Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Periode segera setelah bayi baru lahir merupakan awal yang tidak
menyenangkan bagi bayi. Hal ini disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterin) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstrauterin)
yang sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup dan tumbuh dengan segala
kenyamanan karena ia tumbuh dan hidup bergantung penuh pada ibunya.
Sedangkan, pada waktu kelahiran, setiap bayi baru lahir akan mengalami
adaptasi atau proses penyesuaian fungsi – fungsi vital dari kehidupan di dalam
uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut
juga homeostasis atau kemampuan mempertahankan fungsi – fungsi vital,
bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan an perkembangan
intrauterin. Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital
(sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan metabolisme). Oleh
karena itu, bayi baru lahir memerlukan pemantauan ketat dan perawatan yang
dapat membantunya untuk melewati masa transisi dengan berhasil.
(Muslihatun, 2010).
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahakan
suhu tubuh bayi terutama pada bayi berat lahir rendah, pemotongan dan
perawatan tali pusat, pemberian air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan
angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan
kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi
petugas kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu-minggu pertama
sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu ibu hamil dan melahirkan.
(JNPK – KR, 2013).
Penanganan bayi baru lahir merupakan upaya bersama tenaga
kesehatan khususnya bidan dengan memberikan asuhan komprehensif sesuai
dengan PerMenKes RI No.1464/MenKes/2010 sejak bayi dalam kandungan,
selama persalinan, segera sesudah melahirkan serta melibatkan keluarga dan
masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti

1
mengajarkan cara merawat tali pusat, cara memandikan bayi serta cara
menyusui yang benar dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat.
Kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna tanpa
dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu.
Perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar, harus disertai
dengan perawatan neonatal yang adekuat dan upaya-upaya untuk menurunkan
kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir (seperti tetanus
neonatorum, sepsis), hipotermia dan asfiksia.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis termotivasi untuk
mengangkat kasus melalui laporan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
normal yang di temukan di Ruang Bersalin Puskesmas Ngantang Kabupaten
Malang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan secara
komprehensif
1.2.2 Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif dan
obyektif pada bayi baru lahir normal
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa aktual, masalah,
diagnosis potensial, dan masalah potensial pada bayi baru lahir
normal
- Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin
terjadi pada bayi baru lahir normal
- Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera bila ditemui
masalah pada bayi baru lahir normal
- Mahasiswa dapat menentukan rencana tindakan sesuai standar dan
kebutuhan pada bayi baru lahir normal
- Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan pada baru lahir normal
- Mahasiswa mampu mengevaluasi dari tindakan yang telah
diberikan pada bayi baru lahir normal

2
1.3 Manfaat
1. Bagi mahasiswa profesi kebidanan diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan tentang konsep dasar dan manajemen kebidanan
mengenai pelayanan bayi baru lahir normal
2. Bagi tenaga kesehatan di ruang bersalin puskesmas Poncokusumo
Kab. Malang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan
bayi baru lahir normal sesuai dengan prosedur dan manajemen
yang tepat serta mampu memberikan asuhan yang tepat mengenai
pelayanan bayi baru lahir normal
1.4 Ruang Lingkup
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan
Dalam bab ini meliputi uraian mengenai latar belakang, tujuan,
manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang uraian teori-teori yang berhubungan
dengan Bayi baru lahir normal, yang dapat mendukung dan
membantu dalam pembahasan kasus ini.
Bab 3 Kerangka Konsep Asuhan
Bab ini berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan
yang sesuai dengan kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori
yang sudah didapatkan.
Bab 4 Kasus
Bab ini berisi data-data dan keseluruhan manajemen asuhan
kebidanan melingkupi 7 langkah Varney yang meliputi
pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, rencana
tindakan, implementasi dan evaluasi.

Bab 5 Pembahasan
Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang
mencakup semua aspek yang terkait dengan teori kasus, SOP
Rumah Sakit, evidence based practice. Dan membahas tentang

3
keterkaitan antar faktor dari data yang diperoleh dikorelasikan
dengan tinjauan teori yang didapatkan.
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan tentang
jawaban dari tujuan penulisan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bayi Baru Lahir Normal
2.1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan
genap 37-41 minggu , dengan presentasi belakang kepala atau letak
sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat. Neonatus adalah bayi
baru lahir yang menyesuaikan diri dari kehidupandi dalam uterus ke
kehidupan di luar uterus (Naomy, 2016 hal 2 dalam buku Asuhan Kebidanan
Nenatus, Bayi, dan Anak Balita).
2.1.2 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
1) Berat badan 2.500-4.000 gram.
2) Panjang badan 48-52 cm.
3) Lingkar dada 30-38 cm.
4) Lingkar kepala 33-35 cm.
5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
6) Pernapasan ± 40-6- kali/menit.
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
9) Kuku agak panjang dan lemas.
10) Genitalia: pada perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora;
pada laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah ada.
11) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12) Reflek moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik.
13) Reflek graps atau menggenggam sudah baik.
14) Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecokelatan (Naomy, 2016 hal 2 dalam buku Asuhan
Kebidanan Nenatus, Bayi, dan Anak Balita).
2.1.3 Adaptasi atau Perubahan Bayi Baru Lahir terhadap Kehidupan
Diluar Uterus
Proses adaptasi fisiologi bayi baru lahir perlu diketahui dnegan lebih
baik oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan yang bertanggung jawab atas
ibu dan bayi baru lahir. Saat lahir, bayi harus beradaptasi dengan keadaan

5
yang sangat bergantung sampai menjadi mandiri. Banyak perubahan yang
dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan rahim ke lingkungan
luar rahim. Kemampuan adapatasi fisiologis bayi baru lahir disebut juga
homeostasis.
Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas
dan status gizi. Kemampuan homeostasis pada neonatus kurang bulan
bergantung pada masa gestasi. Matriks otak neonatus kurang bulan belum
sempurna sehingga mudah terjadi perdarahan intrakranial (Naomy, 2016 hal
29 dalam buku Asuhan Kebidanan Nenatus, Bayi, dan Anak Balita)
A. Adaptasi atau Perubahan Sistem Pernapasan/Respirasi
Selama janin dalam uterus, janin memperoleh oksigen dari plasenta dan
paru-paru maternal melalui pertukaran gas dari ibu ke janin. Setelah bayi
lahir, adaptasi akan cepar terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup,
bayi bernapas menggunakan paru-paru yang telah matang.
1. Perkembangan Paru-Paru
Paru-paru berasal dari titik tubuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 bulan, sampai jumalh bronkus dan
alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Sebelum lahir janin
melakukan pernapasan dn menyebabkan paru-paru matang, dengan
menghasilkan surfaktan dan mempuyai alveolus yang memadai untuk
pertukaran gas. Paru-paru janin sebelum lahir, penuh dengan cairan yang
diekskresikan oleh paru-paru itu sendiri. Paru-paru yang tidak matang
akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal
ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
2. Awal adanya Napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi
adalah:
 Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan laur
rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak.

6
 Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru
secara mekanis. Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskular dan
susuna saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkeseimbangan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
 Penimbunan Karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan
merangsang pernapasan. Berkurangnta O2 akan mengurangi gerakan
pernapasan janin, teapi sebaiknya kenaikan CO2 akan menambah
frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
 Perubahan Suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
3. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapasa
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:
 Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
 Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Alveolus dapat berfungsi, jika terdapat surfaktan (lemak
lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat
sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan
membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps
pada akhir pernapasan. Tidak ada surfaktan menyebabkan alveoli kolaps
setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit
bernapas.kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen
dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi
yang sebelumnya sudah terganggu.
4. Dari Cairan Menuju Udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas
keluar dari paru-paru. Namun jika bayi dilahirkan secara sectio caesaria
tidak mengalami kompresi rongga dada sehingga dapat menderita paru-
paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan
napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi

7
baru lahir. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap
oleh pembuluh limfe dan darah.
5. Fungsi Sistem Pernapasan dan Kaitannya dengan Fungsi Kardiovaskular
Oksigenasi yang cukup merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kebutuhan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia,
pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi, yang
menyebablan tidak ada pembuluh darah yang terbuka untuk menerima
oksigen di dalam alveoli, sehingga terjadi penurunan oksigen jaringan,
yang dapat memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus sehingga dapat menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim
(Widiastini, 2018 hal 143-144 dalam Buku Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin dan Bayi Baru Lahir; link https://books.google.co.id/books?
id=7NR5DwAAQBAJ&pg=PA145&dq=dua+peristiwa+yang+merubah+tek
anan+dalam+sistem+pembuluh+darah&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi9_e
OimvDfAhVELo8KHWGvCVYQ6AEIKjAA#v=onepage&q=dua
%20peristiwa%20yang%20merubah%20tekanan%20dalam%20sistem
%20pembuluh%20darah&f=true).
B. Adaptasi atau Perubahan Pada Sistem Sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini
meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya reaksi dalam
paru-paru sebagai respons terhadap tarikan napas pertama. Setelah lahir,
darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan bersikulasi
melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke seluruh jaringan. Agar sirkulasi
baik, harus terjadi dua perubahan besar dalam kehidupan di luar rahim, yaitu
penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan perubahan duktus arteriosus
antara paru-paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan
tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah. Oksigen menyebabkan sistem
pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi/meningkatkan
resistensinya sehingga menguah aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah
sistem pembuluh darah, yaitu:
1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium

8
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume darah dengan
kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses
oksigenasi ulang.
2. Pernapasan pertama mengurangi resistensi pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan sehingga menimbulkan relaksasi dan
terbukanya sistem pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan atrium kanan.
Karena peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekana atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional menutup.
Dalam beberapa saat, perubahan yang luar biasa terjadi pada jantung
dan sirkulasi darah bayi baru lahir. Walaupun perubahan ini tidak selesai secara
anatomis dalam beberapa minggu, penutupan fungsional foramen ovale dan
duktus arteriosus terjadi setelah bayi lahir. Sangat penting bagi bidan untuk
memahami bahwa perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi bayi baru lahir
secara keseluruhan saling berhubungan dengan fungsi pernapasan dan
oksigen yang adekuat (Naomy, 2016 hal 30-31 dalam buku Asuhan Kebidanan
Nenatus, Bayi, dan Anak Balita).
C. Adaptasi atau Perubahan Suhu
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan cepat stress karena perubahan
lingkungan dan bayi harus beradaptasi dengan suhu lingkungan yang
cenderung dingin di luar. Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya
panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya. Sesaar sesudah lahir, bayi
berada di tempat yang suhunya lebih rendah daripada dalam kandungan dan
dalam keadaan basah. Jika dibiarkan dalam suhu kamar 25° C, bayi akan
kehilangan panas melalui evaporasi, konduksi, konveksi, dan radiasi sebanyak
200 kalori/kg BB/menit, yaitu sebagai berikut:
1. Konduksi, panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda di sekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi.
2. Konveksi, panas hilang dari tubuh bayi ke udara di sekitarnya yang sedang
bergerak. Contoh: membiarkan bayi terlentang di ruang yang relatif dingin.
3. Radiasi, panas dipancarkan dari tubuh bayi, keluar tubuhnya ke lingkungan
yang lebih dingin. Contoh: bayi baru lahir dibiarkan dalam keadaan
telanjang.

9
4. Evaporasi, panas yang hilang melalui proses penguapan karena kecepatan
dan kelembapan udara. Contoh: bayi baru lahir yang tidak dikeringkan dari
cairan amnion.
Untuk itu, bidan haris melakukan pencegahan kehilangan panas dengan
segera mengeringkan tubuh bayi dari cairan amnion, menyelimuti bayi
menempatakan bayi di tempat yang hangat, dan jangan menggunakan
stetoskop dingin uuntuk memeriksa bayi.
Sumber termoregulasi yang digunakan bayi baru lahir adalah penggunaan
lemak cokelat. Lemak cokelat berada di daerah skapula bagian dalam, di
sekitar leher, aksila, sekitar toraks, di sepanjang kolumna vertebralis, dan
sekitar ginjal. Panas yag dihasilkan dari aktivitas lipid dalam lemak cokelat
dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas
hingga 100%. Cadangan lemak cokelat lebih banyak terdapat pada bayi baru
lahir cukup bulan dibandingkan bayi lahir prematur. Cadangan lemak cokelat
akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Produksi panas hanya 1/10 dari kehilangan panas pada waktu yang
bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebesar 20° C
dalam waktu 15 menit. Kejadian ini sangat berbahaya bagi neonatus terutama
BBLR dan bayi asfiksia karena bayi tersebut tidak sanggup mengimbangi
penurunan suhu dengan vasokonstriksi, insulasi, danproduksi panas sendiri.
Akibat suhu tubuh yang rendah, metabolisme jaringan meningkat dan asidosis
metabolik yang terjadi (terdapat pada semua neonatus) bertambah berat
sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Hipotermi ini juga dapat menyebabkan
hipoglikemia. Kehilangan panas dapat dikurangi dengan mengatur suhu
lingkungan (mengeringkan bayi, membungkus tubuh dan kepala bayi, dan
meletakkan bayi di tempat yang hangat, seperti sentuhan skin to skin atau
metode kanguru, dalam inkubator, dan dapat pula di bawah sorotan lampu).
Langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas, yaitu
sebagai berikut:
1. Stimulasi Taktil
Realisasi langkah ini adalah dengan mengeringkan tubuh bayi segera
setelah lahir dan melakukan masase punggung. Jika observasi napas bayi
belum maksimal, lakukan stimulasi pada telapak kaki dengan menjentikkan
ujung jari tangan penolong.

10
2. Mempertahankan Suhu yang Hangat untuk Bayi
Suhu yang hangat sangat membantu menstabilkan upaya bayi dalam
bernapas. Letakkan bayi di atas tubuh ibu yang tidak ditutupi kain (dalam
keadaan telanjang), kemudian tutupi keduanya dengan selimut yang telah
dihangatkan terlebih dahulu. Jika ruangan ber-AC, sorotkan lampu
penghangat kepada ibu dan bayinya.
3. Menghindari Prosedur yang Tidak Perlu
Ketika melakukan perawatan bayi baru lahir, hindari prosedur yang
sebenarnya tidak perlu dilakukan, seperti:
a) Mengisap lendir yang ada di saluran napas bayi padahal bayi sudaj
berhasil menangis dan melakukan napas pertamanya.
b) Melakukan stimulasi taktil yang berlebihan, menampar pipi bayi baru lahir.
c) Memandikan bayi segera setelah lahir.
d) Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi sesudah satu jam pertama
kelahiran. Sebaiknya biarkan bayi berada di atas perut ibu untuk
melakukan inisiasi menyusu dini dan menstabilkan suhu tubuhnya.
Tiga faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas tubuh bayi,
yaitu luas permukaan tubuh bayi, pusat penagturan suhu tubuh bayi yang
belum berfungsi secara sempurna, dan tubuh bayi terlalu kecil untuk
memproduksi dab menyimpan panas. Jika bayi kedinginan, bayi mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Oleh sebab itu, upaya
pencegahab kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu
tubuh normal Pada neonatus adlah 36,5°-37,5° C melalui pengukuran di aksila.
Jika nilainya turun di bawah 36,5° C, bayi mengalami hipotermi. Hipotermi
dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak dilakukan secara tepat, terutama pada masa
stabilisasi, yaitu 0-6 jam pertama setelah lahir. Misalnya, bayi baru lahir
dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir meskipun
lingkungan di sektiar bayi cukup hangat. Hipotermi menyebabkan perubahan
metabolisme tubuh yang berakhir dengan kegagalan fungsi jantung,
perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus, dan kematian. Gejala hipotermi,
yaitu sebagai berikut:

11
1. Sejalan dengan penurunan suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargi,
hipotonus, tidak kuat mengisap ASI, dan menangis lemah.
2. Pernapasan megap-megao dan lambat dan denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema, kulit mengeras berwarna kemerahan terutama di bagian
punggung, tungkai, dan lengan.
4. Wajah bayi berwarna merah terang (Naomy, 2016 hal 31-34 dalam buku
Asuhan Kebidanan Nenatus, Bayi, dan Anak Balita).
D. Adaptasi atau Perubahan Sistem Pencernaan
Pada saat masih dalam kandungan, janin melakukan kegiatan mengisap
dan menelan oada usia kehamilan aterm, sedangkan refleks gumoh dan batuk
baru terbentuk pada saat persalinan. Reflek mengisap dan menelan ASI sudah
dapat dilakukan bayi saat bayi diberikan kepada ibunya untuj menyusu. Reflek
ini terjadi akibat adanya sentuhan pada langit-langit mulut bayi yang memicu
bayi untuk mengisap dan adanya kerja peristaltik lidah dan rang yang memeras
air susu dan payudara ke kerongkongan bayi sehingga memicu reflek menelan.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan dalam menelan dan mencerna
makanan selain ASI masih terbatas. Kemampuan sistem pencernaan untuk
mencerna protein, lemak, dan karbohidrat belum efektif. Hubungan antara
esofagus bawah dan lambung belum sempurna sehingga sering menimbulkan
gumoh pada bayi baru lahir apabila mendapatkan ASI terlaly banyak yang
melebihi kapasitas lambung.
Bayi abru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam juimlah yang
cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenesis). Hal ini terjadi jika
bayi mempunyai persediaaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat
menyimpan glukosa sebagai glikogen terutama dalam hati srlama bulan-bulan
terakhir kehidupan dalam rahim. Hal ini akan mengganggu persediaan glikogen
dalam jam pertama kelahiran. Oleh sebab itu, sangat penting menjaga semua
bayi dalam keadaan hangat. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai
hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua
persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, otak bayi dalam keadaan
berisiko. Bayi baru lahir kurang bulan, lewart bulan, mengalami hambatan
pertumbuhan dalam rahim, dan gawat janin merupakan risiko utama karena
simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir. Gejala hipoglikemi
dapat tidak jelas da tidak khusus lunglai, dan menolak makanan. Akibat jangka

12
panjang hipoglokemia adalah kerusakan yang meluas di seluruh sel otak. Bidan
harus selalu ingat bahwa hipoglikemia dapat terjadi tanpa gejala pada awalnya
(Naomy, 2016 hal 34 dalam buku Asuhan Kebidanan Nenatus, Bayi, dan Anak
Balita).
E. Adaptasi atau Perubahan Sistem Imun
Sistem imun bayi baru lahir masih belummatur pada setiap tingkat
yang signifikan. Ketidakmaturan fungsional menyebabkan neonatus atau
bayi baru lahir rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imun yang
matur memberikan kekebalan alami dan kekebalan yang didapat.
Kekebalan alami terdiri atas struktur pertahanan tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi. Bayi memiliki imunoglobulin (Ig) untuk
meningkatkan sistem imunitas yang disekresi oleh limfosit dan sel-sel
plasma. Kekebalan alami juga tersedia pada tingkat sel oleh sel darah yang
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing, tetapi sel darah
ini masih belum matur, artinya BBL belum mampu melokalisasi dan
memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul
kemudian. BBL dengan kekebalan pasif memiliki banyak virus dalam tubuh
ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum
terjadi sampai awal kehidupan bayi. Salah satu tugas utama selama masa
bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh. Karena
adanya defisiensi kekebalan alami ini, BBL sangat rentan terhadap infeksi.
Reaksi BBL terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh sebab
itu, pencegahan terhadap mikroba, deteksi dini, dan pengobatan dini infeksi
sangat penting. Beberapa contoh kekebalan alami, yaitu sebagai berikut:
1. Perlindungan barier oleh kulit dan membran mukosa.
2. Fungsi seperti saringan oleh saluran napas.
3. Pembentukan koloni mikroba pada kulit dan usus.
4. Perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan asam lambung.
Tiga tipe sel yang bekerja melalui fagositosis (menelan dan
membunuh) penyerang, yaitu neutrofil polimorfonuklear (PMN), monosit, dan
makrofag. Proses fagositosis meningkat jika sel asing tersebut bergabung
dengan zat yang disebut komponen. Sel lain yang disebut sel killer alami
adalah bagian dari sistem imunitas alami, tetapi membunuh tanpa melalui
fagositosis.

