Oleh:
Yuliani Rohmawati
NIM: 190070500111047
LAPORAN KOMPREHENSIF
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. W USIA 33 TAHUN G1 P00000 UK 38-39
MINGGU INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN PREEKLAMSIA BERAT,
JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN DI RSIA MUTIARA BUNDA MALANG
Mahasiswa
Yuliani Rohmawati
190070500111047
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik ataau lebih) dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan
pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida.
Pada primigravida, ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam
waktu yang sama (Rohani et al, 2014).
Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lairnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2
jam dan pada multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II meliputi (Rohani et al,
2014):
1. His semakin kuat, dengan interval 2 saampai 3 menit
2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina
4. Perineum telah menonjol
5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Diagnosa kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukkan:
1. Pembukaan serviks telah lengkap
2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina
Tabel 2.1 Lamanya Persalinan
Lama Persalinan
Primipara Multipara
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
TOTAL 14 ½ jam 73/4 jam
Sumber: Rohani et al, 2014
2. Kala II
Persalinan kala II ditegakan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm.
Kemajuan Persalinan dalam Kala II
Temuan berikut menunjukan kemajuan yang cukup baik pada persalinan
kala II:
1. Penurunan teratur dari jalan lahir
2. Dimulainya fase pengeluaran
Temuan berikut menunjukan kemajuan yang kurang baik pada persalinan
tahap kedua:
a. Tidak turunnya janin di jalan lahir
b. Gagalnya pengeluaran pada fase akhir
Kelahiran Kepala Bayi
a. Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala
bayi lahir
b. Letakan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
c. Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
d. Mengusap muka bayi untuk membersihkannya darikotoran lendir/darah
e. Periksa tali pusat:
- Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, selipkan tali
pusat melalui kepala bayi
- Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada dua tempat
kemudian digunting diantara kedua klem tersebut sambil melindungi leher
bayi.
Kelahiran Bahu dan Anggota Tubuh Seluruhnya
a. Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
b. Tempatkan kedua tangan pada sisis kepala dan leher bayi
c. Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan
d. Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang
e. Selipkan satu tangan ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil
menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi
untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya.
f. Letakan bayi di atas perut ibu.
g. Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya, dan nilai
pernafasan bayi.
h. Klem dan potong tali pusat
i. Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit
denga dadai ibu. Bungkus bayi dengan kain yang halus dan kering, tutup
dengan selimut dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk
menghindari hilangnya panas tubuh.
3. Kala III
Manajemen Aktif Kala III
Penatalaksanaan aktif kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan paskapersalinan. Penatalaksanaan
aktif kala III meliputi:
a. Pemberian oksitosin dengan segera
b. Pengendalian tarikan pada tali pusat
c. Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
Penanganan
a) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta:
- Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi
- Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting susu payudara atau
susukan bayi untuk menghasilkan oksitosin alamiah
b) Lakukan Penegangan Tali Pusat (PTT) dengan cara:
- Satu tangan diletakan pada korpus uteri tepat di atas simpisis pubis.
Selam kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan
dorsokranial kea rah belakang dan ke arah kepala ibu
- Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm di depan
vlva
- Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat
(2-3mernit)
- Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus
menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus
c) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus
merasakan kontraksi, ibu dapat memberitahu petugas jika merasakan
kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi, tangan petugas
dapat tetap berada pada uterus tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi
langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.
d) Begitu plasenta terlepas, keluarkan dengan menggerakan tangan atau
klem pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan
gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan
dapat memegang plasenta dan perlaha memutar plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
e) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus
agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran
darah dan mencegah perdarahan paska persalinan. Jika uterus tidak
berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika perdarahan hebat terjadi,
segera lakukan kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak teratasi
dalam waktu 1-2 menit, ikuti protocol untuk perdarahan paskapersalinan.
f) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir
dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit IM dosis kedua dalam
jarak 15 menit daripemberian oksitosin dosis pertama
g) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir
dalam waktu 30 menit:
- Periksa kandung kemih dan lakukan keteterisasi jika kandung kemih
penuh
- Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
- Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga dalam jarak waktu 15 menit dari
pemberian oksitosisn dosis pertama
- Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta
h) Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada
serviks atau vagina atau perbaiki episiotomy.
4. Kala IV
Dua jam setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan
bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa dan
melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam
perut ibu ke dunia luar.
Penanganan
1. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi
keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh
darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan
darah dan mencegah perdarahan paskapersalinan.
2. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua
3. Anjuran ibu untuk minum demimencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan
dan minuman yang disukai.
4. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian bersih dan kering
5. Biarkan ibu beristirahat. Bantu ibu ke posisi yang nyaman
6. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi,
sebagai permulaan proses menyusui.
7. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk
memulai memberikan ASI. Menyusu membantu uterus berkontraksi.
8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah bersalin. Pastikan
ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pascapersalinan.
9. Ajari ibu dan anggota keluarga tentang:
a) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
b) Tanda-tanda bahaya pada bayi dan ibu.
Stres oksidatif
Disfungsi endotel
Faktor Resiko : obesitas, riwayat
preeklamsia sebelumnya, usia > 35
tahun, gemeli, mola hidatidosa, Preeklamsia
diabetes, hipertensi kronik
I. Pengkajian Data
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. W Nama Suami : Tn. F
Umur : 33 Tahun Umur : 30 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat :Desa Gading Kembar, RT 14, RW 05, Kecamatan Jabung
2. Alasan Datang
Ibu dirujuk dari Puskesmas Jabung atas indikasi preeklamsia berat
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perut terasa kenceng-kenceng sejak pukul 07.30,
terdapat pengeluaran lendir bercampur bercak darah disertai pusing dan
sakit kepala. Keluhan pusing sudah dirasakan ibu sejak 3 hari yang lalu,
tetapi ibu tidak segera memeriksaan kondisinya ke Bidan ataupun
Puskesmas karena menganggap keluhan pusing merupakan hal wajar
selama kehamilan.
4. Riwayat Menstruasi
HPHT : 4 Agustus 2019
Siklus : teratur (29 hari)
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan Sekarang
- Riwayat ANC
TM 1 : 3 kali, keluhan mual pusing
TM 2 : 2 kali, tidak ada keluhan
TM 3 : 2 kali, tidak ada keluhan
Terapi yang didapat : pada TM 1 diberi vit B6 dan asam folat, pada TM
2 diberi tablet tambah darah, vitamin B kompleks, TM 3 diberi tablet
tambah darah, paracetamol dan kalsium.
- Gerakan Janin : mulai merasakan gerakan janin pada awal bulan
Desember 2019, gerakan janin aktif >10 kali dalam 12 jam.
- Status Imunisasi TT : TT5 (di buku KIA)
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Hamil Persalinan Anak Nifas
Suami
No Ke Usia Penyulit Penolong Tempat Cara Penyul JK BBL/ H/M Pen Laktasi
-Ke
it PBL Umur yulit
1 1 Saat - - - - - - - - - - -
ini
6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu tidak memiliki riwayat hipertensi dan tekanan darah selama
pemeriksaan kehamilan sebelumnya selalu dalam batas normal, tidak
pernah dan tidak sedang menderita penyakit jantung, paru, asma, ginjal,
epilepsi, diabetes mellitus, TBC, HIV, dan hepatitis
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti
hipertensi, jantung, diabetes, tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS, tidak ada riwayat kehamilan
ganda/kembar dan cacat lahir dalam keluarga.
7. Riwayat Sosial Budaya
Suami dan keluarga sangat senang dengan kehamilan ibu dan sangat
menanti kelahiran bayi, pengambil keputusan dalam keluarga adalah
suami, tidak ada adat istiadat yang berhubungan dengan persalinan ibu.
8. Pola Kehidupan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi dan Cairan
Makan nasi pukul 06.30 dan minum 1 gelas teh hangat. Setelah itu ibu
belum makan lagi.
b. Pola Eliminasi
Terakhir BAK sebelum berangkat ke Puskesmas yaitu pukul 08.00,
terakhir BAB pukul 05.00.
