Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

"PELANGGARAN KODE ETIK KEBIDANAN"

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA SERANG

NAMA : LADIES WAHIDTSMI


PRODI : KEBIDANAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Akhir-akhir ini kita sering dikejutkan dengan berbagai macam berita media
massa yang sering kali memberitakan tentang adanya kasus penanganan kasus
persalinan, melakukan aborsi dan melalukan pertus patologis. Terutama yang
berkenaan dengan kesalahan diagnosis bidan yang berdampk buruk pada
pasiennya.media massa marak memberitahukan tentangkasus gugatan atau
tuntutan hokum (perfata/pidana) kepada bidan, dokter dan tenaga medis lain.
1.1 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas,maka dirumuskan
masalahnya adalah gambaran mengenai malpraktik kode etik kebidanan dalam
kasus sungsang.
1.2 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan umum
1.3.2 Tujuan Pribadi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etikadan kode etik kebidanan
Kode etik adalah norma-norma yang harus di indahkanpleh setiapprokes
didalam melaksanakan tugas profesinya dan di dalam hidupnya di masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi, tidak saja
dalam melaksanakan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku
pada umumnya dalampergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
2.2 Standar dan mutu pelayanan kebidanan
2.2.1 Standar dan mutu pelayanan kebidanan
Mutu pelayanan pelayanan keesehtan adalah pedoman yang harus
digunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesinya secara baiK ( UU KESEHATAN RI NO.36 TAHUN 2009 ).
2.2.2 Mutu pelayanan kebidanan
Mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang di selenggarakan pada dua aspek.
2.2.3 Alasan pentingnya mutu dalam pelayanan kesehatan
Mutu adalah halk setiap orang, dengan mutu membantu pasien mencapai
hasil yang optimaldan dengan mutu dapat membantu melindungi tenaga
kesehatan (Bidan) Dari hal-hal yang tidak diinginkan
2.3 Malpraktik
2.3.1 Pengertian malpraktik
Definisi malpraktikdalam kesehatan adalah “ kelalaian dari seorang dokter
atau bidan untuk mempergunakan tingat kepandaian dan ilmu pengetahuan
dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim di pergnakan kepada pasien
atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama “ (Valentin v,
La Society de bienfaissancemutuelle de Los angelos,California 1956).
2..3.2 Jwnis-jenis malpraktik
1. Criminal malpractice
2. Civil malpractice
3. Administativ malpractice
2.4 Sanksi hukum
Pasal 35 berbunyi :
Bidan dalam melakukan praktik dilarang :
1. Menjalankan praktik apabila tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam izin praktik
2. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
3. Bagi bidan yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a
Pasal 36, berbunyi :
Kepala dinas kesehatan kabupaten / kota dapat memberikan peringatan lisan
mapun tertulis kepada yang melakukan pelanggaran terhadap keputusan ini.
Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana pada ayat 1 diberikan sebanyak 3 kali
dan apabila peringatan tersebut tidak diindahkan kepala dinas kesehatan
kabupaten / kota dapat mencabut SIPB bidan yang bersangkutan. Dalam kitab
UU hokum pidana (KUHP) Kelalaian yang membuat celaka atau dapat
menyebabkan hilangnya nyawa orang lain diatir dalam pasal 359 yang berbunyi :
“ Barangsiapa yang karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain,
diancam pidana penjara paling lama 5 tahun atau kurungan paling lama 1 tahun”
Sedangkan kelalaian yang dapat mengancam keselamatan jiwa seseorang dapat
diancam dengan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 360 kitab
undang – undang hokum pidana (KUHP). Yang berbunyi :
“Barang siapa yang karena kalpaannya menyebabkan orang lain mengalami luka
– luka berat, diancam dengan pdana penjara paling lama 5 tahun penjara atau
kiringanpaling lama 1 tahun”.”Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan
orang lain mengalami luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan dan pencaharian selama waktu
tertentu. Diancam dengan pidana kurungan paling lama 9 bulan atau kurungan
paling lama 6 bulan atau denda paling tinggi Rp. 300.000.000.”.