13
Imunitas yang didapat neonatus berupa imunitas pasif terhadap virus
dan bakteri dari ibu. Janin mendapatkan imunitas melalui perjalanan
intraplasenta, yaitu imunoglobulin jenis IgG dan imunoglobulin lain. Antibodi
yang didapat bayi baru lahir, yaitu sebagai berikut:
1. Imunoglobulin C (IgG)
IgC didapat bayi sejak dalam kandungan melalui plasenta dari ibunya.
Bayi kurang bulan mendapatkan IgC lebih sedikit dibandingkan bayi
cukup bulan sehingga bayi kurang bulan lebih rentan terhadap infeksi.
Bayi mendapatkan imunitas dari ibunya (imunitas pasif) dalam jumlah
yang bervariasi dan akan hilang sampai usia 4 bulan sesuai dengan
kuantitas IgC yang diterimanya. Komponen fungsional yang terkandung
dalam IgC adalah zat anti yang terutama terbentuk pada respons imun
sekunder, dan merupakan antibakteri, antivirus, dan antijamur. Setelah
lahir, bayi akan membentuk sendiri imunoglobulin C. Antibodi IgC
melawan virus (rubela, campak, mumps, variola, dan poliomielitis) dan
bakteri (difteri, tetanus, dan antibodi stafilokokus).
2. Imunoglobulin M (IgM)
IgM tidak mampu melewati plasenta karena memiliki berat molekul yang
lebih besar dibandingkan IgC. Bayi akan membentuk sendiri IgM segera
setelah lahir (imunitas aktif). Komponen fungsionalnya terbentuk pada
respons imun primer dan biasanya berhubungan dengan reaksi aglutinasi
dan fiksasi komplemen. Akan tetapi, IgM dapat ditemukan pada tali pusat
jika ibu mengalami infeksi selama kehamilannta. IgM kemudian dibentuk
oleh sistem imun janin sehingga jika pada tali pusat terdapat IgM
menandakan bahwa janin mendapatkan infeksi selama berada dalam
uterus, seperti TORCH
3. Imunoglobulin A (IgA)
Dalam beberapa minggu setelah lahir, bayi akan memproduksi IgA
(imunitas aktif). IgA tidak ditransfer dari ibu ke janin. IgA terbentuk pada
rangsangan terhadap selaput lendir dan berperan dalam kekebalan
terhadap infeksi dalam aliran darah, sekresi saluran pernapasan dan
pencernaan akibat melawan beberapa virus yang menyerang daerah
tersebut seperti poliomielitis dan E. coli.

14
Bidan yang merawat ibu selama masa nifas kehamilan, kelahiranm dan
pascapartum harus waspada dalam mengidentifikasi risiko infeksi dan
mengenali gejala infeksi pada neonatus (Naomy, 2016 hal 35-36 dalam Buku
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita).
2.1.4 Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar
bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan
sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi
yang baru lahir:
- Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat,
- Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera
mungkin.
Segera setelah melahirkan badan bayi:
 Sambil secara cepat menilai pernapasannya, letakkan bayi dengan handuk
di atas perut ibu.
 Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir dari wajah
bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernapasan
bayi.
Catatan: Sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas secara
spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir.
- Bila bayi tersebut menangis atau bernapas (terlihat dari pergerakan dada
paling sedikit 30x/menit), biarkan bayi tersebut dengan ibunya.
- Bila bayi tersebut tidak bernapas dalam waktu 30 detik, SEGERA CARI
BANTUAN, dan mulailah langkah-langkah resusitasi bayi tersebut.
Klem dan Potong Tali Pusat
 Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3 cm dari
pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kira satu cm di antara klem-klem
tersebut).
 Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari gunting
dengan tangan kiri.
 Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. Ganti sarung
tangan bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya dengan pisau atau
gunting yang steril atau disinfeksi tinggat tinggi (DTT).

15
 Perika tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih terjadi perdarahan, lakukan
pengikatan ulang yang lebih ketat.
Jagalah Bayo agar Tetap Hangat
 Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontaka antara kulit bayi
dengan kulit ibu.
 gantilah handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut
dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik
untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
 Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayo setiap 15 menit:
- Apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi.
- Apabila suhu bayi kurang dari 36,5° C, segera hangatkan bayi tersebut.
Kontak Dini dengan Ibu
 Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan
bayi penting untuk:
- Kehangatan – mempertahankan panas yang benar dan bayi baru lahir.
- Ikatan batin dan pemberian ASI.
 Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap” (dengan
menunjukkan reflek rooting). Jangan paksakan bayi untuk menyusu.
Pernapasan
Sebagai bsar bayi akan bernapas secara spontan. Pernapasan bayi
sebaiknya diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah.
 Periksa pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit.
 Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal-hal berikut:
- Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat.
- Gosoklah punggung bayi dengan lembut.
 Jika bayi masih belum mulai bernapas setelah 60 detik mulai resusitasi.
 Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi
pernapasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali/menit), berilah oksigen
kepada bayi dengan kateter nasal atau nasal prongs
Perawatan Mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata perlu
diberikan pada jam pertama setelah persalinan. Yang lazim dipakai adalah

16
larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi
segera setelah bayi lahir (Saifuddin, 2014 hal N30-N32 dalam Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus).
2.1.5 APGAR Score
Evaluasi nilai APGAR dilalukan mulai dari menit pertama sampai 5
menit. Hasil pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor 0-
2 (lihat Tabel 1-1)
TABEL 1.1 Penilaian Bayi dengan Metode APGAR
Aspek Pengamatan SKOR
Bayi Baru Lahir 0 1 2
Warna kulit tubu
Seluruh tubuh normal, tetapi Warna kulit
Appearance/warna kulit bayi berwarna tangan dan kaki seluruh tubuh
kebiruan berwarna normal
kebiruan
Denyut nadi Denyut nadi Denyut nadi >100
Pulse/ denyut nadi
tidak ada <100 kali/menit kali/menit
Tidak ada Meringis,
respons Wajah meringis menarik, batuk,
Grimace/respons reflek
terhadap saat distimulasi atau bersin saat
stimulasi distimulasi
Lengan dan kaki
Lemah, tidak dalam posisi Bergerak aktif
Activity/ tonus otot
ada gerakan fleksi dengan dan spontan
sedikit gerakan
Tidak bernapas, Menangis
Respiratory/pernapasa Menangis kuat,
pernapasan lemah,
pernapasan baik
n lambat dan terdengar
dan teratur
tidak teratur seperti merintih

Penilaian APGAR 5 menit pertama dilakukan saat kala III persalinan


dengan menempatkan bayi baru lahir di atas perut ibu dan ditutupi dengan
selimut atau handuk kering yang hangat. Selanjutnya, hasil pengamatan BBL
berdasarkan kriteria tersebut dituliskan dalam tabel skor APGAR (Tabel 1-2)
TABEL 1-2 Pengamatan BBL dengan skor APGAR
ASPEK PENGAMATAN MENIT PERTAMA 5 MENIT PERTAMA
A = Appearance
P = Pulse
G = Grimace
A = Activity
R = Respiratory
JUMLAH SKOR

17
Hasil penilaian APGAR dijumlahkan ke bawah untuk menentukan
penatalaksanaan BBL dengan tepat. Hasil penilaian pada menit pertama dan
menit ke lima merupakan patokan dalam menentukan penanganan segera
setelah lahir (lihat Tabel 1-3)
TABEL 1-3 Analisis hasil Pengamatan BBL Berdasarkan Skor APGAR
NILAI APGAR 5 MENIT PERTAMA PENANGANAN
 Tempatkan di tempat hangat
dengan lampu sebagai sumber
penghangat
0-3  Pemberian oksigen
 Resusitasi
 Stimulasi
 Rujuk
 Tempatkan di tempat hangat
4-6  Pemberian oksigen
 Stimulasi taktil
 Dilakukan penatalaksanaan sesuai
7-10 dengan penatalaksanaan bayi
normal
(Naomy, 2016 hal 4 dalam Buku Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak Balita)

