Kecamatan Lawang
Oleh:
Profesi Bidan
Universitas Brawijaya
Malang
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
kenikmatan, kekuatan, dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus
yang berjudul ―Asuhan Kebidanan Komunitas‖. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas selama masa profesi.
Demikian pula penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dari segi substansi maupun tata bahasa, oleh karena itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan karya ini.
Akhirnya mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang bidan dapat saja di tempatkan dimana saja sesuai dengan tempat-tempat
yang membutuhkannya. Bidan dapat di tempatkan pada pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit, mendirikan Praktek sendiri, di Komunitas (atau yang lebih di kenal Bidan desa). Oleh
sebab itu seorang bidan harus dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan dan lingkungan
sekitarnya (Meilani, 2009).
Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan di desa. Pada setiap desa yang belum ada
fasiltas pelayanan kesehatan bidan ditempatkan di sana dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala puskesmas. Wilayah kerja bidan tersebut adalah suatu desa dengan jumlah
penduduk rata-rata 3000 orang. Dengan tugas utamanya adalah membina peran serta
masyarakat melalui pembinaan posyandu dan pembinaan kelompok persepuluhan, selain
memberikan pelayanan langsung di posyandu dan pertolongan persalinan di rumah-rumah.
Di samping itu juga menerima rujukan masalah kesehatan anggota keluarga untuk diberi
pelayanan seperlunya atau dirujuk ke puskesmas atau fasilitas kesehatan yang lebih mampu
dan terjangkau secara rasional (Efendi, 1998).
Oleh sebab itu, banyaknya peran bidan dalam masyarakat membuat bidan harus
dapat berbicara dan mendekatkan diri pada masyarakat, serta mampu melakukan tindakan
untuk dapat membantu masyarakat serta dapat di terima oleh masyarakat (Enyretna, 2010).
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil studi kasus yang berjudul
Asuhan Kebidanan Komunitas di Dusun Mendek, Desa Srigading, Kecamatan Lawang,
Malang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan komunitas.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif di
komunitas.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa aktual, masalah diagnosis
potensial, dan masalah potensial di komunitas.
3. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang terjadi di komunitas.
4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera ditemukan masalah di
komunitas.
5. Mahasiswa dapat menentukan rencana tindakan sesuai dan kebutuhan di
komunitas.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan yang direncanaka di komunitas.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari tindakan yang telah diberikan di
komunitas.
1.3 Manfaat
1. Bagi mahasiswa kebidanan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
konsep dan manajemen kebidanan di komunitas.
2. Bagi Bidan desa wilayang desa Srigading diharapkan mampu meningkatkan kualitas
asuhan kebidanan di komunitas.
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan jawaban dari tujuan penulisan.
BAB II
PROFIL KELUARGA BINAAN
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
3. Situasi Lingkungan
a. Kepemilikan rumah : Rumah pribadi
b. Jenis Rumah : Permanen
c. Atap Rumah : Genteng
d. Lantai Rumah : Keramik
e. Ventilasi : Jendela cukup, pencahayaan baik
f. Kebersihan dan kerapian : Bersih
g. Pembuangan sampah : Lubang galian sampah
h. Sumber air : Sumber air pegunungan
i. Saluran air limbah : Tertutup
j. Jamban : Leher Angsa
k. Kandang ternak :-
l. Pemanfaatan pekarangan :-
m. Pemanfaatan fasilitas kesehatan : Bidan dan Rumah Sakit
n. Keluarga mempunyai asuransi : Tidak
Keterangan :
: Suami
: Istri
: Anak
: Hubungan Anak
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Tidak
4 Tuniati 60 P Ibu - Islam -
bekerja
3. Situasi Lingkungan
a. Kepemilikan rumah : Rumah pribadi
b. Jenis Rumah : Semi Permanen
c. Atap Rumah : Genteng
d. Lantai Rumah : Tanah
e. Ventilasi : Jendela cukup, pencahayaan baik
f. Kebersihan dan kerapian : Bersih
g. Pembuangan sampah : Lubang galian sampah
h. Sumber air : Sumber air pegunungan
i. Saluran air limbah : Tertutup
j. Jamban : WC Jumblang / Kakus
k. Kandang ternak : Ada, gabung dengan rumah
l. Pemanfaatan pekarangan : Pembuangan sampah
m. Pemanfaatan fasilitas kesehatan : Bidan dan Rumah Sakit
n. Keluarga mempunyai asuransi : Tidak
Keterangan :
: Suami
: Istri
: Ibu
: Anak
: Hubungan Anak
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Keterangan :
: Suami
: Istri
: Anak
: Hubungan Anak
3.1 Metode/desain
Metode praktik kebidanan keluarga ini menggunakan desain deskriptif observasional,
yang bertujuan mencari masalah khususnya masalah KIA-KB, remaja, dan menopause di
Dusun Mendek, desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Pada kasus ini
jenis pendekatan yang digunakan adalah metode survey, yang ditujukan pada rumah tangga
atau keluarga dengan mengumpulkan informasi aktual terkait data kependudukan, status
kesehatan, tanggapa keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial, dana
sehat atau BPJS, usaha pemeliharaan kesehatan mandiri, pengetahuan tentang HIV AIDS,
upaya pelayanan kesehatan (ibu dan anak, nifas, menyusui), bayi dan balita, anak, remaja,
PUS, WUS, dan menopause.
B. Sampel
Seluruh lingkup asuhan kebidanan meliputi bayi, balita, apras, remaja, WUS, PUS,
ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, dan menopause yag berada di wilayah dusun Mendek,
Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
3.5 Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dan dianalisa berupa data kuantitatif yang mencakup
beberapa unsur yaitu data demografi, data KIA.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam kasus ini adalah
kuisioner yang diisi oleh surveyor dengan menanyakan secara langsung
(wawancara) pada kepala keluarga dan anggota keluarga yang lain. Sistematisnya
dengan mengumpulkan informasi aktual terkait data kependudukan, status
kesehatan, tanggapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial,
dana sehat atau BPJS, usaha pemeliharaan kesehatan mandiri, pengetahuan tentang
HIV AIDS, upaya pelayanan kesehatan (ibu dan anak, nifas, menyusui), bayi dan
balita, anak, remaja, PUS, WUS, dan menopause.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari dokumentasi keluarga seperti kartu keluarga,
informasi dari bidan puskesmas, dan data PWS KIA dari bidan pelaksana dan
bidan penangguang jawab desa Srigading, serta data demografi dari Desa
Srigading.
