikah
dengan We Cudai dan memiliki beberapa anak. Salah satu anak mereka adalah La
Galigo, seorang pengarang sastra terbesar di dunia yang menghasilkan karya berisi
sekitar 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware)
merupakan kisah tradisi masyarakat Bugis yang tertuang didalam karya sastra I La
Galigo. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwu, Kaili,
Gorontalo dan beberapa tradisi lain yang ada di Sulawesi, seperti Buton.

Suku Bugis dikenal sebagai suku yang sangat mempertahankan harga diri akan
kebudayaannya. Terbukti sekecil apapun masalahnya dan siapapun pelakunya maka akan
ditindak tegas. Meskipun pelakunya adalah keluarga atau kerabat sendiri. Atau biasa
disebut dalam keluarga penulis adalah (siri). Suku Bugis memiliki kebudayaan yang unik
yang tetap eksis di masa kini. Pasalnya, suku yang satu ini memiliki keragaman budaya
yang tidak kalah menarik dengan suku lainnya di Sulawesi Selatan. Meskipun jaman
semakin modern, kebudayaan Suku ini tetap menjadi sorotan yang menarik untuk
ditelisik lebih jauh keunikan-keunikannya.

Etnik Bugis mempunyai bahasa tersendiri dikenali sebagai Bahasa Bugis (Juga dikenali
sebagai Ugi). Konsonan di dalam Ugi pula di kenali sebagai Lontara yang berdasarkan
tulisan Brahmi. Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan telah memiliki kesusasteraan
tertulis sejak berabad-abad lamanya dalam bentuk lontar. Huruf yang dipakai adalah
aksara lontara, sebuah sistem huruf yang berasal dari Sanskerta. Seperti halnya dengan
wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya
kebutuhan manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka.

Dengan terciptanya peralatan untuk hidup yang berbeda itu, maka secara perlahan tapi
pasti, tatanan kehidupan perorangan, dilanjutkan berkelompok, kemudian membentuk
sebuah masyarakat, akan penataannya bertumpu pada sifat-sifat peralatan untuk hidup
tersebut. Peralatan hidup ini dapat pula disebut sebagai hasil manusia dalam mencipta.
Dengan bahasa umum, hasil ciptaan yang berupa peralatan fisik disebut teknologi dan
proses penciptaannya dikatakan ilmu pengetahuan dibidang teknik. Sejak dahulu, suku
Bugis di Sulawesi Selatan terkenal sebagai pelaut yang ulung. Mereka sangat piawai
dalam mengarungi lautan dan samudera luas hingga ke berbagai kawasan di Nusantara
dengan menggunakan perahu Pinisi

Wilayah Suku Bugis terletak di dataran rendah dan pesisir pulau Sulawesi bagian selatan.
Di dataran ini, mempunyai tanah yang cukup subur, sehingga banyak masyarakat Bugis
yang hidup sebagai petani. Selain sebagai petani, Suku Bugis juga di kenal sebagai
masyarakat nelayan dan pedagang. Meskipun mereka mempunyai tanah yang subur dan
cocok untuk bercocok tanam, namun sebagian besar masyarakat mereka adalah pelaut.
Mereka mencari kehidupan dan mempertahankan hidup dari laut. Tidak sedikit
masyarakat Bugis yang merantau sampai ke seluruh negeri dengan menggunakan Perahu
Pinisi-nya. Bahkan, kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudera cukup dikenal
luas hingga ke luar negeri, diantara wilayah perantauan mereka, seperti Malaysia,
Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Suku Bugis
memang terkenal sebagai suku yang hidup merantau. Beberapa dari mereka, lebih suka
berkeliaran untuk berdagang dan mencoba melangsungkan hidup di tanah orang lain. Hal
ini juga disebabkan oleh faktor sejarah orang Bugis itu sendiri di masa lalu.

Suku Bugis merupakan suku yang menganut sistem patron klien atau sistem kelompok
kesetiakawanan antara pemimpin dan pengikutnya yang bersifat menyeluruh. Salah satu
sistem hierarki yang sangat kaku dan rumit. Namun, mereka mempunyai mobilitas yang
sangat tinggi, buktinya dimana kita berada tak sulit berjumpa dengan manusia Bugis.
Mereka terkenal berkarakter keras dan sangat menjunjung tinggi kehormatan, pekerja
keras demi kehormatan nama keluarga. Sedangkan untuk kekerabatan keluarga mereka
menganut system cognatic atau bilateral, seseorang ditelusuri melalui garis keturunan
ayah dan juga ibu. Panggilan yang biasa untuk kerabat mereka adalah kaka’(saudara yang
lebih tua) dan Anri’(saudara yang lebih muda). Amure’(paman) dan Inure’(bibi). Masih
banyak lagi sebutan dalam sistem kekerabatan mereka yang lainnya. Perkawinan (Siala’)
berarti saling mengambil antara satu dengan yang lain. Di suku Bugis, perkawinan
biasanya berlangsung antar keluarga dekat atau antar kelompok petronasi yang sama,
dimaksudkan untuk pemahaman yang lebih mudah antar keluarga. Dalam La Galigo
diceritakan perkawinan dengan sepupu satu kali (istilah Jawa: misanan) dianggap terlalu
panas (Siala Marola) hanya terjadi di keluarga bangsawan, supaya Darah Putih mereka
tetap terpelihara.Yang terpenting bagi mereka adalah kesesuaian derajat antara pihak laki-
laki dan perempuan. Dalam proses perkawinan, pihak laki-laki harus memberikan mas
kawin kepada perempuan (sama halnya adat Jawa kebanyakan) yang terdiri dari dua
bagian, yaitu Sompa (biasanya dalam nominal uang) dan Dui’ Menre’ (mahar permintaan
dari pihak perempuan). Sistem organisasi sosial yang terdapat di suku Bugis cukup
menarik untuk diketahui. Yaitu, kedudukan kaum perempuan yang tidak selalu di bawah
kekuasaan kaum laki-laki, bahkan di organisasi sosial yang berbadan hukum sekalipun.
Karena Suku Bugis adalah salah satu suku di Nusantara yang menjunjung tinggi hak-hak
Perempuan. Sejak zaman dahulu, perempuan di suku Bugis sudah banyak yang
berkecimpung di bidang politik setempat. Jadi, banyak perempuan Bugis yang berani
tampil di muka umum, mereka aktif dalam semua bidang kehidupan, menjadi
pendamping pria dalam diskusi urusan publik, tak jarang pula mereka menduduki tahta
tertinggi di kerajaan. Misalnya Raja Lipukasi pada tahun 1814 dipimpin oleh seorang
perempuan. Sampai perang kemerdekaan pun, perempuan tetap berperan aktif dalam
medan laga. Namun di lain hal, pepatah Bugis mengatakan,”Wilayah perempuan adalah
sekitar rumah sedangkan ruang gerak laki-laki menjulang hingga ke langit”. Artinya, laki-
laki lah yang berkewajiban menafkahi keluarga dengan sekuat tenaga. Jadi kedudukan
kaum perempuan yang derajatnya hampir disamakan dengan derajat laki-laki dalam
sistem organisasi sosial, bukan berarti kaum perempuan wajib untuk mencari nafkah bagi
keluarganya melainkan seorang laki-laki lah yang wajib bekerja keras untuk menghidupi
keluarganya.