18
19
BAB III
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL

• Judul: judul memuat gambaran umum asuhan kebidanan yang diberikan


kepada bayi. Judul asuhan kebidanan terdiri dari inisial nama bayi,
kesesuaian dengan usia kehamilan saat bayi lahir, dan kesesuaian dengan
masa kehamilan, dan umur bayi yang diberikan asuhan kebidanan (Varney,
2008).
• Nomor rekam medik: nomor rekam medik merupakan nomor yang memuat
data kunjungan klien ke tempat pelayanan kesehatan. Nomor rekam medik
merupakan data dasar yang dapat membedakan dan membuktikan data
diri klien satu dengan lainnya (Varney, 2008).
• Hari/tanggal dan waktu pengkajian: indikator penanganan masalah pasien
dapat dilihat dari waktu pengkajian (Gondodiputro, 2007).
• Tempat pengkajian: penggalian data diri pasien pada tempat awal
penerimaan pasien dapat dijadikan indikator penanganan pasien
(Gondodiputro, 2007).
• Nama petugas: nama petugas yang melakukan pengkajian perlu dituliskan
sebagai bukti tanggung gugat (Gondodiputro, 2007).
3.1 Pengkajian Data Dasar

Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan


lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Pemerolehan
data ini dilakukan melalui cara anamnesa. Anamnesa dibagi menjadi 2 yaitu
autoanamnesa (anamnesa yang dilakukan secara langsung kepada pasien)
dan allo-anamnesa (anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien atau
melalui catatan rekam medik pasien) (Sulistyawati, 2015).
Pemeriksaan neonatus pada kunjungan 1 ini dilakukan pada > 6 jam
setelah kelahiran dan sebelum bayi dipulangkan ke rumah, maka data
subyektif tidak perlu dikaji, namun keluhan harus tetap dikaji sebelum
memulangkan bayi (Barus, 2017).

20
A. Data Subjektif
1.Identitas bayi
• Nama bayi: nama bayi berguna untuk menentukan penatalaksanaan bayi
baru lahir sehingga dapat tepat sasaran (Varney, 2008).
• Umur bayi: diagnosa bayi dan penentuan asuhan yang akan diberikan
agar sesuai cakupan kunjungan bayi baru lahir dapat ditegakkan melalui
pengkajian umur (Cunningham, 2010).
• Tanggal/ hari/ jam lahir: usia bayi didapatkan melalui tanggal lahir bayi
sekaligus untuk menentukan ketepatan asuhan yang akan diberikan ada
bayi baru lahir (Cunningham, 2010).
• Jenis kelamin: berguna untuk memperjelas identitas bayi dan sebagai
pembeda dengan bayi lainnya (Varney, 2008).
2. Identitas orang tua
• Nama ibu dan ayah: orang tua merupakan penanggung jawab bayi,
sehingga setiap asuhan yang diberikan dapat melibatkan orang tua bayi
sekaligus memastikan asuhan yang diberikan tepat sasaran (Varney,
2008).
• Usia: pemberian KIE kepada orang tua bayi disesuaikan dengan usia
orang tua bayi agar mudah dipahami oleh orang tua bayi (Marmi, 2015).
• Agama: agama/keyakinan yang dianut orang tua bayi berkaitan dengan
kebiasaan perawatan bayi sehari-hari (Rukiyah, 2009).
• Pendidikan: pemberian KIE kepada orang tua bayi disesuaikan dengan
tingkat pendidikan orang tua bayi agar mudah dipahami oleh orang tua
bayi (Marmi, 2015).
• Pekerjaan : pekerjaan orang tua bayi memberikan gambaran tingkat
ekonomi dalam keluarga (Marmi, 2015).
• Alamat: alamat rumah bayi akan mempermudah petugas dalam
melakukan follow up bayi baru lahir dan memberikan gambaran tentang
lingkungan tempat tinggal bayi (Varney, 2008).
3. Alasan datang
Tenaga kesehatan harus menanyakan alasan orang tua atau pengasuh
membawa bayi baru lahir ke fasilitas kesehatan berdasarkan kesadaran orang
tua pribadi atau merupakan rujukan dari bidan, puskesmas, atau rumah sakit
(Kosim, 2012).
4. Keluhan utama

21
Tenaga kesehatan harus menanyakan keluhan yang dirasakan bayi baru lahir
pada orang tua atau pengasuh untuk menentukan asuhan yang akan
diberikan (Kosim, 2012).
5. Riwayat prenatal

Pengkajian riwayat kehamilan lalu memberikan gambaran keadaan bayi baru


lahir semasa saat kehamilan ibu mengenai nutrisi, komplikasi, imunisasi, dan
kebiasaan ibu selama kehamilan (Varney, 2002). Selain itu beberapa obat
yang dikonsumsi ibu saat hamil mempengaruhi kondisi bayi yang dilahirkan,
misalnya chlorampenicol yang menyebabkan baby grey syndrome dan
konsumsi jamu yang dapat menyebabkan ketuban mekoneum (Walyani dan
Purwoastuti, 2016).
6. Riwayat natal

Tempat persalinan, penolong persalinan, jenis persalinan, lama kala I hingga


kala IV, komplikasi persalinan, dan tindakan yang dilakukan saat terjadi
komplikasi pada persalinan menggambarkan kemungkinan adanya risiko
infeksi pada bayi baru lahir yang diperoleh saat persalinan (Varney, 2002).
Selain itu persalinan dengan distosia bahu dapat menyebabkan fraktur
klavikula yang berdampak pada reflek morro asimetris. Penggunaan fosep dan
vakum pada persalinan dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi
(Walyani dan
Purwoastuti, 2016).
7. Riwayat perinatal

Berat badan bayi saat lahir, panjang badan bayi, kondisi bayi saat lahir, serta
adanya kelainan pada bayi baru lahir yang menggambarkan indikator
pertumbuhan bayi selanjutnya (Varney,2002).
8. Riwayat kesehatan orang tua

Pasien baru yang belum pernah mengunjungi fasilitas kesehatan saat ini,
perlu dilakukan pengkajian secara menyeluruh terkait penyakit yang pernah
atau sedang diderita orangtua pasien seperti asma, TBC, penyakit kuning,
atau penyakit menular seperti HIV/AIDS (Sulistyawati, 2015).

9. Data kebiasaan sehari-hari

22
• Diit: jumlah ASI yang diberikan dan adanya makanan atau minuman
tambahan yang diberikan pada bayi baru lahir mempengaruhi kecukupan gizi
dan kesehatan bayi. Pada bayi baru lahir tidak dianjurkan pemberian
makanan dan minuman selain ASI dikarenakan bayi baru lahir sudah
terpenuhi gizinya hanya dengan ASI (Schwartz, 2005).
• Pola tidur: bayi baru lahir cenderung lebih banyak tidur daripada
beraktivitas, biasanya antara 16-18 jam sehari (Marmi dan Rahardjo, 2012).
• Eliminasi: BAB pada bayi baru lahir normal adalah 3-4 kali/ hari berwarna
hitam pekat, lalu hijau, dan kekuningan pada hari ke 5 dan BAK 5-6 kali/ hari,
jernih (Varney, 2008).
B. Data Obyektif
Data Obyektif terdiri dari:
1. Pemeriksaan APGAR score

Pemeriksaan APGAR score perlu dilakukan pada bayi baru lahir untuk
mengetahui risiko asfiksia. Penilaian apgar score meliputi frekuensi jantung
(heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone),
warna kulit (colour) dan reaksi terhadaprangsangan (respons to stimuli).
Setiap penilaian diberi nilai angka 0,1, dan 2. Bayi baru lahir dikatakan
normal jika memiliki apgar score 7-10, asfiksia sedang-ringan dengan
apgar score 4-6, atau bayi menderita asfiksia berat dengan apgar score 0-
3.
Penilaian dilakukan pada menit ke-1 dan menit kelima (Wiknjosastro,
2002).
2. Pemeriksaan ballard score

Pemeriksaan ballard score dapat membantu menentukan usia gestasi bayi


baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian
neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal,
scarf sign, dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah
kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genetalia
(Wiknjosastro, 2002).

3. Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum

23
Pada bayi dengan keadaan tertentu, misalnya bayi yang mengalami
gangguan sistem pada tubuhnya, keadaan umum bayi akan berbeda
dengan bayi yang normal tanpa gangguan (Saifuddin, 2008).
• Kesadaran

Penilaian kesadaran pada bayi baru lahir berguna dalam melihat adanya
letargi, yaitu penurunan kesadaran di mana bayi hanya dapat terbangun
sebentar ketika dirangsang kemudian kembali tertidur (Matondang, 2003).
4. Tanda-tanda vital

Menurut Varney (2008) tanda-tanda vital yang perlu dikaji pada bayi baru
lahir normal, antara lain sebagai berikut :
• Denyut jantung: bayi baru lahir mengalami adaptasi fisiologis dari
intrauterin ke ekstrauterin, sehingga aliran darah yang masuk ke jantung
mengalami perubahan dengan tertutupnya foramen ovale dan
meningkatnya sistem peredaran darah ke jantung. Denyut jantung pada
bayi baru lahir normal adalah 120-160 x/menit (Saifuddin, 2002).
• Pernapasan: bayi baru lahir mengalami peningkatan aliran darah ke paru
dan peningkatan kebutuhan oksigen. Frekuensi nafas bayi baru lahir
normal adalah 40-60x/menit (Saifuddin, 2002).
• Suhu tubuh: mekanisme pelepasan panas pada bayi baru lahir
dapat dilihat melalui perubahan suhu tubuh bayi. Pada bayi baru lahir
normal suhu tubuhnya berkisar antara 36,5°-37,5°C. Jika suhu tubuh bayi
berada di bawah batas normal, maka terdapat kemungkinan bayi
mengalami hipotermia atau hipertemia jika suhu tubuh bayi berada di atas
batas normal (Saifuddin, 2002).
5. Antropometri
• Berat badan: berat badan pada bayi baru lahir menggambarkan
kondisi status gizinya. Berat badan pada bayi baru lahir normal adalah
2.500-4.500 gram (Hidayat, 2008).
 Panjang badan: sama halnya dengan berat badan, panjang badan pada
bayi baru lahir menggambarkan kondisi status gizinya. Panjang badan
pada bayi baru lahir normal adalah 45-50 cm (Hidayat, 2008).
• Lingkar kepala: ukuran lingkar kepala menggambarkan pertumbuhan otak
bayi baru lahir. Penilaian ini dapat mendeteksi secara dini adanya retardasi
mental atau hydrocephalus. Lingkar kepala pada bayi baru lahir normal
adalah 33-35 cm (Hidayat, 2008).

