Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN


“TEORI DAN KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN”

DOSEN PEMBIMBING
ULVI MARIATI, S.Kp, M.Kes

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5
1. ADELA RESA PUTRI
2. DELSY NURRIZMA
3. RAHMI ANDRITA YUDA
4. RENA AFRI NINGSIH
5. WIWIE PUTRI ADILA

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN


PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “MODEL KONSEPTUAL ASUHAN
KEBIDANAN“ ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Kebidanan.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh kata sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan
semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, November 2019

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Teori dan Konsep ................................................................. 3
B. Konseptual Model Kebidanan ................................................................ 3
C. Kegunaan Model Kebidanan .................................................................. 7
D. Macam-macam Model Kebidanan ......................................................... 9
E. Teori-teori yang Mempengaruhi Model Kebidanan ............................. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 29
B. Saran ..................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah kebidanan berjalan panjang mengikuti perkembangan ilmu dan

pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam teori kebidanan

mengadopsi dari beberapa model lainnya berdasarkan teori-teori yang sudah ada

sehingga tercipta sebuah model kebidanan sesuai dengan filosofi kebutuhan baik

dari segi bidan sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai fokus

pelayanan asuhan kebidanan. Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu

partnership dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan

akan memberikan sumbangan yang berarti dalam menurunkan angka kematian ibu

dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya preventif dan promotif.

Model dalam teori kebidanan Indonesia mengadopsi dari beberapa model

negara dengan berdasarkan dari beberapa teori yang sudah ada disamping dari

teori dan model yang bersumber dari masyarakat.

Model kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam

memberikan pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu

hubungan saling percaya dalam pelaksanaan asisten kebidanan. Dengan ini

diharapkan profesi kebidanan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam

upaya menurunkan angka kesakitan, trauma persalinan, kematian, dan kejadian

seksio sesaria pada persalinan (Marmi & Margianti, 2014).

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Teori dan Konsep?

2. Apa pengertian dari Konseptual Model Kebidanan?

3. Apa Kegunaan Model Kebidanan?

4. Apa saja yang termasuk dalam Macam Model Kedidanan?

5. Teori-teori apa saja yang Mempengaruhi Model Kebidanan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Teori dan Konsep

2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Konseptual Model Kebidanan

3. Untuk mengetahui Kegunaan Model Kebidanan

4. Untuk mengetahui Macam-macam Model Kedidanan

5. Untuk mengetahui Teori-teori yang Mempengaruhi Model Kebidanan


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Teori dan Konsep

Teori atau Theory sejatinya adalah penjelasan dari suatu kejadian dan

fenomena. Proses penjelasan ini memerlukan pemikiran yang dalam dalam hal ini

membutuhkan pengetahuan (Dickoff dan James dalam Estiwidani, dkk, 2008).

Beberapa pengertian tentang teori dan konsep menurut Simpson dan Weiner

dalam Estiwidani, dkk, 2008 adalah sebagai berikut:

1. Konsep adalah ide yang direncanakan dalam pikiran kemudian dituangkan

dalam sebuah karya nyata.

2. Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau

objek yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial

yang menarik perhatiannya.

Fungsi konsep adalah sebagai alat untuk mengidentifikasi fenomena yang

diobservasinya, sedangkan teori adalah jalur logika atau penalaran yang

digunakan oleh peneliti untuk menerangkannya (Estiwidani, Meilani, Widyasih,

& Widyastuti, 2008)

B. Konseptual Model Kebidanan

Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang menjadi

dasar suatu disiplin ilmu. Konseptual model berkembang dari wawasan intuitif

keilmuan kemudian disimpulkan dalam kerangka acuan ilmu sehingga konseptual

model dapat memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin ilmu

3
4

dan kemudian diterapkan sesuai dengan bidang ilmu masing-masing (Estiwidani,

Meilani, Widyasih, & Widyastuti, 2008).

Kebidanan merupakan, yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu

(multidisiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu

kedokteran, ilmu kebidanan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu

kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan

kepada ibu dalam masa prakonsepsi, konsepsi, masa hamil, ibu bersalin,

postpartum, dan bayi baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi pendeteksian

keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling, dan pendidikan

terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Model kebidanan suatu bentuk

pedoman atau acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan (Marmi & Margianti, 2014).

Menurut International Confederation of Midwives (ICM) pada tahun 2014,

model dalam pelayanan kebidanan yang berkesinambungan memberikan manfaat

kepada ibu dan bayi dengan pengurangan dalam memberikan anestesi epidural,

meminimalkan intervensi episiotomy dalam menolong persalinan, minimal

intervensi lainnya dalam menolong persalinan, meningkatkan angka kelahiran

pervaginam, dan angka menyusui.

Model Kebidanan mempunyai 5 komponen (Marmi & Margianti, 2014) :

1. Memonitor kesejahteraan ibu baik fisik, psikologi maupun sosial

dalam siklus kehamilan dan persalinan.

2. Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan, konseling,

asuhan prenatal, dalam proses persalinan dan bantuan masa

postpartum
5

3. Intervensi teknologi seminimalmungkin

4. Mengidentifikasi dan memberikan bantuan obstetrik yang dibutuhkan

5. Melakukan rujukan

Model of care the midwifery patnership didasarkan pada prinsip midwifery

care berikut ini:

1. Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran,

jiwa, fisik,dan lingkungan kultursosial.

2. Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita yg bersalin dapat ditolong

tanpa adanya intevensi.

3. Mendukung dan meningkatkan proses persalinanalami.

4. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dengan seni dan

ilmupengetahuan.

5. Relationship-based dan kesinambungan dalammotherhood.

6. Woman centered dan bertukar pikiran antara wanita.

7. Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab untuk suatu

pengambilan suatu keputusan.

8. Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik individu

Menurut UU No 4 tahun 2019 dalam menyelenggarakan praktik kebidanan,

bidan bertugas memberikan pelayanan meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu

2. Pelayanan kesehatan anak

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

4. Pelaksanaan tugas berdasarkan wewenang dan/ atau

5. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatsan tertentu. Commented [A1]: Apakah ngak pa2? Kalo ini dimasukkan wei?
6

Konseptual model kebidanan adalah tolak ukur bagi bidan dalam memberi

asuhan kebidanan (Marmi & Margianti, 2014). ICM mempromosikan model

pelayanan kebidanan didasarkan pada menghormati martabat manusia, kasih

sayang dan promosi pada hak asasi manusia untuk semua. ICM percaya bahwa

bidan memberikan pelayanan kebidanan berdarkan filosofi bidan, yang mana

berpengaruh pada model kebidanan (ICM, 2014). Model pelayanan kebidanan

tidak membedakan manusia berdasarkan status sosial bahwa setiap manusia

memiliki hak asasi manusia yang dalam memperoleh pelayanan kebidanan.

Filosofi dari pelayanan kebidanan menurut (ICM, 2014) :

1. Kehamilan dan persalinan umunya meruupakan proses fisilogis

2. Kehamilan dan persalinan merupakan pengalaman yang mendalam

dan bermakna bagi ibu, keluarga, dan masyarakat.

3. Bidan adalah penyedia pelayananan dalam mendampingi dan

menolong persalinan ibu.

4. Bidan mempromosikan, melindungi dan mendukung hak-hak wanita

dalam kesehatan repoduksi dan menghormati keberagaman etnis dan

budaya. Hal ini didasarkan pada prinsip keadilan dan menghormati

hak asasi manusia.

5. Pelayanan kebidanan bersifat berkesinambungan, hotolistik, dan

alami. Ini berdasarkan pemahaman tentang pengalaman social,

emosional, budaya, spiritual, psikolgis, dan fisik wanita.

6. Pelayanan kebidanan meningkatkan agar wanita berdaya dalam

melindungi kesehatannya sehingga dapat membangun rasa percaya

diri wnaita dalam menghadapi persalinan.


7

7. Pelayanan kebidanan merupakan hubungan kerja sama wanita (ibu)

dan bidan, agar wanita tersebut dapat mandiri dalam menentukan

nasibnya.

8. Etik bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan menyampaikan

informasi dan mendampingi wanita secara formal dan edukasi

berkelanjutan berdasarkan evidence based.

C. Kegunaan Model Kebidanan

Kegunaan model kebidanan yaitu:

1. Menyatukan data secara lengkap

a. Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan

pimpinan

b. Dalam pendidikan untuk mengorganisasikan program belajar

c. Untuk komunikasi bidan dengan klien

2. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan, dan

kebutuhan untuk:

a. Mengembangkan profesi

b. Mendidik siswi bidan

c. Komunikasi dengan klien dan pimpinan (Marmi & Margianti,

2014).

Kegunaan model pelayanan kebidanan menurut (ICM, 2014) :

a. Bidan mempromosikan dan melindungi kesehatan wanita dan bayi

baru lahir
8

b. Bidan menghormati dan memiliki keyakinan pada wanita dalam

kemampuannya dalam melahirkan

c. Bidan mempromosikan persalinan non-intervention dalam

persalinan normal

d. Bidan menyediakan informasi yang sesuai dan saran dengan cara

itu meningkatkan partisipasi wanita dalam mengambil keputusan

e. Bidan menghormati dan fleksibel dalam memberikan pelayanan

kebidanan yang mencakup kebutuhan wanita, bayinya, keluarga

dan masyarakat

f. Bidan berdayakan wanita untuk bertanggung jawab dalam

kesehatannya dan kelularganya

g. Bidan berpraktek bekerja sama dan berkonsultasi dengan profesi

lain untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan wanita ,

bayinya, keluarga dan masyarakat.

h. Bidan mempertahannkan kompetensinya dan berpraktek

berdasarkan evidence based

i. Bidan menggunakan tekhnologi yang tepat dan merujuk pada

waktu yang tepat

j. Bidan secara individu maupun kolektif bertanggung jawab untuk

mengembangkan pelayanan kebidanan, mendidik generasi baru

dari bidan dan konsep belajr sepanjang hayat.


