Anda di halaman 1dari 9

PORTOFOLIO

MALPRESENTASI DAN MALPOSISI KEPALA JANIN

Untuk Memenuhi Tugas Profesi

Dosen Pembimbing Klinik


Mustika Dewi, SST., M. Keb

Oleh:
Yuliani Rohmawati
NIM: 190070500111047

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Malpresentasi adalah semua presentasi dari janin selain presentasi verteks
atau belakang kepala, contohnya presentasi dahi, muka, bokong. Sedangkan
malposisi adalah posisi abnormal verteks kepala janin (dengan ubun-ubun kecil
sebagai penanda) terhadap panggul ibu, contohnya posisi oksipito lateral dan
oksipito posterior. Faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya malposisi
pada janin adalah ibu dengan diabetes melitus dan riwayat hidramnion dalam
keluarga. Faktor predisposisi terjadinya malpresentasi pada janin meliputi
wanita multipara, kehamilan gemeli, polihidramnion/oligohidramnion, plasenta
previa, kelainan bentuk uterus atau terdapat massa seperti mioma uteri, dan
partus preterm (Kemenkes RI, 2013). Berikut adalah penjelasan mengenai
diagnosis serta penatalaksaanaan pada beberapa masalah malpresentasi
maupun malposisi janin:
1. Presentasi Puncak Kepala
Presentasi kepala dengan defleksi/ ekstensi minimal dengan ubun-ubun besar
merupakan bagian terendah.
Diagnosis :
 Periksa luar sulit untuk mendiagnosisnya,
 Periksa dalam ubun-ubun besar terendah dan di depan, setelah lahir
didapatkan kaput suksedaneum di ubun-ubun besar.
Penatalaksanaan :
Pada umumnya presentasi puncak kepala dapat lahir spontan. Persalinan
dengan presentasi puncak kepala akan berlangsung lama sehingga
kemungkinan terjadi partus lama, robekan jalan lahir luas, meningkatnya
morbiditas dan mortalitas janin (dr. Anin dalam Kuliah Blok Persalinan
Patologis).

Gambar 1. Presentasi Puncak Kepala


2. Presentasi Dahi
Presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi dan dahi merupakan bagian
terendah. Angka kejadian sangat rendah (1 : 4000) (dr. Anin dalam Kuliah
Blok Persalinan Patologis). Menurut Sinha et al (2018) dalam jurnal
“Malposition and Malpresentation of the Fetal Head”, insiden dari presentasi
dahi adalah 1 dari 1500 persalinan. Penyebab dari malpresentasi ini adalah
disproporsi sefalopelvis dan prematuritas.
Diagnosa :
 Pemeriksaan abdominal: kepala janin lebih separuhnya di atas pelvis,
denyut jantung janin sepihak dengan bagian kecil
 Pemeriksaan vaginal: oksiput lebih tinggi dari sinsiput, teraba fontanella
anterior dan orbita, bagian kepala masuk pintu atas panggul (PAP) adalah
antara tulang orbita dan daerah ubun-ubun besar. Ini adalah diameter yang
PALING besar, sehingga sulit lahir pervaginam (Kemenkes RI, 2013).
Menurut Sinha et al (2018) dalam jurnal “Malposition and Malpresentation
of Fetal Head”, penegakan diagnosa presentasi dahi dilakukan setelah
persalinan mantap. Pada presentasi dahi saat pemeriksaan perut akan teraba
sebagian besar kepala janin. Pada pemeriksaan vagina, kepala belum turun di
bawah spina iskiadika dan akan teraba akar hidung (bagian atas hidung yang
menempelkan hidung ke dahi), foramen supraorbital serta fontanel anterior
saat pemeriksaan dalam.
Penatalaksanaan :
 Lakukan seksio sesarea bila janin HIDUP.
 Janin MATI, lakukan kraniotomi bila memungkinkan atau seksio sesarea
bila syarat dan sarana kraniotomi tidak terpenuhi (Kemenkes RI, 2013).
Kraniotomi adalah setiap tindakan bedah dengan cara membuka kranium
untuk dapat mengakses otak. Operasi dilakukan di sebuah rumah sakit yang
memiliki departemen bedah saraf dan ICU (Pribadi, 2012).
Menurut Chapman (2017)  dalam “Malpositions and malpresentations in
Labour. The Midwife’s Labour and Birth Handbook”, pelvic press (Gambar 2)
selama kala II persalinan, serta penggunaan postur tegak atau jongkok, akan
meningkatkan kemungkinan kelahiran spontan. Jika kepala tidak berubah ke
presentasi verteks dan terjadi hambatan persalinan maka diperlukan operasi
sesarea. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hinshaw & Arulkumaran
(2018), yang menyatakan bahwa jika presentasi dahi berlanjut (tidak dapat
berubah menjadi posisi verteks) maka operasi sesarea darurat disarankan.