24
• Lingkar dada: ukuran lingkar dada pada bayi baru lahir normal biasanya
selalu lebih kecil dari ukuran lingkar kepala bayi. Lingkar dada pada bayi
baru lahir normal adalah 30,5-33 cm (Hidayat, 2008).
• Lingkar lengan atas: ukuran lingkar lengan atas mengambarkan jaringan
lemak dan otot pada tubuh bayi baru lahir. Penilaian ini juga dapat dipakai
untuk menilai status gizi pada bayi baru lahir. Lingkar lengan atas pada
bayi baru lahir normal adalah 11-15 cm (Hidayat, 2008).
6. Pemeriksaan fisik
• Kepala: bayi baru lahir normal harus memiliki bentuk kepala yang simetris
dan tidak terdapat kelainan termasuk adanya cephal hematoma dan
moulage yang dapat menjadi indikator kesejahteraan bayi baru lahir
(Hasan dan Alatas, 2007).
• Wajah: kulit bayi baru lahir cenderung sensitif karena antibodi bayi yang
belum matang sempurna. Pada wajah normalnya tampak simetris, kondisi
kulit tidak terdapat gangguan kulit, tidak terdapat lesi dan odema, serta
tidak terdapat tanda-tanda ikterus (Marmi dan Rahardjo, 2012).
• Mata: bayi baru lahir sangat rentan terkena infeksi terutama pada mata
sehingga perlu diperiksa kebersihannya. Kesimetrisan perlu diperiksa
sebagai deteksi dini adanya kelainan kongenital pada bayi baru lahir.
Kondisi sklera diperiksa karena pada bayi dapat terjadi ikterus, sedangkan
konjungtiva diperiksa berkaitan kejadian anemia pada bayi baru lahir
(Marmi dan Rahardjo, 2012).
• Hidung: pergerakan cuping hidung dapat menilai kualitas pernapasan
pada bayi baru lahir. Selain itu terdapat juga pemeriksaan sekret yang
berhubungan dengan kebersihan dan pemeriksaan kelainan pada hidung
yang biasanya berkaitan dengan kejadian labiopalatoschisis. (Varney,
2008).
• Telinga: pemeriksaan pada telinga meliputi kesimetrisan yang biasa
mengindikasikan sindrom pierre robin yang ditandai dengan kondisi low set
ears. Selain itu pemeriksaan sekret pada telinga perlu dilakukan berkaitan
dengan risiko infeksi (Walyani dan Purwoastuti, 2016).
• Mulut: bibir bayi baru lahir harus tampak simetris serta perlu diperiksa
kemungkinan adanya kelainan yang dapat mengganggu proses menyusui
seperti labioschisis, palatoschisis, labiopalatoschisis, maupun tongue tie
(Walyani dan Purwoastuti, 2016).

25
• Dada: kesimetrisan, retraksi, dan pola napas bayi baru lahir dapat menilai
pernapasan bayi. Pemeriksaan suara napas dan jantung menunjukkan
kondisi paru-paru dan jantung yang berhubungan dengan adaptasi bayi
baru lahir (Marmi dan Rahardjo, 2012).
• Abdomen: pemeriksaan abdomen meliputi keadaan kulit dan kebersihan
kulit. Keadaan kulit untuk menilai ada tidaknya gangguan kulit dan tanda
ikterus. Kebersihan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya infeksi
termasuk mengenai perawatan tali pusat (Marmi dan Rahardjo, 2012).
• Genetalia: pada bayi baru lahir perempuan vagina dan uretra harus
terpisah dan memiliki lubang masing-masing, sedangkan bayi baru lahir
laki-laki kedua testis sudah harus turun ke masing-masing skrotum dan
uretra berada di ujung glans penis (Varney, 2008).
• Anus: pada bayi baru lahir harus sudah BAB dalam waktu maksimal 48 jam
setelah kelahirannya (Varney, 2008). Pengkajian anus dilakukan sebagai
deteksi dini kelainan bawaan seperti atresia ani pada bayi baru lahir.
(Kosim, 2005).
• Ekstremitas: pemeriksaan ekstermitas atas dan bawah meliputi
kebersihan, ada tidaknya gangguan kulit, kelainan pada ekstermitas, serta
ada tidaknya tanda sianosis (Marmi dan Rahardjo, 2012).
• Spina/punggung: pada bayi yang lahir dengan kelainan pembengkakan
atau ada cekungan pasti akan terlihat sesaat setelah lahir, adanya benjolan
tumor (spina bifida) (Varney, 2008).
7. Reflek

Menurut Hidayat (2008) reflek pada bayi baru lahir normal harus sudah
muncul seperti reflek morro, babinski, rooting, sucking, palmar grasp, dan
plantar grasp.
3.2 Interpretasi Data
Pada langkah kedua dilakukan penegakkan diagnosa sekaligus
identifikasi antara diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data tersebut
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah
yang spesifik (Varney, 2008).
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan berkaitan dengan usia dan keadaan bayi saat ini.

26
Dx: “Neonatus (kurang/cukup/lebih) bulan (kecil/sesuai/besar) masa
kehamilan usia .... jam/hari”.
DS: riwayat natal dan perinatal
DO: berat badan lahir, panjang badan lahir, ballard score, grafik lubchenco
2. Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan orang tua bayi, biasanya


berupa berat badan lahir rendah dan hipotermi.
3. Kebutuhan
Kebutuhan bayi baru lahir pada kunjungan neonatus 1 antara lain
termoregulasi, perawatan tali pusat, dan imunisasi HB0.
3.3 Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Identifikasi diagnosis potensial atau masalah potensial harus
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi
sebelumnya. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan untuk mencegah terjadinya kegawatdaruratan
(Varney, 2008). Beberapa diagnosis atau masalah potensial yang
mungkin ditemukan pada BBL adalah hipoksia, diare, infeksi, dan ikterus
(Kemenkes RI, 2010). Salah satu masalah potensial pada bayi baru lahir
adalah gumoh. Gumoh adalah keluarnya isi lambung tanpa adanya
tekanan dan kontraksi dari diafragma atau dinding perut (Arwita, 2014
dalam Penelitian pengaruh pemberian upright position terhadap
pengurangan frekuensi gumoh pada bayi usia 0-3 bulan).
3.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera, Kolaborasi, dan Rujukan
Pada tahap ini bidan mengidentifikasi perlunya kebutuhan tindakan
segera, baik tindakan konsultasi dan atau kolaborasi dengan dokter atau
tim kesehatan lainya seperti pekerja sosial, ahli gizi, dan ahli perawat
klinis, maupun rujukan jika menemui kegawat daruratan. Bidan harus
dapat melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu (Varney, 2008). Kebutuhan
tindakan segera dalam menghadapi bayi baru lahir dengan gumoh, yaitu :
a. Bersikaplah tenang.
b. Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan
mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-
paru).

27
c. Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga
bersih,pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan
jamur.
d. Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan
menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan
virus.
e. Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi.

3.5 Intervensi
Rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik
dari pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan
kebutuhan pasien. Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan
keluarga atau penanggung jawab lain dari bayi. Sebelum pelaksanaan
rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan
penanggung jawab bayi ke dalam informed consent (Varney, 2008).
Kriteria hasil pada bayi baru lahir normal merupakan indikator yang
mampu menggambarkan tercapainya tujuan asuhan kebidanan yang
diberikan, diantaranya :
- Setelah dilakukan asuhan, keadaan bayi baik (TTV dan hasil pemeriksaan fisik
dalam batas normal).
- Setelah diberikan penjelasan, ibu dapat mengulangi sebagian besar penjelasan
petugas.
- Ibu berkomitmen untuk membawa bayinya kunjungan ulang sesuai jadwal.
Pada asuhan neonatus fisiologis, rencana asuhan dapat berupa:
1. Pastikan TTV pada bayi baru lahir dalam batas normal!

R/ TTV bayi harus dalam batas normal yang menandakan bayi dalam
keadaan baik
2. Jaga kehangatan pada bayi baru lahir!

R/ Bayi baru lahir rentan mengalami kehilangan panas melalui mekanisme


konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
3. Lakukan pemberian ASI awal!

R/ Pemberian ASI awal dan melakukan kontak dini antara ibu dan bayi dapat
meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi terbaik (asuh),

28
dan melatih refleks dan motorik bayi (asah) serta marangsang produksi ASI
melalui let down reflex.
4. Lakukan perawatan tali pusat!

R/ Tali pusat pada bayi baru lahir harus tetap bersih untuk mencegah
terjadinya infeksi.
5. Jelaskan tentang tanda bahaya bayi baru lahir!