D : PEARL
11. WUS Wanita dalam usia reproduksi yaitu usia 15-49 tahun
baik yang berstatus kawin, janda dan belum menikah
(Depkes, 2003)
4.1 Hasil
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN. H
Hariatul Tidur siang 1-2 jam, tidur malam 7-8 jam, tidur nyeyak
b. Kebiasaan Makan
Hadiono 2-3 kali sehari, nasi, sayur, lauk, minum air putih 5-6 gelas.hari
Wati 2-3 kali/hari porsi kecil, nasi, sayur, lauk, ikan asin, minum 6-8
gelas /hari
Anis 2-3 kali/hari porsi kecil, nasi, sayur, lauk, minum 6-8 gelas /hari
Hariatul 3 kali sehari, nasi, sayur, lauk, minum air putih 4-5 gelas.hari,
susu 1 gelas/hari
c. Pola Eliminasi
Hadiono BAK 6 kali/hari, BAB 1 kali/hari
Anis Mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari saat mandi,
keramas 3 hari sekali
Hariatul Mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari saat mandi,
keramas 2 hari sekali
g. Rekreasi Keluarga
Ibu dan keluarga mengatakan melakukan rekreasi atau sekedar jalan-jalan kalau
perlu, jumlahnya dalam satu tahun tidak menentu.
h. Keadaan sosial ekonomi
Ibu dan keluarga mengatakan bahwa penghasilan didapatkan dari kepala
keluarga dan istri. Jumlah pemasukan dan pengeluaran seimbang. Kebutuhan
hidup sehari-hari dapat terpenuhi dengan cukup. Pendapatan per-bulan sekitar ±
Rp. 2.000.000.
4. Situasi lingkungan
Kepemilikan rumah : Rumah pribadi
Jenis Rumah : Permanen
Atap Rumah : Genteng
Lantai Rumah : Keramik
Ventilasi : Jendela cukup, pencahayaan baik
Kebersihan dan kerapian : Bersih
Pembuangan sampah : Lubang galian sampah
Sumber air : Sumber air pegunungan
Saluran air limbah : Tertutup
Jamban : Leher Angsa
Kandang ternak :-
Pemanfaatan pekarangan :-
Pemanfaatan fasilitas kesehatan : Bidan dan Rumah Sakit
Keluarga mempunyai asuransi kesehatan keluarga mandiri
Hadiono Tidak ada
KOMPONEN
RUMAH
NO KRITERIA NILAI
YANG
SKOR
DINILAI
31
I KOMPONEN RUMAH
(bobot)
Tidak ada 0
Ada, kotor sulit di bersihkan dan rawan
1. Langit-langit 1
kecelakaan
Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2 2
Bukan tembok(terbuat dari anyaman
1
bamboo/ilalang)
Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata
2. Dinding atau batu yang tidak di plester/papan yang tidak 2
kedap air
Permanen (tembok/pasangan bata atau batu yang
3 3
di plester/papan kedap air)
Tanah 0
Papan/anyaman bamboo dekat dengan
1
3. Lantai tanah/plester yang retak/berdebu
Diplester /ubun/keramik/papan(rumah
2 2
panggung)
Jendela kamar Tidak ada 0
4.
tidur Ada 1 1
Jendela ruang tidak ada 0
5.
keluarga Ada 1 1
tidak ada 0
ada, luas ventilasi permanent < 10% dari luas
1
6 Ventilasi lantai
ada, luas ventilasi permanent > 10% dari luas
2 2
lantai
tidak ada 0
ada, luas ventilasi permanent < 10% dari luas
1
Lubang asap dapur
7.
dapur ada, luas ventilasi permanent > 10% dari luas
dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada 2 2
exhauster fan ada peralatan lain yang sejenis
tidak terang, tidak dapat digunakan untuk
0
membaca
kurang terang, sehingga kurang jelas untuk
8. Pencahayaan 1
membaca normal
terang dan tidak silau, sehingga dapat digunakan
2 2
untuk membaca dengan normal
Nilai 465
25
II SARANA SANITASI
(bobot)
tidak ada 0
Sarana Air ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi
1
Bersih syarat kesehatan
1.
(SGL/SPT/PP/K ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat 2
U/PAH) ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat 3
ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 4 4
Tidak ada 0
Ada, bukan leher angsa, tidak tutup, disalurkan
1
Jamban(sarana ke sungai/kolam
2 pembuangan Ada, bukan leher angsa dan ditutup (leher
2
kotoran) angsa), disalurkan ke sungai/kolam
Ada, bukan leher angsa ada tutup, septictank 3
Ada, leher angsa, septictank 4 4
Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di
0
halaman rumah
Sarana Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air
1
3 Pembuangan Air (jarak dengan sumber air <10m)
Limbah (SPAL) Ada, disalurkan ke selokan terbuka 2
Ada, dialirkan ke selokan tertutup (selokan kota)
3 3
untuk diolah lebih lanjut
Sarana Tidak ada 0
Pembuangan Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup 1
4
Sampah (tempat Ada, kedap air dan tidak tertutup 2
sampah) Ada, kedap air dan tertutup 3 3
Nilai 350
III PERILAKU PENGHUNI 44(bobot)
Tidak pernah dibuka 0
Membuka
1 Kadang-kadang 1 1
Jendela Kamar
Setiap hari dibuka 2
2 Membersihkan Tidak pernah 0
rumah dan Kadang-kadang 1
halaman Setiap hari 2 2
Membuang tinja Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan 0
3 bayi dan balita Kadang-kadang ke jamban 1
ke jamban Setiap hari dibuang ke jamban 2 2
Membuang Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan 0
4 sampah pada Kadang-kadang dibuang ke tempat sampah 1
tempat sampah Sering dibuang ke tempat sampah 2 2
Nilai 308
TOTAL HASIL PENILAIAN 1123
Kesimpulan : Rumah Sehat
9. Fungsi keluarga
Hadiono Sebagai suami dan pencari nafkah
Wati Sebagai istri dan ibu rumah tangga yang mengatur segala
kebutuhan rumah tangga dan mengasuh anak, serta membantu
mencari nafkah
11. Komunikasi
Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan secara langsung, keluarga Tn.Hadiono
memiliki handphone untuk berkomunikasi dengan keluarga besarnya.
12. Transportasi
Keluarga Tn. Hadiono memiliki sepeda motor 1.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Tn. Hadiono
Keadaan Umum : Baik
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang dan
berkarang
Punggung : tidak ada benjolan abnormal pada punggung, tidak ada scoliosis,
lordosis, dan kifosis,
Ekstrimitas : Pergerakan bebas, sianosis (-), varises (-), reflek patela (+)
b. Ny. Wati
Keadaan Umum : Baik
BB : 49 kg
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang dan
berkarang
Payudara : Tidak ada massa, pengeluaran ASI (-), kemerahan (-) teraba keras
(-), nyeri tekan (-)/(-)
Punggung : tidak ada benjolan abnormal pada punggung, tidak ada scoliosis,
lordosis, dan kifosis, posisi tubuh tegak.