9

D. Macam-macam Model Kebidanan

1. Model Medis (Medical Model)

Fondasi atau model dasar yang banyak digunakan dalam praktik

kebidanan. Model medis merupakan salah satu model yang yang telah

banyak dikembangkan untuk membantu manusia (masyarakat) dalam

memahami konsep ataupun proses sehat-sakit dalam arti kesehatan

(Salmiati, dkk, 2011). Didalamnya mengandung makna bahwa kesehatan

merupakan dasar penting dalam hidup seseorang, serta bagaimana

mencegah terjadinya penyakit dan cara mengatasinya. (Estiwidani, dkk,

2008). Tujuan dari model ini adalah sebagai kerangka kerja untuk

pemahaman dan tindakan (Salmiati, dkk, 2011).

Elemen dalam model medis :

a. Sebagai control alamiah (pengendalian cara hidup yang alami)

b. Pandangan mekanis bahwa model membawa manusia dan cara

pengontrolan manusia dan alat (mekanisme kehidupan manusia)

c. Pemahaman bahwa penyakit merupakan hal yang tidak terpisahkan dari

lingkungan fisik dan lingkungan sosial seseorang (Estiwidani, dkk,

2008).

Model medikal lebih banyak digunakan dalam bidang kedokteran dan

lebih berfokus pada proses penyakit dan mengobati ketidaksempurnaan

(Marmi & Margianti, 2014). Model ini juga biasanya digunakan dalam

penyembuhan atau terapi secara spesifik kepada seseorang baik masalah

fisik maupun psikologis. (Estiwidani, dkk, 2008). Yang tercakup dalam

model medikal adalah:


10

a. Berorientasi pada penyakit.

b. Meganggap bahwa akal atau pikiran dan badan terpisah.

c. Manusia menguasai alam.

d. Yang tidak biasa menjadi menarik.

e. Informasi yang terbatas pada klien.

f. Pasien berperan pasif.

g. Dokter yang menentukan.

h. Tingginya teknologi menaikkan prestise.

i. Prioritas kesehatan individu dari pada kesehatan komunitas.

j. Penyakit dan kesehatan adalah domain dokter.

k. Pemahaman manusia berdasarkan mekanik dan bioengineering.

Model medikal ini kurang cocok untuk praktik kebidanan karena terlalu

berorientasi pada penyakit dan tidak memberi kesempatan klien untuk

menentukan nasibnya sendiri. Walaupun demikian, kenyataannya masih

banyak yang terpengaruh pada model medikal ini (Marmi & Margianti,

2014).

2. Model Kesehatan Untuk Semua/KESUMA (Health For All/HFA)

Model KESUMA dikemukakan oleh WHO (World Health Organization)

secara perlahan juga diperuntukkan dalam pelayanan kebidanan yang

berfokus pada perawatan wanita, keluarga dan masyarakat. (Estiwidani,

dkk, 2008). Model ini juga berfokus pada sarana komunikasi dengan bidan-

bidan dari negara lain (Salmiati, dkk, 2011). Tema HFA:

a. Mengurangi ketidaksamaan kesehatan.

b. Perbaikan kesehatan melalui usaha promotif dan preventif.


11

c. Partisipasi masyarakat.

d. Kerja sama yang baik antara pemerintah dengan sektor lain yang

terkait.

e. Primary Health Care (PHC) adalah dasar pelayanan utama dari sistem

pelayanan kesehatan (Marmi & Margianti, 2014).

PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan pada praktik,

ilmu pengetahuan yang logis dan metode sosial yang tepat serta teknologi

universal yang dapat diperoleh individu dan keluarga dalam komunitas

melalui partisipasi dan merupakan nilai dalam masyarakat dan negara yang

mampu menjaga setiap langkah perkembangan berdasarkan kepercayaan

dan ketentuannya.

Delapan area untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC,

delapan area ini adalah:

a. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum dan metode pencegahan

dan pengontrolannya.

b. kesehatan tentang persediaan makanan dan nutrisi yang layak.

c. Persediaan air yang sehat dan sanitasi dasar yang adekuat.

d. Promosi Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana (KB).

e. Imunisasi.

f. Pencegahan dan pengawasan penyakit endemik.

g. Pengontrolan yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum.

h. Persediaan obat-obat essensial (Morley, dkk dalam Marmi &

Margianti, 2014).
12

Kesehatan ibu dan anak diidentifikasikan dalam model ini sebagai salah

satu area kunci untuk bertindak mecapai kesehatan bagi semua.

Tabel 1 Perbedaan pandangan model medis dan fakta alami tentang


kehamilan
Kehamilan Sebagai Kejadian Hidup
Model Medis
Normal
 Normal dalam tinjauan kembali  Normal dalam antisipasi
 Kasus yang tidak biasa sebagai
hal menarik  Masing-masing kehamilan adalah
 Pencegahan komplikasi fisik kejadian yang unik
 Membangun individu melalui
pengalaman melahirkan
 Keterlibatan dokter  Wanita dan keluarga
pengambilang keputusan terbesar
 Berbagi informasi
 Informasi dibatasi  Hasil : hidup, kesehatan ibu dan
 Hasil : hidup, kesehatan ibu dan bayi, serta kepuasan hubungan
bayi individu
Sumber : Salmiati, 2011

3. Model Sistem Maternitas di Komunitas yang Ideal University of Southeer

Queensland

a. Model kurikulum konseptual partnership dalam praktik kebidanan

berdasarkan pada model pelayanan kesehatan dasar.

b. Partnership kebidanan adalah sebuah filosofi prospektif dan suatu model

kepedulian (model of care) sebagai model filosofi prospektif berpendapat

bahwa wanita dan bidan dapat berbagi pengalaman dalam proses

persalinan.

c. Persalinan merupakan proses yang sangat normal.

d. Sebuah hubungan partnership menggambarkan dua orang yang

bekerjasama dan saling menguntungkan.

e. Bidan bekerja keras bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan

melainkan membantu wanita untuk mengambil keputusan sendiri.