R/ Tanda bahaya bayi baru lahir perlu diketahui dari awal agar keluarga siaga
jika salah satu tanda bahaya tersebut muncul. Tanda bahaya yang biasa
muncul pada bayi baru lahir antara lain bayi tidak mau menyusu, pernapasan
cepat, bayi tidur terus-menerus, warna kulit biru atau kuning, suhu tubuh
terlalu panas atau dingin, tidak BAB selama 3 hari, muntah terus-menerus,
diare, mata bengkak atau mengeluarkan cairan.
6. Jadwalkan kunjungan ulang!

R/ Kunjungan ulang diperlukan untuk memantau kondisi bayi secara berkala,


sehingga dapat mengatasi secara dini jika terjadi gangguan pada bayi baru
lahir.
3.6 Implementasi
Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama–
sama dengan keluarga bayi atau dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Bila tindakan dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap
memegang tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan
berikutnya. Bidan perlu mengkaji ulang apakah semua rencana asuhan
telah dilaksanakan sebagaimana mestinya (Varney, 2008). Implementasi
pada kunjungan neonatal 1 adalah sebagai berikut:
1. Memantau TTV bayi baru lahir dengan melakukan pemeriksaan frekuensi
nafas, suhu tubuh, dan denyut jantung secara berkala sebelum bayi
dipulangkan.
2. Memakaikan bayi baru lahir pakaian, popok, topi, kaus kaki dan kaus tangan,
bedong serta meminta ibu dan keluarga untuk menjauhkan bayi dari tempat-
tempat yang dingin seperti dekat pintu, jendela, kipas angin, maupun
AC.
3. Melakukan pemberian ASI awal pada bayi baru lahir serta meminta ibu untuk
tetap menyusukan bayinya sesering mungkin tanpa menambahkan makanan

29
atau minuman lain sampai bayi berusia 6 bulan untuk merangsang produksi
ASI.
4. Memastikan keadaan tali pusat bersih dan kering serta mengajarkan pada ibu
dan keluarga untuk merawat tali pusat dengan hanya mengganti kassa setiap
kali selesai mandi dan tidak membubuhkan apapun pada tali pusat bayi.
5. Menjelaskan tentang tanda bahaya bayi baru lahir pada ibu dan keluarga
serta meminta ibu dan keluarga untuk membawa bayinya ke tenaga
kesehatan jika menemui 1 atau lebih tanda bahaya tersebut.
6. Meminta ibu dan keluarga untuk membawa bayinya kunjungan ulang di usia
bayi 3-7 hari.
3.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan.
Evaluasi dilakukan mulai dari tahap perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan oleh bidan. Evaluasi merupakan bagian dari proses yang
dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara
komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
klien (Varney, 2008).

BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. RSP USIA 6 JAM NEONATUS
CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN DI PUSKESMAS
NGANTANG
Nomor Register :

Hari/tanggal : Minggu, 20 Januari 2019


Jam : 05.35 WIB
Tempat : Puskesmas Ngantang
Petugas : Ratna Puspita Pratama

30
I. PENGKAJIAN DATA DASAR
A. Data subyektif

1. Identitas Bayi
Nama Bayi : By. RSP
Tanggal Lahir : 20 Januari 2017
Usia : 6 jam
Jenis kelamin : perempuan
2. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. RSP Nama Suami : Tn. RAR
Usia : 24 tahun Usia : 22 tahun
Suku / Bangsa : Jawa Suku / bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Banulor RT 05 RW 02 Banturejo
3. Keluhan Utama :
Saat ini tidak ada keluhan tentang bayinya.

4. Riwayat Prenatal :
Ini merupakan anak pertama. Saat hamil ibu sudah melakukan
pemeriksaan sebanyak 5x di bidan dan ada keluhan saat awal
kehamilan berupa mual pusing dan diberikan tablet asam folat dan
vitamin oleh bidan. Ibu mengatakan tidak terdapat komplikasi selama
kehamilan. Selama hamil, ibu tidak mengkonsumsi jamu maupun obat-
obatan tertentu selain yang diberikan bidan.
5. Riwayat Natal :
Bayi lahir saat usia kehamilan 38-39 minggu tanggal 20 2019 jam 05.35
WIB melalui persalinan normal. Ibu mengatakan tidak terdapat
komplikasi selama persalinan.
6. Riwayat Perinatal :
Berat badan bayi saat lahir 3.100 gram dan panjang badannya 50 cm.
Bayi lahir langsung menangis, warna kulit kemerahan, dan gerakan aktif.
7. Riwayat Kesehatan Orang Tua :

31
Orangtua bayi tidak ada yang pernah atau sedang menderita penyakit
seperti asma, TBC, penyakit kuning, atau penyakit menular seperti
HIV/AIDS.
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari:
• Diit: Bayi diberikan ASI setiap 2 jam sekali atau tiap kali bayi menangis
tanpa diberikan makanan atau minuman lain.
• Eliminasi: Bayi sudah BAB 1x dan BAK 1x.
• Pola tidur: Bayi sering tidur

B. Obyektif

1. Pemeriksaan umum
APGAR skor : 9-10
Grafik Lubchenco : presentil 75-90
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : HR: 140x/ menit, reguler; RR: 46x/menit,
reguler; suhu: 36,8°C.
BB : 3.500 gram
PB : 50 cm
LK : 32 cm
LD : 33 cm
LLA : 12 cm
2. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala: simetris, tidak terdapat caput succedaneum maupun cephal


hematoma
2) Wajah: simetris, tidak ada lesi, tidak oedema, warna kulit normal
kemerahan
3) Mata: simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
4) Telinga: simetris, tidak ada serumen
5) Hidung: simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping
hidung
6) Mulut: simetris, tidak terdapat sumbing
7) Dada: simetris, warna kulit normal, tidak ada retraksi antar dindng
dada

32
8) Abdomen: tali pusat bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi; tidak
kembung Ekstremitas atas: simetris, warna kulit normal, jumlah jari-
jari lengkap dan tidak ada perlekatan, akral hangat
9) Ekstremitas bawah: simetris, warna kulit normal, jumlah jari-jari
lengkap dan tidak ada perlekatan, akral hangat
3. Refleks:
Rooting:+
Sucking :+
Palmar graps: +
Plantar graps: +
Morro :+
Babinski :+

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa : neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam


- Data subyektif :
Ibu mengatakan bayi lahir saat usia kehamilan 38-39 minggu tanggal 20
Januari 2019 jam 05.35 WIB melalui persalinan normal. Ibu mengatakan
tidak terdapat komplikasi selama persalinan.

- Data obyektif:

APGAR skor: 9-10


Grafik lubchenco: presentil 75-90
Ballard score: 35
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis

1) Kepala: simetris, tidak terdapat caput succedaneum maupun cephal


hematoma
2) ‘Wajah: simetris, tidak ada lesi, tidak oedema, warna kulit normal
kemerahan
3) Mata: simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
4) Telinga: simetris, tidak ada serumen
5) Hidung: simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping
hidung

33
6) Mulut: simetris, tidak terdapat sumbing
7) Dada: simetris, warna kulit normal, tidak ada retraksi antar dindng
dada
8) Abdomen: tali pusat bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi; tidak
kembung Ekstremitas atas: simetris, warna kulit normal, jumlah jari-
jari lengkap dan tidak ada perlekatan, akral hangat
9) Ekstremitas bawah: simetris, warna kulit normal, jumlah jari-jari
lengkap dan tidak ada perlekatan, akral hangat

4. Refleks:
Rooting :+
Sucking :+
Palmar graps: +
Plantar graps: +
Morro :+
Babinski :+
III. DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

-
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA, RUJUKAN DAN
KOLABORASI

V. INTERVENSI

Kriteria hasil:
- Setelah dilakukan asuhan, keadaan bayi baik (TTV dan hasil
pemeriksaan fisik dalam batas normal).
- Setelah diberikan penjelasan, ibu dapat mengulangi sebagian besar
penjelasan petugas.
- Ibu berkomitmen untuk membawa bayinya kunjungan ulang sesuai
jadwal.
Intervensi :
1. Pastikan TTV pada bayi baru lahir dalam batas normal!

R/ TTV bayi harus dalam batas normal yang menandakan bayi dalam
keadaan baik

34
2. Jaga kehangatan pada bayi baru lahir!

R/ Bayi baru lahir sangat mudah kehilangan panas melalui berbagai


mekanisme yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
3. Lakukan pemberian ASI awal!

R/ Pemberian ASI awal dan melakukan kontak dini antara ibu dan bayi
dapat meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi
terbaik (asuh), dan melatih refleks dan motorik bayi (asah) serta
marangsang produksi ASI melalui let down reflex.
4. Lakukan perawatan tali pusat!

R/ Tali pusat pada bayi baru lahir harus tetap bersih untuk mencegah
terjadinya infeksi.
5. Jelaskan tentang tanda bahaya bayi baru lahir!

R/ Tanda bahaya bayi baru lahir perlu diketahui dari awal agar
keluarga siaga jika salah satu tanda bahaya tersebut muncul. Tanda
bahaya yang biasa muncul pada bayi baru lahir antara lain bayi tidak
mau menyusu, pernapasan cepat, bayi tidur terus-menerus, warna kulit
biru atau kuning, suhu tubuh terlalu panas atau dingin, tidak BAB
selama 3 hari, muntah terus-menerus, diare, mata bengkak atau
mengeluarkan cairan.
6. Jadwalkan kunjungan ulang!