Ekstrimitas : Pergerakan bebas, sianosis (-), varises (-), reflek patela (+)
c. An. Anis
Keadaan Umum : baik
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi
Punggung : Tidak ada benjolan abnormal pada punggung, tidak ada scoliosis,
lordosis, dan kifosis, posisi tubuh tegak.
d. An. Hariatul
Keadaan Umum : baik
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, ada caries gigi depan
Punggung : tidak ada benjolan abnormal pada punggung, tidak ada scoliosis,
lordosis, dan kifosis, posisi tubuh tegak.
Pemeriksaan Perkembangan
No Tugas Perkembangan Ya Tidak
Stimulasi
1. 8 8 8 Y Y Y Y Y 192 I
Perkembangan
Keterangan:
A = Besar
B = Kegawatdaruratan
C = Kemudahan
D = PEARL
4.1.3 Plan Of Action
1.
Kurangnya Mengajarkan BINKEL Ibu maupun Ayah dan Balita Mahasis KPSP Anak dapat Balita dapat Aulia Dana Mandiri
stimulasi pada pada ibu dan keluarga dapat Ibu wa melakukan melakukan Kurnianti
APE
balita keluarga cara mengetahui cara tugas tugas Dewi
menstimulasi menstimulasi Buku perkembangan perkembang
Pengukuran balita KIA sesuai dengan an sesuai
KPSP secara usia dengan usia
berkelanjutan
2. Kurangnya KIE pentingnya BINKEL Ibu dan keluarga Ibu dan WUS Mahasis Leaflet Keluarga Tanya jawab Aulia Dana Mandiri
pengetahuan kesehatan pentingnya suami wa mengerti Kurnianti
Ny. W tentang reproduksi kesehatan pentingnya Dewi
kesehatan seperti bahaya reproduksi kesehatan
reproduksi penyakit kanker seperti bahaya reproduksi
khususnya serviks, kanker penyakit kanker seperti bahaya
tentang kanker payudara, serviks, kanker penyakit kanker
servix, dan pentingnya payudara, serviks, kanker
belum pernah pemeriksaan pentingnya payudara,
mengikuti kesehatan pemeriksaan pentingnya
pemeriksaan reproduksi kesehatan pemeriksaan
kanker servix seperti IVA, reproduksi kesehatan
maupun belum SADARI, seperti IVA, reproduksi
mengetahui HIV/AIDS SADARI, seperti IVA,
cara HIV/AIDS SADARI,
melakukan HIV/AIDS
pemeriksaan
payudara
sendiri.
34
4.1.4 Implementasi
Tanggal/Jam : 4 April 2018/16.00 WIB
1. Melakukan pendekatan terapeutik dan bina hubungan saling percaya, melakukan
pendekatan secara terapeutik agar terjalin hubungan yang baik antara ibu dan bidan,
sehingga data yang dibutuhkan bisa didapatkan dengan jelas dan lengkap.
2. Melakukan test perkembangan dengan kpsp
3. Melakukan tanya jawab untuk mengkonfirmasi tingkat pengetahuan klien tentang
kesehatan reproduksi
4. Memberikan informasi, konseling dan edukasi tentang kesehatan reproduksi pada
WUS.
Menggali pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Menjelaskan tentang cara menjaga kesehatan reproduksi
Mengajarkan cara deteksi dini kelainan reproduksi pada WUS
5. Memberikan KIE pada ibu untuk tetap memantau pertumbuhan balita dengan rutin
ke posyandu
6. Mengajarkan pada ibu cara menstimulasi balita sesuai dengan usia.
P:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik, yaitu dari hasil pemeriksaan fisik saat ini
kondisi ibu dalam batas normal dan tidak ada keluhan.
19
E/ ibu mengetahui bahwa dari hasil pemeriksaan fisik kondisi ibu dalam batas
normal
2. Mengkaji ulang pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi
E/ ibu dapat menjelaskan cara menjaga kesehatan reproduksi dengan menjaga
hidup sehat dan bersih.
3. Mengajari ibu cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri/SADARIsebagai
pencegahan dan deteksi dini kanker payudara
E/ Ibu mengerti dan mau melakukannya secara rutin di rumah
4. Menganjurkan ibu datang periksa IVA atau papsmear untukdeteksi dini pada kanker
serviks
E/ Ibu bersedia melakukan pemeriksaan IVA tetapi tidak di safari karena ibu
merasa malu jika berbarengan dengan orang banyak.
b. An. H
S: Ibu mengatakan anak sudah mulai bisa membuat lingkaran dan mulai belajar
sepedah roda empat
O: Keadaan Umum : Baik Kesadaran : komposmentis
Tanda-Tanda Vital
Nadi : 100 x/menit, Suhu : 36.5 ˚C, Pernafasan : 24 x/menit
Antropometri
BB: 16 kg, TB : 102 cm
Mata : Sklera ikterik (-)/(-), konjungtiva anemis (-)/(-)
Mulut : terdapat caries gigi depan
Dada : Rhonchi (-)/ wheezing (-)
Perut : Massa abnormal (-)
Ekstremitas: edema (-)
A: Anak usia 51 bulan dengan perkembangan meragukan
P:
1. Memberikan stimulasi perkembangan anak sesuai dengan usia yang belum dapat
dilakukan oleh anak
E/ anak kooperatif dengan stimulasi yang diberikan dengan memulai mencoba
stimulasi yang diberikan
2. Mengingatkan ibu setiap hari untuk mengajari/memberikan stimulasi
perkembangan yang telah diajarkan
E/ ibu mengerti dan bersedia
3. Mengajari ibu juga untuk stimulasi perkembangan anak selanjutnya agar saat
pemantauan selanjutnya anak sudah bisa melakukannya
E/ Ibu mengertidan bersedia melakukannya
4. Menganjurkan ibu untuk mengikutsertakan anaknya pada lomba balita sehatagar
melatih anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
E/ Ibu bersedia anaknya diikutkan lomba balita sehat
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan dan personal hygiene anak agar
nantinya ketika gigi susu anak sudah terlepas dan digantikan gigi baru tidak
terdapat caries gigi lagi.
E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
b. An. H
S: Ibu mengatakan anak sudah bisa membuat lingkaran sendiri, tetapi belum bisa
menaiki sepedah.
O: Keadaan Umum : Baik Kesadaran : komposmentis
Tanda-Tanda Vital
Nadi : 122 x/menit, Suhu : 36.7 ˚C, Pernafasan : 42 x/menit
Antropometri
BB: 16 kg, TB : 102 cm
Mata : Sklera ikterik (-)/(-), konjungtiva anemis (-)/(-)
Dada : Rhonchi (-)/ wheezing (-)
Perut : massa abnormal (-)
Ekstremitas: edema (-)
A: Anak usia 51 bulan dengan perkembangan normal
P:
1. Melakukan tes KPSP
E/ anak kooperatif dengan tes yang diberikan, dari 9 pertanyaan anak dapat
melakukan 8 perkembangan.