Kesenian yang dimiliki setiap daerah tentunya saling berbeda dengan yang lain. Begitu
pun masyarakat Suku Bugis yang memiliki kesenian yang tidak kalah menarik dengan
suku lainnya. Kesenian dari suku ini ada Seni Tari dan seni musik terlihat dari beberapa
alat musik yang dimiliki. Ulasan lengkapnya bisa disimak dibawah ini:

1. Seni Tari Suku Bugis

Suku Bugis memiliki kesenian yang menarik berupa tari-tarian. Tarian yang dibawakan
suku ini sangatlah indah dan mempesona serta memiliki beberapa nama. Nama tarian dari
suku bugis diantaranya :

a. Tari Paduppa Bosara

Tarian ini bermakna penyambutan tamu yang datang berkunjung. Hal ini sebagai bentuk
penghargaan dan rasa terima kasih kepada para tamu atas kedatangannya.

b. Tari Pakarena

Pakarena dalam bahasa setempat diartikan sebagai main. Awalnya hanya digunakan untuk
pertunjukan di istana kerajaan. Dalam perkembangannya tarian ini semakin dikenal.
Tarian ini mencerminkan sifat lemah lembut dan sopan santun seorang wanita.

c. Tari Ma’badong

Oleh masyarakat Suku Bugis digunakan pada saat upacara kematian. Para penari
memakai pakaian serba hitam atau terkadang bebas. Para penari saling mengaitkan jari
kelingking dengan membentuk lingkaran. Tarian ma’badong dilakukan dengan gerakan
langkah silih berganti yang diiringi lagu yang menggambarkan kehidupan manusia dari
lahir hingga mati.

d. Tarian Pa’gellu

Tarian ini digunakan untuk menyambut seseorang yang pulang dari berperang. Dibalik
tarian heroik yang satu ini, tersimpan peribahasa “jangan sampai kacang lupa kulitnya”.
Intinya, sudah seharusnya selalu mengingat jasa-jasa pahlawan kita.
e. Tarian Mabissu

Tarian ini mempertontonkan kesaktian para bissu di Sigeri Sulawesi Selatan. Jenis tarian
ini menunjukkan bagaimana kebalnya mereka terhadap senjata debusnya. Sehingga tarian
ini terkesan mistis namun estetis.

f. Tari Kipas

Sesuai namanya, para penari menari dengan menggunakan kipas dan diiringi lagu.
Keunikannya, meskipun gerakannya lemah lembut tapi dibalik itu irama yang dimainkan
bertempo cepat. sehingga para penari dibalik itu dengan iramanya yang cepat harus tetap
mempertahankan gerakannya lemah lembut.

1. Alat Musik Suku Bugis

Tak lengkap jika suatu masyarakat memiliki tarian tanpa alat musik. Begitu pun dengan
masyarakat Suku Bugis yang memiliki alat musik yang membantu melengkapi indahnya
tarian mereka. Adapun alat musik Suku Bugis diantaranya :

a. Gandrang Bulo.

Alat musik yang diambil dari nama gandrang dan bulo yang disatukan artinya menjadi
gendang dari bambu.

b. Kecapi.

Alat musik yang satu ini dimainkan dengan cara dipetik yang digunakan pada saat acara
hajatan, perkawinan, dll. Fungsinya untuk memperkaya gabungan suara alat musik lain.

c. Gendang.

Alat musik ini mirip rebana yang bentuknya bulat panjang dan bundar. Seperti gendang
lainnya, gendang milik masyarakat Suku Bugis ini juga menghasilkan suara yang khas
dan memberikan irama yang bagus.

d. Suling.
Suling terdiri atas 3 jenis, yaitu suling panjang (suling lampe), suling calabai (suling
ponco), dan suling dupa samping. Biasanya alat musik ini digunakan untuk menyambut
kedatangan para tamu.