13

f. Konsep “wanita” dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan

tersebut, keluarga, kelompok, dan budaya.

g. Konsep bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri,

mitranya atau keluarga, budaya atau sub kultur bidan tersebut, dan

wewenang profesional bidan.

h. Dengan membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa

mereka sendiri sebagai manusia ke dalam suatu hubungan partnership

yang mana akan mereka gunakan dalam teraupetik. Bidan harus

mempunyai self knowing, self nursing, dan merupakan jaringan pribadi

dan kolektif yang mendukung.

i. Sebagai model of care the midwifery partnership didasarkan pada prinsip

midwifery care berikut ini:

1) Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran,

jiwa, fisik, dan lingkungan kultur sosial (holism).

2) Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita yang bersalin dapat ditolong

tanpa adanya intervensi.

3) Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami tersebut.

4) Bidan menggunakan suatu pendekatan pemecahan masalah dengan

seni dan ilmu pengetahuan.

5) Relationship-based dan kesinambungan dalam motherhood.

6) Woman centered bertukar pikiran antara wanita.

7) Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab bersama untuk

pengambilan suatu keputusan, tetapi wanita mempunyai kontrol atas

keputusan terakhir mengenai keadaan diri dan bayinya.


14

8) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik individu dengan

persetujuan wanita bidan merujuk fasilitas pelayanan kesehatan yang

lebih berkualitas.

Hubungan antara wanita, bidan, dan dokter harus didasari oleh rasa

saling menghormati dan saling percaya, bidan boleh mempertanyakan

masalah medis atau perilndungan hukum untuk wanita untuk alasan apapun,

jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atas namanya sendiri. Persepsi

mahasiswa kebidanan ditentukan oleh bidan di bagian pelayanan untuk

mengantisipasi mahasiswa dalam menghadapi kasus yang ditemukan di

dalam tim, tetapi praktik mahasiswa akan dibatasi oleh bidan dan akan

mengajarkan beberapa pelayanan khusus kebidanan yang akan

meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa, peran perseptor

akan semakin berkurang dalam praktik dan hanya akan menjadi penasihat

dan pendukung (Marmi & Margianti, 2014).

Menurut BMC nursing model asuhan keperawatan dan kebidanan yang

efektif di komunitas adalah :

1. Pelayanan yang terpadu/terintegritas dan kolaboratif antara

pelayanan primer dan sekunder yang berdasarkan pada home

bassed

2. Asuhan kebidanan di masyarakat dibingkai dalam konteks

pencegahan (primer, sekunder dan tersier), perawatan transisi,

dan perawatan berbasis rumah.

3. Adjuncts to nursing and midwifery in the community


15

Terdapat suatu alat tambahan atau teknologi yang mendukung

dalam memberikan pelayanan kebidanan.

4. Model Of Care The Midwifery Partnership

5. Overarching Conseptual Model

Model ini didukung oleh prinsip-prinsip perawatan kesehatan

primer dan perawatan terpusat, didukung oleh filosofi integrasi

dan kolaborasi. Klien berbasis rumah (individu, keluarga atau

masyarakat) harus di pusat dan ada di lintasan dari konsepsi

sampai mati, dan lintasan lain dari kesehatan untuk penyakit

kronis yang bersifat mengobati dan rehabilitatif (Warrent & et,

2017)

4. Model Asuhan Home Based

Dasar asuhan kebidanan berdasarkan home based merupakan unsure

therapeutic yang terdiri dari sebuah kesadaran dan menjaga hubungan yang

dibangun atas dasar kepercayaan dan dibentuk untuk memfasilitasi asuhan

yang berkualitas. Tanggung jawab dan kejujuran merupakan hal yang harus

dibangun dalam hubungan antara bidan dan klien. Proses persalinan di

rumah (Home Birth) sejak lama telah menggunakan konsep “early

discharge” sebagai bagian dari Home Based Midwifery Care.

Asuhan kebidanan secara tradisional telah memiliki asuhan yang

berpusat pada wanita. Kontinuitas dari asuhan kebidanan dapat membentuk

waktu yang efektif dalam pemantauan selama kunjungan prenatal sehingga

dapat terjalin hubungan therapeutic secara personal antara bidan dan

keluarganya.
16

Asuhan yang berkelanjutan (continity of care) dapat membuat bidan dan

keluarga balajar satu sama lain untuk menentukan rencana dan memberikan

asuhan yang baik sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk klien. Dengan

proses ini akan terbuka komunikasi dan membangun komitmen dari bidan

dan keluarga dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan bersama.