c. Pola Istirahat
Terakhir tidur tadi malam, dari pukul 21.00-04.00
d. Pola Kebiasaan
Ibu tidak pernah minum-minuman beralkohol, tidak merokok, tidak minum
jamu, dan tidak pernah pijet oyok pada tukang pijat.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : Cukup
- Kesadaran : Komposmentis
- UK : 38-39 minggu
- HPL : 11 Mei 2020
2. Pemeriksaan Antropometri
- TB : 153 cm
- BB Sebelum Hamil : 47 kg
- IMT Sebelum Hamil : 20,07 kg/m2 (Kategori Normal)
- BB Sekarang : 60 kg
- Kenaikan BB selama kehamilan : 13 kg
3. Pemeriksaan TTV
- TD : 170/ 110 mmHg
-N : 84 x/menit
-S : 36,5 oC
- RR : 22x/ menit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : tidak terlihat pucat, tidak terlihat cloasma gravidarum, dan
tidak ada oedema
b. Mata :simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sclera
berwarna putih
c. Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Mulut & Gigi: simetris, bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada
epulis, tidak ada stomatitis
e. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, tidak ada
bendungan vena jugularis
f. Payudara : simetris, kedua puting susu menonjol, tidak ada benjolan
abnormal, terdapat pengeluaran kolostrum pada kedua paudara
g. Abdomen :
Inspeksi: terdapat linea nigra dan strie alba, tidak ada luka bekas
operasi, pembesaran membujur
Palpasi:
Lepold I : TFU 3 jari dibawah prosesus xifoideus, bagian
fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (kesan bokong)
Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba datar, keras,
memanjang seperti papan (kesan punggung), bagian kiri ibu teraba
bagain kecil jenin (kesan ekstremitas)
Leopold III : bagian bawah janin mudah digerakkan (sudah
masuk PAP)
Leopold IV : divergen, 4/5
Mc Donalds : 30 cm
TBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram
DJJ :132 x/menit, reguler
His : 1 x 10’ x 16”
h. Genetalia : terpasang DC, tidak ada oedema dan benjolan abnormal
pada vagina
Pemeriksaan dalam: v/v lendir darah (+), pembukaan 3 cm, efficement
25%, ketuban (+), letak kepala, UUK arah jam 2, penurunan kepala
Hodge I, tidak ada molase.
i. Anus : tidak ada hemoroid
j. Ekstremitas
Atas : terpasang infus RL pada tangan sebelah kanan,
kuku jari tangan tidak terlihat pucat, tidak ada oedema
Bawah : tidak ada varises, tidak terdapat oedema tungkai
pada kaki kanan kiri, refleks patella +/+
5. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Hb : 11 gr/dl (nilai normal : 12.0-15.6 gr/dl)
Hematokrit : 31% (nilai normal : 33-45%)
Leukosit : 9.300 U/L (nilai normal : 4.500-11.000 U/L)
Trombosit : 273.000 U/L (nilai normal : 150.000-450.000 U/L)
Eritrosit : 3,38 juta U/L (nilai normal : 4.10-5.10 juta U/L)
PT : 13,2 detik (nilai normal : 10.0-15.0 detik)
APTT : 26,9 detik (nilai normal : 20.0-40.0 detik)
Gol. darah : AB Rh +
Kimia Darah
SGOT : 14 U/L (nilai normal : 0-35 U/L)
SGPT : 10 U/L (nilai normal : 0-45 U/L)
Albumin : 3,4 g/dl (nilai normal : 3,5- 5.0 g/dl)
Kreatinin : 0,7 mg/dl (nilai normal : 0,6-1.1 mg/dl)
Ureum : 18 mg/dl (nilai normal : <50 mg/dl)
Natrium : 139 mmol/L (nilai normal : 136-145 mmol/L)
Kalium : 3,7 mmol/L (nilai normal : 3.3-5.1 mmol/L)
GDS : 106 mg/dl (nilai normal : 60-140 mg/dl)
Urin Rutin
Protein Urin : +2 (nilai normal : negatif)
USG : hasil terlampir
II. Interpretasi Data Dasar
1. Diagnosa
G1 P00000 UK 38-39 minggu inpartu kala I fase laten dengan preeklamsia
berat, janin tunggal, hidup, intrauterin.
DS :
- Ini merupakan kehamilan pertama ibu, sebelumnya tidak pernah
keguguran
- HPHT : 4 Agustus 2019
- Mulai merasakan gerakan janin pada awal bulan Desember 2019
- Ibu mengatakan perut terasa kenceng-kenceng sejak pukul 07.00,
terdapat pengeluaran lendir bercampur bercak darah disertai pusing dan
sakit kepala. Keluhan pusing sudah dirasakan ibu sejak 3 hari yang lalu.
