Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO VI : WANITA BUKAN UNTUK DITINDAS

Dosen Tutor :
Imelda Fitri, SST, M. Keb
Yusmaharani, SST, M. Kes

Disusun Oleh kelompok 1 :


Annisa Yuliantes NIM: 1915201001
Cici rahma dea NIM :1915201001
Cindi marina NIM :1915201001
Elvira NIM :1915201001
Ketrin mitra kaprila NIM :1915201001
Maya lestari NIM :1915201001
Nanda suryani NIM :1915201001
Novi Elvina sari NIM :1915201004

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2020
MODUL

SKENARIO VI: WANITA BUKAN UNTUK DITINDAS

Bidan Mala dikunjungi oleh seorang wanita yang mengalami KDRT dan suami
tidak menerima pemahaman tentang kesetaraan gender. Bidan berusaha
membangun kedekatan dengan klien, menggali informasi dari klien dengan
melakukan wawancara terhadap masalah yang sedang dialami.
STEP I

CLARIFY UNFAMILIAR TERMS

1. KDRT
2. Kesetaraan gender

Key Word

1. Konseling
2. Breaking Bad News
3. KDRT
4. Gender
STEP II

DEFINE THE PROBLEMS

1. Apa itu kesetaraan gender?


2. Jelaskan definisi gender?
3. Apa bentuk-bentuk ketidakadilan gender?
4. Apa itu KDRT?
5. Jelaskan peran bidan dalam ketidaksetaraan gender?
6. Apa dampak negatif dan positif kesetaraan gender?
7. Apa manfaat kesetaraan gender?
8. Apa prinsip-prinsip dan strategi utama untuk meningkatkan kesetaraan
gender?
9. Mengapa kesetaraan gender merupakan masalah yang serius?
10. Jelaskan bagaimana menciptakan hubungan baik dengan klien yang
mengalami ketidaksetaraan gender?
STEP III

BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS

1. Kesetaraan gender, yaitu semua orang dari segala umur dari jenis kelamin
harus memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil dalam hidup.
Kesetaraan gender ini merujuk pada hak dan tanggung jawab, kesempatan,
perlakuan dan penilaian bagi kaum laki-laki dan perempuan (ILO,2005)
2. Gender, yaitu sebuah variable social untuk menganalisa perbedaan antara
laki-laki dan perempuan (ILO,2005).
3. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender, yaitu:
a. Subordinasi
b. Stereotip gender
c. Beban ganda
d. Marginalisasi
e. Kekerasan
f. Adanya perlakuan kasar
4. KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), yaitu tindakan yang dilakukan
didalam rumah tangga baik oleh suami, istri maupun anak yang
berdampak buruk terhadap keutuhan fisik, psikis dan keharmonisan
hubungan sesuai dengan yang telah teramaktub dalam pasal 1 UU No. 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
5. Peran bidan dalam ketidakadilan gender, yaitu mengoptimalkan
peranannya agar perempuan dapat lebih berdaya atau mempunyai
kekuatan untuk mengambil keputusan untuk dirinya terutama terkait hak-
hak reproduksi, penguatan peran bidan dilakukan melalui pengetahuan dan
keterampilan yang baik mengenai situasi masyarakat sekitar (Fatimah
Handayani, 2017).
6. Dampak dari kesetaraan gender, yaitu:
a. Dampak positif
Biasanya para wanita akan memiliki lebih banyak bentuk akan
kebebasan untuk melakukan kegiatan sekolah hingga pada jenjang
yang dimana kemudian lebih tinggi, melakukan sebuah pengembangan
ide, kreatifitas hingga kemudian kepada bakat dan juga kemampuan
yang dimiliki.
b. Dampak negatif
Dengan adanya kesetaraan gender maka akan didapatkan beberapa
macam masalah yang dimana para wanita tersebut akan melakukan
penyalahgunaan terhadap sebuah bentuk arti dari pada emansipasi
wanita dan juga kesetaraan wanita itu sendiri. Kemudian akan sangat
banyak wanita yang dimana melakukan penyalah artian terhadap
sebuah bentuk dari emansipasi dan juga persamaan terhadap gender
yang dimana akan menyebabkan sebuah bentuk dari hubungan yang
terjadi antara suami dan istri menjadi sebuah hubungan yang dimana
tidaklah harmonis.
7. Manfaat gender, yaitu agar tiap orang memperoleh perlakuan yang sama
dan adil dalam masyarakat, tidak hanya dalam bidang politik, ditempat
kerja atau bidang yang terkait dengan kebijakan tertentu,
8. Prinsip dan strategi untuk meningkatkan kesetaraan gender, yaitu
membentuk kepemimpinan di tingkat atas bagi kesetaraan gender,
memperlakukan perempuan dan laki-laki secara adil, menjamin kesehatan
dan keselamatan serta kesejahteraan seluruh pekerja perempuan maupun
laki-laki, mendorong pendidikan dan pelatihan serta mengembangkan
profesi bagi perempuan, dan menjalankan pengembangan usaha yang
memberdaya perempuan.
9. Kesetaraan gender merupakan masalah yang seriua karena mempunnyai
pandangan bahwa hak lelaki disamakan dengan wanita pandangan/ posisi
dimasyarakat sama dengan lelaki, perempuan tidak di subordinasikan oleh
laki-laki dimasyarakat walaupun ada kasus dimana perempuan dianggap
penting di masyarakat.
10. Cara menjalin hubungan baik dengan klien yang mengalami
ketidaksetaraan gender, yaitu:
a. Pendekatan psikodinamika dalam psikologi klinis, merupakan
pendekatan psikoterapi yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. Phares
dan Trull (2001, dalam Ardani,dkk, 2007), menyatakan bahwa
pendekatan terapi psikodinamika memfokuskan pada motif-motif
ketidaksadaran dan konflik-konflik dalam mencari akar perilaku,
analisis masa lalu, dan membantu motif-motif yang tidak disadari
dalam diri seseorang menjadi disadari karena dengan menyadari motif-
motif dalam dirinya individu dapat melakukan pilihan.
b. Pendekatan behavioristik adalah perubahan tingkah laku setelah terjadi
proses belajar dalam diri siswa. Pelopor-pelopor pendekatan
behavioristik pada dasarnya berpegangan pada keyakinan bahwa
banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan
karena itu perilaku tersebut dapat diubah dengan belajar juga.
Pendekatan behavioristik ini berpangkal pada beberapa keyakinan
tentang martabat manusia, yang sebgaian bersifat falsafah dan sebagian
lagi bercorak psikologis.
c. Pendekatan humanistic adalah suatu pendekatan yang menekankan
pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan perhatian
pada keunikan dan aktualisasi diri manusia.

STEP IV

ARRANGE EXPLANATION INTO TENTATIVE SOLUTIO


(SCHEMATICALLY)

PERAN BIDAN

DEFINIS
I

BENTUK KETIDAKADILAN GENDER

GENDER KESETARAAN GENDER

KETIDAKSETARAAN GENDER

CARA MENCIPTAKAN HUBUNGAN BAIK DENGAN


KLIEN YANG MENGALAMI KETIDAKSETARAAN
GENDER.
STEP V

DEFINE LEARNING OBJECTIVES

Definisi Gender

Gender adalah perbedaan status dan peran antara perempuan dan laki-laki yang
dibentuk masyarakat sesuai dengan nilai budaya yang berlaku dalam periode
waktu tertentu (WHO,2011).

Gender adalah jenis kelamin social atau kondisi masyarakat untuk menentukan
peran social berdasarkan jenis kelamin (Suryadi dan Idris, 2004).

Menurut Kristeva dalam tong (2004:42) dijelaskan bahwa gender adalah suatu
konsep cultural yang merujuk pada karakteristik yang membedakan antara laki-
laki dan perempuan baik secara biologid, perilaku, mentalitas, dan social budaya.

Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender.