Partisipasi secara alami dalam home based midwifery care dapat

memberikan kesempatan kepada calon orang tua untuk mempelajari cara-

cara mengasuh bayinya. Keterampilan ini komponen yang penting dalam

pendidikan prenatal karena bidan tidak selalu mendampingi ibu.

Hubungan therapeutic dan dukungan secara “team” yang ditetapkan

dalam home based midwifery care telah digunakan bertahun-tahun lalu.

Dengan pendekatan ini diharapkan klien bisa mandiri secara dini. Hal ini

yang telah menunjukkan hasil yang baik, dimana resiko yang terjadi pada

ibu bisa segera diketahui. Kemandirian dari klien atau komponen integral

dari home based midwifery care dan dapat diterapkan sebagai sebuah model

pada wanita yang memilih melahirkan di rumah sakit. (Marmi & Margianti,

2014)

5. Wowen-Centered dan model Wellness

Women center care merupakan model konseptual dalam asuhan

midwifery care dan asuhan ini berorientasi pada wanita. Dalam hal ini

bidan difokuskan untuk memberikan dukungan pada wanita dalam upaya

memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan

memutuskan perawatan kesehatannya sendiri (Kh Endah Widhi Astuti,

2016).
17

Dalam kebidanan, Women-Centered adalah konsep yang menyiratkan

sebagai berikut:

 kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa kehidupan normal

yang akan melanjutkan ke hasil tidak rumit;

 wanita membuat pilihan ketika faktual, informasi sudah tersedia;

 wanita mengambil tanggung jawab untuk kesehatan dan pendidikan

antenatal;

 perempuan memiliki kemudahan akses ke pelayanan kesehatan dan

tempat nersalin yang diinginkan

 lahir merupakan sesuatu yang normal, dan komplikasi dapat

diidentifikasi dan direncanakan untuk mengatasi komplikasi secara

efektif;

 bidan di didik dan diberikan pengalaman dalam memberikan

perawatan primer dan mendiagnosa komplikasi yang memerlukan

konsultasi dengan, atau rujukan ke, perawatan spesialis;

 pelayanan kebidanan spesialis mudah diakses pada tingkat sekunder,

bukan pada tingkat primer, sesuai dengan tingkat perawatan,

 perawatan rumah sakit spesialis diberikan kepada wanita yang paling

membutuhkan (Nursing, 2004).

E. Teori-teori yang Mempengaruhi Model Kebidanan

1. Teori Reva Rubin

Rubin adalah seorang perawat bidan di USA. Rubin mengembangkan

penelitian dan teori tentang kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin.
18

Penelitian dan pengamatan dilakukan lebih dari 20 tahun dengan lebih dari 6000

responden.

Tujuan Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana seorang wanita mencapai

peran menjadi seorang ibu beserta intervensi-intervensi yang memungkinkan

menimbulkan efek negatif.

Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para mahasiswa. Data dikumpulkan

melalui wawancara langsung dan melalui telepon. Subjek penelitian didapatkan di

klinik antenal dan postnatal. Data-data yang berkaitan dengan masalah-masalah

yang timbul dalam pencapaian peran menjadi ibu diberikan kode kemudian

dianalisis.

Rubin menyimpulkan usaha-usaha yang dilakukan wanita selama hamil

bertujuan untuk:

a. Memastikan keselamatan, kesejahteraan diri dan bayinya

b. Memastikan penerimaan masyarakat

c. Penentuan gambaran dan identitas diri

d. Mengerti tentang arti memberi dan menerima.

Tujuan perawatan selama kehamilan dan setelah persalinan di jelaskan lebih

lanjut oleh Josten sebagai berikut:

a. Memastikan kesehatan dan keselamatan secara fisik diri danbayinya

b. Penerimaan masyarakat terutama orang-orang yang sangat berarti bagi

keduanya.

c. Kedekatan dengan bayi

d. Pemahaman tentang banyak hal bagaimana menjadi ibu.


19

Tiga aspek identitas peran ibu :

a. Ideal image, didalamnya menyangkut hal-hal, kegiatan yang berkaitan

dengan bagaimana seharusnya menjadi seorang ibu.

b. Gambaran diri (Self image) digunakan oleh wanita untuk

menggambarkan tentang keadaan dirinya. Hal ini terjadi ketika

seorang ibu melihat dirinya terkait dengan peran ibu yang akan

dilakukan (“siapakah aku”). Gambaran diri seorang wanita adalah

bagaimana wanita tersebut memandang dirinya sebagai bagian dari

pengalamandirinya.

c. Gambaran tubuh (Body image) berhubungan dengan perubahan fisik

dan perubahan-perubahan spesifik lainnya yang terjadi selama

kehamilan dan masa setelahmelahirkan.

Tahapan psikososial seorang calon ibu :

a. Anticipatory stage

Pada tahap ini memerlukan latihan peran dan memerlukan interaksi

dengan anak yang lain

b. Honeymoon stage

Pada tahap ini ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasarnya, pada

tahap ini memerlukan bantuan anggota keluarga yang lain.

c. Plateu stage

Pada tahap ini ibu akan mecoba sepenuhnya apakah ia telah mampu

menjadi ibu, tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu dan ibu

akan melanjutkan sendiri.

d. Disengagement
20

Tahap ini merupakan tahap penyelesaian (Salmiati, 2011).