No Tugas Perkembangan Ya Tidak
4.1.6 Pembahasan
Pada keluarga Tn.H, terdapat 2 masalah kesehatan yang diangkat. Masalah pada
anak yaitu An. H dengan perkembangan meragukan. Sesuai dengan deteksi dini
penyimpangan perkembangan didapatkan hasil meragukan. Perkembangan (development)
adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 2012). Tujuan dilakukan skrining perkembangan anak
menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Jadwal skrining KPSP rutin dilakukan pada usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24,
30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut,
minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Skrining dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas PAUD terlatih. Sesuai
hasil pengkajian, interpretasi hasil perkembangan anak adalah meragukan. Tindakan yang
dapat dilakukan adalah beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin. Ajarkan ibu cara melakukan
intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar
ketertinggalannya. Seorang anak memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh
kembangnya. Optimalisasi perkembangan diperlukan adanya interaksi antara anak dan
orangtua, terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara
keseluruhan karena orangtua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan
anaknya sedini mungkin dan memberikan stimulus tumbuh kembang anak yang menyeluruh
dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Terdapat empat faktor risiko yang mempengaruhi
perkembangan anak-anak di Negara berkembang yaitu malnutrisi kronis berat, stimulasi dini
yang tidak adekuat, defisiensi yodium dan anemia defisiensi besi. Salah satu faktor resiko
yang penting dan berhubungan dengan interaksi ibu dan anak adalah pemberian stimulasi
dini. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu faktor internal
dan faktor eksternal, faktor internal meliputi genetic dan pengaruh hormon sedangkan faktor
eksternal meliputi lingkungan. Orang tua termasuk dalam faktor lingkungan, yaitu
lingkungan keluarga karena disinilah orang tua melakukan interaksi pertama kali dengan
anak untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan usia perkembangannya.
Stimulasi harus diberikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode
bermain, dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal. Semakin dini
stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak
stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga perkembangan
anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang banyak mendapat
stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia kurang dari 4 tahun. Sebaliknya, jika
anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak
akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak menjadi terhambat
(Adriana, 2014).
Masalah yang kedua yaitu kurangnya pengetahuan Ny. W tentang kesehatan
reproduksi khususnya tentang kanker servix dan kanker payudara, dan belum pernah
mengikuti pemeriksaan kanker servix maupun belum mengetahui cara melakukan
pemeriksaan payudara sendiri. Hasil tanya jawab Ny. W hanya bisa menjawab benar 2 dari
6 pertanyaan. Setelah diberikan KIE tentang kesehatan reproduksi, deteksi dini kanker
payudara, dan deteksi dini kanker servix, maka untuk mengetahui apakah ibu sudah paham
dengan hal tersebut dilakukan tanya jawab dengan hasil Ny. W bisa menjawab benar 6 dari
pertanyaan yang diajukan.
Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks yang berasal dari metaplasia epitel di
daerah sambungan skuamo kolumnar (SSK) yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan
mukosa kanalis servikalis (Andrijino, 2009). Penyakit ini merupakan jenis kanker kedua
terbanyak yang diderita wanita di seluruh dunia, biasanya menyerang wanita berusia 35-55
tahun. Menurut Globocan IARC 2002, insiden kanker serviks di Indonesia diestimasikan
sebesar 16 per 100.000 wanita. Data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Rawat
Jalan (Kasus Baru) tahun 2007, kanker serviks menempati urutan kedua yaitu 264 kasus
setelah kanker payudara. Masih tingginya insiden kanker serviks di Indonesia disebabkan
karena kesadaran wanita yang sudah menikah/melakukan hubungan seksual dalam
melakukan deteksi dini masih rendah (kurang dari 5%). Kanker serviks dapat dicegah
dengan menghindari faktor risiko dan deteksi dini, pengetahuan tentang penyebab dan faktor
risiko kanker serviks sangatlah penting. Dengan pengetahuan yang baik diharapkan akan
muncul kesadaran wanita untuk menghindari faktor risiko dan melakukan pemeriksaan
secara dini sehingga kanker serviks dapat ditemukan pada stadium awal, dapat mengurangi
beban sosial ekonomi yang terjadi akibat kanker serviks.
Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara yang berasal dari kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, serta sering menimbulkan kematian pada wanita.
Kanker payudara merupakan kelainan pada payudara yang sering ditakuti. Kanker payudara
merupakan lesi yang sering ditemukan pada wanita dan berbahaya, serta merupakan
penyebab kematian kedua setelah kanker leher rahim (Maesaroh, 2016).
Berdasarkan data International Agency Cancer Registry (IACR) tahun 2002, kanker
payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada wanita (incidence rate 38 per
100.000 wanita), kasus baru yang ditemukan 22,7% dengan jumlah kematian 14% per tahun
dari seluruh kasus kanker pada wanita di dunia. Hal yang sama terjadi dimana kanker
tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26
per 100.000 perempuan. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun
2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di
Indonesia (21,69%). (Depkes, 2007).
Penyuluhan kesehatan pada dasarnya merupakan salah satu penyampaian informasi
yang dilakukan melalui komunikasi dua arah dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
sehingga menghasilkan pemahaman yang baik yang kemudian mencerminkan perilaku yang
baik pula. Jika teknik komunikasi dilakukan dengan tepat dan baik dalam frekuensi dan
waktu yang cukup maka akan mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
SADARI.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ratna (2010) yang menyatakan bahwa penyuluhan
berpengaruh terhadap pengetahuan wanita tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker
payudara dan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bloom yang mengatakan bahwa
pengetahuan seseorang adalah merupakan bagian dari ―kognitif domain‖ yaitu bagaimana
terjadi proses tahu yang terdiri dari enam tingkatan yaitu tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), syntesis (Synthesis), dan
evaluasi (evaluation). Pengetahuan atau kognitif juga merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan akan
membentuk perilaku yang merupakan outcome dari proses belajar. Dari penelitian
didapatkan pengetahuan mahasiswi sebelum diberikan penyuluhan kesehatan sebanyak
61,81% dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan meningkat menjadi 86,22% (Diniati,
2012).