DO :
- Pemeriksaan TTV
TD : 170/ 110 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,5 oC
RR : 22x/ menit
- Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak terlihat pucat, tidak terlihat cloasma gravidarum, dan tidak
ada oedema
Mata :simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sclera berwarna
putih
Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut & Gigi: simetris, bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada epulis,
tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, tidak ada
bendungan vena jugularis
Payudara : simetris, kedua puting susu menonjol, tidak ada benjolan
abnormal, terdapat pengeluaran kolostrum pada kedua paudara
Abdomen :
Inspeksi: terdapat linea nigra dan strie alba, tidak ada luka bekas operasi,
pembesaran membujur
Palpasi :
Lepold I : TFU 3 jari dibawah prosesus xifoideus, bagian
fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (kesan bokong)
Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba datar, keras,
memanjang seperti papan (kesan punggung), bagian kiri ibu teraba
bagain kecil jenin (kesan ekstremitas)
Leopold III : bagian bawah janin mudah digerakkan (sudah
masuk PAP)
Leopold IV : divergen, 4/5
Mc Donalds : 30 cm
TBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram
DJJ :132 x/menit, reguler
His : 1 x 10’ x 16”
Genetalia : terpasang DC, tidak ada oedema dan benjolan abnormal pada
vagina
Pemeriksaan dalam: v/v lendir darah (+), pembukaan 3 cm, efficement
25%, ketuban (+), letak kepala, UUK arah jam 2, penurunan kepala
Hodge I, tidak ada molase
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas
Atas : terpasang infus RL di tangan sebelah kanan, kuku jari
tangan tidak terlihat pucat, tidak ada oedema
Bawah : tidak ada varises, tidak terdapat oedema tungkai pada
kaki kanan kiri, refleks patella +/+
- Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Hb : 11 gr/dl (nilai normal : 12.0-15.6 gr/dl)
Hematokrit : 31% (nilai normal : 33-45%)
Leukosit : 9.300 U/L (nilai normal : 4.500-11.000 U/L)
Trombosit : 273.000 U/L (nilai normal : 150.000-450.000 U/L)
Eritrosit : 3,38 juta U/L (nilai normal : 4.10-5.10 juta U/L)
PT : 13,2 detik (nilai normal : 10.0-15.0 detik)
APTT : 26,9 detik (nilai normal : 20.0-40.0 detik)
Gol. darah : AB Rh +
Kimia Darah
SGOT : 14 U/L (nilai normal : 0-35 U/L)
SGPT : 10 U/L (nilai normal : 0-45 U/L)
Albumin : 3,4 g/dl (nilai normal : 3,5- 5.0 g/dl)
Kreatinin : 0,7 mg/dl (nilai normal : 0,6-1.1 mg/dl)
Ureum : 18 mg/dl (nilai normal : <50 mg/dl)
Natrium : 139 mmol/L (nilai normal : 136-145 mmol/L)
Kalium : 3,7 mmol/L (nilai normal : 3.3-5.1 mmol/L)
GDS : 106 mg/dl (nilai normal : 60-140 mg/dl)
Urin Rutin
Protein Urin : +2 (nilai normal : negatif)
USG : hasil terlampir
2. Masalah
Rasa cemas dan takut ibu terhadap kondisinya serta janin
3. Kebutuhan
Pemberian dukungan moril
III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Potensial terjadi eklamsia, sindrom HELLP, dan fetal distress
IV Identifikasi Kebutuhan Segera
Kolaborasi dengan dokter SPOG terkait pemberian terapi dan tindakan
persalinan
V Intervensi
Diagnosa :
G1 P00000 UK 38-39 minggu inpartu kala I fase laten dengan preeklamsia berat
janin tunggal, hidup, intrauterin.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan, diharapkan kondisi ibu dan
janin tetap stabil, persalinan SC dapat berjalan dengan lancar.
Kriteria hasil:
KU baik/cukup, kesadaran komposmentis
Tanda- tanda vital terkontrol
- TD : < 140/90 mmHg
- RR : 16 – 24 x/menit
- N : 60 – 100 x/menit
- S : 36,5 – 37,5 °C
DJJ dalam batas normal yaitu 120- 160 kali/ menit
Tidak terjadi kejang/eklamsia
Telah dilakukan seksio sesarea
Intervensi
1. Jelaskan kondisi ibu berdasarkan hasil pemeriksaan
R/ Ibu berhak mengetahui kondisi kehamilannya, dan dengan menjelaskan
hasil pemeriksaan, diharapkan klien dapat mengerti tentang kondisinya dan
mempersiapkan diri terhadap resiko yang mungkin terjadi, agar segala
permasalahan yang mungkin akan timbul dapat diantisipasi.
2. Berikan penjelasan mengenai preeklamsia, kemungkinan resiko yang dapat
ditimbulkan jika tidak segera ditangani serta penanganan yang akan
dilakukan.