R/ Kunjungan ulang diperlukan untuk memantau kondisi bayi secara


berkala, sehingga dapat mengatasi secara dini jika terjadi gangguan
pada bayi baru lahir.
VI. IMPLEMENTASI

1. Memantau TTV bayi baru lahir dengan melakukan pemeriksaan


frekuensi nafas, suhu tubuh, dan denyut jantung secara berkala
sebelum bayi dipulangkan..
E/ TTV bayi dalam batas normal.
2. Memakaikan bayi baru lahir pakaian, popok, topi, kaus kaki dan kaus
tangan, bedong serta meminta ibu dan keluarga untuk menjauhkan bayi
dari tempattempat yang dingin seperti dekat pintu, jendela, kipas angin,
maupun AC.
E/ Bayi sudah dilakukan upaya pencegahan hipotermi.

35
3. Melakukan pemberian ASI awal pada bayi baru lahir serta meminta ibu
untuk tetap menyusukan bayinya sesering mungkin tanpa
menambahkan makanan atau minuman lain sampai bayi berusia 6
bulan untuk merangsang produksi ASI.
E/ Ibu memahami penjelasan petugas dan bersedia memberikan ASI
saja sampai bayi berusia 6 bulan.
4. Memastikan keadaan tali pusat bersih dan kering serta mengajarkan
pada ibu dan keluarga untuk merawat tali pusat dengan hanya
mengganti kassa setiap kali selesai mandi dan tidak membubuhkan
apapun pada tali pusat bayi.
E/ Ibu dan keluarga memahami penjelasan petugas dan mampu
mempraktikkan yang diajarkan petugas
5. Menjelaskan tentang tanda bahaya bayi baru lahir pada ibu dan
keluarga serta meminta ibu dan keluarga untuk membawa bayinya ke
tenaga kesehatan jika menemui 1 atau lebih tanda bahaya tersebut.
E/ Ibu dan keluarga memahami penjelasan petugas dan mampu
mengulang sebagian besar penjelasan petugas, serta bersedia untuk
membawa bayinya ke tenaga kesehatan jika menemui 1 atau lebih
tanda bahaya tersebut.
6. Meminta ibu dan keluarga untuk membawa bayinya kunjungan ulang
tanggal 23 Januari 2019 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
E/ Ibu bersedia untuk membawa bayinya kunjungan ulang tanggal 23
Januari 2019 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.

VII. EVALUASI

Tanggal : 20 Januari 2019 Pukul : 13.00 WIB


S:

Ibu dan keluarga mampu mengulangi sebagian besar penjelasan


petugas dan berkomitmen untuk melakukan anjuran petugas.
O:
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : composmetis
A:
Diagnosa : neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam

36
P:
1. Keadaan bayi baik (TTV dan hasil pemeriksaan fisik dalam batas
normal).
2. Ibu dan keluarga dapat mengulangi sebagian besar penjelasan
petugas.

BAB V
PEMBAHASAN

37
Bab ini akan membahas tentang kesesuaian antara teori dan
tinjauan kasus pada pelaksananan manajemen asuhan kebidanan pada
By. RSP neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan di Puskesmas
Ngantang.
5.1 Pengkajian Data Dasar
Teori Aplikasi
a. Data Subjektif : a. Data Subjektif :
1. Identitas bayi dan orang tua 1. Identitas bayi dan orang tua
2. Alasan datang 2. Alasan datang
3. Keluhan utama 3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit 4. Riwayat penyakit
5. Riwayat prenatal 5. Riwayat prenatal
6. Riwayat natal 6. Riwayat natal
7. Riwayat perinatal 7. Riwayat perinatal
8. Riwayat kesehatan orang tua 8. Riwayat kesehatan orang tua
9. Pola kebiasaan sehari-hari 9. Pola kebiasaan sehari-hari
b. Data Objektif : b. Data Objektif :
1. Keadaan umum 1. Keadaan umum
2. Kesadaran 2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital (Nadi, 3. Tanda-tanda vital (Nadi,
Respirasi, Suhu) Respirasi, Suhu)
4. Antropometri (BB, PB, LK, LD, 4. Antropometri (BB, PB, LK, LD,
LLA) LLA)
5. Pemeriksaan fisik (kepala, 5. Pemeriksaan fisik (kepala,
wajah, mata, telinga, hidung, wajah, mata, telinga, hidung,
mulut, dada, mulut, dada,
abdomen,ekstermitas) abdomen,ekstermitas)
6. Reflek 6. Reflek

Pengkajian data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang


ditujukan untuk mengumpulkan informasi mengenai kesehatan fisik maupun
psikis bayi. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi serta pemeriksaan
penunjang jika diperlukan. Ibu dapat memberikan informasi dengan baik dan
bersikap kooperatif sehingga bidan dapat memperoleh data yang diperlukan
dengan mudah. Data yang diperoleh merupakan data terfokus untuk

38
menegakkan diagnosa sehingga intervensi yang diberikan juga dapat lebih
terfokus sesuai keadaan dan kebutuhan bayi.
Pada kasus kunjungan neonatus pada klien yang ditemui di lahan, data
subyektif didapatkan dari hasil pengkajian secara langsung dan tidak terdapat
kesenjangan antara data hasil pengkajian dengan teori. Pada pengkajian data
subyektif yang diperoleh dari ibu bayi didapatkan data bahwa bayi lahir pada
tanggal 20 Januari 2019 di usia kehamilan 38-39 minggu dengan berat lahir
3.500 gram dan panjang badan 50 cm. Bayi lahir langsung menangis dan
warna kulit kemerahan. Berdasarkan hasil pemeriksaan umum didapatkan HR:
140x/ menit, reguler; RR: 46x/menit, suhu: 36,8°C, BB 3.100 gram, PB 50 cm,
LK 32 cm, LD 33 cm, LLA 12 cm.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil kepala tidak terdapat caput
succedaneum maupun cephal hematoma; warna kulit normal coklat
kemerahan; konjungtiva merah muda; sklera putih; tidak ada pernafasan cuping
hidung; tidak terdapat sumbing; tidak ada retraksi antar dindng dada; tali pusat
bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi; tidak kembung; jumlah jari-jari tangan
dan kaki lengkap, tidak ada perlekatan, akral hangat. Pada pemeriksaan refleks
yaitu refleks rooting; sucking; palmar graps; plantar graps; morro; babinski
seluruhnya menunjukkan hasil positif.
Hasil pemeriksaan saat ini menunjukkan hasil yang normal dan temuan
sudah sesuai dengan teori. Data tersebut dapat digunakan untuk pengkajian
dan pemeriksaan lebih lanjut sehingga dapat menyusun diagnosa dan
penatalaksaan yang sesuai dengan masalah klien.

5.2 Interpretasi Data Dasar


Teori Aplikasi
Neonatus kurang/cukup.lebih Neonatus cukup bulan sesuai
bulan kecil/sesuai/besar masa maa kehamilan usia 6 jam.
kehamilan usia ...
Kegiatan penginterpretasian data merupakan kegiatan yang

menghubungkan antara data yang diperoleh dengan konsep teori dan

berprinsip relevan untuk mengetahui kondisi pasien saat ini. Interpretasi

ini ditegakkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang diperoleh.

Data subyektif (DS) merupakan data yang disampaikan oleh orangtua

pasien dan data obyektif (DO) merupakan data yang ditemukan

39
berdasarkan hasil pemeriksaan oleh petugas. Pada kasus yang

ditemukan di lahan tidak didapatkan adanya kesenjangan antara teori

dengan kasus yang ditemui di lahan. Diagnosa dari kasus tersebut adalah

neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam.

Pada bayi baru lahir normal hasil pemeriksaan umum, TTV,


antropometri, fisik, dan refleks tidak ditemukan adanya tanda-tanda
abnormalitas. Pada saat lahir bayi memiliki berat badan antara 2500-4000
gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35
cm, dan lahir pada usia kehamilan 37-40 minggu.Pada pemeriksaan TTV
frekuensi denyut jantung berada antara 120-160 kali/menit, frekuensi nafas 40-
60 kali/menit, dan suhu antara 36,5-37,5°C
Masa neonatus merupakan masa yang rawan sehingga memerlukan
perhatian dan penanganan sebaik-baiknya, termasuk permasalahan
pencegahan infeksi. Salah satunya melalui perawatan tali pusat. Perawatan tali
pusat dilakukan untuk mencegah masuknya spora bakteri tetanus melalui tali
pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan
yang ditaburkan ke tali pusat sehingga mengakibatkan infeksi.
5.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Teori Aplikasi
Langkah ini membutuhkan Pada kasus di lahan tidak
antisipasi, bila memungkinkan adanya diagnosa atau
dilakukan pencegahan untuk masalah potensial.
mencegah terjadinya
kegawatdaruratan. Salah satu
masalah potensial pada bayi
baru lahir adalah gumoh.
Gumoh adalah keluarnya isi
lambung tanpa adanya
tekanan dan kontraksi dari
diafragma atau dinding perut
(Arwita, 2014 dalam Penelitian
pengaruh pemberian upright
position terhadap
pengurangan frekuensi gumoh

40
pada bayi usia 0-3 bulan).