1 Kepala
Karnoto 30 L SD Petani Islam -
Keluarga
2 Lilik 20 P Istri SMP IRT Islam WUS
Tidak
4 Tuniati 60 P Ibu - Islam -
bekerja
15. Kebiasaan sehari – hari
i. Kebiasaan tidur
Karnoto Tidur malam 6-7 jam, tidur nyeyak
Hanatul Tidur siang 1-2 jam, tidur malam 8-9 jam, tidur nyeyak
Tuniati Tidur siang 1 jam kadang-kadang, Tidur malam 5-6 jam, tidak
nyenyak, karena sering merasa panas saat malam hari
j. Kebiasaan Makan
Karnoto 2-3 kali sehari, nasi, sayur, lauk, minum air putih 5-6 gelas.hari
Lilik 2-3 kali/hari porsi kecil, nasi, sayur, lauk, ikan asin, minum 6-8
gelas /hari
Hanatul 3 kali/hari menu nasi, lauk, sayu, sedikit dihaluskan, minum air
putih 1-2gelas/hari, susu botol 2-4 botol/hari, kadang masih
minum ASI ibu
Tuniati 2-3 kali/hari porsi kecil, nasi, sayur, lauk, ikan asin, minum 6-8
gelas /hari
k. Pola Eliminasi
Karnoto BAK 5-6 kali/hari, BAB 1 kali/hari
Lilik Mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari saat mandi,
keramas 3 hari sekali
Hanatul Mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari saat mandi,
keramas 2 hari sekali
Tuniati Mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari saat mandi,
keramas 3 hari sekali
o. Rekreasi Keluarga
Ibu dan keluarga mengatakan jarang melakukan rekreasi, terkadang dalam
setahun tidak pernah sama sekali.
p. Keadaan sosial ekonomi
Ibu dan keluarga mengatakan bahwa penghasilan didapatkan dari kepala
keluarga. Jumlah pemasukan dan pengeluaran seimbang. Kebutuhan hidup
sehari-hari dapat terpenuhi dengan cukup. Pendapatan per-bulan sekitar ± Rp.
1.500.000.
KOMPONEN
RUMAH
NO KRITERIA NILAI
YANG
SKOR
DINILAI
31
I KOMPONEN RUMAH
(bobot)
Tidak ada 0
1. Langit-langit
Ada, kotor sulit di bersihkan dan rawan 1 1
kecelakaan
Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2
Bukan tembok(terbuat dari anyaman
1
bamboo/ilalang)
Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata
2. Dinding atau batu yang tidak di plester/papan yang tidak 2 2
kedap air
Permanen (tembok/pasangan bata atau batu yang
3
di plester/papan kedap air)
Tanah 0 0
Papan/anyaman bamboo dekat dengan
1
3. Lantai tanah/plester yang retak/berdebu
Diplester /ubun/keramik/papan(rumah
2
panggung)
Jendela kamar Tidak ada 0
4. tidur
Ada 1 1
Lilik Sebagai istri dan ibu rumah tangga yang mengatur segala
kebutuhan rumah tangga dan mengasuh anak
23. Komunikasi
Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan secara langsung, keluarga Tn.Karnoto
tidak memiliki handphone untuk berkomunikasi dengan keluarga besarnya.
24. Transportasi
Keluarga Tn. Karnoto memiliki sepeda motor 1.
PEMERIKSAAN FISIK
e. Tn. Karnoto
Keadaan Umum : Baik
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang dan
berkarang
Punggung : tidak ada benjolan abnormal pada punggung, tidak ada scoliosis,
lordosis, dan kifosis,
Ekstrimitas : Pergerakan bebas, sianosis (-), varises (-), reflek patela (+)
f. Ny. Lilik
Keadaan Umum : Baik
BB : 56 kg
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang dan
berkarang
Payudara : Tidak ada massa, pengeluaran ASI (+), kemerahan (-) teraba keras
(-), nyeri tekan (-)/(-)
Punggung : tidak ada benjolan abnormal pada punggung, tidak ada scoliosis,
lordosis, dan kifosis, posisi tubuh tegak.
Ekstrimitas : Pergerakan bebas, sianosis (-), varises (-), reflek patela (+)
g. An. Hanatul
Keadaan Umum : baik
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi
Punggung : tidak ada benjolan abnormal pada punggung, tidak ada scoliosis,
lordosis, dan kifosis, posisi tubuh tegak.
Pemeriksaan Perkembangan
No Tugas Perkembangan Ya Tidak
d. Ny. Tuniati
Keadaan Umum : Baik
BB : 46 kg
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang dan
berkarang
Payudara : Tidak ada massa, pengeluaran cairan (-), kemerahan (-) teraba
keras (-), nyeri tekan (-)/(-)
Punggung : tidak ada benjolan abnormal pada punggung, tidak ada scoliosis,
lordosis, dan kifosis, posisi tubuh tegak.
Ekstrimitas : Pergerakan bebas, sianosis (-), varises (-), reflek patela (+)
4.1.7 Diagnosa
4.1.7.1 Rumusan Masalah
3. Kurangnya pengetahuan Ny. T tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang
keluhan selama menopause dan cara menanggulanginya.
Kurangnya
1. pengetahuan tentang 8 8 8 Y Y Y Y Y 192 I
menopause
Keterangan:
A = Besar
B = Kegawatdaruratan
C = Kemudahan
D = PEARL
4.1.8 Plan Of Action
1.
Kurangnya Memberikan BINKEL Ibu maupun Ibu dan Lansia Mahasis Leaflet Ibu dapat Keluhan Aulia Dana Mandiri
pengetahuan KIE kepada keluarga dapat keluarga wa mengurangi berkurang Kurnianti
tentang Ny. T dan mengetahui cara keluhannya Dewi
menopause keluarga menanggulangi selama
mengenai keluhan selama menopause
tanda dan menopause
keluhan dan
selama
menopause
serta cara
menanggulan
ginya
4.1.9 Implementasi
Tanggal/Jam : 4 April 2018/16.00 WIB
7. Melakukan pendekatan terapeutik dan bina hubungan saling percaya,melakukan
pendekatan secara terapeutik agar terjalin hubungan yang baik antara ibu dan
bidan, sehingga data yang dibutuhkan bisa didapatkan dengan jelas dan lengkap.
8. Melakukan tanya jawab untuk mengkonfirmasi tingkat pengetahuan klien tentang
kesehatan reproduksi
9. Memberikan informasi, konseling dan edukasi tentang kesehatan reproduksi selama
menopause.
10. Memberikan informasi, konseling dan edukasi tentang menanggulangi keluhannya
selama menopause
4.1.11 Pembahasan
Pada keluarga Tn. K, terdapat satu masalah kesehatan yang diangkat. Masalah
tersebut mengenai keluhan menopause yang dialami oleh Ny. T yakni terasa panas ketika
malam yang menyebabkan tidurnya tidak nyenyak. Menopause merupakan suatu masa
ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen yang
mengakibatkan haid tidak muncul lagi. hal ini dapat diartikan sebagai berhentinya
kesuburan (Anngila, 2010).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mengenai
menopause terdapat 4,3 juta seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240-250 juta
pada tahun 2012. Dalam kategori wanita tersebut (usia lebih dari 46-49 tahun) 18% wanita
Indonesia telah mengalami menopause dengan segala akibat serta dampak yang
menyertainya(Depkes RI, 2012).
Gejala-gejala yang umum terjadi pada masa menopause secara fisik di antaranya
hot flush atau rasa panas pada wajah, leher, dada dan punggung. Kulit menjadi merah dan
hangat disertai keringat yang berlebihan (keringat terutama pada malam hari) dan jantung
berdebar-debar (Proverawati, 2010). Hal ini sesuai dengan keluhan yang dialami oleh Ny.