R/ Pemberian penjelasan mengenai preeklamsia dapat membantu ibu dan
keluarga memahami kondisinya saat ini sehingga klien maupun keluarga
dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan arahan/petunjuk
penanganan dari tenaga kesehatan.
3. Kolaborasi dan konsultasi dengan dokter SPOG terkait pemberian terapi
maupun tindakan persalinan pada klien
R/ Bidan harus berkolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan
kegawatdaruratan termasuk dalam penanganan kasus preeklamsia.
4. Minta informed consent terhadap tindakan yang akan dilakukan termasuk
tindakan sectio caesarea
R/ Informed consent penting sebagai persetujuan tindakan medik pada
pasien.
5. Berikan MgSO4 dosis rumatan sesuai dengan advice dokter
R/ Pada kasus preeklamsia berat pemberian MgSO4 bertujuan untuk
mencegah terjadinya kejang atau eklamsia. Setelah mendapatkan loading
dose MgSO4 di Puskesmas selanjutnya diberikan dosis rumatan. Cara
pemberian dosis rumatan MgSO4 adalah 6 g mgSO4 (15 ml larutan MgSO4
40%) dilarutkan kedalam 500 ml larutan Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu
berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, dan
diulang hingga 24 jam setelah persalinan.
6. Berikan obat nifedipine 10 mg per oral sesuai advice dokter
R/ Nifedifin merupakan obat antihipertensi yang termasuk dalam
kelompok calcium channel blocker yang berfungsi untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita preeklamisa sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi serebrovaskuler dan kardiovaskuler. Dosis pemberian
obat nifedipine adalah 10-30 mg per oral, pemberian dosis selanjutnya dapat
dilakukan 45 menit kemudian jika diperlukan
7. Berikan obat ranitidine 150 mg, antacid (sodium citrate 0.3M 30 ml), dan
metoclopramide 10 ml
R/ Ranitidine (obat golongan histamin H2-reseptor antagonis) dan antacid
berperan dalam mengurangi volume dan keasaman lambung sebelum SC
sehingga dapat mengrangi resiko aspirasi pneumonitis, sedangkan
metoclopramide merupakan obat antiemetik yang berfungsi untuk mencegah
mual muntah selama SC. Obat-obat ini dapat diberikan minimal 2 jam
sebelum SC.
8. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi yaitu
dengan cara tarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut
selama timbul kontrkasi.
R/ Metode relaksasi adalah salah satu metode non farmakologi yang efektif
untuk menurunkan nyeri persalinan. Mertode relaksasi dapat memperlancar
sirkulasi darah dan oksigen ke uterus sehingga mengurangi terjadinya fase
kontriksi dan iskemik pada uterus serta memberikan suplei oksigen yang
cukup ke janin.
9. Berikan dukungan moril kepada ibu
R/ Pemberian dukungan moril dapat membuat ibu lebih tenang dan optimis
dalam menghadapi persalinan.
10. Lakukan pemantauan detak jantung janin setiap 30 menit
R/ Pemantauan detak jantung janin bertujuan untuk deteksi dini kondisi fetal
distress pada janin sehingga dapat dilakukan penanganan segera.
11. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan tanda-tanda intoksikasi MgSO4
yang meliputi frekuensi pernafasan, refleks patella dan jumlah urin setiap 30
menit
R/ Pada pasien preeklamsia perlu dilakukan pemantauan berkala untuk
mendeteksi ada tidaknya tanda-tanda intoksikasi MgSO4 yang meliputi
refleks tendon patella negatif, distres pernafasan (frekuensi pernafasan
<16x/menit), dan oliguria (produksi urin <0,5 ml/kgBB/jam). Jika muncul
tanda-tanda intoksikasi maka pemberian MgSO4 harus segera dihentikan
dan berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit.
12. Persiapkan pasien dengan membersihkan tubuh menggunakan cairan
antiseptik dan mengganti dengan baju operasi serta persiapkan
perlengkapan untuk bayi.
R/ Membersihkan tubuh pasien dengan cairan antiseptik bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi.
13. Berikan antibiotik profilaksis cefazolin 2 g dosis tunggal secara IV
R/ Cefazolin merupakan sefalosporin generasi pertama dan antibiotik
profilaksis pilihan untuk SC. Rekomendasi penggunaan cefazolin sebagai
profilaksis adalah 2 g IV dosis tunggal dan diberikan 30-60 menit sebelum
pembedahan.