Menurut Rubin identitas ibu dicapai melalui proses Taking In, Taking On,

Dan Letting Go (Estiwidani, dkk, 2008). Rubin melihat beberapa tahap aktivitas

penting sebelum menjadi seornag ibu :

a. Takin on, pada tahap ini wanita meniru dan melakukan peran ibu

b. Takin in, wanita tidak hanya meniru sudah mulai membayangkan peran

yang telah dilakukannya pada tahap sebleumnya

c. Taking hold, tahapan ini terjadi pada hari ke-2 sampai hari ke-4

postpartum. Ibu meningkatkan tanggung jawabnya dalam merawat

bayinya serta memperhatikan pengontrolan fungsi tubuhnya

d. Letting go, ibu mengambil tanggung jawab penuh dalam merawat

bayinya sehingga berkurnag nya hak ibu terhadap dirinya sendiri.

e. Depresi postpartum, umumnya dimulai pada hari ke-3 postpartum dan

dapat diatasi 1-2 minggu kemudian (Salmiati, dkk. 2011).

Ada 5 langkah yang melekat dalam pencapaian gambaran wanita terhadap

dirinya, yaitu:

a. Mimicry (meniru)

b. Role play (bermain peran)

c. Fantasy (membayangkan peran)

d. Introjection-projection-rejection (wanita membedakan model-model

yang sesuai dengan pendapatnya)

e. Griefwork.

Taking on didalamnya adalah kegiatan mimicry (meniru) dan role play

(bermain peran). Taking in meliputi kegiatan berfantasi sehingga pada


21

fase ini ibu tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan

peran pada tahap sebelumnya. Introjection-projection-rejection

merupakan tahap membedakan model-model yang sesuai dengan

pendapatnya. Letting Go merupakan tahap mengingat kembali proses

dan aktivitas yang sudah dilakukannya. Pengalaman baik interpersonal

maupun situasional yang berhubungan dengan masa lalu dirinya yang

menyenangkan maupun tidak, serta harapan untuk masa yang akan

datang. Commented [A2]: Sumber nya belum ada wei

Pada penelitian yang dilakukan oleh Martha Rider Sleutel tahun 2003, hasil

penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh petugas

kesehatan selama periode intrapartum dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu

dalam menghadapi persaalinannya. Dukungan-dukungan tersebut dapat

mengurangi kecemasan dan ketakutan yang dirasakan oleh ibu dan merupakan

sebuah strategi agar ibu percaya diri dan meninkmati pengalaman persalinannya

hal ini selaras dengan Teori Rubin (Sleutel, 2003). Commented [A3]: Aku rasa ini nggak pa2 dimasukkan

2. Teori Ramona T Mercer

Mercer banyak menfokuskan teorinya pada pengembangan teori dengan

menerapkan hasil penelitian dalam asuhan terhadap ibu. Dalam teori nya Mercer

lebih menekankan pada stres antepartum dalam pencapaian peran ibu. Orang

menilai teori Mercer ini berorientasi ke arah praktik. Mercer memperhatikan

wanita pada waktu melahirkan. Ia mengidentifikasi seorang wanita pada hari awal

postpartum, menunjukan bahwa wanita lebih mendekatkan diri pada bayi daripada

melakukan tugasnya sebagai seorang ibu. Ada dua pokok pembahasan dalam teori

Mercer:
22

a. Efek stres antepartum. Dalam penelitiannya Mercer menemukan enam

hubungan interpersonal, peran keluarga, stres antepartum, dukungan

sosial, rasa percaya diri, penguasaan rasa takut, keraguan dan depresi.

Mercer memberi tiga model yang berhubungan antara variabel secara

independen, dan dependen dengan status kesehatan, yaitu peran

individu, peran timbal balik, dan peran keluarga.

Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang

membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang diri

sendiri. Diungkapkan oleh Mercer bahwa 1-2 juta ibu di Amerika gagal

memerankan peran ini, terbukti dengan tingginya jumlah anak yang

mendapat perlakuan kejam. Mercer melihat, menjadi seorang ibu tidak

hanya pribadi wanita yang menjadi ibu dalam melaksanakan peran ibu.

Peran dan partisipasi suami/pasangan sangat penting untuk meyakinkan

dan memberikan penghargaan terhadap peran baruini.

b. Pencapaian peran ibu. Peran ibu dicapai dalam kurun waktu tertentu

ketika ibu menjadi dekat dengan bayinya yang membutuhkan

pendekatan kompeten termasuk peran dalam mengekspresikan

kepuasan dan penghargaan peran. Peran aktif wanita sebagai ibu dan

pasangan nya berinteraksi satu dengan yanglain.

Kemudian Mercer juga menulis hasil penelitiannya tentang stres

antepartum terhadap fungsi keluarga. Dalam hal ini diuraikan efek dari

fungsi keluarga baik positif maupun negatif. Stres yang diakibatkan

oleh adanya risiko dalam kehamilan akan memengaruhi penilaian diri

terhadap status kesehatan. Penghargaan diri, status kesehatan dan


23

dukungan sosial di perkirakan mempunyai efek langsung yang positif

terhadap penguasaan. Diperkirakan hal ini mempunyai efek yang

negatif terhadap ketakutan dan depresi, yang mempunyai efek negatif

langsung terhadap fungsi keluarga.