T yakni mengalami panas yang menyebabkan susah tidur ketika malam hari. Dan ini selalu
membuat Ny.T merasa cemas akan kondisinya, dan selalu merasa bahwa dirinya tidak
sehat.
Hot flush adalah rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar ke seluruh tubuh.
Rasa panas ini terutama terjadi pada wajah, dada, dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti
dengan timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi
selama 30 detik dampai dengan beberapa menit (Smart, 2010).
Menurut Wirakusumah (2004) untuk mengatasi hot flush (rasa panas) dapat
dilakukan beberapa cara antara lain berfikir positif dan jangan panik, menerapkan pola
hidup sejak sejak dini dengan makan teratur dan mengandung gizi seimbang, melakukan
olah raga teratur, mengonsumsi makanan yang mengandung zat makanan yang bersifat
menyerupai esterogen, menghindari konsumsi rokok, membatasi konsumsi kopi,
menghindari konsumsi garam berlebih, dan menggunakan pakaian yang nyaman. Hal ini
sesuai dengan asuhan yang telah diberikan yakni mengenai rasa panas yang memang
sering dialami oleh wanita menopause. Ny. T juga dianjurkan untuk mengurangi makanan
yang pedas, selalu berfikir positif, lebih banyak berdoa dan menjaga pola makan seperti
mengurangi kopi, dan makan makanan tinggi estrogen contohnya toge/kecambah.
r. Kebiasaan Makan
Muhsin 2-3 kali sehari, nasi, sayur, lauk, minum air putih 5-6 gelas.hari
2-3 kali/hari porsi kecil, nasi, sayur, lauk, ikan asin, minum 6-8
Darmini
gelas /hari
A. Maulana 2-3 kali/hari, nasi, sayur, lauk, minum 6-8 gelas /hari
Siti F. 2-3 kali/hari, nasi, sayur, lauk, minum 6-8 gelas /hari
M. Rizky 2-3 kali/hari, nasi, sayur, lauk, minum 6-8 gelas /hari
s. Pola Eliminasi
Muhsin BAK 6 kali/hari, BAB 1 kali/hari
Mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari saat mandi,
Darmini
keramas 3 hari sekali
Mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari saat mandi,
A. Maulana
keramas 3 hari sekali
Mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari saat mandi,
Siti F.
keramas 2 hari sekali
Mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari saat mandi,
M. Rizky
keramas 2 hari sekali
w. Rekreasi Keluarga
Ibu dan keluarga mengatakan melakukan rekreasi atau sekedar jalan-jalan kalau
perlu, jumlahnya dalam satu tahun tidak menentu.
KOMPONEN
RUMAH
NO KRITERIA NILAI
YANG
SKOR
DINILAI
31
I KOMPONEN RUMAH
(bobot)
Tidak ada 0
Ada, kotor sulit di bersihkan dan rawan
1. Langit-langit 1 1
kecelakaan
Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2
Bukan tembok(terbuat dari anyaman
1
bamboo/ilalang)
Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata
2. Dinding atau batu yang tidak di plester/papan yang tidak 2
kedap air
Permanen (tembok/pasangan bata atau batu yang
3 3
di plester/papan kedap air)
Tanah 0
Papan/anyaman bamboo dekat dengan
1
3. Lantai tanah/plester yang retak/berdebu
Diplester /ubun/keramik/papan(rumah
2 2
panggung)
Jendela kamar Tidak ada 0
4.
tidur Ada 1 1
Jendela ruang tidak ada 0
5.
keluarga Ada 1 1
tidak ada 0
ada, luas ventilasi permanent < 10% dari luas
1
6 Ventilasi lantai
ada, luas ventilasi permanent > 10% dari luas
2 2
lantai
tidak ada 0
ada, luas ventilasi permanent < 10% dari luas
1
Lubang asap dapur
7.
dapur ada, luas ventilasi permanent > 10% dari luas
dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada 2 2
exhauster fan ada peralatan lain yang sejenis
tidak terang, tidak dapat digunakan untuk
0
membaca
kurang terang, sehingga kurang jelas untuk
8. Pencahayaan 1
membaca normal
terang dan tidak silau, sehingga dapat digunakan
2 2
untuk membaca dengan normal
Nilai 434
25
II SARANA SANITASI
(bobot)
tidak ada 0
Sarana Air ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi
1
Bersih syarat kesehatan
1.
(SGL/SPT/PP/K ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat 2
U/PAH) ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat 3 3
ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 4
Tidak ada 0
Ada, bukan leher angsa, tidak tutup, disalurkan
Jamban(sarana 1
ke sungai/kolam
2 pembuangan
Ada, bukan leher angsa dan ditutup (leher
kotoran) 2
angsa), disalurkan ke sungai/kolam
Ada, bukan leher angsa ada tutup, septictank 3
Ada, leher angsa, septictank 4 4
Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di
0
halaman rumah
Sarana Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air
1
3 Pembuangan Air (jarak dengan sumber air <10m)
Limbah (SPAL) Ada, disalurkan ke selokan terbuka 2
Ada, dialirkan ke selokan tertutup (selokan kota)
3 3
untuk diolah lebih lanjut
Sarana Tidak ada 0
Pembuangan Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup 1
4
Sampah (tempat Ada, kedap air dan tidak tertutup 2
sampah) Ada, kedap air dan tertutup 3 3
Nilai 325
III PERILAKU PENGHUNI 44(bobot)
Tidak pernah dibuka 0
Membuka
1 Kadang-kadang 1 1
Jendela Kamar
Setiap hari dibuka 2
Membersihkan Tidak pernah 0
2 rumah dan Kadang-kadang 1
halaman Setiap hari 2 2
Membuang tinja Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan 0
3 bayi dan balita Kadang-kadang ke jamban 1
ke jamban Setiap hari dibuang ke jamban 2 2
Membuang Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan 0
4 sampah pada Kadang-kadang dibuang ke tempat sampah 1
tempat sampah Sering dibuang ke tempat sampah 2 2
Nilai 308
TOTAL HASIL PENILAIAN 1067
Kesimpulan : Rumah Kurang Sehat
29. Keadaan kesehaan keluarga :
Tn. M : Suami mengaku sedang tidak sakit apapun. Tekanan
darah tidak pernah naik.
Darmini Sebagai istri dan ibu rumah tangga yang mengatur segala
kebutuhan rumah tangga dan mengasuh anak
35. Komunikasi
Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan secara langsung, keluarga
Tn.Muhsin memiliki handphone untuk berkomunikasi dengan keluarga besarnya.
36. Transportasi
Keluarga Tn. Muhsin memiliki sepeda motor 1.