BAB III
TINJAUAN KASUS
MASALAH KESENJANGAN ANTARA BIDAN DAN PASIEN

3.1 TinjauanKasus
Disebuah desa,adas eorang bidan yang sudah membuka praktek kurang
lebih selam asatu tahun.Pada suatu hari dating seorang klien bernama Ny‘A’.
Usia kehamilan 38 minggu dengan keluhan perutnya terasa kenceng
kenceng sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan VT, didapatkan hasil
pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu
bidan menyarankan agar diRujuk ke Rumah Sakit untuk melahirkan secara
operasi SC. Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk
dengan alas an tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut
berusaha untuk memberi penjelasan bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan
janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak mau di rujuk akan sangat
membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau
menolong persalinan tersebut. Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bias
berhasil menolong persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karena
pengalaman bidan dalam hal ini masih belum begitu mendalam. Selain itu juga
dengan di Rujuk agar persalinan berjalan dengan lancer dan bukan kewenangan
bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak sungsang seperti ini.
Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien
serta keluarga untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat
lama karena kepala janin tidak bias keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah
meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bias
bekerja secara professional dan dalam masyarakat pun juga tersebar bahwa
bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat dan tidak sesuai
prosedur.
3.2 Pemecahan Masalah
Bagi keluarga korban yang akan melakukan tuntutan terhadap tenaga bidan
sebagaiterdakwa yang telah melakukan ciminal malpractice, harusnya dapat
membuktikanapakah perbuatan tenaga bidan tersebut telah memenuhi unsur
tidak pidana yakni :
-. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan
yangtercela. Berdasarkankasus di atas, bidan hanya berniat untuk
menolong, namunpada pertolongan kasus ini bukanlah kewenangan
bidan, melainkan kewenangandokter obgyn.
=. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea)
yang salah (sengaja, ceroboh atau adanya kealpaan). Berdasarkan kasus
di atas masih kurang jelas apakah pada kasus tersebut ada unsur sengaja
atau tidak sengaja.Jadi bidan tersebut hendaknya menjelaskan pada
proses keadilan tentang halsebenarnya. Selanjutnya apabila keluarga
menuduh bidan tersebut telah melakukan kealpaan sehingga
mengakibatkan pasien meninggal dunia, makayang harus dibuktikan
adalah adanya unsur perbuatan tercela (salah) yang dilakukan dengan
sikap batin berupa alpa atau kurang hati-hati ataupun kurang praduga.
Dalam kasus atau gugatan adanya criminal malpractice yang bersifat
negligence(lalai) pembuktianya dapat dilakukan dengan :
Cara langsung : Membuktikan adanya kelalaian memakai tolak ukur adanya 4D
yakni :
-.Duty (kewajiban) : Dalam hubungan perjanjian bidan dengan pasien
Ny.‘A’,
bidan haruslah bertindak berdasarkan adanya indikasi medis, bertindak
secarahati-hati dan teliti, bekerja sesuai standar profesi, sudah ada
informed consent.Berdasarkan point
-. pointdi atas penggugat harus mengkaji lebih lanjut untukdidapatkan bukti
yang jelas apakah bidan telah memenuhi tindakan yangseharusnya
dilakukan oleh seorang bidan atau tidak.
-. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
Jika seorang tenaga bidan melakukan asuhan kebidanan menyimpang
dari apa yangseharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan
menurut standardprofesinya, maka tenaga bidan tersebut dapat dipersalahkan.
Dalam kasus diatasbidan telah memenuhi point ini, menolong persalinan
sungsang bukanlahkewenangan dari bidan sehingga melalui point ini bidan dapat
dipersalahkan/digunakan sebagai berkas tuntutan dari keluarga ke bidan.
-.Direct Causation (penyebab langsung)
-.Damage (kerugian)
Tenaga bidan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan
(langsung) antarapenyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita dan
hal ini haruslahdibuktikan dengan jelas. Berdasarkan teori ini yang dihubungkan
dengan kasusmaka, hasil negative dari kasus ini yang berupa putusnya leher
bayi danmeninggalnya bayi tidak dapat digunakan langsung sebagai dasar
menyalahkanbidan, perlu dilakukan pengkajian oleh penggugat mengenai
hubungan langsungantara penyebab dan kerugian yang diderita oleh penggugat
(keluarga ibu Nunuk)untuk didapatkan bukti yang jelas untuk pengajuan tuntutan.
-.Cara tidak langsung
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi
pasien, yaknidengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil
layanan bidan(doktrin res ipsa loquitur). Dalam kasus ini hasil layanan bidan
adalah bayimeninggal. Dalam hal ini dadapat diterapkan apabila fakta-fakta yang
adamemenuhi kriteria: fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga bidan tidak
lalai,fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga bidan, fakta
ituterjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak
adacontributory negligence.
Bagi bidan yang harus dilakukan menangani kasus ini terkait atas tuduhan
kepadabidan yang merupakan criminal malpractice adalah :1. Informal defence,
dengan mengajukan bukti untuk menangkis / menyangkalbahwa tuduhan yang
diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada2.
Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan
ataumenunjuk pada doktrin-doktrin hukum3. Tidak menjanjikan atau memberi
garansi akan keberhasilan upayanya, karenaperjanjian berbentuk daya upaya
bukan perjanjian akan berhasil.4. Sebelum melakukan intervensi agar selalu
dilakukan informed consent5. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam
rekam medis6. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau
dokter7. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan
segalakebutuhannya
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang bidan atau tenaga kesehatan lainnya harus senantiasa