Hubungan ini telah dibuktikan dalam suatu penelitian terhadap wanita

yang dirawat dirumah sakit dengan kehamilan berisiko tinggi. Wanita

tersebut dibandingkan dengan wanita risiko rendah. Sebagian dari

pasangan kedua kelompok ini juga diikutsertakan dala penelitian.

Ternyata kehamilan risiko tinggi mengalami fungsi keluarga yang

kurang optimal daripada wanita dengan kehamilan risiko rendah

(Novianty, 2017).

Menurut Mercer terdapat 14 faktor yang mempengaruhi wanita dalam

pencapaian peran ibu :

Faktor ibu

a. Usia pada wkatu melahirkan

b. Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali

c. Memisahkan ibu dn anak

d. Stress social

e. Dukungan social

f. Konsep diri

g. Sifat pribadi

h. Sikap terhadap membesarkan anak

i. Status kesehatan ibu

Faktor bayi
24

a. Temperamen

b. Kesehatan bayi

Faktor lain

a. Latar belakan etnik

b. Status perkawinan

c. Status ekonomi

Pada teori ini Mercer juga menekankan bahwa tiga fase adaptasi ibu pada

tahun pertama melahirkan juga mempengaruhi pencapaian peran ibu. Empat

faktor dalam masa adpatasi ibu :

a. Physical recovery (hingga 1 bulan setelah melahirkan)

b. Achievement (2-5 bulan)

c. Disruption phase (6-8 bulan)

d. Reorganization phase (8-12 bulan)

Tiga fase pertama merupakan adaptasi terhadap fungsi tubuh, selain

pemulihan fungsi tubuh ibu, juga termasuk didalamnya perkembangan bayi.

Secara psikologis ibu khawatir terhadap resiko menjadi ibu. Masa pemulihan ini

sangat penting karena bila fungsi tubuh tidak kembali sperti semula akan

menimbulkan keluhan kesehatan psikologis yang berkepanjangan.

Kesehatan merupakan pusat ke khawatiran didalam stress antenatal. Dalam

hubungannya dengan personal berdasarkan teori peran ibu, wanita memiliki jati

diri yang dibutuhkan sepanjang kehidupan social. Peran bidan yang dihadapkan

oleh Mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan

tugasnya sebagai seorang ibu dan mengidentifikasi faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi dalam pencapaian peran ibu (Salmiati, dkk, 2011).


25

3. Teori Ernestine Wiedenbach

a. The agent :perawat, bidan, atau orang lain. Filosofi Ernestine

Wiedenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan kebidanan dapat

dilihat dalam uraiannya yang jelas pada perawatan maternitas ketika

kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan

yang lebih luas yaitu kebutuhan ibu dan ayah dalam persiapan menjadi

orang tua.

b. The recipient :wanita, keluarga, dan masyarakat. Recipient adalah

individu yang berkompeten dan mampu memenuhi kebutuhannya akan

bantuaan.

c. The goal : goal dan intervensi. Kebutuhan setiap individu perlu diketahui

sebelum menentukan suatu tujuan (goal). Untuk mencapai goal dengan

mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional fisiologis, yang bebeda

dari kebutuhan normal.

d. The means : metode untuk mencapai tujuan, metode yang dilakukan :

1) Identifikasi kebutuhan klien

2) Administration, memberi dukungan dalam mencapai pertolongan

yang dibutuhkan

3) Validitation, bantuan yang diberikan sesuai dnegan yang dibutuhkan

4) Coordination, dengan ketenangan yang direncanakan untuk

memberikan bantuan. Untuk mengidentifikasi kebutuhan ini

dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan

5) The framework, organisasi social, lingkungan professional.

4. Teori Ela Joy Lehrman


26

Pada teori ini layanan antenatal menunjukan perbedaan antara prosedur

administrasi yang dibebankan dengan manfaat antenatal dan jenis pelayanan yang

dialami seorang wanita di klinik kebidanan karena hubungan antara identifikasi

faktor resiko dan keefektifan asuhan antenatal terhadap hasil yang diinginkan

belum terpenuhi. Pada teori ini, konsep yang penting dalam pelayanan antenatal

yaitu:

a. Asuhan yang berkesinambungan

b. Keluarga sebagai pusat asuhan

c. Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan

d. Tidak ada intervensi dalam asuhan

e. Keterlibatan dalam asuhan

f. Keputusan dari klien

g. Waktu

Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan perencanaan.