PEMERIKSAAN FISIK
h. Tn. Muhsin
Keadaan Umum : Baik
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang dan
berkarang
Punggung : tidak ada benjolan abnormal pada punggung, tidak ada scoliosis,
lordosis, dan kifosis,
Ekstrimitas : Pergerakan bebas, sianosis (-), varises (-), reflek patela (+)
i. Ny. Darmini
Keadaan Umum : Baik
BB : 52 kg
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang dan
berkarang
Payudara : Tidak ada massa, pengeluaran ASI (-), kemerahan (-) teraba
keras (-), nyeri tekan (-)/(-)
Punggung : tidak ada benjolan abnormal pada punggung, tidak ada scoliosis,
lordosis, dan kifosis, posisi tubuh tegak.
Ekstrimitas : Pergerakan bebas, sianosis (-), varises (-), reflek patela (+)
j. An. A. Maulana
Keadaan Umum : baik
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi
Mulut dan Gigi : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi
1. Pengetahuan KB 8 8 8 Y Y Y Y Y 192 I
Pengetahuan kespro
2. 7 7 8 Y Y Y Y Y 168 II
remaja
Keterangan:
A = Besar
B = Kegawatdaruratan
C = Kemudahan
D = PEARL
4.1.13 Plan Of Action
1.
Kurangnya KIE mengenai BINKEL Ibu maupun Ibu dan Ibu dan Mahasis Leaflet Keluarga Tanya Jawab Aulia Dana Mandiri
pengetahuan macam-macam suami dapat suami suami wa mengerti Kurnianti
Ny. D KB beserta cara mengetahui macam-macam Dewi
mengenai KB dan efek macam-macam KB beserta cara
sampingnya KB beserta cara dan efek
Khususnya
dan efek sampingnya
mengenai
sampingnya
jenis-jenis KB
serta dapat
selain pil dan
menentukan
cara serta efek
metode KB
samping dari
yang sesuai
setiap jenis
KB
2. Kurangnya KIE pentingnya BINKEL Anak dapat Anak Remaja Mahasis Leaflet Anak mengerti Tanya jawab Aulia Dana Mandiri
pengetahuan kesehatan mengerti Putri wa pentingnya Kurnianti
Nn. S reproduksi dan pentingnya kesehatan Dewi
mengenai cara menjaga kesehatan reproduksi dan
kesehatan kesehatan reproduksi dan cara menjaga
reproduksi dan reproduksi serta cara menjaga kesehatan
cara menjaga pentingnya kesehatan reproduksi serta
kesehatan pemeriksaan reproduksi serta pentingnya
reproduksi kesehatan pentingnya pemeriksaan
serta reproduksi pemeriksaan kesehatan
pentingnya seperti kesehatan reproduksi
pemeriksaan SADARI. reproduksi seperti
kesehatan seperti SADARI.
reproduksi SADARI.
seperti
SADARI.
4.1.14 Implementasi
Tanggal/Jam : 4 April 2018/16.00 WIB
11. Melakukan pendekatan terapeutik dan bina hubungan saling percaya,
melakukan pendekatan secara terapeutik agar terjalin hubungan yang baik
antara ibu dan bidan, sehingga data yang dibutuhkan bisa didapatkan
dengan jelas dan lengkap.
12. Melakukan tanya jawab untuk mengkonfirmasi tingkat pengetahuan klien
tentang kesehatan reproduksi
13. Memberikan informasi, konseling dan edukasi tentang KB pada PUS.
Menggali pengetahuan tentang KB
Menjelaskan tentang macam-macam KB beserta cara dan efek
sampingnya
Memberikan anjuran kepada keluarga untuk memilih metode
kontrasepsi yang sesuai
14. Memberikan informasi, konseling dan edukasi tentang kesehatan
reproduksi pada Remaja Putri.
Menggali pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Menjelaskan tentang cara menjaga kesehatan reproduksi
Mengajarkan cara deteksi dini kelainan reproduksi pada remaja
e. Nn. S
S: Klien mengatakan sering nyeri perut saat 1-2 hari pertama menstruasi
O: KU : baik Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit
T : 36,5 oC RR : 20 x/menit
Kepala : Sklera ikterik (-)/(-), konjungtiva anemis (-)/(-)
Thorax : Suara nafas normal, ronkhi (-), wheezing (-).
Eksterimitas : Pergerakan bebas, sianosis (-), varises (-), reflek patela (+)
A: Remaja usia 15 tahun dengan dismenorhea
P:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik, yaitu dari hasil pemeriksaan fisik
saat ini kondisi klien dalam batas normal
E/ klien mengetahui bahwa dari hasil pemeriksaan fisik kondisi ibu
dalam batas normal
2. Menjelaskan kembali kepada klien mengenai kesehatan reproduksi
wanita terutama pada remaja.
E/ klien mengerti penjelasan yang telah diberikan.
3. Menjelaskan kembali mengenai cara menjaga kesehatan reproduksi
remaja seperti menjaga kebersihan di area genetalia
E/ klien mengerti penjelasan yang diberikan
4. Mengajarkan klien cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri
E/ klien bersedia melakukannya semua gerakan SADARI setiap
pagi/sore saat mandi
5. Menjelaskan pada klien cara mengurangi rasa nyeri saat menstruasi
seperti mengompres perut dengan botol berisi air hangat atau berolah
raga ringan seperti jalan kaki untuk meredakan nyeri
E/ klien mengerti dan bersedia melakukannya saat menstruasi dan
nyerinya timbul
b. Nn. S
S: klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan
O: KU : baik Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit
T : 36,5 oC RR : 20 x/menit
Kepala : Sklera ikterik (-)/(-), konjungtiva anemis (-)/(-)
Thorax : Suara nafas normal, ronkhi (-), wheezing (-).
Eksterimitas : Pergerakan bebas, sianosis (-), varises (-), reflek patela (+)
A: Remaja usia 15 tahun dengan dismenorhea
P:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik, yaitu dari hasil pemeriksaan fisik
saat ini kondisi klien dalam batas normal dan tidak ada keluhan.
E/ klien menegetahui bahwa dari hasil pemeriksaan fisik kondisi ibu
dalam batas normal
2. Mengkaji ulang pengetahuan klien tentang kesehatan reproduksi
E/ klien dapat menjelaskan cara menjaga kesehatan reproduksi pada
remaja
3. Mengkaji ulang apakah klien masih merasakan nyeri ketika menstruasi
E/ klien mengatakan nyerinya berkurang saat dikompres hangat
4. Mengevaluasi cara klien melakukan SADARI
E/ Klien dapat melakukan SADARI dengan benar
4.1.16 Pembahasan
Pada keluarga Tn. M, terdapat 2 masalah kesehatan yang diangkat. Masalah
pada anak yaitu Nn. S remaja usia 15 tahun dengan dismenorhea. Seorang remaja
putrid yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami siklus menstruasi tiap
bulannya. Siklus menstruasi ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman seperti sakit
kepala, pegal-pegal dikaki dan pinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit
perut. Kondisi ini dikenal sebagai nyeri menstruasi atau dismenorhea.
Dismenorhea yang sering terjadi pada remaja adalah dismenorhe primer.
Dismenorhea primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan ginekologik.
Dismenorhea primer ini cirri khasnya nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari
hari menstruasi selanjutnya (Atikah dan Siti, 2009) Hal ini sesuai dengan keluhan
pada Nn. S yang merupakan remaja putri dan selalu mengeluh nyeri perut ketika
1-2 hari awal menstruasi.
Tidak ada angka pasti mengenai jumlah penderita nyeri haid di Indonesia.
Ini dikarenakan lebih banyak perempuan yang mengalami dismenorhea tidak
melaporkan atau berkunjung ke dokter. Rasa malu ke dokter dan kecenderungan
untuk meremehkan penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat dipastikan secara
mutlak. Boleh dikatakan 90 persen perempuan Indonesia pernah mengalami
dismenorhea (Dito dan Ari, 2011).
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang
tidak berbahaya untuk kesehatan, hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi
mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Nasehat-
nasehat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olah raga mungkin
berguna.Kemudian diperlukan psikoterapi (Prawirohardjo, 2005). Hal ini sesuai
dengan penjelasan yang diberikan kepada klien bahwa klien bisa mengurangi
keluhan nyeri perutnya dengan kompres air hangat dan olahraga ringan.
Masalah yang kedua yaitu kurangnya pengetahuan Ny. D tentang metode
kontrasepsi. Saat ini Ny. D menggunakan metode KB pil dan sudah berlangsung
selama 15 tahun. Saat ini Ny. D sudah berusia 35 tahun dan sudah memiliki 3
orang anak, hal ini akan menimbulkan resiko apabila Ny. D hamil lagi.
mengetahui bahwa KB pil sangat rentan untuk lupa diminum dan angka
kegagalannya sangat tinggi.
Kontrasepsi pil adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet,
mengandung hormone estrogen dan progesterone untuk mencegah kehamilan
(Prawirohardjo, 2008). Efek samping KB pil kombinasi ialah rasa mual yang
kadang-kadang disertai muntah, diare dan rasa perut kembung, retensi cairan yang
disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium dan dapat menyebabkan
sakit kepala (Saifuddin, 2008).
Kontrasepsi pil dipergunakan oleh kurang lebih 50 juta akseptor di seluruh
dunia. Di Indonesia diperkirakan kurang lebih 60% akseptor mempergunakan
kontrasepsi pil. Sehubungan dengan ini diperlukan pengetahuan dasar serta
petunjuk-petunjuk untuk pelaksana pelayanan tersebut, baik untuk seleksi
akseptor maupun cara mengatasi keluhan-keluhan yang ditemukan (Sastrawinata,
2004). Hal ini sesuai dengan kasus Ny. D bahwa Ny. D membutuhkan
pengetahuan mengenai kontrasepsi.
Penggunaan KB hormonal dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan berbagai macam efek samping. Menurut Sriwahyuni (2009) dalam
penelitiannya responden yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal lebih dari
satu tahun cenderung mengalami peningkatan berat badan yakni sebesar 85,7%
dari jumlah total responden. Sedangkan menurut penelitian Lestari, dkk (2013)
didapatkan hasil bahwa ibu yang lama menggunakan metode kontrasepsi
hormonal memiliki peluang 2,954 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan
ibu yang tidak lama menggunakan metode kontrasepsi hormonal.
Kegagalan akseptor KB pil dapat disebabkan karena kurangnya kepatuhan
akseptor dalam mengkonsumsi pil KB tersebut. Kepatuhan didefinisikan sebagai
sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
profesional kesehatan, sedangkan dalam teori tentang kontrasepsi pil oral
kombinasi telah dijelaskan cara pemakaian pil oral kombinasi harus diminum
setiap hari dan sebaiknya pada saat yang sama. Jika akseptor patuh, maka ia akan
minum pil tersebut setiap hari pada saat yang sama sesuai anjuran profesional
kesehatan (Niven,2002).
Ghana (2010) menemukan bahwa lebih dari 60 % yang diwawancarai
setelah bertemu dengan petugas kesehatan salah mengerti tentang instruksi yang
diberikan kepada mereka. Kadang-kadang hal ini sebabkan oleh kegagalan
professional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan
istilah-istilah medis dan banyak memberikan instruksi yang harus diingat oleh
pengguna. Tidak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham (tidak
mengerti) tentang instruksi yang diberikan kepadanya. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior) (Notoadmojo, 2003). Hal ini yang mendasari pentingnya diberikan
pendidikan mengenai KB pada Ny. D agar tidak terjadi suatu kegagalan
kontrasepsi serta menghindari efek samping jangka panjang yang mungkin timbul
dari kontrasepsi hormonal.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kesimpulan Keluarga Tn. H
Setelah melakukan asuhan kebidanan komunitas pada semua anggota
keluarga Tn.H dapat diambil kesimpulan yaitu:
Terdapat dua masalah yang ditemukan dalam keluarga, yaitu An.H
kurangnya stimulasi pada balita dan Ny. W kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi
Intervensi yang direncanakan yaitu
15. Melakukan test perkembangan dengan kpsp
16. Melakukan tanya jawab untuk mengkonfirmasi tingkat
pengetahuan klien tentang kesehatan reproduksi
17. Memberikan informasi, konseling dan edukasi tentang kesehatan
reproduksi pada WUS.
Menggali pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Menjelaskan tentang cara menjaga kesehatan reproduksi
Mengajarkan cara deteksi dini kelainan reproduksi pada
WUS
18. Mengajarkan pada ibu cara menstimulasi balita sesuai dengan usia.
Semua intervensi dapat diimplementasikan secara menyeluruh.
Evaluasi yang hasil pembinaan keluarga :
An. H dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan umur.
Pengetahuan Ny. W meningkat tentang kesehatan reproduksi ditandai
dengan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Meningkatkan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dimasyarakat,
berusaha untuk menyampaikan informasi dengan baik dan komunikatif
serta mencapai sasaran yang tepat.
5.2.2 Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan dan
ikut berupaya dalam peningkatan derajat hidup masyarakat melalui
kesehatan yang adil bagi seluruh umat manusia.
5.2.3 Bagi Institusi Kesehatan
Meningkatkan peran serta dalam UKBM dan pembagian tugas dan
wewenang yang sesuai pada seluruh aspek kesehtan yang saling berkaitan.
5.2.4 Bagi Profesi kesehatan Khususnya Kebidanan
Mengerti tentang kesehatan keluarga, paham UKBM yang ada
dimasyarakat dan dapat mengevaluasi UKBM tersebut.
Daftar Pustaka
Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Selemba Medika.
Dito A. & Ari W. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: CV Andi.