Gambar 2. Pelvic Press

Gambar 3. Presentasi Dahi


3. Presentasi Muka
Merupakan presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal dan muka
menjadi bagian terendah, kejadian sangat jarang (1 : 1000) (dr. Anin dalam
Kuliah Blok Persalinan Patologis). Menurut Rachel et al (2017) dalam jurnal
“Fetal Malpresentation and Malposition Diagnosis and Management”,
presentasi wajah jarang terjadi dengan angka kejadian 0,1% hingga 0,2% dari
semua persalinan dan berhubungan dengan nulliparitas, disproporsi
sefalopelvis, ras/etnis kulit hitam, prematuritas, gangguan pertumbuhan janin
(berat lahir rendah dan makrosomia janin), dan anomali janin. Selain itu dalam
jurnal “Malpositions and malpresentations of the fetal head”, penyebab
terjadinya presentasi muka adalah anencephal, abnormalitas uterus, CPD,
abnormalitas muskuloskeletal janin, multiparitas, kehamilan ganda,
prematuritas, tumor pada leher rahim seperti gondok atau higroma kistik.
Diagnosis :
 Pemeriksaan abdominal: lekukan akan teraba antara daerah oksiput dan
punggung (sudut Fabre), denyut jantung janin sepihak dengan bagian
kecil janin.
 Pemeriksaan vaginal: muka dengan mudah teraba, teraba mulut dan
bagian rahang mudah diraba, tulang pipi, tulang orbita; kepala janin dalam
keadaan defleksi maksimal.
 Untuk membedakan mulut dan anus :
- Anus merupakan garis lurus dengan tuber iskhii
- Mulut merupakan segitiga dengan prominen molar (Kemenkes RI,
2013).
Menurut Sinha (2018) dalam jurnal “Malposition and Malpresentation of
the Fetal Head”, presentasi wajah biasanya didiagnosis selama persalinan.
Pada palpasi abdomen, sebagian besar kepala dapat diraba pada sisi yang
sama dengan punggung. Pada beberapa wanita, angulasi tajam dapat
dirasakan antara oksiput dan punggung janin. Konfirmasi diagnosis biasanya
pada pemeriksaan vagina dimana akan teraba orbit, hidung, mulut dan tulang
pipi pada pemeriksaan dalam. Mulut janin mengisap jari pemeriksa adalah
tanda klasik. Untuk membedakan presentasi muka dengan presentasi
sungsang adalah pada presentasi muka tulang pipi menonjol dan mulut
membentuk segitiga, sedangkan pada presentasi bokong tuberositas iskiadika
dan anus membentuk garis lurus.
Penatalaksanaan
 Posisi dagu anterior :
- Pembukaan LENGKAP
Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
Bila penurunan kurang lancar, lakukan ekstraksi forsep
- Pembukaan BELUM lengkap
Bila tidak ada kemajuan pembukaan dan penurunan, lakukan seksio
sesarea
 Posisi dagu posterior :
- Pembukaan LENGKAP
Lahirkan dengan seksio sesarea
- Pembukaan BELUM lengkap
Bila tidak ada kemajuan pembukaan dan penurunan, lakukan seksio
sesarea
- Jika janin mati, lakukan kraniotomi atau seksio sesarea.
Perlu diperhatikan bahwa ekstarksi vakum tidak boleh dilakukan pada
presentasi muka (Kemenkes RI, 2013).