Klien ikut bertanggung jawab dalam dan ambil bagian dalam pelayanan yang

diberikan. Konsep yang dibuat oleh Lehrman ini di uji coba oleh Morten dan

menambahkan 3 komponen :

a. Teknik terapeutik, proses komunikasi yang bermanfaat dalam proses

perkembangan dan penyembuhan, yang dilakukan :

1) Mendengar aktif

2) Mengkaji

3) Klarifikasi

4) Humor

5) Sikap yang tidak menuduh


27

6) Pengakuan

7) Fasilitasi

8) Pemeberian izin

b. Empowerment (pemberdayaan), suatu proses memberi kekuasaan dan

kekuatan. Bidan melalui pendekatannya meningkatkan kemampuan

klien dalam mengkoreksi, memvalidasi, menilai, dan memberi

dukungan.

c. Lateral relationship, menjalin hubungan yang baik dengan klien,

bersikap terbuka, sehingga antara bidan dan klien terlihat akrab serta

menunjukan sikap empati dan simpati. (Salmiati, dkk, 2011).

5. Teori Jean Ball

Ball mengumukakan teori “kursi goyang” yang dibentuk dari tiga elemen,

yaitu pelayanan maternitas pandangan masyarakat terhadap keluarga, dan sisi

penyangga terhadap kepribadian wanita. Tujuannya adalah agar ibu dapat

melaksanakan tugasnya sebagai ibu, baik secara fisik dan pskologis. Psikologis

disini tidak hanya mempunyai pengaruh pada emosi saja tetapi juga untuk

memenuhi kebutuhan lainnya, khususnya kebutuhan untuk menjadi orang tua atau

sebagai seorang ibu.

Teori Ball ini mencakup tiga teori :

a. Teori perubahan peran yang mempengaruhi kepribadian wanita pada

masapascapartum.

b. Teori stress, koping, da dukungan, akibat yang ditimbulkan pada masa

pasca-parfum, bergantung pada pertahanan diri wanita dan dukungan

dari orang disekitarnya.


28

c. Teori dasar, kesiapan seorang wanita sebelum kelahiran bayinya

(peran ibu).

Menurut hipotesis Ball, respons emosional wanita terhadap perubahan yang

terjadi bersamaan dengan kelahiran anak dapat mempengaruhi kepribadian

seseorang. Akan tetapi dengan dukungan yang berarti, wanita akan mendapatkan

system keluarga dan sosialnya. Persipapan yang sudah diantisipasi oleh seorang

bidan dalam masalah pascanatal akan mempengaruhi respon emosional wanita

dalam perubahan yang dialaminya pada proses kelahiran anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan emosional :

a. Dari penelitian disimpulkan bahwa wanita yang dikatakan sejahtera

setelah melahirkan sangat bergantung pada kepribadian, system

dukungan pribadi, dan dukungan yang dipersiapkan dalam

pelayananmaternitas.

b. Dalam teori kursi goyang kursi dibentuk oleh tiga elemen, yaitu

pelayanan maternitas, pandangan masyarakat terhdap keluarga, dan

sisi penyangga kepribadian wanita.

c. Kesejahteraan keibuan seorang wanita sangat bergantung pada

efektivitas ketiga elemen tersebut, jika kursi goyang tidak bisa

ditegakkan kursi tidak dapat diduduki (Novianty, 2017).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konseptual model kebidanan biasanya berkembang teori wawasan intuitif

keilmuan yang sering kali disimpulkan dalam kerangka acuan disiplin ilmu yang

bersangkutan, sehingga konseptual model memberikan gambaran abstrak atau ide

yang mendasari disiplin ilmu serta memberi kerangka untuk memahami dan

mengembangkan praktik untuk membimbing tindakan dalam melakukan asuhan

kebidanan.

Teori yang mendasari model asuhan kebidanan diantaranya teori dari Reva

Rubin yang menekankan pada pencapaian peran ibu, Ramona Mercer tentang

stress adaptasi, Ela Joy Lehrman tentang aspek praktik bidan pada ibu hamil dan

bersalin, Ela melihat tentang perubahan setelah melahirkan mempengarui

personality serta Erneitein Wiedenbach menekankan pada masalah keperawatan

maternitas yang meliputi the agent, the recipient, te goal and te means.

B. Saran

Sebagai bidan kita harus dapat menempatkan diri kita dalam mengambil

tindakan yang sesuai dengan kebutuhan klien .

29
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, K. E. (2016). Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktik Kebidanan.


Kemenkes RI.

Estiwidani, D., Meilani, N., Widyasih, H., & Widyastuti, Y. (2008). Konsep
Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

ICM. (2014). Core Document," Philosophy and Model of Midwifery Care". The
Hague, The Netherlands: www.internationalmidwives.org.

Kh Endah Widhi Astuti, M. M. (2016). Konsep Kebidanan Dan Etikolegal Dalam


Praktik Kebidanan. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI.

Margianti, M. d. (2014). Kosep Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marmi, & Margianti. (2014). Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nursing, F. o. (2004). Rationale for Relationship Between Models Of Care and


the Characteristics of The Midwife. Master of Science (Midwifery)
Outline, Department of Nursing , University of Wollanggong, 4-5.

Salmiati, d. (2011). Konsep Kebidanan : Manajemen dan Standar Pelayanan.


Jakarta: EGC.

Sleutel, M. R. (2003). Intrapartum Nursing: Integrating Rubin’s. JOGNN, 76-82.

Warrent, L., & e. a. (2017). Conseptualising A Model To Guiede Nursing And


Midwifery In The Community In The Community Guidded By An Evidence
review. Bio Med Central Nursing, 2-9.

30

Anda mungkin juga menyukai