Anda di halaman 1dari 3

World Health Organization (WHO) menyatakan sebanyak 250 juta anak yang

berusia kurang dari 5 tahun mengalami gangguan perkembangan di dunia. Gangguan


perkembangan pada anak paling banyak tinggal di negara berkembang dan negara
berpendapatan rendah (Upadhyay et al., 2021). Prevalensi gangguan perkembangan
anak secara umum di seluruh dunia meningkat 10%. Masalah perkembangan anak
tersebut terdiri dari keterlambatan perkembangan motorik, perkembangan berbahasa,
autisme, hiperaktif, gangguan kognitif dan emosional. (Herba, Glover, Ramchandani,
& Rondon, 2016). United Nations International Childrens Emergency Fund
(UNICEF) menyatakan prevalensi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada
balita masih tinggi dengan persentase (27,5%) (Olusanya et al., 2021). Menurut data
Kementrian Kesehatan Indonesia 13%-18% balita di Indonesia mengalami kelainan
pertumbuhan dan perkembangan (Kemenkes, 2019).
Penelitian Akhgar et all menyatakan, kadar Brain Derived Neurotpic Factor
(BDNF) yang tinggi secara signifikan dapat mengurangi kegagalan dalam
perkembangan anak. BDNF neonatal yang rendah memiliki keterkaitan dengan
kegagalan domain perkembangan (Ghassabian, 2017). BDNF merupakan prediktor
yang berkontribusi pada patogenesis keterlambatan perkembangan saraf, gangguan
kognitif, dan emosional (Fung et al., 2015)
Brain Derived Neurotpic Factor (BDNF) di pengaruhi lingkungan

intrauterine, selain itu juga diperkuat dengan ransangan psikososial (Herba et al.,

2016). Ibu yang mengalami gangguan psikologis maka dapat mempengaruhi kadar

BDNF (Flock et al., 2016). Kadar BDNF yang rendah dapat menyebabkan atrofi

(penyusutan) hipokampus yang pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan

dan tingkat kecerdasan anak. (Scheinost, Spann, McDonough, Peterson, & Monk,

2020) .

Hasil penelitian (Sonmez et al., 2019) menunjukkan bahwa kadar BDNF

darah tali pusat pada bayi dari ibu yang mengalami kecemasan dan depresi, secara
signifikan lebih rendah dibandingkan kadar BDNF darah tali pusat bayi dari ibu yang

sehat. Menurut penelitian (Kriengtuntiwong, Zaw, & Taneepanichskul, 2021) di

Thailand selain tingkat stress dan kecemasan kadar BDNF juga di pengaruhi oleh

kualitas tidur. Menurut penelitian Fan et al, Ibu hamil dengan kualitas tidur yang

kurang baik maka kadar BDNF 3 kali lebih rendah dibanding ibu dengan kualitas

tidur yang baik. (Fan et al., 2019)

Tujuan :

Untuk mengetahui Apakah ada Hubungan Tingkat Ansietas Dan Kualitas Tidur

Terhadap Kadar Brain Derived Neurotopic Factor (BDNF) darah Tali Pusat Bayi

Pada Ibu Bersalin di RSUP Mdjamil Kota Padang?

Tahapan Metode Penelitian :

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan

penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di RSUP DR M.djamil Kota Padang.

Pemeriksaan kadar Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF) dilaksanakan di

laboratorium Biomedik Universitas Andalas Padang. Pengumpulan sampel dimulai

pada bulan Maret sampai April tahun 2022. Sampel Penelitian adalah Ibu bersalin

beresiko yang melahirkan melalui operasi seksio sesarea elektif dengan usia

kehamilan ≥37 minggu di Rumah Sakit M. Djamil Kota Padang sebanyak 36 orang.

Dipilih secara Consecutive Sampling.Tingkat Ansietas dan Kualitas Tidur dinilai

menggunakan kuesioner sementara BDNF diperiksa dengan metode ELISA. Data di analisa

dengan uji chi-square.

Luaran Penelitian : Artikel penelitian Ilmiah dalam jurnal nasional terakreditasi sinta
1-3 atau Jurnal Internasional terindeks pada database

bereputasi.

Anda mungkin juga menyukai