1. Rumah Adat Suku Bugis dibangun tanpa menggunakan satupun paku dan
digantikan dengan kayu atau besi. Jenis dari rumah ini memiliki 2 jenis untuk status
sosial yang berbeda. Rumah saoraja digunakan untuk kaum bangsawan, sedangkan bola
digunakan untuk rakyat biasa. Perbedaannya hanya pada luas kedua rumah dan besaran
tiang penyangganya.

Rumah ini juga terdiri atas 3 bagian. Awa bola adalah kolong (bagian bawah) untuk
menyimpan alat pertanian, alat berburu, dll. Badan rumah terdiri ruang tamu, ruang tidur,
tempat menyimpan benih, dll. Untuk bagian belakang difungsikan sebagai dapur atau
tempat tidur lansia dan anak gadis. Arsitektur rumah ini mendapat pengaruh dari Islam
karena rumah disana berorientasi menghadap kiblat dan banyak lukisan-lukisan
bernuansa islami. Tetapi Rumah seperti itu sudah jarang ditemui terkecuali didalam
perkampungan yang masih lekat sekali dengan tradisi sekarang pemukiman yang ada
sama layakya perumahan atau rumah-rumah modern, dikarenakan bahan pembuatan yang
tergolong murah.

2. Baju adat Masyarakat Suku Bugis dinamakan baju bodo (pendek). Awalnya baju
ini dibuat dengan lengan pendek tanpa memakai dalaman. Seiring perkembangan jaman
baju ini dibuat menutupi aurat karena pengaruh Islam.

Baju bodo ini dipadukan dengan dalaman yang warnanya sama namun lebih terang.
Selain itu, untuk bawahan berupa sarung sutera berwarna senada. Tetapi baju adat ini
hanya terlihat ketika ada carnval budaya atau pun pada acara pernikahan saja baru kita
dapat melihatnya.

3. Adat Istiadat Suku Bugis Adat istiadat yang sering dilakukan adalah menggelar
upacara adat mappadendang (pesta panen bagi adat Suku Bugis). Upacara ini selain
sebagai bentuk syukur atas keberhasilan dalam menanam padi juga memiliki nila magis.

Upacara ini juga disebut pensucian gabah. Maksudnya membersihkan dan mensucikan
dari batang dan daunnya yang kemudian langsung dijemur dibawah matahari. Upacara
dilakukan dengan menumbukkan alu ke lesung silih berganti yang dilakukan 6
perempuan dan 3 laki-laki dengan memakai baju bodo.

Para perempuan yang beraksi dalam bilik baruga dinamakan pakkindona, sedangkan para
pria dinamakan pakkambona. Para pria menari dan menabur bagian ujung lesung. Bilik
baruga yang digunakan berasal dari bambu, sedangkan pagar dibuat dari anyaman bambu
disebut walasoji.

Itulah kebudayaan yang dimiliki Suku Bugis hingga sekarang yang tidak hanya dilakukan
turun temurun. Lebih dari itu memiliki nilai magis dan memperkaya khasanah budaya
dengan nilai-nilai didalamnya untuk tetap menjaga kesatuan.

Dalam kebudayan suku bugis juga teradapat larangan dimana diatur Sistem norma dan
aturan adat pada Suku Bugis yang disebut Pangaderreng melahirkan budaya siri agar
tidak tertimpa rasa malu dan terhina akibat dari perbuatannya. Karena itu, dalam
mengasuh anak-anak, orang tua di Suku Bugis sangat menekankan perilaku atau
kebiasaan dalam bertutur kata atau berbuat yang disebut Pemmali. Istilah ini bermakna
larangan kepada seseorang untuk melakukan perbuatan atau perkataan. Masyarakat Bugis
meyakini bahwa pelanggaran terhadap pemmali akan mengakibatkan ganjaran atau
kutukan. Fungsi utama pemmali adalah sebagai pegangan untuk membentuk pribadi
luhur. Dalam hal ini pemmali memegang peranan sebagai media pendidikan budi pekerti.
Pemmali dalam masyarakat Bugis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemmali dalam
bentuk perkataan dan pemmali dalam bentuk perbuatan :

1. Pemmali Bentuk Perkataan Pemmali bentuk ini berupa kata-kata yang dilarang
atau pantang untuk diucapkan. Kata-kata yang pantang untuk diucapkan itu antara lain
balawo(Tikus),buaja (Buaya), guttu (guntur) Kata-kata tabu seperti di atas jika diucapkan
diyakini akan menghadirkan bencana atau kerugian. Misalnya, menyebut kata
balawo(tikus) dipercaya masyarakat akan mengakibatkan gagal panen karena serangan
hama tikus. Begitu pula menyebut kata buaja dapat mengakibatkan Sang Makhluk marah
sehingga akan meminta korban manusia.

2. Pemmali Bentuk Perbuatan atau Tindakan Pemmali bentuk perbuatan atau


tindakan merupakan tingkah laku yang dilarang untuk dilakukan guna menghindari
datangnya bahaya, karma, atau berkurangnya rezeki.
Beberapa contoh pemmali dan maknanya:

a) Riappemmalianggi anaâ daraE makkelong ri dapurennge narekko mannasui


yang artinya pantangan bagi seorang gadis menyanyi di dapur apabila sedang
memasak atau menyiapkan makanan. Masyarakat Bugis menjadikan pantangan
menyanyi pada saat sedang memasak bagi seorang gadis. Akibat yang dapat
ditimbulkan dari pelanggaran terhadap larangan ini adalah kemungkinan sang
gadis akan mendapatkan jodoh yang sudah tua. Secara logika, tidak ada
hubungan secara langsung antara menyanyi di dapur dengan jodoh seseorang.
Memasak merupakan aktivitas manusia, sedangkan jodoh merupakan faktor
nasib, takdir, dan kehendak Tuhan.Jika dimaknai lebih lanjut, pemmali di atas
sebenarnya memiliki hubungan erat dengan masalah kesehatan. Menyanyi di
dapur dapat mengakibatkan keluarnya ludah kemudian terpercik ke makanan.
Dengan demikian perilaku menyanyi pada saat memasak dapat mendatangkan
penyakit. Namun, ungkapan atau larangan yang bernilai bagi kesehatan ini tidak
dilakukan secara langsung, melainkan diungkapkan dalam bentuk pemmali.