14. Persiapkan keperlukan dokumen untuk serah terima pasien dengan petugas
OK
R/ Serah terima pasien bertujuan untuk mencegah kesalahan operasi dan
meningatkan keselamatan pasien. Keperluan dokumen serah terima pasien
meliputi catatan rekam pasien, informed consent dan checklist berita acara
serah terima pasien.
VI. Implementasi
1. Menjelaskan kondisi ibu berdasarkan hasil pemeriksaan
2. Memberikan penjelasan mengenai preeklamsia, kemungkinan resiko yang
dapat ditimbulkan jika tidak segera ditangani serta penanganan yang akan
dilakukan.
3. Melakukan kolaborasi dan konsultasi dengan dokter SPOG terkait
pemberian terapi maupun tindakan persalinan pada klien. Advice dokter :
berikan nifedipine 10-30 mg per oral dan dapat diulang 45 menit kemudian
jika TD ≥160/110 mmHg, berikan MgSO4 dosis rumatan yaitu 6 g mgSO4
(15 ml larutan MgSO4 40%) dilarutkan kedalam 500 ml larutan RL dan
berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, diulang
hingga 24 jam setelah persalinan, serta akan dilakukan operasi sesar pukul
14.00 WIB.
4. Meminta informed consent terhadap tindakan yang akan dilakukan termasuk
tindakan sectio caesarea kepada klien
5. Memberikan dosis rumatan MgSO4 6 gr sesuai dengan advice dokter
6. Memberikan obat nifedipine 10 mg per oral sesuai advice dokter
7. Memberikan obat ranitidine 150 mg, antacid (sodium citrate 0.3M 30 ml), dan
metoclopramide 10 ml
8. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi
yaitu dengan cara tarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut
selama timbul kontrkasi.
9. Memberikan dukungan moril kepada ibu
10. Melakukan pemantauan detak jantung janin setiap 30 menit
15. Melakukan pemeriksaan tekanan darah dan tanda-tanda intoksikasi MgSO4
yang meliputi frekuensi pernafasan, refleks patella dan jumlah urin setiap 30
menit
11. Mempersiapkan pasien dengan membersihkan tubuh menggunakan cairan
antiseptik dan mengganti dengan baju operasi serta mempersiapkan
perlengkapan untuk bayi.
12. Memberikan antibiotik profilaksis cefazolin 2 g dosis tunggal secara IV
13. Mempersiapkan semua keperluan dokumen untuk serah terima pasien
dengan petugas OK.
VII Evaluasi
Tanggal : 2 Mei 2020 Pukul : 13.10 WIB
Pada bab ini akan dibahas tentang kesesuaian antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksananan manajemen asuhan kebidanan Nn. W Usia 33 Tahun
G1 P00000 UK 38-39 Minggu Inpartu ala I Fase Laten dengan Preeklamsia Berat,
Janin Tunggal, Hidup, Intrauterin Di RSIA Mutiara Bunda Malang. Untuk
memudahkan pembahasan maka penulis akan menguraikan sebagai berikut.
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1 Saran
1. Tempat pelayanan kesehatan
a. Sebagai bidan diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara
petugas lain (dokter, perawat, dan sesama bidan) untuk
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan yang lebih baik dan
lebih profesional.
b. Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan, diharapkan
senantiasa berusaha untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih
profesional.
c. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, diharapkan bidan dapat
menangani dengan segera kegawatdarutan sesuai dengan protap,
sehingga dalam penanganan yang tepat serta sesuai dapat
mengurangi mortalitas dan morbiditas baik ibu maupun bayi baru
lahir.
2. Program studi S1 Kebidanan FKUB
a. Diharapkan dengan adanya laporan kasus terkait asuhan kebidanan
pada persalinan patologis dengan preeklamsia berat dapat
dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat dilakukan pengkajian
masalah sejak dini, ditatalaksana dengan baik dan memberikan
prognosis yang lebih baik bagi klien.
b. Diharapkan dengan adanya laporan kasus terkait asuhan kebidanan
pada persalinan patologis dengan preeklamsia berat dapat digunakan
mahasiswa sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam
mengidentifikasi dan mengintervensi kasus lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Yulizawati, Iryani, D., Bustami, L. E., Isnani, A. A., Andriani, F., 2017. Asuhan
Kebidanan pada Kehamilan. Padang: Rumahkayu Pustaka Utama.