Bentuk ketidakadilan gender diuraikan oleh Fakih (2008), yaitu:

1) Marginalisasi
Marginalisasi berarti proses yang menyebabkan perempuan terpinggir
dalam segala hal. Ada beberapa jenis dan bentuk, tempat dan waktu, serta
mekanisme peminggiran kaum perempuan karena perbedaan gender antara
lain peminggiran dalam bidang ekonomi.
2) Subordinasi
Subordinasi dalam hal ini adalah penomorduaan pada salah satu jenis
kelamin, umumnya pada perempuan. Pandangan gender telah
menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Perempuan dianggap
sebagai bagian dari laki-laki, dan bukan sebagai satu kesatuan yang utuh.
Laki-laki adalah perempuan bagi perempuan sehingga perempuan harus
selalu tunduk pada kemauan laki-laki. Dengan demikian posisi perempuan
ada dibawah laki-laki atau tidak setara.
3) Stereotip
Stereotip adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok
tertentu, dalam hal ini perempuan dalam kerangka permasalahan gender,
stereotip sering menjadi sumber ketidakadilan gender dalam berbagai
bentuk. Banyak sekali stereotip yang terjadi di masyarakat yang dilekatkan
kepada umumnya kaum perempuan sehingga berakibat menyulitkan,
membatasi, memiskinkan dan merugikan kaum perempuan.
4) Beban kerja
Peran gender perempuan dalam anggapan masyarakat luas adalah
mengelola rumah tangga, sehingga banyak perempuan yang menanggung
beban kerja domestic lebih banyak dan lama disbanding kaum laki-laki.
5) Kekerasan
Kekerasan merupakan invasi atau serangan terhadap fisik maupun
integritas mental psikologis seseornag yang dilakukan terhadap jenis
kelamin tertentu, umumnya perempuan sebagai akbat dari perbedaan
gender. Pada dasarnya kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan
kekuatan yang ada dalam masyarakat. Umumnya kekerasan akibat bias
gender dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan, akibat kondisi fisik
perempuan yang lebih lemah terhadap laki-laki serta atribut-atribut yang
melemahkan perempuan. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini
disebut gender-related violence.

Peran Bidan

Mengoptimalkan perannya agar perempuan dapat lebih berdaya atau


mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan untuk dirinya terutama terkait
hal-hal reproduksi. Penguatan peran bidan di lakukan melalui pengetahuan dan
keterampilan yang baik mengenai situasi masyarakat sekitar (Fatimah Handayani,
2017).

Kesetaraan Gender

Laki-laki dan perempuan memiliki dan mendapatkan penghargaan yang


setara sebagai manusia di dalam berbagai aspek kehidupan dan sama-sama
mendapatkan akses, mampu berpartisipasi dan memiliki control serta
mendapatkan manfaat dari intervensi pembangunan.

Indicator kesetaraan gender, yaitu:

1. Indicator tingkat dampak, yaitu indicator yang bersifat makro yang


biasanya mengacu pasa indicator yang disepakati secara nasional,
misalnya:
a. Indeks pembangunan gender (gender development indekx-GDI)
merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan
manusia untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara
laki-laki dan perempuan. Variabel GDI: angka harapan hidup,
pendidikan, pendapatan.
b. Indeks pemberdayaan gender (gender empowerment Mmeasures-
GEM) merupakan indeks yang mengatur peran aktif perempuan dan
kehidupan ekonomi dan politik. Variabel GEM: partisipasi perempuan
dalam politik, partisipasi dalam bidang ekonomi, partisipasi dalam
pengambilan keputusan serta penguasaan sumberdaya ekonomi.
c. Tujuan pembangunan millennium development goals (MDGs),
terutama terkait dengan tujuan tiga, yakni mendorong kesetaraaan
gender dan pemberdayaan perempuan.
2. Indicator pada tingkat hasil/outcome, yakni indicator yang merupakan
hasil langsung dari pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi/SKPD
dalam jangka waktu satu sampai lima tahun. Contohnya: Data/indeks yang
menjelaskan hasil suatu layanan, misalnya:
a. Populasi laki-laki dan perempuan yang mendapatkan pelayanan yang
berkualitas
b. Jumlah rumah tangga miskin yang mendapat pelayanan air bersih
c. Jumlah pekerja laki-laki dan perempuan mendapatkan jaminan social
tenaga kerja.
d. Perempuan korban kekerasan yang mendapatkan pelayanan terpadu.
3. Indicator pada tingkat output, yakni indicator yang merupakan hasil
langsung dari suatu kegiatan, misalnya:
a. Rasio laki-laki dan perempuan yang mendapatkan pelatihan agribisnis
b. Perempuan yang terlibat dalam musrembang.
4. Indicator spesifik gender, yakni indicator yang secara khusus terkait
dengan satu jenis kelamin saja, misalnya:
a. Angka kekerasan terhadap perempuan
b. Jumlah kasus trafficking di kalangan perempuan.