b) Deq nawedding anaq daraE matinro lettu tengga esso nasabaq labewi dalleqna
yang artinya gadis tidak boleh tidur sampai tengah hari sebab rezeki akan berlalu.
Makna dari Pemmali ini, bangun tengah hari melambangkan sikap malas. Apabila
dilakukan oleh gadis, hal ini dianggap sangat tidak baik. Jika seseorang terlambat
bangun, maka pekerjaannya akan terbengkalai sehingga rezeki yang bisa
diperoleh lewat begitu saja. Terlambat bangun bagi gadis juga dihubungkan
dengan kemungkinan mendapatkan jodoh. Karena dianggap malas, lelaki
bujangan tidak akan memilih gadis seperti ini menjadi istri. Jodoh ini merupakan
salah satu rezeki yang melayang karena terlambat bangun. Masyarakat Bugis
menempatkan perempuan sebagai pemegang kunci dalam mengurus rumah
tangga. Perempuan memiliki jangkauan tugas yang luas, misalnya mengurus
kebutuhan suami dan anak.

c) Riappemmalianggi matinro esso taue ri sese denapa natabbawa ujuna taumate


engkae ri bali bolata yang artinya pantangan orang tidur siang jika jenazah yang
ada di tetangga kita belum diberangkatkan ke kuburan. Pemmali ini
menggambarkan betapa tingginya penghargaan masyarakat Bugis terhadap
sesamanya. Jika ada tetangga yang meninggal, masyarakat diharapkan ikut
mengurus. Masyarakat yang tidak dapat melayat jenazah karena memiliki
halangan dilarang untuk tidur sebelum jenazah dikuburkan. Mereka dilarang tidur
untuk menunjukkan perasaan berduka atau berempati dengan suasana duka yang
dialami keluarga orang yang meninggal.

d) Pemmali mattula bangi tauwe nasabaq macilakai yang artinya pantangan


bertopang dagu sebab akan sial. Bertopang dagu menunjukkan sikap seseorang
yang tidak melakukan sesuatu. Pekerjaannya hanya berpangku tangan. Perbuatan
ini mencerminkan sikap malas. Tidak ada hasil yang bisa didapatkan karena tidak
ada pekerjaan yang dilakukan. Orang yang demikian biasanya hidup menderita.
Pemmali lewu moppang ananaE nasabaq magatti mate indoqna yang artinya
pantangan bagi anak-anak berbaring tengkurap sebab ibunya akan cepat
meninggal. Pemmali ini berfungsi mendidik anak untuk menjadi orang
memegang teguh etika, memahami sopan santun, dan menjaga budaya. Anak
merupakan generasi yang harus dibina agar tumbuh sehingga ketika besar ia tidak
memalukan keluarga.

e) Pemmali kalloloe manrewi passampo nasabaq iyaro nasabaq ipancajiwi


passampo siri yang artinya larangan bagi remaja laki-laki menggunakan penutup
sebagai alat makan sebab ia akan dijadikan penutup malu. Laki-laki yang
menggunakan penutup benda tertentu (penutup rantangan, panci, dan lainnya)
sebagai alat makan akan menjadi penutup malu. Penutup malu maksudnya
menikahi gadis yang hamil di luar nikah akibat perbuatan orang lain. Meski pun
bukan dia yang menghamili, namun dia yang ditunjuk untuk mengawini atau
bertanggung jawab. Inti pemali ini adalah memanfaatkan sesuatu sesuai
fungsinya. Menggunakan penutup (penutup benda tertentu) sebagai alat makan
tidak sesuai dengan etika makan.

f) Pemmali saleiwi inanre iyarega uwae pella iya puraE ipatala nasabaq mabisai
nakenna abalaq yang artinya larangan meninggalkan makanan atau minuman
yang sudah dihidangkan karena biasa terkena bencana. Pemmali ini memuat
ajaran untuk tidak meninggalkan makanan atau minuman yang telah dihidangkan.
Meninggalkan makanan atau minuman yang sengaja dibuatkan tanpa
mencicipinya adalah pemborosan. Makanan atau minuman yang disiapkan itu
menjadi mubazir.
Pengobatan Tradisional yang ada pada suku bugis yaitu Pembollo berarti racikan obat
dari berbagai macam tanaman yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk
mengobati berbagai macam penyakit, khususnya pada anak balita. Racikan obat ini telah
diberi semacam mantra atau doa untuk mempercepat penyembuhan.

pembollo ini memiliki banyak jenis, tergantung sakit yang diderita si anak, namun
pembollo yang paling sering digunakan adalah daun paria, bawang merah, panini, kencur,
merica, kalongkong (kelapa yang masih kecil) dan ralle.

Kalau anak-anak demam mereka ada tahapan pembollo-nya, karena dikhawatirkan anak
tersebut menderita sarampa, penyakit yang paling ditakuti. Kalau dalam tiga hari si anak
belum sembuh, mereka gunakan konsep mappasibali. Mappasibali sendiri adalah
pengobatan dengan cara kombinasi antara obat tradisional dengan obat modern yang
umumnya diperoleh dari Pustu(puskesmas pembantu) yang bisa diartikan saling
melengkapi.