Gambar 4. Presentasi Muka


Menurut Rachel et al (2017), dalam jurnal “Fetal Malpresentation and
Malposition Diagnosis and Management”, pada presentasi muka dengan dagu
posterior jika rotasi atau fleksi spontan tidak terjadi bantuan manual tidak
dianjurkan karena risiko yang ditimbulkan cukup besar, termasuk ruptur uteri,
prolapsus medula spinalis, dan trauma tulang belakang pada janin. Selain itu
menurut Sinha et al (2018) dalam jurnal “Malposition and Malpresentation of
the Fetal Head”, pada persalinan presentasi muka dengan dagu posterior jika
progresnya baik dan posisinya mentoanterior (atau berputar ke mentoanterior)
maka persalinan pervaginam dapat diantisipasi. Jika kemajuan persalinan
lambat, atau jika posisi tetap mentoposterior, maka diindikasikan untuk
operasi caesar. Pada kala II persalinan dengan kegagalan dalam kemajuan
persalinan, penggunaan forseps diperbolehkan tetapi hanya terbatas pada
forceps non rotasi ketika dagu anterior dan kepala rendah. Meskipun
demikian pada posisi mentolateral atau mentoanterior yang baik, jika terjadi
kegagalan dalam kemajuan persalinan, operasi sesarea menjadi pilihan yang