Berdasarkan tinjauan teori manajemen kebidanan adalah perlu


dilakukan identifikasi adanya masalah yang akan terjadi sehingga dapat segera
diatasi.
5.4 Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi, dan Rujukan
Teori Aplikasi

41
Pada tahap ini bidan Pada kasus di lahan tidak ada
mengidentifikasi perlunya kebutuhan tindakan segera,
kebutuhan tindakan segera, rujukan, dan kolaborasi.
baik tindakan konsultasi dan
atau kolaborasi dengan dokter
atau tim kesehatan lainnya
seperti pekerja sosial, ahli gizi,
dan ahli perawat klinis,
maupun rujukan jika menemui
kegawatdaruratan. Bidan
harus dapat melakukan
evaluasi keadaan pasien agar
asuhan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi
ibu. Kebutuhan tindakan
segera dalam menghadapi
bayi baru lahir dengan gumoh,
yaitu :
a. Bersikaplah tenang.
b. Segera miringkan badan bayi agar
cairan tidak masuk ke paru-paru
(jangan mengangkat bayi yang
sedang gumoh, karena beresiko
cairan masuk ke paru-paru).
c. Bersihkan segera sisa gumoh
dengan tissue atau lap basah
hingga bersih,pastikan lipatan
leher bersih agar tidak menjadi
sarang kuman dan jamur.
d. Jika gumoh keluar lewat hidung,
cukup bersihkan dengan cotton
bud, jangan menyedot dengan
mulut karena akan menyakiti bayi
dan rentan menularkan virus.
e. Tunggu beberapa saat jika ingin

42
memberi ASI lagi.

Pada kasus neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam
yang ditemui di lahan tidak ditemukan adanya diagnosa/masalah potensial
yang timbul, sehingga tidak diperlukan kebutuhan segera dalam asuhan
kebidanan yang diberikan.
5.5 Intervensi
Teori Aplikasi
1. Pastikan TTV pada bayi baru lahir 1. Pastikan TTV pada bayi baru lahir
dalam batas normal! dalam batas normal!
2. Jaga kehangatan pada bayi baru 2. Jaga kehangatan pada bayi baru
lahir! lahir!
3. Lakukan pemberian ASI awal! 3. Lakukan pemberian ASI awal!
4. Lakukan perawatan tali pusat! 4. Lakukan perawatan tali pusat!
5. Jelaskan tentang tanda bahaya 5. Jelaskan tentang tanda bahaya
bayi baru lahir! bayi baru lahir!
6. Jadwalkan kunjungan ulang! Jadwalkan kunjungan ulang!

Rencana asuhan yang komprehensif ditujukan berdasarkan kondisi bayi


serta hubungannya dengan masalah yang sedang dialami. Rencana asuhan
harus berdasarkan persetujuan orang tua atau pengasuh dan semua tindakan
harus rasional dan relevan serta diakui kebenarannya. Penyusunan rencana
asuhan serta pelaksanaannya disesuaikan dengan diagnosa yang telah
ditegakkan sebelumnya. Dari rencana asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada kasus ini sudah terdapat kesesuaian antara teori dan kasus yang ada.
5.6 Implementasi
Teori Aplikasi
1. Memantau TTV bayi baru lahir 1. Memantau TTV bayi baru lahir
dengan melakukan pemeriksaan dengan melakukan pemeriksaan
frekuensi nafas, suhu tubuh, dan frekuensi nafas, suhu tubuh, dan
denyut jantung secara berkala denyut jantung secara berkala
sebelum bayi dipulangkan.. sebelum bayi dipulangkan..
2. Memakaikan bayi baru lahir 2. Memakaikan bayi baru lahir
pakaian, popok, topi, kaus kaki dan pakaian, popok, topi, kaus kaki

43
kaus tangan, bedong serta dan kaus tangan, bedong serta
meminta ibu dan keluarga untuk meminta ibu dan keluarga untuk
menjauhkan bayi dari menjauhkan bayi dari
tempattempat yang dingin seperti tempattempat yang dingin seperti
dekat pintu, jendela, kipas angin, dekat pintu, jendela, kipas angin,
maupun AC. maupun AC.
3. Melakukan pemberian ASI awal 3. Melakukan pemberian ASI awal
pada bayi baru lahir serta meminta pada bayi baru lahir serta meminta
ibu untuk tetap menyusukan ibu untuk tetap menyusukan
bayinya sesering mungkin tanpa bayinya sesering mungkin tanpa
menambahkan makanan atau menambahkan makanan atau
minuman lain sampai bayi berusia minuman lain sampai bayi berusia
6 bulan untuk merangsang 6 bulan untuk merangsang
produksi ASI. produksi ASI.
4. Memastikan keadaan tali pusat 4. Memastikan keadaan tali pusat
bersih dan kering serta bersih dan kering serta
mengajarkan pada ibu dan mengajarkan pada ibu dan
keluarga untuk merawat tali pusat keluarga untuk merawat tali pusat
dengan hanya mengganti kassa dengan hanya mengganti kassa
setiap kali selesai mandi dan tidak setiap kali selesai mandi dan tidak
membubuhkan apapun pada tali membubuhkan apapun pada tali
pusat bayi. pusat bayi.
5. Menjelaskan tentang tanda bahaya 5. Menjelaskan tentang tanda
bayi baru lahir pada ibu dan bahaya bayi baru lahir pada ibu
keluarga serta meminta ibu dan dan keluarga serta meminta ibu
keluarga untuk membawa bayinya dan keluarga untuk membawa
ke tenaga kesehatan jika menemui bayinya ke tenaga kesehatan jika
1 atau lebih tanda bahaya tersebut. menemui 1 atau lebih tanda
6. Meminta ibu dan keluarga untuk bahaya tersebut.
membawa bayinya kunjungan 6. Meminta ibu dan keluarga untuk
ulang tanggal 23 Januari 2019 atau membawa bayinya kunjungan
sewaktu-waktu jika ada keluhan. ulang tanggal 23 Januari 2019
atau sewaktu-waktu jika ada
keluhan.

44
Berdasarkan manajemen asuhan kebidanan bahwa dalam
melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin keamanan bayi.
Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian
dilaksanakan oleh ibu dan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Pada
kasus yang ditemui di lahan tidak terdapat kesenjangan dengan teori yang
sudah ada.
5.7 Evaluasi
Teori Aplikasi
Evaluasi merupakan tahap 1. TTV bayi dalam batas normal.
terakhir dalam manajemen 2. Bayi sudah dilakukan upaya
kebidanan. Evaluasi dilakukan pencegahan hipotermi.
melalui dari tahap 3. Ibu memahami penjelasan
perencanaan maupun petugas dan bersedia memberikan
pelaksanaan yang dilakukan ASI saja sampai bayi berusia 6
oleh bidan. Evaluasi bulan.
merupakan bagian dariproses 4. Ibu dan keluarga memahami
yang dilakukan secara terus- penjelasan petugas dan mampu
menerus untuk meningkatakan mempraktikkan yang diajarkan
pelayanan secara petugas
komprehensif dan selalu 5. Ibu dan keluarga memahami
berubah sesuai dengan penjelasan petugas dan mampu
kondisi atau kebutuhan klien. mengulang sebagian besar
penjelasan petugas, serta
bersedia untuk membawa bayinya
ke tenaga kesehatan jika
menemui 1 atau lebih tanda
bahaya tersebut.
6. Ibu bersedia untuk membawa
bayinya kunjungan ulang tanggal
23 Januari 2019 atau sewaktu-
waktu jika ada keluhan.

Evaluasi asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses


manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan dengan

45
cara membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasi
serta memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan
yang sudah diimplementasikan. Berdasarkan studi kasus By. RSP dapat
dikatakan bahwa seluruh rencana asuhan dapat dilaksanakan dan hasil yang
diperoleh sesuai dengan kriteria hasil. Evaluasi dilakukan berdasarkan pada
respon ibu ketika melaksanakan implementasi tindakan dan rencana
penatalaksanaan lanjutan.

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan komprehensif ini adalah sebagai berikut:


1. Pengumpulan data subyektif (identitas bayi dan orang tua, alasan
datang, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat prenatal, riwayat
perinatal, dan pola kebiasaan sehari-hari) pada bayi baru lahir
normal di lahan sudah sesuai dengan teori.
2. Penginterpretasian data dan penentuan masalah pada bayi baru lahir
normal di lahan sudah sesuai dengan teori.
3. Penentuan diagnosa atau masalah potensial pada bayi baru lahir
normal di lahan sudah sesuai dengan teori.
4. Penentuan kebutuhan tindakan segera pada bayi baru lahir normal di
lahan sudah sesuai dengan teori.
5. Penyusunan rencana tindakan pada ibu dengan bayi baru lahir
normal di lahan sudah sesuai dengan teori.
6. Implementasi dari rencana asuhan pada ibu dengan bayi baru lahir
normal di lahan sudah sesuai dengan teori
7. Evaluasi hasil tindakan atau asuhan yang diberikan pada bayi baru
lahir normal di lahan sudah sesuai dengan teori.
6.2 Saran

1. Bagi Penulis

46
Penulis dapat lebih memperdalam kembali teori yang berkaitan
dengan bayi baru lahir normal, sehingga dapat melakukan
penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan klien.
2. Bagi Puskesmas Ngantang

Puskesmas Ngantang dapat menjadikan referensi dalam


peningkatan pelayanan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
normal.

DAFTAR PUSTAKA

Naomy, 2016 hal 2 dalam buku Asuhan Kebidanan Nenatus, Bayi, dan Anak
Balita
Saifuddin, 2014 hal N30-N32 dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatus
Widiastini, 2018 hal 143-144 dalam Buku Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
dan Bayi Baru Lahir; link https://books.google.co.id/books?
id=7NR5DwAAQBAJ&pg=PA145&dq=dua+peristiwa+yang+merubah+te
kanan+dalam+sistem+pembuluh+darah&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi9
_eOimvDfAhVELo8KHWGvCVYQ6AEIKjAA#v=onepage&q=dua
%20peristiwa%20yang%20merubah%20tekanan%20dalam%20sistem
%20pembuluh%20darah&f=true

47

Anda mungkin juga menyukai