Hal menarik dari pembollo ini bahwa pengetahuan tentang jenis tanaman yang bisa
digunakan sebagai obat sebenarnya sudah diketahui luas masyarakat, hanya saja sebelum
digunakan harus diberi jampi-jampi atau bacaan doa dari dukun atau Sando Pea.

kearifan masyarakat terkait pemanfaatan tanaman-tanaman sekitar digunakan untuk


memperlancar Air Susu ibu (ASI) bagi ibu yang baru saja melahirkan. Sejumlah tanaman
yang lazim digunakan antara lain kulo atau sukun berbiji, pucuk daun labu, daun katuk
dan daun kelor. Cara konsumsinya adalah dengan cara dimasak, dicampur dengan jenis
sayuran lain. Berbagai informasi jenis makanan ini diperoleh dari orang tua dan telah
menjadi pengetahuan umum warga yang diwariskan secara turun temurun.

Selain makanan yang dianjurkan, terdapat juga beragam jenis makanan pantangan bagi
ibu hamil. Misalnya, pantangan makan jantung pisang. Alasannya, jangan sampai
anaknya nanti akan seperti jantung pisang, besar di awal, namun lama kelamaan menjadi
kecil.

Pantangan lain adalah selama masa nifas, atau sesaat setelah melahirkan, tak boleh
mengkonsumsi buah pepaya, yang muda ataupun matang. Alasannya, takut getah pepaya
akan mengganggu kondisi rahim si ibu.
B. kaitan sistem sosial dan budaya penulis (bugis) dengan : masa remaja, pernikahan,
kehamilan, persalinan, KB , dan nifas.

1. Masa remaja

Dalam masa remaja penulis sebagai remaja perempuan terdapat banyak sekali larangan
yang ada untuk menjaga diri, serta bisa hidup dengan mandiri guna mempersiapkan paska
menikah. Tidak hanya penulis tetapi keluarga penulis yang pada masa remaja yang
perempuan sangat ditanamkan agar tidak membuat malu keluarga atau yang bisa kami
sebut siri karna kami sangat menjujung tinggi martabat keluarga.

Pada keluarga penulis remaja perempuan biasanya sangat dimanjakan oleh orang tua.
Karna biasanya permpuan menjadi cerminan keluarga karna didikan yang didapat lebih
banyak dirumah berbeda dengan remaja laki-laki. Yang biasanya disiapkan untuk hal hal
lain.

Remaja perempuan biasanya lebih sedikit mendapatkan nasehat dari orang tua karna
masih dalam pengawasan penuh dari orang tua. Tapi biasanya orang tua sudah
menanamkan tradisi kami sebagai suku bugis yaitu berwira usaha/pedagang. Orang tua
menjadikan remaja perempuan layaknya seorang putri karna biasanya dalam suku dan
keluarga penulis seorang remaja perempuan semuanya ditentukan dengan uang jujuran
mereka ketika akan menikah atau biasa disebut uang panaik. Sebuah keluarga akan
dianggap memiliki martabat tinggi karna berhasil menjaga anak perempuan mereka. Dan
ketika ada seorang laki-laki yang datang melamar lelaki tersebut menerima segala
permintaan keluarga sang perempuan sebagai syarat tanpa terkecuali.

Sedangkan pada remaja laki-laki biasanya dalam keluarga penulis mendapat banyak
sekali nasehat-nasehat dari orang tua. Remaja laki-laki sangat dipersipakn untuk hal-hal
buruk jika kemungkinan itu terjadi, biasanya para remaja laki-laki akan dibuat sangat
mandiri dimana jika mereka ingin uang maka mereka harus kerja dengan usaha mereka
sendiri. Remaja laki-laki biasanya tidak terlalu membawa aib atau biasa disebut siri
keluarganya. Karna pada remaja laki-laki sangat menjaga nama baik dirinya sendiri.
2. Pernikahan

Pernikahan merupakan hal yang sakral dimana laki-laki dan perempuan saling terikat
oleh satu janji dalam membangun rumah tangga. Masyarakat Suku Bugis memandang
perkawinan sebagai hal yang sangat penting hingga membuat sebuah kriteria yang
dianggap sebagai perkawinan ideal.

Pembagian Perkawinan Suku Bugis. Sama halnya dengan masyarakat Suku Jawa yang
memandang bobot, bibit, bebet sebelum melangsungkan perkawinan. Tak ayal jika
masyarakat Suku ini juga memiliki kriteria tertentu dalam perkawinan diantara mereka.
Berikut pembagian perkawinan ideal menurut masyarakat Suku Bugis :

a) Assialang Marola

Dalam bahasa Makassar, istilah ini disebut Passialeng baji’na. Bentuk perkawinan ini
dikatakan sebagai bentuk ideal yang utama. Hal ini karena perkawinan oleh masyarakat
Suku Bugis yang dilaksanakan antara saudara sepupu sederajat ke satu baik dari pihak
ayah atau ibu.

b) Assialana Memang

Passialleana, begitulah masyarakat Suku Bugis menyebutnya. Seperti Assialang


marola, Perkawinan ini juga melibatkan saudara sepupu namun pada sederajat
kedua baik dari pihak ayah atau ibu.

c) Ripanddepe’ Mabelae

Perkawinan ideal yang satu ini biasanya antara saudara sepupu sederajat ketiga
baik dari pihak ayah atau ibu. Oleh masyarakat Bugis, biasanya dinamakan
nipakambani bellaya. Sebagai bentuk ideal yang terakhir, ternyata perkawinan ini
memiliki makna untuk merekatkan kembali kekerabatan yang agak jauh.

Perlu diketahui meskipun masyarakat Suku Bugis sedemikian rupa menciptakan konsep
perkawinan ideal, hal ini bukanlah suatu kewajiban untuk diikuti. Sehingga banyak pula
yang melaksanakan perkawinan tanpa mengacu konsep diatas.

Pernikahan ini dalam keluarga penulis tidak selalu sesama suku bugis. Jadi ketika
pernikahan tidak hanya menggunakan satu kebudayaan tetapi juga kebudayaan dari
mempelai lain seandainya berbeda suku dan hal ini bukan lah suatu masalah bagi
keluarga penulis.

Kegiatan Sebelum Perkawinan Seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya,


masyarakat Suku Bugis juga memiliki kegiatan sebelum melangsungkan perkawinan. Hal
ini disetiap kegiatannya tentu memiliki makna dan tujuan masing-masing. Berikut
kegiatan masyarakat Suku ini sebelum perkawinan :

a) Mappuce-puce

Kegiatan ini biasanya dinamakan peminangan. Seperti kebiasaan pada umumnya,


dimana keluarga dari pihak laki-laki mengadakan kunjungan ke rumah pihak
perempuan. Hal ini untuk mengenal lebih jauh mempelai perempuan dan
keluarganya

b) Massuro

Dimana pihak laki-laki yang datang ke rumah pihak perempuan membicarakan


lebih lanjut tentang waktu pernikahan kedua mempelai dan pemberian uang
panaik.

Perempuan dengan pendidikan tinggi tentunya jumlah uang panaiknya akan


berbeda dengan perempuan yang pendidikannya lebih rendah. Begitu juga dengan
gelar bangsawan yang dimiliki si mempelai perempuan. Uang panaik ini berbeda
dengan mahar.

Seperti pada penulis sampaikan pada masa remaja. Bahwa uang panaik ini
menjadi sebuah rahasia umum sebagai seberapa tinggi martabat kerluarga
tersebut.

Semakin meriah acara tersebut berarti menandakan keluarga kedua mempelai


tersebut berasan dari keluarga yang martabatnya tinggi. Orang orang pada suku
bugis sangat mempercayai hal itu karna hal tersebut dianggap menjadi aib jika
pada acara pernikahan ini terdapat banyak kesalahan.

Bahkan pada saat acara orang-orang pada suku bugis yaitu keluarga penulis
sering menggunakan dukun-dukun dalam setiap acara besar mereka. Karna
mereka percaya bahwa ada saja orang orang yang punya niatan merusak acara
tersebut guna menjatuhkan derajat dari kedua keluarga mempelai.
c) Maduppa

Disebut juga menyebar undangan pernikahan pada tamu yang akan diundang. Hal
mana menunjukkan orang yang hadir dipernikahan mereka. Disini kepala adat
juga mendapat kedudukan yang istimewa sebagai tamu undangan.

Hal seperti ini biasanya dilakukan didaerah kampung atau pedesaan yang masih
lekat. Dalam keluarga penulis hal seperti ini dilakukan untuk mengundang
keluarga/kerabat dekat maupun tamu tamu yang dianggap memilki derajat lebih
tinggi karna kebudayaan ini tidak bisa hilang.

Biasanya juga keluarga keluarga ikut memberika sumbangan kepada kelurga siapa yang
ingin menikah. Dahulu hal seperti ini bisa menggunakan beras, minyak goreng atau hal-
hal pokok lainya. Tetapi semakin modernnya zaman hal seperti ini dipermudah dengan
menyumbangkan uang saja untuk membantu keluarga

1. Kehamilan

Kehamilan murapakan hal yang sangat dinanti pada semua keluarga apa lagi pada
keluarga baru. Tidak jauh juga dalam kelurga penulis kehamilan sangat ditunggun pasca
pernikahan. Kehamilan sangat tidak diinginkan jika kehamilan tersebut terjadi diluar
pernikahan ini merupakan suatu aib keluarga apa lagi bagi perempuan, ini merupakan siri
bagi keluarga

Pada kehamilan apa lagi pada kehamilan pertama orang tua sangat berperan penting bagi
calon ibu akan banyak larangan atau yang biasa disebut pamali dalam keluarga penulis.
Ibu hamil dalam adat Bugis pada suatu kondisi menunjukan kebenaran dan ketepatan.
Entah karena sugesti atau karena dihubung-hubungkan, berikut adalah beberapa mitos
yang dilarang dilakukan saat sedang hamil :

a) Dilarang memakan buah nenas dan tape, buah Nanas tidak boleh
dikonsumsi selama kehamilan karena nanas dapat menyebabkan terjadinya
kontraksi sebelum waktunya. Hal ini terjadi akibat dari enzim bromelain yang
terkandung dalam dalam nanas yang dapat menyebabkan lemahnya leher Rahim,
sehingga bisa mengakibatkan Rahim kontraksi.

b) alon Ibu dilarang tidur bertolak belakang (bersilang) dengan suami


karena dikhawatirkan pada waktu melahirkan posisi anak tidak pada tempatnya
atau terbalik.

c) Calon Ibu dilarang mandi di waktu senja hari atau sebelum atau buang air
kecil dimuka gubang, karena dikhawatirkan akan mengalami kembar air. Artinya,
sebelum bayi lahir, keluar lebih dahulu air yang dapat menyulitkan kelahiran
bayi.

d) Calon Ibu dilarang tidur diatas lantai bambu tanpa alas karena
dikhawatirkan nanti ada orang jahat yang menusuk dari kolom rumah.

e) Calon Ibu dilarang keluar pada waktu gerimis di kala senja karena
dikhawatirkan anaknya menjadi keturunan setan.

f) Calon Ibu dilarang duduk dengan keadaan kaki merangkak sebab


dikhawatirkan kelak kakinya besar dan tidak seimbang dengan bentuk tubuhnya
sehingga menyulitkan kelahiran bayinya.

g) Calon Ibu dilarang duduk di atas penutup lesung sebab karena


dikhawatirkan menyulitkan kelahiran bayinya.

h) Calon Ibu dilarang keluar rumah di senja hari karena dikhawatirkan roh
halus akan mengikutinya sehingga dapat menimbulkan gangguan pada waktu
melahirkan bayi.

i) Calon Ibu dilarang menggunting kertas atau kain karena dikhawatirkan


bayinya akan lahir dengan cacat sumbing.

j) Calon Ibu dilarang makan makanan yang pedas sebab dikhawatirkan


bayinya akan selalu menangis

k) Calon ibu juga biasanya dibekali oleh lidi atau pun tusuk yang terbuat
dari bambu. Hal ini dipercaya untuk mencegah calon ibu tersebut diserang dari
roh-roh jahat yang bisa menggangu calon ibu
Pada keluarga penulis juga banyak sekali upacara upacara adat yang ada pada ibu yang
sedang hamil contohnya seperti :

a) Makkatenni sanro ( menghubungi dukun). Upacara penyampaian kepada


dukun yang telah dipilih berdasarkan musyawarah kedua keluarga atau nasehat
dari masyarakat dan orang tua. Jika pemilihan dukun disetujui maka dukun
tersebut akan diberikan kepercayaan untuk merawat ibu dan anaknya nanti.

b) Mappanre to-mangideng (menyuapi ibu hamil). Adalah upacara yang


dilakukan pada masa bulan pertama kehamilan. Atau dalam suku bugis biasa
sebut mangideng atau ngidam. Biasanya dilalui dengan banyak acara. Lalu
diberikan pantangan makanan dan perbuatan yang dimana bukan hanya calon ibu
yang menaatinya tetapi calon ayah juga harus menaatinya

c) Lalu seperti biasanya hamper seluruh masyarakat dan suku untuk tujuh
bulanan selalu ada acara dengan berbagai macam perbedaan biasanya pada suku
atau keluarga penulis dengan acara iring-iringan kepada calon ibu dan juga calon
ayah dengan dibcaan doá-doá kepada calon ibu dan juga calon ayah

1. Persalinan

Pada keluarga penulis pada proses persalinan hampir sama pada suku suku lain tetapi jika
mengacu pada adat istiadat yang ada makan dalam persalinan biasanya sang calon ibu
bersama dengan dukun yang tunjuk oleh kedua keluarag yang biasa disebut makkatenni
sanro

Sanro atau dukun ini lah yang akan mengurusi semuanya dalam persalinan tetapi biasa
yang melakukan hal seperti ini biasa ketika keduanya bersama sama dari suku bugis.

Jika dalam hal ini kedua mempelai berbeda suku maka mayortias menggunakan bidan
umum biasanya atau jika dari keluarga yang sangat mampu atau berlebih sama halnya
dengan masyarakat modern zaman sekarang yang menggunakan dokter kandungan untuk
menjadi orang yg dipercaya dalam persalinan

Pada keluarga penulis biasanya sang calon ibu pra persalinan atau dalam masa bukaan
keluarga penulis selalu menganjurkan untuk makan bagi sang calon ibu jika persalinan
dibantu oleh bidan. Sedangkan jika dibantu oleh sanro bisanya keluarga tidak banyak ikut
campur didalam karna sepenuhnya perawatan calon ibu dan bayi diserahkan sepenuhnya
kepada sanro tersebut.

Dan biasanya lebih banyak mengeluarkan biaya untul sanro dikarenakan sanro ini
mengurus calon ibu dan bayi dari awal layaknya seorang assisten sang calon ibu.
Sedangkan jika keluarga tersebut seadanya hanya menggunakan bidan umum biasa tidak
terlalu memakan biaya yang terlalu besar.

Dalam persalinan ini biasanya pada sanro banyak sekali yang disipakan seperti syarat-
syarat kelahiran agar dipermudah pada saat persalinan dan semua ini harus dipenuhi oleh
keluarga calon ibu agar tak terjadi apa-apa pada ibu dan juga calon bayi tersebut.

Paska persalinan bisanya pada keluarga penulis mengambil Ari-Ari dari yang keluar
bersama bayi tersebut untuk dikuburkan dihalam rumah disertai dengan diteringaninya
kuburan tadi dengan lampu yang terang.

Orang-orang tua pada suku bugis percaya bahwa Ari-ari tersebut merupakan kembaran
sang bayi yang melindungi pada saat masa dalam kandungan. Dan kenapa harus dikubur
lalu diberi penerangan. Hal ini dipercayain karna Ari-ari ini tersbut sangat digemari oleh
roh-roh halus. Oleh karna itu harus diberi penerangan guna menghindari hal-hal yang tak
diingikan tersebut.

2. Nifas

Dalam masa nifas ini adalah masa yang sangat rawan bagi para ibu. Terutama dalam
keluarga penulis biasanya pada masa ini terdapat berbagai macam larangan bagi ibu
paska melaharikan.

Pantangannnya adalah selama masa nifas, atau sesaat setelah melahirkan, tak boleh
mengkonsumsi buah pepaya, yang muda ataupun matang. Alasannya, takut getah pepaya
akan mengganggu kondisi rahim si ibu.