lebih aman bagi janin. Menurut Chapman (2017)  dalam “Malpositions and
malpresentations in Labour. The Midwife’s Labour and Birth Handbook”, posisi
mentoposterior jarang terjadi dan tidak dapat dilahirkan secara pervaginam.
Namun, 30% dari presentasi mentoposterior berputar menjadi mentoanterior
selama kala II persalinan. Persalinan spontan mentoanterior biasanya terjadi
relatif mudah. Orang tua perlu diberikan KIE mengenai efek yang ditimbulkan
dari persalinan pervaginam yaitu memar dan bengkak pada wajah bayi saat
lahir namun kondisi ini akan membaik dalam beberapa jam atau hari setelah
kelahiran. Manipulasi untuk mengubah presentasi menjadi oksiput anterior
atau penggunaan elektroda kulit kepala janin atau ventouse
dikontraindikasikan dalam presentasi wajah serta augmentasi oksitosin tidak
dianjurkan dalam presentasi ini.
4. Presentasi Oksipito Posterior
Menurut Sinha et al (2018) dalam jurnal “Malposition and Malpresentation of
the Fetal Head”, posisi oksipitoposterior terjadi pada sekitar 20% janin pada
tahap awal persalinan. Namun dalam kasus ini, sebagian besar kepala janin
mengalami rotasi spontan ke posisi oksipitoanterior pada saat persalinan.
Posisi oksipitoposterior dikaitkan dengan persalinan lama, peningkatan
penggunaan oksitosin, analgesia epidural, insidensi kelahiran operatif yang
lebih tinggi serta robekan perineum derajat tiga atau empat. Kontraksi rahim
yang lemah dan dasar panggul yang rileks berkontribusi pada kegagalan
oksiput untuk memutar ke depan. Penyebab dari malpresentasi ini antara lain:
 Pelvis jenis Android atau antropoid lebih mungkin menghasilkan posisi
oksipitoposterior karena pelipis depan yang sempit.
 Penggunaan analgesia epidural intrapartum (relaksasi otot-otot dasar
panggul).
Diagnosa :
 Pemeriksaan abdominal: bagian posterior terendah datar, bagian kecil janin
teraba di anterior dan denyut jantung janin terdengar di samping (flank)
 Pemeriksaan vaginal: oksiput ke arah sakrum, sinsiput di anterior akan
mudah diraba bila kepala defleksi (Kemenkes RI, 2013).
Menurut Sinha et al (2018) dalam jurnal “Malposition and Malpresentation
of the Fetal Head”, pada saat palpasi tungkai mudah teraba di bagian anterior
dan sulit untuk meraba janin kembali. Bahu anterior teraba agak jauh dari
garis tengah. Ubun-ubun dan oksiput dapat dirasakan di atas simfisis pubis
yang menunjukkan defleksi. Bunyi jantung janin sering terdengar di sisi yang
jauh dari garis tengah. Pemeriksaan vagina menunjukkan fontanelle anterior
pada bagian depan dan fontanelle posterior dekat dengan sakrum.
Penatatalaksanaan :
 Rotasi spontan dapat terjadi pada 90% kasus.
 Jika terdapat tanda persalinan macet, denyut jantung janin >180 atau <100
pada fase apapun, lakukan seksio sesarea.
 Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban.
 Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi
lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin..
 Jika pembukaan serviks lengkap dan ada tanda kemajuan fase
pengeluaran, periksa kemungkinan obstruksi:
- Jika tidak ada obstruksi, akhiri persalinan dengan ekstraksi
vakum/forsep bila syarat-syarat dipenuhi.
- Bila ada tanda obstruksi atau syarat-syarat pengakhiran persalinan
tidak dipenuhi, maka lakukan seksio sesarea (Kemenkes RI, 2013).
Pengawasan ketat terhadap kemajuan persalinan dan pemantauan janin
diperlukan mengingat kemungkinan persalinan lama. Oksitosin harus
digunakan jika diperlukan untuk mempertahankan kontraksi uterus yang baik
(kontraksi 3-4 kali setiap 10 menit dengan durasi lebih dari 45 detik). Studi
sebelumnya telah menunjukkan bahwa manajemen aktif dengan augmentasi
oksitosin membantu rotasi ke posisi oksipitoanterior. Persalinan dapat terjadi
secara spontan pada posisi oksipitoposterior tetapi jika persalinan
instrumental diperlukan, pemeriksaan abdomen dan vagina yang cermat
diperlukan untuk memastikan apakah ini aman dan sesuai. Jika persalinan
instrumental sesuai, persalinan dapat dibantu dengan cara memutar posisi
oksipitoanterior atau melahirkan dalam posisi oksipitoposterior. Rotasi
persalinan dapat dicapai secara manual atau menggunakan instrumen. Rotasi
manual dilakukan dengan melenturkan kepala janin untuk memungkinkan
terjadinya rotasi diikuti dengan pengiriman traksi (menggunakan forsep atau
ventouse). Rotasi persalinan dengan instrumen paling umum dilakukan
menggunakan ekstraksi vakum. Persalinan sesar mungkin diperlukan baik
pada kala I persalinan karena kegagalan kemajuan persalinan atau kelainan
kardiotokografi, atau pada kala dua jika persalinan pervaginam dianggap sulit
(Sinha et al., 2018).
Menurut Bellusi et al (2017) dalam jurnal “The use of intrapartum
ultrasound to diagnose malpositions and cephalic malpresentations”, sonografi
intrapartum merupakan diagnosis malposisi dan malpresentasi kepala yang
tepat dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Bellusi, F., Ghi, T., Youssef, A., et al., 2017. The use of intrapartum ultrasound to
diagnose malpositions and cephalic malpresentations. American Journal
of Obstetrics, 633-641.

Chapman, V. 2017. Malpositions and malpresentations in Labour. The Midwife’s


Labour and Birth Handbook, 155–170.

Hinshaw, K., & Arulkumaran, S. 2018. Malpresentation, Malposition,


Cephalopelvic Disproportion and Obstetric Procedures. Dewhurst’s
Textbook of Obstetrics & Gynaecology, 354–371.

Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Pilliod, R. A., & Caughey, A. B., 2017.  Fetal Malpresentation and Malposition.
Obstetrics and Gynecology Clinics of North America, 44 (4), 631–643.

Sinha, S., Talaulikar, V. S., & Arulkumaran, S.2018. Malpositions and


malpresentations of the fetal head. Obstetrics, Gynaecology &
Reproductive Medicine, 28 (3), 83–91.

Anda mungkin juga menyukai