Ketidak Adilan Gender

Menurut Nurhaeni (2009), ketidak adilan gender adalah perlakuan


diskriminatif/berbeda yang diterima perempuan atau laki-laki. Perlakuan ini
diberikan bukan berdasarkan atas kompetensi, asprasi dan keinginannya sehingga
merugikan satu jenis kelamin.

Ketidak setaraan gender adalah ketidakadilan bagi perempuan atau pun laki-laki
berdasarkan system dan struktur yang ada. Manifestasi yaitu marjinalisasi,
subordinasi, stereotip, kekerasan dan beban kerja (Fakih, 2008).
Cara Menciptakan Hubungan Baik Dengan Klien Yang Mengalami
Ketidaksetaraan Gender.

Dengan melakukan konseling yang terdiri atas 3 pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan psikodinamik, konsep konseling psikodinamik mengajarkan


konselor untuk memahami tentang berfungsi and pola-pola keluarga yang
menyebabkan isu-isu peribadi yang tak terpecahkan di antara ayah, ibu dan
anak gadisnya. Pendekatan ini menunjukkan bahwa suatu kekuatan yang
ditempuh untuk memecahkan masalah keluarga sebagai suatu system
dengan tujuan mencapai perubahan struktur kepribadian orang tua.
Psikodinamika atau psikodinamik merupakan bagian dari pengalaman
masa kanak-kanak dalam hubungannya dengan ibu yang dapat menjadi hal
penting dalam pembentukan kepribadian dimasa dewasa. Menurut
Gladding dalam Kertamuda, ada tiga cara agar dapat mengatasi masalah
dalam keluarga, yaitu:
a. Mengembangkan dengan kuat koalisi orang tua
b. Mengartikan dan menjaga ikatan dari generasi ke generasi
c. Memberikan model positif terhadap peran dalam setiap hubungan.
2. Pendekatan behaviorisme, pendekatan ini adalah perubahan tingkah laku
setelah terjadi proses belajar dala diri siswa. Pelopor-pelopor pendekatan
behavioristik pada dasarnya berpegang pada keyakinan bahwa banyak
perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu
perilaku tersebut dapat diubah dengan belajar juga. Pendekatan
behavioristik ini berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat
manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak
psikologis
3. Pendekatan humanisme, pendekatan ini menekankan bahwa klien secara
individual dalam keanggotaan kelompok akan mencapai kepercayaan diri.
Dimana dia mengatakan, bahwa anggota-anggota keluarga dapat
mempercayai dirinya (Sofyan Willis, 2014).

Selain dengan konseling, terapi gender juga dapat dilakukan. Tujuan terapi
gender yaitu untuk kedua jenis kelamin pada umumnya untuk membantu masing-
masing klien menggunakan kekuatan dan potensinya, membuat pilihan yang tepat,
memperbaiki keterampilan yang buruk dan mengembangkan konsep diri yang
positif dan fleksibel. Disamping itu tujuan terapi yang berkaitan dengan peran
gender seringkali bisa melibatkan kedua pasangan (Sawwa, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Nelien Haspels dan Busakorn Suriyasarn. 2005. Meningkatkan Kesetaraan


Gender Dalam Aksi Penanggulangan Pekerja Anak Serta Perdagangan
Perempuan Dan Anak. Jakarta: Kantor Perubahan Internasional.

Anda mungkin juga menyukai