Orang tua ibu tersebut sangat berperan penting pada saat nifas ini karna pada keluarga
penulis sangat meyakini sekali masa nifas adalah masa yang rawan tersebut. Jika salah
dalam penangannya kemungkinan sang ibu tadi bisa terkena Kisata atau penyakit
penyakit yang bisa membahayakan bagi hidup sang ibu dan juga kelasungan Rahim ibu
tersebut. Bisa saja ibu tersebut mengalami kemandulan paska kelahiran peratama karna
pada masa nifas tidak yang memperhatikan sang ibu.
Keluarga penulis juga sangat percaya bahwa darah pada saat nifas itu lebih wangi dan
mengundang banyak sekali roh-roh jahat yang bisa mencelakaan sang ibu dan bayi
tersebut. Darah nifasanya ini harus dikubur dan bukan dibuang ketempat sampah. Orang-
orang tua pada penulis menyuruh seperti itu untuk sang ibu tidak mendapatakan ganggun
dari roh roh tersebut

3. KB

KB ini sendiri merupakan hal yg modern bagi keluarga penulis. Dalam keluarga sang
penulis tidak ada larang kepada para wanita dan pria menggunkan KB. Keluarga sang
penulis tidak percaya dengan pepatah "banyak anak banyak rezeki" karna berdasarkan
pengalaman yang didapat pada keluarga penulis lebih mudah dengan merencanakan
kehamilan seperti yang diinginkan tanpa mengurangi kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Bahkan orang-orang tua pada keluarga penulis sangat menganjurkan sekali menggunakan
KB karna KB ini juga membantu melindungi sang ibu dari bahaya dalam masa
kehamilan, karna keluarga penulis percaya kehamilan yang terlalu dekat bisa mengancam
keselamatan sang ibu. Melihat dari banyaknya pengalaman yang ada.

Oleh karna itu didalam keluarga penulis sangat dianjukan penggunaan KB bukan
melawan perintah Tuhan tapi ini dipercaya untuk keselamatan sang ibu.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Pada keluarga penulis sistem sosial dan budaya yang ada sangat mengacu pada suku
bugis disini sangat kental sekali bagaimana para remaja sangat memiliki perbedaan antara
laki-laki dan perempuan. Karna memang pada suku bugis kedua anak ini dianggap
memiliki porsi atau kedudukanya masing-masing.

Pada saat pernikahan bahkan kedua mempelai sangat sedikit bisa berdiskusi karna yang
mengatur adalah keluarga dari kedua belah pihak yang bersangkutan. Mulai dari
pengantaran jujuran sampai selesai semua diatur menggunakan adat yang ada dengan
proses yang Panjang. Dipercayai untuk menjadi pasangan suami istri sampai akhir zaman
nanti

Pada saat kehamiln yang dimana banyak sekali tradisi yang ada mulai dari usia
kandungan satu bulan sudah ada acara untuk sang calon ibu. Sampai ada acara tujuh
bulanan yang diacarakan secara ramai. Pada saat kehamilan ini juga banyak larangan bagi
calon ibu dan calon ayah yang biasa disebut Pamalli yang dipercaya semua itu
dileakukan untuk calon anak.

Dan pada keluarga sang penulis pada saat kelahiran mengakui hampir tidak pernah
menggunkan sanro atau dukun karna kebisaan modern sekarang jarang sekali ada sanro
kecuali di kampung-kampung tetapi sang penulis pernah melihat keluarga menggunakan
sanro pada saat berkunjung ke kampung halaman.

Nifas merupakan saat yang sangat rawan bagi ibu pasca persalinan tidak boleh ada
kesalahan penanganan pada masa nifas. Dalam keluarga penulis mempercayai jika terjadi
kesalahan pada saat ini dapat meningkatan resiko kemandulan pada sang ibu

Keluarga penulis juga sangat menganjurakan untuk menggunakan program KB guna


menyelamatkan sang ibu dari hal hal yang tak diinginkan. Bahkan keluarga sang penulis
juga tidak menganjurkan untuk memiliki banyak anak jika kemampuan ekonomi
dianggap tidak terlalu mencukupi, karna itu sangat dianjurkan penggunaan program KB
entah untuk ibu atau ayah.
B. Saran

Saran penulis adalah jangan pernah hapus kebudayaan yang hidup dimasyrakat jika itu
tidak menyalahi agama, peraturan , dan juga norma yang berlaku dimasyarakat

Bagi para pembaca diharapkan dapat memahami konsep konsep yang telar dipaparkan
walaupun jauh dari kesempurnaan.
Daftar pustaka

Nasikun (1992), Sistem Sosial Indonesia, Penerbit CV. Rajawali, Jakarta.

atang M. Amirin (1986), Pokok pokok Teori Sistem, Penrbit C.V. Rajawali, Jakarta.

Sritua Arif dan Adi Sasono (1981), Indonesia Ketergantungan dan keterbelakangan,
Lembaga Studi Pembangunan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_sosial_budaya_Indonesia/

http://www.gurupendidikan.com/sistem-sosial-budaya-indonesia/

https://yudistiraa21.wordpress.com/2013/05/06/ciri-khas-budaya-indonesia-
berkepribadian-pancasila/

http://artikel-az.com/pengertian-sosial-budaya/

https://yudhairfan.wordpress.com/2011/02/11/kebudayaan-bugis/

https://bugiskha.wordpress.com/2012/04/09/awal-mula-suku-bugis/comment-page-1/

http://rezkirasyak.blogspot.co.id/2012/04/sejarah-asal-mula-bugis-history-of.html

http://suhartoatto.blogspot.co.id/2013/08/asal-usul-suku-bugis.html

https://www.romadecade.org/suku-bugis/#!

https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4682

https://www.mongabay.co.id/2017/05/01/pembollo-dan-pejappi-metode-pengobatan-
tradisional-untuk-anak-di-komunitas-adat-kaluppini/

Anda mungkin juga menyukai