melakukan profesinya menurutukuran tertinggi, memperhatikan semua aspek
pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yaitupromotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif serta menggunakan segala ilmu danketerampilannya untuk keperluan
pasien.Dengan demikian, seorang bidan yang memberikan pelayanan di bawah
standar merupakansuatu tindakan malpraktik dan dapat dikenakan pasal 350
KUHP. Malpraktik adalah merupakansuatu tindakan tenaga professional (profesi)
yang bertentangan dengan standard, kode etikprofesi, undang-undang yang
berlaku (baik disengaja maupun akibat kelalaian) yangmengakibatkan kerugian
dan kematian terhadap orang lain.Masalah yang terjadi pada pasien dengan bayi
meninggal pada saat proses persalinanmerupakan kasus malpraktik karena
kelalaian dari tenaga kesehatan (bidan) sehinggamenyebabkan orang tua korban
sangat terpuruk dengan yang dialami oleh sang buah hatinyayang sangat
diidamkan selama 9 bulan.Keluarga korban merasa tidak bisa menerima dan
mengajukan kasus ini untuk ditindak lanjuti.Keluarga korban meminta agar bidan
tersebut kalau perlu di cabut surat ijin prakteknya. Padadasarnya kelalaian dapat
terjadi apabila bidan melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan atau
tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh ahlinya atau
dokteryang memiliki kewenangan khusus menangani yang sudah menjadi bagian
dari tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan kerugian yang diakibatkan oleh
kelalaian diatur dalam Pasal136 yang berbunyi:
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya,tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang
hati-hatinya”
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Bidan tersebut yang menjadi tersangka boleh dikatakaan sudah
berpengalaman dalammemberikan pelayanan apalagi bila sudah bekerja begitu
lama di lahan. Akan tetapi, walaupundemikian tidak memberikan jaminan bahwa
bidan tersebut sudah kompeten. Namun bila sudahsangat berpengalaman
namun tidak hati-hati dalam menangani pasien tentunya akan akrabdengan
sebutan malpraktik atau tidak bekerja sesuai standar kebidanan.Seharusnya
bidan tersebut dalam melakukan anamnesa sudah harus mengetahui komplikasi
yangakan terjadi pada saat persalinan pada ibu dan bayi, misalnya pada kasus
ini mungkin saja ibunyamengalami kehamilan letak sungsang sehingga bayinya
tidak bisa lahir normal, oleh karena ituharus segera dirujuk atau ditangani lebih
dini. Dalam kasus ini, bayi mengalami letak sungsangyang merupakan bukan
wewenang seorang bidan.Kasus patologi dan dianggap malpraktik apabila bidan
melakukan tindakan yang bukanwewenangnya. Sehingga, dalam kasus ini
karena kecerobohan bidan menyebabkan keluargapasien menuntut sehingga
terjadi ketidakpuasan dalam mutu pelayanan kebidanan dan tentunyamelanggar
kode etik kebidanan.
5.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan harus membekali diri kita dengan pengetahuan
dan keterampilan. Danselalu memperbarui informasi terbaru tentang kebidanan.
Dan terus mengembangkan ilmupendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam
memberikan pelayanan kita harus bekerja sesuaidengan kode etik kebidanan
dan standar asuhan kebidanan sehingga akan tercipta mutu
dalampelayanan.Tenaga kesehatan harus berhati-hati dalam melakukan
tindakan. Bidan adalah tenaga kesehatanyang paling dekat dengan perempuan.
Oleh karena itu, kita harus bekerja dengan hati nuranipenuh kasih sayang. Dan
memberikan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien.Mengunakan
informed consent sebelum melakukan tindakan juga sangat perlu dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai