Anda di halaman 1dari 295

MODUL

SISTEM REPRODUKSI

SI KEPERWATAN TINGKAT III B KEPERAWATAN

KOORDINATOR : Ns. Ria Setia Sari, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)”YATSI”

Jl. Raya Prabu Siliwangi ( Jl. Raya Pasar Kemis) KM.3, Tangerang – Banten

Telp. (021)592 1132 – Fax (021) 592 113


Konsep keperawatan ibu dalam konteks kesehatan keluarga

A. Falsapah
1. Memberikan askep yang holistik dengan menghargai klien dan keluarga
2. Semua individu mempunyai hak untuk lahir sehat sehingga setiap klien berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas
3. Pengalaman melahirkan merupakan bagian tumbang keluarga juga merupakan
‘krisis’ Peristiwa melahirkan merupakan ‘normal dan sehat’
4. Sikap, nilai dan perilaku sehat dipengaruhi oleh budaya dan sosial

B. Legal etik keperawatan maternitas


1. Abortus
Dalam dunia kedokteran, dikenal istilah abortus, yaitu menggugurkan
kandungan, yang berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. World Health Organization
(WHO) memberikan definisi bahwa aborsi adalah terhentinya kehidupan buah
kehamilan di bawah 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram.
Etika dalam masalah aborsi berkisar pada mengakhiri kehidupan janin dengan
cara memindahkan janin dari sistem pendukung kehidupannya. Telah diperdebatkan
bahwa apabila manusia diberikan sebuah pilihan, ia akan memilih kesehatan dan
tidak mengalami penderitaan. Lebih jauh, perdebatan berlanjut, manusia tidak
memiliki hak untuk membebankan oleh akibat tragis dari penyakit yang terdeteksi
pada janin. Dengan menggugurkan janiin yang cacat, “ketiadaan” terjadi bukan
penderitaan karena hidup dengan abnormalitas. Janin yang rusak dapat diganti
dengan yang normal pada kehamilan berikutnya. Walaupun alasan ini mendukung
pengguguran janin yang rusak, alasan ini tidak membahas etika tindakan aborsi pada
hasil konsepsi yang sehat (atau tidak direncanakan).
Pada tahun 1973, dalam kasus bersejarah Roe vs Wade, mahkamah agung
Amerika Serikat memutuskan bahwa aborsi adalah tindakan yang sah di Amerika
Serikat. Keputusan tersebut membuat hukum-hukum negara bagian yang melarang
aborsi menjadi tidak berlaku karena hukum-hukum semacam itu menyerang privasi
ibu (Annas, 1986a). Keputusan tersebut juga menetapkan beberapa poin lain sebagai
berikut :

2
a. Negara bagian tidak dapat mencegah seorang wanita untuk melakukan aborsi
setiap saat pada trimester pertama yang di lakukan oleh dokter yang memiliki
izin.
b. Negara bagian dapat mengatur praktik aborsi untuk melindungi kesehatan wanita
pada trisemester kedua.
c. Negara bagian dapat mengatur dan bahkan melarang aborsi pada trimester ketiga
kecuali jika kehidupan atau kesehatan ibu terancam.
d. Negara bagian memiliki hak untuk memberi perlindungan terhadap janin pada
trimester terakhir.
2. Amniosintesis
Menurut kamus kesehatan Amniosintesis adalah prosedur yang mengambil
sampel cairan ketuban (amnion) dan menganalisisnya di laboratorium untuk
mendeteksi kelainan genetik tertentu, penyakit metabolik, kelainan kromosom, atau
cacat perkembangan. Amniosintesis biasanya dilakukan antara minggu 14 dan 18
kehamilan. Jenis kelamin bayi juga dapat diprediksi dengan tes ini.
Amniosintesis telah ada lebih dari 1 dekade. Masalah etik dan hukum mengenai
prosedur ini mencakup kesalahan, kelalaian atau kesalahan perbuatan. Contoh, jika
seorang wanita yang di calonkan untuk menjalani tes karena usia (di atas 35 tahun)
melahirkan seorang anak dengan anomali kromosom atau memiliki riwayat penyakit
genetik dan tidak diperhatikan pada saat tes, profesional perawatan kesehatan dapat
bertanggung jawab jika ia melahirkan bayi yang cacat. Resiko dan keuntungan tes
juga harus dijelaskan kepada klien, dan harus mendapat persetujuan tindakan. Jika
ibu telah dites, diberi tahu bahwa janinnya normal, kemudian melahirkan bayi yang
cacat, profesional perawatan kesehatan dan laboratorium yang melakukan tes harus
bertanggungjawab. Meskipun profesional kesehatan mempunyai keyakinan pribadi
tentang efektivitas tes, memiliki pendapat mengenai apakah seorang wanita harus
menggugurkan kandungan jika hasil tes menunjukkan adanya janin yang cacat, atau
memiliki keberatan berdasarkan moral, etika, atau agama terhadap tes tersebut,
profesional perawatan kesehatan tetap berkewajiban untuk memberi tahu klien
tentang tes dan merujuk ke tempat lain.
3. Inseminasi
Inseminasi buatan adalah penyimpanan sperma pada os serviks atau didalam
uterus secara mekanis, dapat dilakukan dengan 2 metode. Dalam inseminasi buatan
dari suami ( artificial insemination from the husband, AIH), sperma yang berasal
3
dari sperma suami klien disimpan dalam reproduksi istrinya. Metode ini mungkin
tidak terlalu kontroversial dibandingkan semua metode reproduksi yang dibantu
karena jelas siapa orang tua genetis dan sosiologisnya. Beberapa golongan agama
keberatan dengan dilakukannya masturbasi sebagai cara pengumpulan sperma, tetapi
pada umumnya metode ini tidak menimbulkan pertanyaan etik atau hokum. Metode
kedua inseminasi buatan dari donor (artifisial insemination from a donor, AID) lebih
problematik. Dengan AID, wanita diinseminasi dengan sperma dari donor yang tidak
dikenal. Metode ini memisahkan orang tua sosiologis (suami wanita tersebut) dari
perannya dalam konsepsi keturunan.
AID (artifisial insemination from a donor) atau inseminasi buatan dari donor
menjadi tindakan yang sangat diminati ketika suami tidak dapat atau sangat sedikit
menghasilkan sperma. AID juga digunakan ketika suami menderita cacat genetic
atau sensitive Rh. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan prosedur ini telah
berkurang karena kemungkinan adanya penularan human immunodeficiency virus
(HIV). Sekarang dilakukan skrining HIV pada seluruh donor dan setiap specimen.
Selama suami setuju, donor tidak dianggap sebagai ayah yang sah atas anak tersebut.
Dengan demikian, suami menggantikan posisi ayah genetis sebagai ayah yang sah
atas anak tersebut. Seperti yang dilihat, model teurapeutik ini menempatkan kontrak
di antara semua pihak atas perkembangan genetis atau “garis keturunan”. Model ini
telah disarankan sebagai model untuk transfer embrio, tetapi ada pertanyaan
mengenai apakah hal tersebut sesuai.
Kewajiban hukum dipenuhi berdasarkan persetujuan tindakan tertulis yang
ditandatangani oleh semua pihak istri, suami dan donor. Direkomendasikan agar
seluruh pihak tidak menuliskan nama. Direkomendasikan juga agar dokter diberi hak
untuk memilih donor. Rekomendasi ini menimbulkan pertanyaan tentang batas
kewenangan profesional, terutama karena akhir-akhir ini terdapat skandal jika dokter
diberikan hak ini, persetujuan biasanya meliputi ketentuan bahwa profesional
kesehatan tidak bertanggung jawab jika anak itu lahir dengan abnormalitas.
Pertanyaan tentang keabsahan anak dapat diselesaikan dengan adopsi.
4. Dekapitasi
Dekapitasi adalah tindakan untuk memisahkan kepala janin dari tubuhnya dengan
cara memotong leher janin agar janin dapat lahir per vaginam. Dekapitasi dilakukan
pada persalinan yang macet pada letak lintang dan janin sudah meninggal.

4
C. Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas
Meliputi manusia, lingkungan, sehat dan keperawatan.
1. Manusia
Terdiri dari wanita usia subur, wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan
bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya adalah anggota keluarga
yang unik dan utuh, merupakan makhluk bio-psikososial dan spiritual yang memiliki
sifat berbeda secara individual dan dipengaruhi oleh usia dan tumbuh kembangnya.
Salah satu tugas perkembangan wanita adalah pengalaman melahirkan anak yang
dapat merupakan krisis situasi dalam keluarga tersebut apabila tidak mampu
beradaptasi dengan baik.
2. Lingkungan
Sikap, nilai dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya
dan social di samping pengaruh fisik proses kehamilan dan persalinan serta nifas
akan melibatkan anggota keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran merupakan
permulaan suatu bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting,
sehingga pelayanan maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang
tua,bayi dan anggota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam
keluarga.
3. Sehat
Sehat adalah suatu keaadan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat dinamis
dimana perubahan-perubahan fisik dan psikososial mempengaruhi kesehatan
seseorang. Setiap individu memiliki hak untuk sehat sehingga WUS dan ibu
memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
4. Keperawatan Ibu
Keperawatan ibu merupakan keperawatan pelayanan yang professional yang
ditujukan kepada wanita usia subur pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan
system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi
baru lahir sampai umur 40 hari,beserta keluarganya yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Keperawatan ibu memberikan
asuhan keperawatan holistic dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta

5
menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai
untuk dirinya.
Paradigma keperawatan maternitas (Dasar Kep,Profesional H. Zaidin Ali)
1. Manusia
a. Memiliki karakteristik biokimiawi, fisiologi interpersonal dan kebutuhan
dasar hidup yang selalu berkembang.
b. Perkembangan terjadi melalui interaksi dengan orang lain yang mampu
memenuhi kebutuhan dirinya/membagi pengalamannya.
c. Kebutuhan manusia diorganisasikan meliputi perilaku serta berdasarkan
pengalaman masa lalu.
d. Memiliki kehidupan yang seimbang sebagai sarana pertahanan diri dan upaya
mengurangi kecemasan akibat kebutuhan yang tak terpenuhi.
2. Lingkungan
a. Merupakan factor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan
manusia.
b. Lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh
terhadap penyakit.
c. Perawat bertanggung jawab dalam tatanan pengobatan yang merupakan
bagian dari lingkungan fisik dan social.
Lingkungan dibagi dalam 2 aspek yaitu;
1) Aspek terstruktur meliputi;
a) Alat
b) Terapi
c) Alur
2) Aspek tidak terstruktur meliputi;
a) Interaksi antara perawat dengan klien dan dengan lingkungan sekitar.
3. Sehat
a. Merupakan symbol perkembangan kepribadian yang berlangsung secara
terus-menerus menuju kehidupan yang kreatif.
b. Perilaku sehat; perilaku pemenuhan kebutuhan kepuasan kesadaran diri dan
integrasi pengalaman, misalnya pengalaman sakit.
c. Manusia sehat berarti manusia yang tidak memiliki ansietas/ketegangan.
d. Intervensi keperawatan berfokus pada proses membina hubungan saling
percaya guna mengurangi ansietas.
6
4. Keperawatan Maternitas
a. Keperawatan maternitas merupakan suatu instrument pendidikan yang
memfalisitasi kebutuhan ibu hamil, persalinan,masa nifas,bayi baru lahir.
b. Aktivitas keperawatan diserahkan untuk ibu hamil, dan bayi mencapai
kesehatan yang optimal.
c. Fokus aktivitas keperawatan maternitas adalah masalah yang mencerminkan
ruang lingkup aktivitas keperawatan dan kemandirian dalam proses
diagnosis,tindakan (terapi), pendidikan riset

D. Perkembangan Keperawatan Maternitas


1. Pengertian
Perawatan maternitas merupakan persiapan persalinan serta kualitas pelayanan
kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan
psikososial dari klien, keluarga dan bayi baru lahir. (May Mahlmeilster,1990)
Keperawatan maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan di mana
perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi
pada masa pre natal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal. (Auvenshine &
Enriquez, 1990).
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan professional berkualitas yang
difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses
konsepsi/kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga,dan bayi baru lahir dengan
menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan. Reede, 1997)
Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan kesempatan
untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masysrakat
lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan di mana
masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh
tenaga yang professional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga
kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standar global international
dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan
professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social
budaya, memiliki wawasan yang luas serta menguasai perkembangan iptek.

7
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negative terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya
tujuan kesehatan, maka solusi yang harus ditempuh dalam keperawatan maternitas
adalah:
a. Pengembangan pendidikan keperawatan.
System pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan
perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan
profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan.Akademi keperawatan
merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan
professional di bidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata
dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang
pendidikan.
b. Memantapkan system pelayanan keperawatan professional.
Departemen dalam negeri sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi
dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik
keperawatan professional dalam memberikan asuhaan keperawatan harus segera
dilakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
c. Peny
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan
dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi
kempurnaan organisasi keperawatan kepentingaan organisasi dan
mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan
manfaatnya. Restrukrisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna
menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi
anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan
yang lebih baik serta meningkat.

E. Trend dan isu keperawatan maternitas (kesehatan reproduksi pra


nikah dan konsep family center)
1. Dinamika Keluarga
Keluarga adalah dua individu atau lebih yang bergabung bersama karena ada ikatan
untuk saling berbagi dan ikatan kedekatan emosi yang mengidentifikasi diri mereka
sebagai keluarga. (Friedman,1992)

8
Definisi ini mencakup berbagai bentuk keluarga, antara lain:
a. Keluarga inti: yang terdiri dari orang tua dan anak-anaknya.
b. Keluarga besar: terdiri dari keluarga inti dan individu lain yang mempunyai
hubungan darah.
c. Keluarga orang tua tunggal: keluarga yang tidak memiliki pasangan.
d. Keluarga campuran/kombinasi: terdiri dari orang tua tiri atau anak tiri.
Fungsi Keluarga Fungsi keluarga mencakup lima bidang dasar; biologi,
ekonomi, pendidikan, psikologi dan social budaya (WHO, 1998)
a. Fungsi biologis meliputi reproduksi, upaya merawat dan membesarkan anak,
pemenuhan nutrisi, pemeliharaan kesehatan dan rekreasi. Kemampuan untuk
menjalankan fungsi-fungsi ini secara tidak langsung membutuhkan pra sysrat
tertentu; genetika yang sehat, fertilitas, perawatan selama siklus maternitas,
perilaku diet yang baik, pemanfaatan pelayanan kesehatan yang optimal dan
perawatan anggota keluarga.
b. Fungsi ekonomi, meliputi mencari nafkah yang cukup untuk menjalankan
fungsi-fungsi lain, mengembangkan anggaran keluarga dan memastikan
keamanan keuangan anggota keluarga. Untuk dapat memenuhi tugas-tugas ini
keluarga harus memiliki keterampilan, kesempatan dan pengetahuan yang
diperlukan.
c. Fungsi pendidikan, meliputi mengajarkan keterampilan, sikap dan pengetahuan
yang berhubungan dengan fungsi-fungsi lain.
d. Fungsi psikologi, keluarga diharapkan member lingkungan yang meningkatkan
perkembangan kepribadian secara alami. Tugas-tugas ini membutuhkan
kesehatan emosi yang stabil, ikatan kasih bersama juga kemampuan untuk
saling mendukung, menoleransi stress dan mengatasi krisis.Fungsi social
budaya, berhubungan dengan sosialisasi anak-anak. Fungsi ini meliputi
penyampaian nilai-nilai yang berhubungan dengan perilaku, tradisi, bahasa,
agama, sikap moral masyarakat yang berlaku. Untuk melakukan fungsi ini
keluarga harus memiliki standar yang diterima dan peka terhadap berbagai
kebutuhan social anak sesuai tingkatan usia mereka.
e. Melalui dinamika keluarga, para anggota keluarga menerima peran social yang
sesuai. Peran social dipelajari dalam keluarga secara berpasangan (misalnya,
ibu-ibu, orangtua-anak, kakak-adik). Sebuah peran social tidak bisa muncul

9
dengan sendirinya tetapi dirancang supaya bekerja dengan sebuah mitra peran.
Peran-peran ini diharapkan saling melengkapi.
Implikasi untuk keperawatan maternitas keluarga sebagai suatu kelompok
dan keluarga sebagai individu secara simultan terlibat dalam tugas-tagas
perkembangan. Apabila tugas perkembangan keluarga tidak selaras dengan
tugas perkembangan individu, maka terjadi ketidakharmonisan. Contoh
a. Ayah yang masih remaja memperjuangkan kebutuhan untuk lepas dari
ikatan keluarganya, sementara ia juga diharapkan untuk memantapkan
keuangan dan dukungan lain untuk keluarga barunya.
b. Seorang anak balita yang sedang mempelajari perilaku-perilaku yang yang
dapat diterima secara social, ketika diperkenalkan kepada seorang adik
baru, dapat kembali ke perilaku kanak-kanak.
c. Pengetahuan tentang implikasi situasi ini dapat bermanfaat saat membantu
sebuah keluarga mengembangkan mekanisme koping yang sesuai. Teori
perkembangan memberi perawat maternitas sebuah dasar untuk memahami
unit keluarga juga memberi suatu pendekatan yang familier melalui
penggunaan proses keperawatan untuk meningkatkan kesehatan keluarga
usia subur.
2. Kultur dalam konsteks keperawatan komunitas
Keperawatan komunitas adalah lapangan keperawatan khusus yang merupakan
gabungan ketrampilan ilmu keperawatan,ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
social, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi social, perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar¸ditujukan
kepada individu, keluarga yang mempunyai masalah di mana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan (WHO, 1959).
Menurut Ruth B Freeman keperawatan maternitas adalah suatu lapangan
khusus bidang keperawatan dimana teknik keperawatan, ketrampilan
berorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota
profesi kesehatan lain dan kepada tenaga social lain demi untuk memelihara
kesehatan masyarakat.
Keperawatan komunitas adalah Suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat
yang diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk
(American Nursing Association (ANA).
10
Menurut Badan Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat keperawatan
maternitas adalah suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat.
a. Masalah
1) Penyebab angka kematian bayi masih tinggi disebabkan oleh penyakit
menular seperti radang paru-paru,diare dan malaria. Penyakit yang paling
banyak merenggut korban jiwa adalah radang paru-paru 18 persen, atau
sebanyak 1,58 juta anak, diare (15 persen,1,34 juta) dan malaria 8 persen,
0,73 juta anak.
2) Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi
Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi adalah pelayanan kesehatan
yang semakin meningkat, kurangnya pengetahuan masyarakat program
KB.
3) Angka kematian ibu (AKI) tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal
oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas
(Depkes RI, Dirjen Binkenmas, 2004).
Penyebab kematian ibu cukup kompleks,dapat digolongkan atas faktor-
faktor reproduksi, komplikasi obstetric, pelayanan kesehatan dan sosio
ekonomi.
Penyebab komplikasi obstetric langsung telah banyak di ketahui dan telah
bayak ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum.
Tingginya angka kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh
timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih mampu. Keterlambatan merujuk disebabkan
berbagai factor seperti masalah keuangan,transfortasi dsb. (Depkes RI,
Dirjen Yanmedik, 2005)
b. Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat
menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Kelompok
remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki
resiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah
11
dari kelompok ini. Hamper seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS
yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai
antibiotik generasi lama. PMS lain seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin,
seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan.
Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara
yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin,
herpes,hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai
penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi
seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker service dan berbagai
komplikasi kelamin. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-
upaya pencegahan penting untuk dilakukan.
c. Penemuan Teknologi Baru
1) Alat kontrasepsi implant atau susuk KB generasi ketiga yang dinamakan
Gestplan. Kelebihan alat kontrasepsi ini bisa bertahan hingga 7 tahun
dibandingkan implant saat ini yang berumur 5 tahun. Penemuan ini hasil
dari penelitian dari jurusan Farmakologi dan Toksikologi UGM.
2) Water Birth
Proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan didalam air,
manfaatnya ibu akan merasakan lebih relaks karena semua otot yang
berkaitan dengan proses persalinan menjadi lebih elastic. Metode ini juga
akan mempermudah proses mengejan sehingga rasa nyeri selama
persalinan tidak terlalu dirasakan, didalam air proses pembukaan jalan
lahir akan lebih cepat.
3) USG (Ultrasonografi) 3D dan 4D
Alat USG (Ultrasonografi) 3D dan 4D adalah USG yang berkemampuan
menampilkan gambar 3 dan 4 dimensi di teknologi ininjanin dapat terlihat
utuhndan jelas seperti layaknya bayi yang sesungguhnya (Dr Judi Januadi
Endjun S.pog). Alat USG ini bahkan dapat memperlihatkan seluruh tubuh
bayi berikut gerak-geriknya. Teknologi 3 dan 4 dimensi ini menjadi
pelengkap bila diduga janin dalam keadaan tidak normal dan perlu dicari
kelainan bawaannya seperti bibir sumbing,kelainan pada jantung dsb.
Secara lebih detail kelebihan USG (Ultrasonografi) 3D dan 4D ini pada
janin dapat terbaca secara lebih akurat, karena teknologi ini dikembangkan
untuk meningkatkan ketepatan diagnosa.
12
4) Pil KB terbaru
Pil KB dengan dorspirenone merupakan pil KB terbaru yang memberikan
perlindungan kontrasepsi yang diandalkan, dengan berbagai manfaat
tambahan dalam suatu kombinasi yang unik pil KB dengan dorspirenone
adalah pil yang membuat seseorang merasa lebih nyaman. Mengandung
progestin baru dorspirenone yaitu hormone yang sangat menyerupai
progesterone salah satu hormone dalam tubuh. Dorspirenone mempunyai
profil farmakologis yang sangat mirip dengan progesterone alami dengan
karakteristik memiliki efek antimineralokortoid dan antiandrogenik tidak
memiliki aktivitas ekstrogenik, androgenic, glukortikoid dengan sifat
antineralokortikoid. Pil KB dengan dengan dorspirenone dapat
memberikan manfaat tambahan yaitu tidak menaikkan berat badan,
mengurangi gejala kembung, haid menjadi teratur,mengurangi nyeri haid
dan mengatur keluarnya darah haid, tidak menaikkan tekanan darah
dengan androgennya. Pil KB dengan dorspirenone daapat memberikan
manfaat tambahan yaitu mengurangi jerawat, dan mempercantik rambut
dan kulit.
5) Robot akan digunakan untuk mengobati orang sakit
Diagnostic ini robot akan menggunakan penelitian global untuk
memberikan pendapat ahli, beberapa dokter yang akan berani untuk
diabaikan. Pelatihan medis akan beralih dari apa yang orang tahu, untuk
mendapatkan data yang akurat robot bias membuat keputusan, dan
menyediakan “high-touch” dukungan emosional. Ahli bedah akan selalu
berada pada premium,bersama-sama dengan tangan-on wali yang akan
berbasis masyarakat, dengan kualifikasi yang sangat khusus. Operasi
remote akan menjadi bagian rutin setiap pusat spesialis rutin. Batas antara
dokter dan perawat akan terus kabur sebagai perawat berwenang untuk
membuat lebih banyak keputusan. Akibatnya pelatihan perawat akan lebih
panjang dan perawat kelas akan lebih mahal

13
Memahami Program KIA Di Indonesia

Setiap kali bangsa Indonesia memperingati Hari Ibu tanggal 22 Desember, tiap kali itu
pula mengemuka berbagai permasalahan terkait kaum perempuan, khususnya kaum ibu. Satu
hal yang seringkali muncul adalah pembahasan terkait Angka Kematian Ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sudah berhasil diturunkan secara signifikan
dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 (SDKI 1991) menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007). Sesuai target MDGs, AKI harus diturunkan
sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk dapat mencapai target
MDGs, diperlukan terobosan dan upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor
swasta, maupun masyarakat.
A. Masalah kesehatan ibu dan anak di indonesia:
1. Pada masa infant :
1) Bayi laki-laki lebih banyak yang dilahirkan dibandingkan dengan wanita karena
adanya seleksi jenis kelamin dan tidak adekuatnya pelaporan dari regristrasi
kelahiran.
2) Kematian pada masa infant memiliki resiko pada minggu pertama oleh karena
a) Komplikasi kehamilan
1) Premature
2) BBLR
3) Tidak adekuat prenatal care
4) Faktor penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian pada Infant adalah
kemiskinan, tidak adekuat dukungan sosial dan kurang akses ke pelayanan
kesehatan.
2. Masa Childhood
1) Resiko kematian 2 kali pada anak usia 1-4 tahun dibandingkan usia 5-14 tahun
2) Adanya perlakuan giskriminasi gender sebagai contoh bayi wanita lebih cepat
disapih sehingga mempunyai resiko kontaminasi makanan, resiko kekurangan
nutrisi, kurang akses ke pelayanan kesehatan dan pengobatan.
3) Resiko morbiditas dan mortalitas karena kondisi Infeksi, terserang Parasit ISPA,
kelainan kongenital, cedera dan keracunan.
4) Gizi Buruk
5) ASI
6) Imunisasi
14
7) Kekurangan Zat Besi
8) Kekurangan Vitamin A
9) Kekurangan Yodium
10) Anak dapat menjadi target dari:
a) Violence
b) Abuse
c) Neglect
3. Masa Remaja
Merupakan turbulance stage dalam siklus kehidupan karena pada masa remaja
terjadi perubahan fisiologis, psikologis dan sosial.
Perubahan yang terjadi dipengaruhi proses adapatasi dari peran hormon.Resiko
morbiditas dan mortalitas oleh perilaku seperti cedera dan keracunan.Morbiditas
disebabkan oleh:
a. STD
b. HIV/AIDS
c. Peran penting dari faktor sosial yaitu ekspektasi peran gender pada remaja :
1) Laki-laki dengan gambaran fisik tinggi dan atletis;
2) Wanita dengan gambaran kurus, langsing berresiko kurang gizi, anoreksia,
bulimia;
3) Target konsumen seperti rokok, obat-obatan, alkohol, sport (motor, mobil).
4. Masa Dewasa :
a. Peran sosial baru, dan tanggungjawab sosial
b. Muncul Isu-isu reproduksi manusia, perkawinan dan karier
c. Masa kehamilan dan post partum
d. Anoreksia
e. Perdarahan
f. Eklamsia
g. Infeksi
5. Masa Transisi manula :
a. Perimenopouse dan menopouse
b. Perubahan endokrin yang menimbulkan gejala rasa panas pada wajah, atropy
vagina, penambahan berat badan, insomnia, perubahan mood dan depresi
c. Resiko osteoporosis dan penyakit jantung
d. Therapy sulih hormon (Human Replacement Therapy)
15
6. Menoupouse :
a. Reaksi obat
b. Ketidakseimbangan fungsi kognitif dan motorik
c. Insomnia
d. Gangguan afektif
e. Resiko bunuh diri

16
Sistem reproduksi

A. Anatomi dan fisiologi organ reproduksi wanita


Masa pubertas pada wanita merupakan masa produktif yaitu masa untuk
mendapat keturunan, yang berlangsung kurang lebih 40 tahun.Setelah itu, wanita
memasuki masa klimakterium yaitu masa peralihan antara masa reproduksi dengan
masa senium (kemunduran), di mana haid berangsur-angsur berhenti selama 1-2 bulan
dan kemudian berhenti sama sekali, yang disebut menopause. Selanjutnya terjadi
kemunduran alat-alat reproduksi, organ tubuh, dan kemampuan fisik.
Dalam Pengkajian pola Godon untuk Asuhan Keperawatan terdapat salah satu
pola yang disebut dengan Kajian Pola Reproduksi – Seksualitas.Salah satu Pola ini
dapat mempengaruhi Pola lainnya yang disebut juga dengan Kebutuhan Dasar Manusia
menurut Pola Gordon. Apabila salah satu terganggu pasti akan mempengaruhi yang
lain. Begitu pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada
pendapat ahli yang extrim menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia pada
hakekatnya dimotifasi dan didorong oleh sex. Maka tidaklah mengherankan bahwa ada
pendapat peneliti lain mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan
tingkah laku terjadi oleh adanya gangguan pola perkembangan kehidupan
psikosexualnya.
1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
a. Genetalia Eksterna

17
Genetalia Eksterna terdiri dari:
1) Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan
lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas.Bagian
yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis.Pertumbuhan rambut
kemaluan ini tergantung dari suku bangsa dan juga dari jenis kelamin.pada
wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis,
sedangkan kebawaah sampai sekitar anus dan paha.
2) Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong.Kedua bibir
ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum.Labia mayora bagian
luar tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons
veneris.Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita
dewasa panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak
kedua labia mayora sangat berdekatan.
3) Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis
yang lembab dan berwarna kemerahan; Bagian atas labia minora akan bersatu
membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir
kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk
fourchette.
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil.Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif.Analog dengan penis pada laki-laki.Terdiri dari glans,
corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
5) Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada
vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus
vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar
paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid

18
ketika terjadi rangsangan seksual.Kelenjar bartholini juga menghalangi
masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen.
6) Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang
menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-
masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada
yang dapat dilalui satu jari.Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi
robekan, biasanya pada bagian posterior.
7) Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi
oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot
berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani.

b. Genetalia Interna

1) Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva.Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum.Panjang bagian depannya
sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.Bagian serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak (ujung)
vagina menjadi:
a) Forniks anterior

19
b) Forniks dekstra
c) Forniks posterior
d) Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap
infeksi.
Fungsi utama vagina:
(1) untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
(2) Alat hubungan seks.
(3) Jalan lahir pada waktu persalinan Saluran
2) Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas
tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
a) Korpus uteri : berbentuk segitiga
b) Serviks uteri : berbentuk silinder
c) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita
dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm
dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5
liter
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar.Menutupi bagian luar
uterus.Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh
darah limfe dan urat syaraf.Peritoneum meliputi tuba dan mencapai
dinding abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan
tengah, dan lapisan dalam.Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal
20
anyaman serabut otot rahim.Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah arteri dan vena.Lengkungan serabut otot ini membentuk angka
delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,
dengan demikian pendarahan dapat terhenti.Makin kearah serviks, otot
rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah.Bagian rahim
yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum, yang
merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum
uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri
menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan
menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari
kelenjar endometrium.Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus
menstruasi.Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan
menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi
(nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi
vagina.Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus
otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot
panggul.
Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
(1) Ligamentum latum
Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
Ligamentum rotundum (teres uteri)
(2) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
(3) Ligamentum infundibulopelvikum
Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
(4) Ligamentum kardinale Machenrod
Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.Tempat
masuknya pembuluh darah menuju uterus.

21
(5) Ligamentum sacro-uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod
menuju os.sacrum. Ligamentum vesiko-uterinum Merupakan
jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan
uterus saat hamil dan persalinan.
3) Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap melakukan implantasi.
4) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di
bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus.Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan
pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.Ovulasi adalah
pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum.Ketika dilahirkan,
wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam
ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a) Memproduksi ovum
b) Memproduksi hormone estrogen
c) Memproduksi progesterone
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan
folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen
merupakan hormone terpenting pada wanita.Pengeluaran hormone ini
menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita seperti pembesaran
payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan
akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut
menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum
melepaskan ovum yang disebut ovulasi.Hal ini terjadi karena memberikan
kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder.
22
Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari
yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai
kematangan organ reproduksi wanita.

2. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


a. Hormon pada Wanita
Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan
perkembangan reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah
satu peran hormon pada wanita dalam proses reproduksi adalah dalam siklus
menstruasi.
1) Siklus menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus
yang disertai pelepasan endometrium.Menstruasi terjadi jika ovum tidak
dibuahi oleh sperma.Siklus menstruasi sekitar 28 hari.Pelepasan ovum yang
berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan dengan
adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut
akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme
siklus menstruasi.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya
adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi.Ovulasi terjadi
pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi.Untuk periode atau siklus hari
pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari
pertama menstruasi.Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase,
yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca- ovulasi.
2) Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga
korpus luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron.
Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari
dinding uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut
menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi
tipis.Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah
menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini
biasanya berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-
rata sekitar 50mL..
23
3) Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan hormon gonadotropin.Gonadotropin merangsang hipofisis
untuk mengeluarkan FSH.Adanya FSH merangsang pembentukan folikel
primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer
dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi
matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama
pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding
dalam uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama
pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir
yang bersifta basa.Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat
asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
4) Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi
perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-
ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap
pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH
menyebabkan hipofisis melepaskan LH.LH merangsang pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graaf.Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat
terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh
sperma.Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
5) Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit
sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak
sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu
progesteron.Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-
pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi
lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara.
Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk
menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan
atau kehamilan.
24
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28.
Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan
berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan
produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen
dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk
melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan
tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
b. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma.Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder
memasuki oviduk.Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder,
pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat
di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata.Kemudian, sperma juga
harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida.Zona
pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein
yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit
sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi
aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
1) Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
2) Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
3) Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin
yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
a) Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b) Menarik sperma secara kemotaksis positif.
c) Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di
bagian korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang
menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya.
25
Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti
oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian
meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit
sekunder.Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus)
pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan
berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom
(haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan
bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46
kromosom

B. Anatimi dan fisiologi organ reproduksi pria


1. Antomi sistem reproduksi

a. Organ eksterna
1) Penis
terdiri dari 3 tabung jaringan erektil, yaitu :
a) Satu pasang korpus kavernosa
b) Satu korpus spongiosa.
c) Korpus spongiosum membungkus uretra pars kavernosa dan berakhir pada
gland penis.

26
2) Skrotum
a) Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang berisi testis.
b) Berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan kiri.
c) Dinding skrotum tidak mengandung lemak subkutan dan rambut tetapi
mengandung sedikit otot.
d) Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya
stabil.
b. Organ interna
a. Testis
a) Jumlah : 2 (kanan dan kiri)
b) Letak : di dalam kantong skrotum
c) Bentuk : seperti telur
d) Testis terdiri dari belahan-belahan yang bernama lobulus testis
e) Di testis, terdiri dari 200-300 lobulus dan setiap lobulus terdiri dari 3
tubulus seminiferus
f) Testis dibungkus oleh tunika albuginea dan tunika vaginalis, yang
memungkinkan masing-masing testis dapat bergerak bebas di dalam
skrotum
g) Di dalam tubulus terdapat sel spermatogenik dan sel penunjang yaitu sel
sertoli
h) Diantara tubulus terdapat sel interstisial leydig.
b. Epididimis
a) Epididimis merupakan saluran panjang berkelok-kelok yang menempel di
belakang testis

27
b) Panjangnya ± 7 - 10 m
c. Vas deferens
a) Vas deferens merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan
merupakan lanjutan dari epididymis
b) Merupakan saluran yang dapat diikat dan dipotong pada saat vasektomi.

d. Vesikula seminalis
a) Vesikula seminalis merupakan kantong-kantong kecil yang berbentuk tidak
teratur
b) Panjangnya 5 – 10 cm
c) Saluran dari vesikula seminalis bergabung dengan vas deferens membentuk
ductus ejaculatorius
d) Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung
semen dengan uretra Panjangnya kira-kira 2,5 cm
e. kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah
kantung kemih
f. Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis

2. Fisiologi sistem reproduksi pria


a. Penis untuk saluran keluarnya air seni.
b. Skrotum melindungi testis terhadap trauma.
c. Testis menghasilkan hormon testosteron.
d. Epididimis tempat maturasi spermatozoa berlangsung dan bergerak menuju ke
vas deferens

28
e. Vas deferens sebagai tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung
mani
f. Vesikula seminalis menghasilkan cairan vesikal yang kaya fruktosa
untuk memberika nutrisi kepada sperma
g. Saluran ejakulasi untuk mengeluarkan spermatozoa agar masuk ke uretra.
h. kelenjar prostat mengeluarkan cairan prostat yang mengandung
enzim hialuridinase
i. Uretra sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran
untuk membuang urine dari kantung kemih.

C. Siklus reproduksi wanita


1. Menarce
Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali pada seorang
wanita yang sedang menginjak dewasa. Usia remaja putri pada waktu
mengalami menarche berbeda-beda, sebab hal itu tergantung kepada faktor genetik
(keturunan), bentuk tubuh, serta gizi seseorang. Umumnya menarche terjadi
pada usia 10 – 15 tahun, tetapi rata-rata terjadi pada usia 12,5 tahun. Namun, ada
juga yang mengalami lebih cepat/dibawah usia tersebut. Menarche yang terjadi
sebelum usia 8 tahun disebut menstruasiprecox (Sarwono, 2007). Menurut Waryana
(2010), menarche yaitu biasanya terjadi pada usia 12tahun. Cepat atau lambatnya
kematangan seksual meliputi menstruasi, dan kematangan fisik individual, juga di
pengaruhi faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup yang melingkungi
anak. Usia menarche adalah menstruasi pertama yang biasanya terjadi pada
perempuan umur 12-13 tahun dalam rentang umur 10-16 tahun. Dalam keadaan
normal menarche di awali dengan periode pematangan yang dapat memakan waktu
2 tahun. Menarche merupakan tanda diawalinya masa puber pada perempuan.Seiring
dengan perubahan pola hidup saat ini ada kecenderungan anak perempuan
mendapatkan menstruasi yang pertama kali usianya makin lebih muda. Ada 2 faktor
yang menyebabkan terjadinya menstruasi datang lebih dini, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal biasanya terjadi karena adanya ketidakseimbangan
hormonal yang dibawa sejak lahir. Kondisi ini kemudian dipicu pula oleh faktor
eksternal, seperti makanan (terutama junkfood), lingkungan yang modern serta
tingkat kemakmuran masyarakat di suatu daerah (Waryana, 2010).

29
Kejadian yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat,
timbulnya ciri-ciri kelamin skunder, menarche, dan perubahan psikis. Menarche
merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas
wanita. Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama nampak adalah
perubahan badan anak yang lebih cepat terutama ekstremitasnya, dan badan lambat
laun mendapat bentuk sesuai dengan jenis kelamin. Walaupun ada pengaruh hormon
somatotropin, diduga pada wanita kecepatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh
estrogen. Estrogen ini pula yang pada suatu waktu menyebabkan penutupan garis
epifis tulang-tulang, sehingga pertumbuhan badan berhenti. Pengaruh esterogen
yang lain ialah pertumbuhan genetalia interna, genetalia eksterna, dan ciri-ciri
kelamin sekunder. Dalam masa pubertas genetalia interna dan genetalia eksterna
lambat laun tumbuh untuk mencapai bentuk dan sifat seperti pada masa dewasa.
Perkembangan dalam bidang rohani ialah penyesuaian diri dalam alam terlindung
serta aman menuju ke arah alam berdiri sendiri dan bertanggung jawab, dari alam
pikiran egosentrik ke alam pikiran yang lebih matang (Sarwono, 2007).
2. Siklus Menstruasi.
Proses menstruasi mengalami 4 fase yakni:
a. Fase Menstruasi :
Bila sel telur tidak dibuahi,maka setelah berusia tertentu korpus lenteum
tertentu yang merupakan pemproduksi hormon estrogen dan progresteron
menghentikan aktifitasnya,akibat kadar hormon tersebut di dalam darah
mengalami reduksi mendadak. Peristiwa ini terjadi 5hari awal menstruasi.
Turunya kadar estrogen dan progesteron secara mendadak berakibat lepasnya
ovum dan robeknya endoterium yang menebal. Robek dan hancurnya endoterium
menyebabkan tipisnya dinding rahim.
b. Fase praovulasi :
Turunnya progesteron memungkinkan hipofisis mensekresi FSH merangsang
volikel dalam ovarium untuk memproduksi hormon estrogen. Esterogen ini akan
menghambat hipofisis memproduksi FSH tetapi memacu hipofisis memproduksi
LH. Di samping ini esterogen juga merangsang penebalan endometerium rahim.
c. Fase ovulasi :
Terhentinya produksi FSH oleh hipofisis akibat pengaruh tingginya kadar
esterogen, memungkinkan hipofisis menghasilkan hormone LH. Hormone LH
merangsang pematangan ovum dan meninggalkan folikel. Peristiwa ini disebut
30
ovulasi. Folikel yang ditinggalkan telur akan mengerut dan berubah menjadi
karpus luteum (badan berwarna kuning). Badan ini berfungsi memproduksi
progesteron. Fase ini terjadi pada sekitar hari ke-14 dari waktu menstruasi yang
berkisar 24-35hari (28hari).
d. Fase pasca-ovulasi :
Fase ini adalah antara fase ovulasi dengam menstruasi berikutnya. Jadi
berlangsung dari hari ke 15 hingga hari ke 28. Hormone yang berperan pada fase
ini adalah hormone progestron dan estrogen yang dihasilkan korpus luteum. Bila,
tidak terjadi pembuahan korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikans
‘9badan berwarna putih) yang kemampuan memproduksi esterogen dan
progestron rendah. Akibatnya, kadar kedua hormone ini di dalam dareah
menurun. Keadaaan ini menyebabkan hipofisis aktif memproduksi FSH dan
selanjutnya LH. Fase menstruasi ini bersambung dengan fase berikutnya,
sehiingga terjadi siklus menstruasi.
3. Ovulasi dan Siklus Ovarium
a. Fase Folikuler - Primordial/prenatal
Pada bayi perempuan, oosit mengalami meiosis sampai pada profase I-
diploten meiosis. Setelah itu oosit akan mengalami masa istirahat, dimulai
pada bayi usia 15 minggu sampai suatu hari nanti ketika sebuah sperma datang
dan berhasil membuahinya. Pada seorang bayi perempuan, telah terdapat
banyak folikel primordial dalam ovariumnya, yang semuanya sedang
beristirahat. Masa istirahat ini dibantu oleh OMI (Oocyte Maturation
Inhibitio) yang menghambat proses meiosis.
b. Fase Folikuler – Preantral
Pada saat seorang gadis mengalami menarche (masa menstruasi awal,
usia 9-18 tahun), hormon yang pertama kali meningkat adalah FSH (Follicle
Stimulating Hormone). FSH bertugas untuk perkembangan sel-sel granulosa.
Nah, sel-sel granulosa ini yang menghasilkan estradiol/estrogen. Naiknya
estradiol akan memperbanyak jumlah FSH reseptor sehingga jumlah FSH
semakin bertambah banyak. Tingginya FSH membuat salah satu folikel di
dalam ovarium pada hari ke-6 tumbuh berkembang menjadi folikel dominan.
Folikel yang lain adalah folikel yang tidak banyak mengandung FSH reseptor.
Akhirnya folikel-folikel yang tidak dominan tersebut mengalami
atresia/apoptosis/bunuh diri. Tahap ini biasanya terjadi pada selama 5--7 hari
31
c. Fase Folikuler – Antral
Setelah hari ketujuh, estradiol menghambat FSH agar tidak lagi
menciptakan folikel dominan. Estradiol merangsang pembentukan LH
(Luteinizing Hormone). Naiknya LH ini membuat hormon prostaglandin dan
progesteron naik. Naiknya jumlah progesteron membuat jumlah FSH naik lagi
untuk mendewasakan folikel dominan. Hal ini terjadi sampai kira-kira hari
ketiga belas. Pada hari ketiga belas folikel telah menjadi folikel de graaf dan
telah siap mengalami ovulasi.
d. Fase Folikuler – Preovulatory
Menjelang ovulasi, estradiol naik seiring dengan naiknya hormon LH.
Sebelum terjadi ovulasi, terjadi lonjakan jumlah LH yang sangat banyak yang
disebut LH surge. Hal ini membuat LH mampu menghambat OMI dan
memicu kembali meiosis oosit sampai ke tahap metafase II.
e. Fase ovulasi
Hari-H! LH surge merangsang pembentukan sekresi prsotaglandin.
Prostaglandin naik untuk membantu rupturing memecahkan dinding
folikel.Sedangkan FSH sendiri mencapai masa puncaknya (FSH peak) yang
akan melepas oosit keluar dari folikel. FSH peak juga membentuk reseptor LH
untuk persiapan fase luteal. Sekitar 9 jam setelah LH surge, folikel robek dan
melepas ovum matang (haploid/n). Inilah yang disebut ovulasi, terjadi pada
hari ke-14 sebelum menstruasi. Setelah telur lepas, maka folikel berubah
menjadi corpus luteum dan menghasilkan progesteron (+ sedikit estrogen).
Progesteron menjaga agar tidak terjadi perkembangan folikel baru.
f. Fase Luteal
Masa luteal juga biasa disebut sebagai masa subur. Pada masa subur
ini, oosit (atau yang lebih sering disebut ovum) menunggu sebuah sperma
untuk membuahinya. Masa subur bisa ditandai dengan 3 hal, yaitu:
a. Naiknya suhu tubuh wanita satu derajat celcius (suhu tubuh normal manusia
+/- 37 derajat celcius)
b. Lendir serviks/rahim jernih dan molor hingga 8cm. Tujuannya adalah agar
sperma mudah masuk dan terlindungi dari keasaman vagina
c. Dilihat secara mikroskopis.
Ada dua hal yang mungkin terjadi pada masa penantian ini, yaitu antara
sperma berhasil membuahinya atau tidak.
32
a) Hamil
Jika sperma berhasil membuahinya maka akan terjadi kehamilan.
Meiosis akan dilanjutkan sampai fase pronuklei dan terus membelah
sampai menjadi embrio, dst. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Karena
sperma itu sendiri sebenarnya datang dengan membawa
faktor SOAF (Sperm Oocyte Activating Factor) yang merangsang
maturasi zigot. FYI, hasil suatu fertilisasi adalah pemulihan jumlah
diploid kromosom, penentuan jenis kelamin dan inisiasi/memulai
pembelahan.
b) Haid
Jika tidak ada sperma yang berhasil membuahi, maka lama kelamaan
hormon progesteron dan estrogen menurun sehingga terbentuklah korpus
albikans. Turunnya progesteron itu sendiri menyebabkan tidak adaanya
penahan dinding endometrium. Dan terjadilah menstruasi. Meluruhnya
dinding endometrium akan dijelaskan setelah ini.
4. Control Hormonal dalam Siklus Hidup Wanita
Hormon mempengaruhi produksi sistem reproduksi, berpengaruh terhadap
hipofisis sabagai suatu mekanisme kontrol hormonal (mekanisme umpan balik).
a. Siklus Ovarium
1) FSH mempengaruhi folikel yang masih berkembang, folikel yang vesikuler
membesar dan menyekresi estrogen.
2) Bertambahnya estrogen menstimulasi LH dan hipofisi.
a) FSH yang maksimal akan diikuti oleh meningkatnya LH yang
menyebabkan folikel akan pecah.
b) LH akan mengubah korpus rubrum menjadi luteum yg menstimulasi korpus
luteum untuk menyekresi progesteron.
c) Baik estrogen dan progesteron berfungsi menghabisi FSH di hypofisis.
Dengan represi yang kuat, FSH akan berkurang yang diikuti meningkatnya
LH sehingga merangsang korpus luteum untuk berfungsi. Dengan
menurunya FSH lama kelamaan fungsi korpus luteum juga akan menurun,
estrogen dan progesteron pada akhirnya akan menurun. keadaan yg rendah
ini berarti resepsi hipofisis berkurang. FSH akan aktif pada siklus
berikutnya.

33
b. Siklus Uterus
Siklus uterus dipengaruhi oleh hormon ovarium. Estrogen menyebabkan
stadium proliferasi. Progesteron berkaitan dengan stadium sekresi. Apabila tidak
terjadi kehamilan korpus luteum akan mengecil dan menghilang dan siklus uterus
akan berulang kembali. Pada kehamilan, korpus luteum akan tetap dipertahankan
karena pengaruh CG untuk sementara waktu, yang kemudian diambil alih oleh
plasenta pada hewan primata, siklus uterus ini diikuti oleh menstruasi. Pada siklus
anovulasi, lapisan endometrium tidak terlalu tebal sehingga perdarahan tidak
banyak. Pada siklus ovulasi, endometrium berkembang akibat pengaruh estrogen
yang dilanjutkan menjadi stadium sekresi akibat pengaruh progesteron. Setelah
korpus luteum mengecil, progesteron juga berkurang dan endometrium yang
cukup tebal ini terlepas dengan diikuti perdarahan yang banyak.
c. Siklus Vagina
Pertumbuhan epitel vagina sangat dipengeruhi oleh estrogen. Meningginya
estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi epitel.
d. Siklus Mamae
Sebelum pubertas, kelenjar mammae rudimenter, saluran kelenjarnya sangat
pendek dan sedikit cabang. Pada pubertas estrogen meningkat didalam darah,
menstimulasi puting susu menjadi besar, saluran kelenjar membesar dan
bercabang-cabang. pada kehamilan pertumbuhan kelenjar mammae sedemikian
rupa, ujung saluran membesar dan menghasilkan sekresinya berupa ASI akibat
pengaruh hormon prolaktin yaitu hormon yaitu hormon yang dihasilkan hipofise
anterior.
e. Siklus Menstruasi
1) Fase Menstruasi
a) Fase ini lamanya 3-5 hari.
b) Hari pertamanya permulaan dari siklus menstruasi. Yaitu terlepasnya
lapisan fungsional dari endometrium bersama eritrosit, leukosit, kelenjar,
kuman dan atau tanpa sel telur yang keluar dari vagina secara spontan.
2) Fase Proliferasi/ Folikuler
2 Fase ini lamanya kurang lebih 9 hari(dari hari kelima sampai dengan hari ke
empat belas).
3 Endometrium mulai terjadi regenerasi epite.
4 Kelenjar-kelenjar endometrium memanjan.
34
5 Jumlah sel-sel jaringan ikat bertambah.
3) Fase Sekresi /Luteum
Fase ini berlangsung pada hari ke 14 sampai 27, Progesteron yang dihasilkan
oleh korpus luteum menginduksi kelenjar-kelenjar endometrium menjadi lebih
lebar, berkelok kelok dan membuat sekret disamping jaringan ikat
endometriumnya sendiri membengkak
4) Fase askemik
a) Fase ini berlangsung dari hari 27
b) Bila sel ini tidak dibuahi, korpus luteum akan mengalami degenerasi,
reproduksi progesteron menurun akibatnya terjadi fasokontriksi pada
pembuluh darah endometriu, lapisan endometrium mengerut dan puca
c) Dari fase iskemik ini selanjutnya diikuti oleh fase menstruasi.
d) FSH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise menginduksi ovarium dan
folikel-folikel yang lebih muda akan berkembang. Dengan demikian terjadi
siklus ovarium, ketika pada folikel-folikel ini dihasilkan hormon estrogen
e) Estrogen merangsang pertumbuhan regenerasi dan endometrium
f) Bila tidak terjadi kehamilan maka siklus-siklus ini berlangsung terus
menerus

D. Menopause dan perimenopause


1. Menapause
Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan normal seorang wanita.
Pada masa menopause kapasitas reproduksi seorang wanita berhenti. Ovarium tidak
lagi berfungsi, produksi hormon steroid dan peptida berangsur-angsur hilang dan
terjadi sejumlah perubahan fisiologik. Sebagian disebabkan oleh berhentinya fungsi
ovarium dan sebagian lagi disebabkan oleh proses penuaan. Banyak wanita yang
mengalami gejala dan keluhan akibat perubahan tersebut di atas. Gejala dan
keluhan tersebut biasanya berangsur-angsur menghilang.
Walaupun tidak menyebabkan kematian, namun menimbulkan rasa tidak
nyaman dan kadang-kadang menyebabkan gangguan dalam pekerjaan sehari-hari.

35
Perubahan lain yang terjadi pada wanita menopause adalah perubahan yang

terjadi pada sistem skeletal (tulang) dan kardiovaskular berupa osteoporesis dan
penyakit jantung dan pembuluh darah. Keadaan ini merupakan salah satu hal yang
harus ditanggulangi dalam program asuhan kesehatan wanita.
2. Perimenopause
Premenopause: masa antara usia 40 tahun dan dimulainya siklus haid yang
tidak teratur. Perimenopause (klimakterium): Masa perubahan antara
premenopause dan menopause, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dan
disertai pula dengan perubahan-perubahan fisiologik, termasuk juga masa 12 bulan
setelah menopause. Menopause: Haid terakhir yang masih dikendalikan oleh fungsi
hormon ovarium. Pasca menopause : Amenorea 12 bulan (12 bulan setelah
menopause) ditandai dengan kadar LH dan FSH yang tinggi serta kadar estrogen
dan progesteron yang rendah.
a. Menopause Perokok: Menopause sebelum usia 40 tahun.
b. Fisiologi perimenopause, Dengan adanya perimenopause
Mengerti gejala-gejala yang menyertai periode ini, kualitas hidup wanita
perimenopause dapat diperbaiki dengan baik. Meskipun perimenopause
mempunyai pengaruh medis, perimenopause sendiri belum dapat dikenali secara
keseluruhan. Sebagian besar wanita hanya mengetahui tentang menopause saja.
Ketika wanita mengeluh adanya gejala-gejala pada usia 40 tahunan dengan haid
yang masih teratur, mereka sering salah menginterpretasikan gejala-gejala
tersebut. Perubahan pada kondisi ini dimulai dengan meningkatnya populasi

36
wanita usia 40-45 tahun. Sekitar 16 juta wanita di AS berumur antara 40-54
tahun dan dengan perubahan waktu jumlah ini akan mencapai 19 juta orang.
Diagnosa dan tersedianya penanganan yang sesuai untuk gejala-gejala
perimenopause tidak hanya memperbaiki kualitas hidup pasien selama beberapa
tahun sebelum haidnya berhenti, tapi juga mereka akan kelihatan menjadi lebih
aktif dan akan setuju dengan terapi sulih hormon selama masa menopause.Tidak
seperti menopause yang secara tepat didefinisikan sebagai 12 bulan sesudah
haid berakhir, waktu untuk perimenopause masih belum jelas. Sama halnya
dengan terjadinya peningkatan absolut dari FSH dan penurunan dramatis dari
estradiol didefinisikan sebagai menopause, sedangkan perimenopause ditandai
dengan fluktuasi dari hormon yang didefinisikan sebagai “irregularly irregular”.
Menurut WHO: definisi perimenopause adalah 2-8 tahun sebelum
menopause dan 1 tahun setelah berakhirnya haid. Definisi kerja yang lebih baik
seperti yang dikatakan Dr. Bachman dkk pada suatu seminar perimenopause,
yaitu suatu fase sebelum menopause yang umumnya terjadi antara umur 40-50
tahun, dimana terjadi transisi dari siklus haid yang teratur menjadi suatu bentuk
siklus yang tidak teratur dan periode amenore yang berhubungan dengan
perubahan hormonal.
Perimenopause merupakan hal yang terjadi individual. Tidak ada 2 orang
wanita yang mempunyai pengalaman atau waktu perimenopause yang sama.
Tidak banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variasi dari lamanya
perimenopause, tetapi baik McKinlay maupun Trealor menyatakan lamanya ± 4
tahun dengan durasi berkisar 2-8 tahun. Secara klinik durasinya bisa saja 10
tahun. Perubahan dari masa ovarium sepanjang kehidupan secara keseluruhan
dipengaruhi oleh umur dan perubahan-perubahan ini telah diperlihatkan secara
jelas dalam suatu penelitian oleh Tevilla, dimana telah diautopsi 706 pasang
ovarium. Tervilla menunjukkan bahwa berat ovarium meningkat secara perlahan
dalam awal perkembangannya, kemudian menurun secara tajam sesudah umur
35 tahun. Penurunan masa ovarium ini menjadi lebih cepat setelah umur 45
tahun. Pengurangan folikel primer dari ovarium terjadi secara terus-menerus
mulai dari kehidupan fetus sampai periode menopause. Pemeriksaan histologi
dari ovarium wanita perimenopause menunjukkan sejumlah pengurangan dari
folikel primer, jarang pada folikel skunder atau folikel Graff maupun korpus
luteum (gambar 2). Penelitian siklus haid selama perimenopause menunjukkan
37
bahwa interval intermenstruasi kurang berarti sebelum onset dari siklus haid
dengan jelas berhubunngan dengan stadium lanjut dari perimenopause.
Dilaporkan terjadi pengurangan 3 hari dalam interval intermenstruasi seorang
wanita. Percepatan folikulogenesis merupakan penyebab dari proses ini.
Dibandingkan dengan wanita muda, level FSH meningkat pada wanita
perimenopause. Ini dapat diartikan sebagai kompensasi akibat menurunnya
folikel ovarium atau sebagai akibat menurunnya sekresi dari inhibin.
Pengukuran FSH dan estradiol yang sangat bervariasi selama periode ini
dan nilai kliniknya yang terbatas, tidak begitu penting untuk proses diagnostik.
Kadar LH yang bervariasi dan kurang bernilai dalam mendiagnosis
perimenopause. Kadar FSH dapat berguna dalam menilai fertilitias wanita
perimenopause yang ingin hamil. Kadar FSH diukur pada hari ke-3 dari siklus
haid yang dapat memperkirakan fungsi dari ovarium dan cadangan folikel. Jika
kadar FSH <20 mIU/ml, kehamilan masih mungkin terjadi; jika kadarnya antara
20-30 mIU/ml kecil kemungkinan terjadi kehamilan dan kadar FSH 30 mIU/ml
menunjukkan ovarium mengalami menopause dan tidak mungkin terjadi hamil.
Klimakterik merupakan terminologi umum untuk masa transisi dari usia
reproduktif ke masa paskareproduktif dalam kehidupan seorang wanita.
Menurut WHO definisi natural menopause sebagai berhentinya haid secara
permanen sesudah 12 bulan amenorea tanpa penyebab fisiologi atau patologi
lain. Berhentinya haid sebagai akibat dari berkurangnya cadangan folikel
ovarium dan menurunnya fungsi dari ovarium itu sendiri yang mengakibatkan
produksi estrogen dan stimulasi lapisan endometrium berkurang. Dari analisis
data secara longitudinal menyatakan bahwa kemungkinan untuk haid spontan
pada semua wanita yang telah mengalami amenorea selama 12 bulan kurang
dari 2%. Selama perimenopause ovulasi terjadi secara tidak teratur karena
fluktuasi hormon yang dipengaruhi aksis hipotalamus-pituitari-ovarium.
Sebagai contoh, pada wanita yang
Mengalami perimenopause dengan cepat, kadar inhibin B menurun
sehingga kadar FSH meningkat tanpa perubahan berarti pada kadar inhibin A
atau estradiol. Kadar FSH dapat naik selama beberapa siklus tetapi kembali
pada kadar premenopause pada siklus berikutnya. Sama halnya juga konsentrasi
estradiol juga dapat menurun atau kadang meningkat selama perimenopause.

38
Bervariasinya nilai hormonal ini menyulitkan interpretasi terhadap hasil dari
satu uji laboratorium.

c. Gejala-gejala perimonopause
Bentuk dari gejala-gejala merupakan dasar diagnosis perimenopause.
Gejala-gejala yang ada sangat bervariasi diantara wanita-wanita. Oleh karena
itu diperlukan pendekatan secara individual dalam penilaian dan pengobatan.
Gambaran ringkas dari gejala-gejala perimenopause:
1) Perubahan pola haid
a) Siklus menjadi pendek (2-7 hari) :
b) Siklus memanjang
c) Haid tak teratur
2) Perubahan bentuk perdarahan:
a) Mula-mula banyak (akibat siklus anovulatoar) kemudian menjadi
sedikit
b) Spotting
c) perdarahan yang banyak, lama atau perdarahan intermenstrual
3) Ketidakstabilan vasomotor:
a) Hot flushes
b) Keringat malam
c) Gangguan tidur
d) Gangguan psikologis/cognitive:
e) Depresi
f) Rritabilitas
g) Perubahan mood
h) Kurang konsentrasi, pelupa
4) Gangguan seksual:
a) Kejadian gangguan seksual pada wanita perimenopause bervariasi
dan meningkat dengan bertambahnya umur.
b) Gejala-gejala berupa; berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya
libido, dispareuni dan vaginismus.

39
d. Gejala-gejala somatic:
1) Sakit kepala
2) Pembesaran mammae dan nyeri
3) Palpitasi
4) Pusing

E. Seksualitas Manusia
Pria dan wanita menyatakan seks suatu perbedaan yang mendasar berhubungan
dengan reproduksi, dalam satu jenis yang mambagi jenis ini menjadi dua bagian yaitu
jantan dan betina yang mana sesuai dengan sperma (jantan) dan sel telur (betina) yang
diproduksi. Schuster dan Ashburn (1980) menyatakan bahwa pengertian yang
mendekati adalah berkaitan dengan konsep seksualitas yang melibatkan karakteristik
dan perilaku merupakan perilaku seksual dengan kecenderungan pada interaksi
heteroseksual. Seksualitas melibatkan secara total dari sikap-sikap, nilai-nilai, tujuan-
tujuan dan perilaku individu yang didasari atau ditentukan persepsi jenis
kelaminnyaHal ini menunjukkan bahwa konsep seksualitas seseorang atau individu
dipengaruhi oleh banyak aspek dalam kehidupan, termasuk di dalamnya prioritas,
aspirasi, pilihan kontak sosial, hubungan interpersonal, self evaluation, ekspresi emosi,
perasaan, karir dan persahabatan.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan
lawan jenis maupun dengan sesama jenis.
Menurut Johan (1993), ada beberapa tipe hubungan seksual yang dapat terjadi
antara dua orang yang bersahabat yaitu:
1. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang pria dengan pria lain
(homoseksual).
2. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang wanita dengan wanita lain
(lesbian).
3. Tipe hubungan seks seorang pria dengan seorang wanita.
Menurut Reuben (Wirawan, 1981) seks mempunyai fungsi:
4. Seks untuk tujuan reproduksi, yaitu untuk memperoleh keturunan, oleh kerena itu
sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang tabu
dan tidak patut dibicarakan secara terbuka.

40
5. Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan berlandaskan cinta dan
didukung oleh ikatan cinta.
6. Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan yang
lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah
satu pihak.Hubungan seksual adalah suatu keadaan fisiologik yang menimbulkan
kepuasan fisik, dimana keadaan ini merupakan respon dari bentuk perilaku seksual
yang berupa ciuman, pelukan, dan percumbuan (Jersild, 1978). Miller (1990)
berpendapat bahwa terdapat empat tingkatan hubungan fisik dalam bercumbuan,
dimana hal ini merupakan rencana alamiah untuk meningkatkan gairah seksual bagi
persiapan hubungan seksual yaitu: berpegangan tangan, saling memeluk (tangan di
luar baju), berciuman, saling membelai atau meraba (dengan tangan di dalam baju
yang lain).
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, bentuk tingkah laku ini bermacam-
macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku kencan, bercumbu dan
bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau
diri sendiri (Wirawan, 1997)

41
DAFTAR PUSTAKA

Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakarta

Mansjoer, Arif dkk.2000. Kepita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta.

Manuaba, Ida. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Penerbit buku kedokteran. Jakarta

Saktiyono. 2004. 86-93, 96, 98.Sains: Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga Jakarta

https://intanriani.wordpress.com/siklus-menstruasi-pada-wanita/

https://doktermaya.wordpress.com/2011/11/02/sindrome-perimenopause/

42
Konsepsi perkembangan embrio dan fetus

A. Genetik
1. Pematangan sel ovum
Proses pembentukan ovum disebut oogenesis dan terjadi di ovarium.
Pembentukan ovum diawali dengan pembelahan mitosis lapisan luar ovarium untuk
membentuk oogonium yang diploid. Keseluruhan struktur ini disebut folikel primer.
Ketika folikel tumbuh, oosit primer membelah secara meiosis I menghasilkan satu
oosit sekunder dan badan kutub. Oosit sekunder kemudian berkembang menjadi
ovum haploid yang siap untuk dibuahi oleh sperma.
Seorang wanita mampu memproduksi sel telur (ovum) setelah masa puber
(remaja awal) sampai dewasa, yaitu sekitar umur 12 sampai 50 tahun. Setelah usia
sekitar 50 tahun seorang wanita tidak produktif lagi yang ditandai dengan tidak
mengalami menstruasi. Masa tersebut dinamakan menopause.
2. Pematangan sperma
Proses pembentukan dan pemasakan sperma disebut spermatogenis. Sperma
dihasilkan oleh testis. Spermatogenis terjadi di tubulus seminiferus testis. Dalam
tubulus tersebut terdapat sel sperma, yang disebut spermatogonium.
Spermatogonium kemudian membelah secara mitosis menghasilkan
spermatogonium yang haploid. Spermatogonium ini kemudian membesar
membentuk spermatosit primer.
Spermatosit primer seterusnya akan membelah secara meiosis I untuk
menghasilkan dua spermatosit sekunder yang haploid. Kemudian setiap spermatosit
sekunder akan membelah secara meiosis II untuk menghasilkan dua spermatid yang
hapolid. Sel-sel spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau
sperma.Spermatogesis membutuhkan waktu sekitar 74 hari. Spermatozoa matur
sepenuhnya dikeluarkan saat ejakulasi
3. Pematangan kromosom
Ooosit primer dan spermatosit primer mereplikasi DNA mereka tepat sebelum
pembelahan meiosis pertama. Pada permulaan pembelahan mautrasi, sel bening
(spermatosit primer dan oosit primer) berisi 2 kali lipat jumlah normal DNA,
masing –masing 46 kromosom tersebut adalah struktur ganda.

43
Selama proses reduksi ini sitoplasma membelah tetapi kromosom tidak
membelah, kromosom dibagi antara 2 sel baru. Sel anak (spermatosit sekunder dan
oosit sekunder) berisi satu anggota dari tiap pasang kromosom (22 kromosomj
reguler dan 1 kromosom X) dan menjadi 23 kromosom berstuktur ganda. Jumlah
DNA pada tiap sel sekunder sama dengan sel somatik normal.

B. Fertilisasi dan Implantasi


Tuba fallopi dirancang secara unik untuk berbagai fungsi dan terdiri atas fimbria
dan silia, yang memfasilitasi transpor ovum. Stuktur ujung tuba yang memiliki fimbria
sangat penting dalam pengambilan ovum. Sehelai fimbria yang terpisah, fimbria
ovarika membentang dari tuba ke ovarium tempatnya melekat. Fimbria ovarika
mengandung otot polos terpisah. Selama ovulasi otot berkontraksi dan menarik ovarium
ke lubang tuba. Fimbria yang lain dianggap merangkul ovarium menjelang atau saat
ovulasi.Fimbria melakukan gerakan muskular yang memindahkan fimbria ke volikel
yang ruptur. Jadi silia yang melapisi fimbia yang berdenyut ke arah lumen tuba,
membawa masa kumulus yang lengket melewati ostium tuba ke suatu titik yang baik
kedalam tuba fallopi. Pemindahan ovum diatur melaui mekanisme ini dan pengambilan
ovum dapat dipastikan walaupun ovum sangat kecil. Setelah ovum aman melewati
ostium tuba, ovum ditranspor ke ampula tuba falllopi tempat terjadinya
fertilisasi.setelah fertilisasi ovum mengallami pembelahan sel, selama pembelahan
ovum ditahan di tuba fallopi selama 3 hari. Pengeluaran ovum secara prematur dari
tuba dapat menyebabkan kegagalan implantasi. Penahan yang lama dapat menyebabkan
kehamilan ektopik dan menyebaabkan ruptur tuba dan hemoragi.
Setelah ovum aman didalam tuba fallopi sel-sel yang mengelilingi ovum berpencar.
Sel-sel ini mulai berpisah, sebagian karena pengaruh enzim hialuronidase yang
terkandung dalam akroson yang menyelimuti kepala spermatozoa. Spermatozoa
memperoleh jalan dari lapisan perifer sel ini, sementara itu korona radiataatau lapisan
luar ovum yang padat mengalami perubahan tertentu. Sel-sel ini mengendur dibawah
pengaruh cairan tuba dan spermatozoa menemukan jalan melalui lapisan ini menuju
zona pelusida. Sperma menempel dengan erat ke permukaaan zona pelusida pada
tempat pengikatan spesifik atau tempat reseptor
Sebelum penetrasi dibuat lubang di membran terluar akrosom tempat keluarnya
kandungan akrosom yang kaya enzim (reaksi akrosom), menyebabkan hilangnya

44
membran disetengah anterior kepala sperma. Spermatozoa membuat saluran melalui
zona pelusida ketika akrosin melarutkan zona yang mengandung protein yang
bersentuhan dengannya.setelah melintasi zona pelusida, spermatozoa berada dalam
posisi untuk menembus membran ovum. Ketika menembus ovum spermatozoa
membawa ekornya.
Setelah penetrasi selesai terjadi barier fisiologis, dan penetrasi ovum. Oleh
spermatozoa lain dicegah. Setelah penetrasi, nukleus spermatozoa dan nukleus ovum
memgalami perubahan karakteristik. Nukleus tersebut menjadi pronukleus badan
kromatin yang teridentifikasi dengan jelas yang nyata, masing-masing dikandung dalam
membran. Pronukleus pria dan wanita melebur membentuk ovum yang telah dibuahi.
Sel baru memiliki komplemen kromosom yang lengkap (46-23 dari spermatozoa dan 23
dari ovum). Setelah itu zigot bersel tunggal mengalami pembelahan sel pertama melalui
mitosis. Dalam proses ini kromosom pria dan wanita dan gen nya bercampur dan
akhirnya membelah membentuk 2 set 46 kromosom, masing-masing 1set 46 akan
menjadi 2 sel yang baru. Proses pembelahan diulangi sampai masa yang mengandung
8, 16, 32 dan 64 sel yang dihasilkan secara berturut-turut. Pada tahap 8-16 sel, ovum
yang membelah dikirim ke uterus. Ovum yang telah dibuahi kira-kira 4 hari berada
dalam rongga uterus yang berkembang menjadi blastosista sebelum terjadi pelekatan
yang sesungguhnya.
1. Kehamilan multifetal (kembar)
Ada 2 tipe kembar yaitu dizigot atau kembar fraternal yang berasal dari 2 zigot
dan mono zigot atau kembar identik yang berkembang dari satu zigot. Kembar
monozigot berasal dari fertilisasi ovum tunggal. Pada tahap blastosista,
pembelahan mas sel dalam memghasilkan 2 primordia embrionik.
Ada 2 tipe plasenta pada kembar, tipe yang membran monokarion dan tipe
yang bermembran dikorion. Plasenta mungkin menyatu, terpisah atau lempeng
tunggal dan mungkin ada satu atau dua amnion. Tiap janin biasanya mempunyai
tali pusat sendiri.
Kemungkinan kombinasi meliputi:
a. Monozigot
1) diamnion dikorion, kedua paling umum
2) diamnion monokorion,yang paling umum
3) monoamnion monokorion, jarang

45
b. Dizigot
1) Diamnion dikorion
2) Kembar 3 dapat dihasilkan dari 1 sampai 3 zigot dan mungkin identik atau
fraternal. Kembar 4 kemungkinan mempunyai sumber yang sama dari 1-4
zigot. Kehamilan multi fetal semakin umum sebagai konsekuensi terapi
infertilitas yang melibatkan pemberian gonadotropin manusia pada wanita
yang mengalami gagal ovulasi. Fertilisasi invitro meningkatkan insiden
kehamilan multifetal.

C. Fase- Fase Perkembangan fertus


1. Fase fertus

a. Praembrionic (ovum)
Fertilisasi selama 2 minggu pertama kehidupan prenatal (termasuk
pembentukkan morula, blastosista, filiprimer, dan implanplasi)
b. Embrionic
Dari ketiga sampai kedelapan gestasi, pada masa ini seluruh struktur esensial
berkembang dan bentuk pasti sedang dibentuk.
2. Fetus (janin)
Dari minggu kedelapan sampai waktu kelahiran, periode pertumbuhan dan
maturasi struktur yang ada

46
3. Perkembangan fertus
a. Setelah proses implantasi, sejumlah sel berkembang menjadi plasenta dan sel
lainnya menjadi mudigah.
b. Sekitar 3 minggu pasca ovulasi, mulai terjadi pembentukan otak, sumsum tulang
belakang, dan jantung.
c. Sekitar minggu ke 5 sudah terjadi detak jantung janin
d. Talipusat terlihat setelah minggu ke 7
e. Mudigah disebut sebagai janin setelah kehamilan 8 minggu atau sekitar 2.5 cm.
f. Persalinan aterm terjadi pada kehamilan 40 minggu

D. Fisiologi Embrio
Desidua adalah struktur endometrium yang menebal yang berkembang setelah
konsepsi.
Ada 3 bagian desidua, yaitu:
1. Deseidua basalis, bagian yang langsung terletak dibawah ovum yang tertanam yang
membentuk komponen plasenta maternal
2. Desidua kapsularis, bagian yang terletak diatas ovum dan memisahkannya dari sisa
rongga uterus
3. Desidua vera atau parietalis, bagian sisa yang tidak langsung menempel dengan
ovum

E. Fisiologi Fetus dan Plasenta


Hasil konsepsi terpendam dalam endometrium uterus mendapat makanan dari
darah ibu, selama 10 minggu organ-organ terbentuk. Embrio terbungkus dalam 2
membran sebelah dalam amniondan sebelah luar korion, yang merupakan kantong yang
berisi cairan melindungi fetus bergerak bebas dan tumbuh secara seimbang.
Selama perkembangan 8 minggu pertama, terbentuk plasenta maka fetus akan
terikat oleh tali pusat. Plasenta merupakan jaringan dinding janin yang banyak
mengandung pembuluh darah, meruupakan tempat pertukaran zat dimana zat yang
diperlukan diambil dari darah ibu dan yg tidak berguna dikeluarkan.
Fungsi plasentta menyediakan makanan untuk fetus yang diambil dari darah ibu.
Bekerja sebagai paru2 fetus dengan menyediakan oksigen darah fetus, menyingkirkan
pembakaran dari fetus, dan penghalang organisme penyakit masuk ke fetus.

47
F. Sirkulasi fetus
Dari plasenta melalui vena umbilikalis, darah yang dialirkan mengandung O2 dan
zat2 makanan masuk ke dalam tubuh fetus melalui vena kava inferior dan vena porta
menuju antium dekstra, masuk ke atrium sinistra melalui foramen ovale. Darah dari
ventrikel sinistra diedarkan ke seluruh tubuh dan dari ventrikel dekstra melalui arteri
pulmonalis menuju paru2.
Karena paru2 belum bekerja, maka darah arteri pulmonalis tersebut melalui duktul
botali masuk ke aorta dan di edarkan ke seluruh tubuh. Darah yang telah digunakan
oleh janin (mengandung CO2) diedarkan melalui arteri iliaka interna terus ke arteri
umbilikalis melalui duktus umbilikalis masuknke plsenta. Vena umbilikalis dan arteri
umbilikalis terdapat pada satu saluran yang disebut duktus umbilikalis (tali pusat)
1. Fungsi Fetus dan Plasenta
a. Nutrisi  alat yang menyalurkan makanan dari ibu ke janin
b. Ekskresi alat yang menyalurkan hasil metabolisme dari janin ke ibu.
c. Respirasi  menyalurkan O2 dari ibu ke janin
d. Alat pembentuk hormone (Endokrin)
e. Alat penyalur antibody dari ibu ke janin  (Imunologi)
f. Farmakologi  menyalurkan obat yang dibutuhkan janin, dari sang ibu

48
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Ganawati. 2008. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam: Terpadu dan Kontekstual IX
untuk SMP/ MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Drs. H. syarifudin, B.Ac. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Keperawatan. Edisi 2: EGC

Reeder, S.J.Martin, L.Leonide. Griffin,D. Koniak.2011.Keperawatan Maternitas: kesehatan


wanita,bayi&keluarga. Edisi 18. Jakarta. EGC

Sukis Wariyono. 2008. Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar 3: Panduan Belajar IPA Terpadu
untuk Kelas IX SMP/ MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

49
Kehamilan Normal

A. Biophisical aspek kehamilan normal


1. Tes kehamilan
a. Belilah alat tes kehamilan.
Ada banyak merek alat tes kehamilan yang bisa Anda temukan. Namun
sebenarnya merek yang Anda pilih tidak akan berpengaruh banyak. Semua alat
tes kehamilan bekerja dengan cara yang sama - yaitu melalui deteksi kadar
hormon hCG di dalam urin Anda. Saat membeli alat tes kehamilan, perhatikan
tanggal kadaluarsa yang tertera pada kotak dan pastikan bahwa kotaknya utuh,
tanpa cacat dan sobekan apapun, karena hal ini bisa mempengaruhi hasil tes
Anda. Pertimbangkan untuk memilih merek yang memberikan Anda dua alat tes
dalam satu kotak, terlebih jika Anda akan melakukan tes sesegera mungkin.
Dengan demikian, Anda bisa menunggu satu minggu untuk kembali melakukan
tes ulang, jika saat pertama kali hasil yang Anda peroleh adalah negatif.
Beberapa ahli menyarankan membeli alat tes kehamilan dari toko besar yang
memiliki perputaran barang masuk dan keluar yang tinggi sehingga kemungkinan
besar Anda akan memperoleh alat tes kehamilan yang lebih baru. Sama halnya,
jika Anda memiliki alat tes kehamilan yang tidak terpakai selama beberapa bulan
di rumah, akan lebih baik jika Anda membuangnya dan membeli yang baru,
khususnya jika Anda telah menyimpannya di tempat yang hangat dan cenderung
lembab, karena hal ini bisa mempengaruhi hasil tes Anda.
Beberapa merek mengklaim bahwa alat mereka dapat mendeteksi kehamilan
secara akurat pada hari pertama Anda terlambat datang bulan, atau bahkan lebih
cepat. Walaupun benar bahwa tes kehamilan bisa sangat sensitif untuk mendetiksi
kadar hCG yang lebih tinggi dalam urin Anda, mungkin masa kehamilan ini
justru terlalu awal bagi tubuh Anda untuk benar-benar menghasilkan kadar hCG
yang lebih tinggi. Dalam kasus ini, Anda beresiko mendapatkan hasil negatif,
walaupun Anda benar-benar hamil.
Banyak tes kehamilan generik yang sebenarnya diproduksi di pabrik yang
sama dengan merek ternama, serta menggunakan teknologi yang sama. Jadi
jangan meragukan kualitas merek generik jika Anda ingin sedikit berhemat. [2]

50
b. Perkirakan kapan Anda ingin melakukan tes.
Sebagian besar ahli berpendapat Anda paling tidak harus menunggu hingga
satu hari setelah terlambat datang bulan sebelum menggunakan alat tes
kehamilan, walaupun demikian, menunggu selama satu minggu dianggap sebagai
yang terbaik. Menunggu mungkin sulit Anda lakukan jika Anda sangat penasaran
untuk mengetahui kehamilan Anda, namun menunggu dapat memberikan tingkat
akurasi yang lebih tinggi saat Anda melakukan tes, karena kadar hCG meningkat
dengan sangat cepat pada wanita hamil.
HCG terbentuk dalam tubuh wanita hanya setelah telur yang dibuahi
menempel pada rahimnya. Penempelan telur yang telah dibuahi ini biasanya
terjadi pada sekitar hari ke enam setelah sperma bergabung dengan sel telur. Hal
ini adalah penyebab mengapa alat tes kehamilan di rumah tidak bisa mendeteksi
hCG jika Anda melakukan tes terlalu awal, bahkan jika Anda memang hamil. [4]
Paling baik untuk melakukan tes di pagi hari segera setelah Anda bangun
tidur, saat urin Anda mengandung hCG pada kadar yang paling tinggi. [1]
c. Baca petunjuk penggunaannya dengan hati-hari.
Walaupun sebagian besar alat tes kehamilan terlihat sama, mengikuti
petunjuk yang tertera dalam kotak sangat penting dilakukan. Hal-hal tertentu
mungkin sedikit berbeda antara satu merek dengan merek yang lain, seperti cara
menampung urin, waktu yang diperlukan untuk meneteskan urin pada alat tes dan
untuk simbol yang digunakan untuk menyatakan apakah Anda hamil atau tidak.
lebih baik jika Anda telah memahami simbol yang digunakan sebelumnya,
sehingga Anda tidak akan panik mencari petunjuknya setelah hasilnya keluar.
Seharusnya dalam kotak alat tes tercantum nomer telepon bebas pulsa yang
bisa Anda hubungi jika Anda memiliki pertanyaan tentang metode untuk
melakukan tes atau mengenai produk itu sendiri. [4]
d. Persiapkan diri Anda.
Melakukan tes kehamilan sendiri di rumah bisa menjadi pengalaman yang
menegangkan, khususnya jika Anda sangat mengharapkan hasil tertentu. Lakukan
tes ini sendiri dan berikan diri Anda sebanyak waktu yang Anda perlukan, atau
mintalah pasangan atau teman dekat Anda menunggu di balik pintu kamar mandi
untuk menemani Anda. Cuci tangan anda dengan air hangat dan sabun, kemudian
ambil stik alat tes dari pembungkusnya dengan hati-hati

51
e. Saat melakukan tes
Siap, sedia, lakukan! Duduk di toilet dan keluarkan urin Anda, baik langsung
pada alat tes atau ke dalam alat penampung, tergantung pada alat tes Anda. Anda
sebaiknya mencoba untuk menggunakan sampel tengah, hal ini berarti Anda
harus mengeluarkan sebagian kecil urin Anda dulu, sebelum mengumpulkan
sampel di dalam wadah atau meletakkan stik tes.
Jika Anda perlu meneteskan urin langsung pada stik tes, pastikan untuk
mengikuti petunjuk yang diberikan dengan hati-hati. Pada beberapa alat tes, Anda
perlu meneteskan urin selama waktu tertentu, misalnya 5 detik, tidak kurang dan
tidak lebih. Gunakan stop watch untuk membantu Anda, jika perlu.
Saat meneteskan urin langsung pada stik, pastikan untuk meletakkan ujung
yang menyerap pada aliran urin dan memutarnya sedemikian sehingga bagian
yang menunjukkan hasilnya mengarah ke atas.
f. Gunakan penetes untuk meletakkan sedikit urin pada stik tes.
Hal ini hanya diperlukan pada metode yang menggunakan wadah plastik
penampung. Pada beberapa merek lain, stik tes justru harus dicelupkan ke dalam
urin yang telah ditampung. Biarkan selama 5 hingga 10 detik, atau sesuai
petunjuk yang tercantum dalam kemasan.
g. Tunggu sesuai waktu yang disarankan.
Letakkan stik tes pada permukaan yang bersih dan rata dengan bagian yang
menunjukkan hasil mengarah ke atas. Waktu tunggu yang diperlukan biasanya
antara 1 hingga 5 menit, walaupun tes tertentu mungkin memakan waktu hingga
10 menit untuk memberikan hasil yang akurat. Lihat petunjuk untuk mengetahui
waktu yang diperlukan untuk masing-masing alat tes.
Cobalah untuk tidak terus menerus melihat stik selama menunggu, waktu
ini justru akan semakin lama terasa sehingga Anda akan lebih panik. Lakukan
sesuatu untuk mengalihkan perhatian Anda, seperti membuat teh atau
meregangkan tubuh.
Beberapa stik tes memiliki simbol atau garis untuk menunjukkan bahwa
alat tes masih berfungsi. Jika stik tes Anda seharusnya memiliki simbol semacam
ini namun tidak terlihat apa-apa, maka kemungkinan tes Anda tidak berfungsi
dengan baik dan Anda harus menggunakan tes yang baru.

52
h. Periksa hasilnya.
Setelah waktu yang dinyatakan dalam petunjuk telah lewat, periksa stik tes
untuk melihat hasilnya. Simbol yang digunakan untuk menandakan bahwa Anda
hamil tidak banyak berbeda antara satu tes dengan yang lain, sehingga baca
petunjuknya lagi jika Anda tidak yakin. Sebagian besar alat tes kehamilan di
rumah memiliki sesuatu seperti tanda plus atau minus, perubahan warna tertentu,
atau kata "hamil" dan "tidak hamil" yang tampak pada layar digital.
Kadang-kadang, simbol atau garis yang tampak akan sangat samar. Jika hal
ini terjadi Anda sebaiknya menyimpulkan bahwa Anda hamil, karena hal ini
menandakan bahwa HCG ada dalam urin Anda. Kejadian positif palsu sangat
jarang terjadi pada alat tes kehamilan di rumah.
JIka hasilnya positif: Anda harus membuat janji dengan dokter untuk
mengkonfirmasi kehamilan Anda. Hal ini biasanya dilakukan dengan tes darah.
Jika hasilnya negatif: Tunggu satu minggu lagi dan jika Anda belum juga
datang bulan, lakukan tes ulang. Hasil negatif palsu kadang terjadi, khususnya
jika Anda salah menghitung waktu ovulasi dan melakukan tes terlalu awal. Hal
ini mengapa banyak alast tes kehamilan di rumah memberikan dua stik. Jika tes
yang kedua juga negatif, periksakan diri Anda untuk mengetahui masalah lain
yang mengganggu siklus menstruasi Anda atau menyebabkan gejala kehamilan.
2. Tanda dan gejala hamil
Tanda-tanda kehamilan merupakan saat yang paling dinantikan oleh seorang
perempuan yang menginginkan dirinya memiliki seorang buah hati dambaan
keluaga (family hoping). Dengan terjadinya kehamilan menandakan bahwa
pasangan suami isteri memiliki tingkat kesuburan yang baik dan hal ini juga
menandakan bahwa mereka tidak memiliki masalah kesehatan yang berarti dengan
datangnya tanda-tanda kehamilan, hadirnya seorang buah hati dalam keluarga
mereka tinggalah menunggu waktu, Keluarga terasa semakin lengkap dengan
kehadiran buah hati yang dinanti.
Namun ada kalanya, pasangan suami isteri belum mengetahui secara betul
mengenai tanda-tanda kehamilan ini, Mereka kadang masih bingung membedakan
mana tanda-tanda kehamilan sebenarnya dengan tanda akan datang menstruasi,
karena banyak kasus terjadi bahwa tanda-tanda kehamilan biasanya mirip dengan
tanda-tanda akan datang menstruasi. Ketidaktahuan mengenai hal ini juga
menyebabkan beberapa kasus terjadinya keguguran.
53
Hal ini disebabkan masih dilakukannya suatu aktivitas atau konsumsi makanan
yang seharusnya tidak boleh dilakukan selama kehamilan, padahal sebetulnya dia
sudah mengalami kehamilan. Dengan ketidaktahuan akan tanda-tanda kehamilan
juga mengakibatkan persiapan yang matang menyongsong kehamilan menjadi
terabaikan. Sebaliknya, banyak kasus para keluarga stress karena tanda-tanda yang
sudah dianggapnya sebagai sebuah tanda kehamilan, ternyata sesudah dilakukan
beberapa kali test ternyata hasilnya negative, Bayangan dan dambaan kehamilan
yang mereka tunggu akhirnya menjadi sirna.
Untuk menentukan hamil atau tidak harus mencari tanda-tanda kehamilan yaitu
tanda pasti, tanda tidak pasti dan tanda mungkin.
a. Tanda Pasti
Tanda pasti adalah tanda – tanda obyektif yang didapatkan oleh pemeriksa
yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan.
1) Mendengar DJJ (Denyut Jantung Janin)
Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
menggunakan:
a) Fetal Elektro cardiograph pada kehamilan 12 minggu.
b) Sistem Doppler pada kehamilan 12 minggu.
c) Stetoskop Laenec pada kehamilan 18 – 20 minggu.
2) Meraba, merasakan gerakan anak pada saat diperiksa
Bagian –bagian janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa
dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua, Gerakan
janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18
minggu, sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu, karena
telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan ke- IV dan V janin
itu kecil jika dibandingkan dengan banyaknya air ketuban, maka kalau rahim
didorong atau digoyangkan, maka anak melenting di dalam
rahim.Ballottement ini dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun
dengan jari yang melakukan pemeriksaan dalam.Ballottement di luar rahim
dapat ditimbulkan oleh tumor – tumor bertangkai dalam ascites seperti fibroma
ovari. Karena seluruh badan janin yang melenting maka ballotement semacam
ini disebut ballottement in toto untuk membedakan dengan ballottement yang
ditimbulkan oleh kepala saja pada kehamilan yang lebih tua.

54
3) Melihat rangka janin saat USG, foto sinar rongsen
Dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran kantong janin, panjangnya
janin, dan diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan.

Jika salah satu tanda pasti ditemukan diagnosa kehamilan dapat dibuat dengan
pasti, ditemukan umur kehamilan > 4 minggu dengan USG, Kantong kehamilan
selalu dapat terdeteksi pada umur 10 minggu dan DJJ pada umur 12 minggu, tanda
pasti bisa didapat dari tanda obyektif dari pemeriksa.

b. Tanda Kemungkinan Hamil


Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan – perubahan yang diobservasi
oleh pemeriksa (bersifat obyektif), namun berupa dugaan kehamilan saja. Makin
banyak tanda – tanda mungkin kita dapati, makin besar kemungkinan kehamilan.
Yang termasuk tanda kemungkinan hamil yaitu:
1) Pembesaran Uterus
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak terutama
daerah isthmus sedemikin lunaknya hingga kalau diletakkan 2 jari dalam
fornix posterior dan satunya pada dinding perut atas sympisis maka ishmus ini
akan teraba seolah olah corpus uteri terpisah dari serviks.
2) Tanda Haegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama
daerah ismus. Pada minggu- minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi
seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan
ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Sehingga kalau kita letakkan 2 jari
dalam fornix posterior dan tangan satunya pada dinding perut di atas simpisis,
maka ismus ini tidak teraba seolah-olah korpus uteri sama sekali terpisah dari
uterus.
3) Perubahan pada Serviks
Diluar kehamilan konsistensi serviks keras seperti meraba ujung hidung dalam
kehamilan serviks teraba selunak bibir/ ujung bawah daun telinga
4) Tanda Chadwick
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih
merah, agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio pun tampak livide, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.

55
5) Tanda Piscaseck
Uterus membesar kesalah satu jurusan, pada PD dapat diraba uterus membesar
dan makin bundar bentuknya, kadang pembesaran tidak rata, tapi didaerah
telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya.
6) Kontraksi Braxton Hicks
Bila uterus dirangsang akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi atau
pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi keras karena
berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.
7) Reaksi Kehamilan Positif (Tes HCG +)
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari.
Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini
mungkin.
c. Tanda Tidak Pasti
Tanda tidak pasti adalah perubahan – perubahan yang dirasakan oleh ibu
(subyektif) yang timbul selama kehamilan.
1) Amenorrche
Pada wanita sehat dengan haid yang teratur amenorche menandakan adanya
kemungkinan kehamilan, tapi kadang amenorche disebabkan oleh penyakit
berat seperti TBC, Anemia, typhus, pengaruh psykis, perubahan lingkungan.
2) Mual dan Muntah (Morning Sicknes)
Sekitar 50% perempuan yang mengalami kehamilan akan memiliki
tanda-tanda ini. Pemicunya adalah peningkatan hormon secara tiba-tiba dalam
aliran darah. Hormon tersebut adalah HCG (Human chorionic
Gonadotrophin). Selain dalam darah, peningkatan hormon ini juga terjadi pada
saluran air kencing. Makanya, alat test pack kehamilan dilakukan melalui
media air seni, hal ini dilakukan untuk mengukur terjadinya peningkatan kadar
hormon HCG tersebut. Peningkatan hormon ini akan mengakibatkan efek
pedih pada lapisan perut dan menimbulkan rasa mual. Rasa mual ini biasanya
akan menghilang memasuki kehamilan trimester kedua Jika rasa mual dan
muntah masih terjadi pada usia kehamilan trimester kedua, sebaiknya
periksakan dan konsultasikan mengenai hal ini ke dokter anda karena akan
mengganggu kehamilan anda.
Mual dan muntah ini biasa morning sickness karena biasanya terjadi pada saat
56
di pagi hari. Namun kenyataannya, mual dan muntah dapat terjadi pada siang
dan malam hari juga. Bahkan morning sickness terjadi hanya ketika si ibu
mencium aroma atau wewangian tertentu.
3) Perubahan Payudara
Jika terjadi kehamilan, maka payudara akan membesar, hal ini
disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon esterogen dan progesteron.
Selain itu kondisi payudara juga akan terasa makin lembut, hal ini
menimbulkan rasa sensitif yang lebih tinggi, hingga payudara akan terasa sakit
atau nyeri saat dipegang. Puting susu membesar pula dan warnanya akan
semakin gelap, kadang juga terasa gatal. Pembuluh vena pada payudara juga
akan terlihat akibat penegangan payudara.
Selain itu terjadi aktivitas hormon HPL (Human Placental Lactogen).
Hormon tersebut diproduksi oleh tubuh saat ibu mengalami kehamilan untuk
mempersiapkan ASI bagi bayi anda ketika terlahir ke dunia.
4) Sering Kencing
Setelah haid terlambat satu hingga dua minggu, keinginan untuk buang
air kecil menjadi lebih sering dari kebiasaannya. Ini disebabkan janin yang
tumbuh di rahim menekan kandung kemih dan akibat adanya peningkatan
sirkulasi darah. Selain itu kandung kemih lebih cepat dipenuhi oleh urine dan
keinginan untuk buang air kecil menjadi lebih sering. Peningkatan rasa buang
air kecil juga disebabkan oleh peningkatan hormon kehamilan. Walaupun
buang air kecil ini sering, jangan sampai membatasinya atau menahannya.
Selain itu hindarkan dehidrasi dengan lebih meningkatkan asupan cairan ke
dalam tubuh.
5) Konstipasi
Terjadi akibat peningkatan hormon progesterone. Hormon ini selain
mengendurkan otot-otot rahim, juga berdampak pada mengendurnya otot
dinding usus sehingga menyebabkan sembelit atau susah buang air besar.
Namun keuntungan dari keadaan ini adalah memungkinkan peyerapan nutrisi
yang lebih baik saat hamil.
6) Hyperpigmentasi pada Kulit
Pada muka (chloasma gravidarum), hiperpigmentasi pada areola mamae dan
papilla mamae, hiperpigmentasi linea alba (putih) yang menjadi linea fusca
(coklat), linea nigra (hitam).
57
3. Perubahan fsikologis pada kehamilan
Perubahan yang terjadi pada tubuh pada saat hamil, bersalin dan nifas adalah
perubahan yang hebat dan menakjubkan. Sistem-sistem tubuh berubah dengan
otomatis menyesuaikan dengan keadaan hamil, bersalin dan nifas. Berikut ini adalah
perubahan-perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada sistem tubuh pada masa
hamil yaitu sebagai berikut :
a. Uterus
Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau beratnya 30 gram akan
mengalami hipertrofi dan hiperpla-sia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat
akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi
lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan
janin(Manuaba, 2010)
b. Ovarium
Ovulasi berhenti selama kehamilan dan pematanga folikel ditunda. Biasanya
hanya satu corpus luteum kehamilan dapat ditemukan di dalam ovarium wanita
hamil dan hanya berfungsi maksimal sampai 6-7 minggu pertama kehamilan dan
selanjutnya fungsinya menurun sampai akhirnya pada minggu ke-16 kehamilan
fungsinya digantikan oleh plasenta untuk menghasilkan estrogen dan
progesterone.
c. Vagina dan Perineum
Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara lain terjadinya
peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah meningkat) pada kulit dan
otot perineum, vulva, pelunakan pasa jaringan ikat, munculnya tanda chadwick
yaitu warna kebiruan pada daerah vulva dan vagina yang disebabkan hiperemia,
serta adanya keputihan karena sekresi serviks yang meningkat akibat stimulasi
estrogen (Aprillia, 2010)
d. Payudara
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009; h. 179), pada awal
kehamilan perempuan akan merasakan payudara menjadi semakin lunak. Seletah
bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena – vena dibawah kulit
akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak.
Areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan
membesar dan cenderung menonjol keluar.

58
e. Sirlukasi Darah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodelusi). Sel
darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalalm rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodelusi yang disertai
anemia fisiologis (Manuaba, 2010; h. 93).
f. Sistem Respirasi
Kapasitas paru secara total menurun 4-5% dengan adanya elevasi diafragma.
Fungsi respirasi juga mengalami peru-bahan. Respirasi rate 50% mengalami
peningkatan, 40% pada tidal volume dan peningkatan konsumsi oksigen 15–20%
diatas kebutuhan perempuan tidak hamil (Aprillia, 2010; h. 71-72).
g. Sistem pencernaan
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009; h. 185), seiring dengan
makin membesarnya uterus, lambung, dan usus akan tergeser. Perubahan yang
nyata terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus. Mual
terjadi akibat penurunan asam hidrokloroid dan penurunan motilitas, serta
konstipasi akibat penurunan motilitas usus besar.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma sedang
saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama kehamilan akan muncul.
Hemorroid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi akibat konstipasi dan
peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesa-ran uterus.
h. Sistem perkemihan
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua,
terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut
menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Hemodelusi menyebabkan
metabo-lisme air makin lancar sehingga pembentukan urine akan bertambah
(Manuaba, 2010; h. 94).
i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruhmelanophore stimulating hor-mone lobus hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae
gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi

59
(khloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan meng-hilang
(Manuaba, 2010, 94).
j. Metabolisme
Menurut Manuaba (2010, 95) perubahan metabolisme pada kehamilan:
1) Metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula, teru-tama pada trimester
ketiga.
2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter
menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemo-delusi darah dan kebutuhan
mineral yang diperlukan janin.
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi.
Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat badan atau
sebutir telur ayam sehari.
4) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
5) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil:
a) Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30-40 gram untuk pemben-tukan tulang
janin.
b) Fosfor, rata – rata 2 gram dalam sehari.
c) Zat besi, 800 mg atau 30-50 mg per hari.
d) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.
k. Berat badan ibu hamil bertambah. Berat badan ibu hamil akan bertambah antara
6,5-16,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan 0,5 kg/ minggu.

B. Fsikologi aspek dari kehamilan


1. Persepsi dan pengaruh budaya terhadap kehamilan
Faktor linkungan sosial, budaya dan ekonomi, faktor ini mempengaruhi
kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja
ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang di gunakan ibu hamil. Seorang
ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap
rokok, kapan dan dimanapun ia berada. Prilaku makan juga harus di perhatikan,
terutama yang berhubungan dengan adat istiadat.
Jika ada makanan yang di pantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil,
maka sebaiknya tidak dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya yang tak kalah

60
pentimg adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan
dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra
yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap keringat.
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang
sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya
secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan
persiapan lainnya dengan baik. Sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka
kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik.
2. Efek dan arti kehamilan pada pasangan
Arti dan efek kehamilan pada pasangan akan berbedan namun rubin melakukan
penelitian terhadap para pasangan dan merangkumkan arti dan efek kehamilan pada
pasangan sebagai berikut:
a. Pasangan akan memperhatikan dan merasakan perubahan bentuk tubuh
pasangannya pada kehamilan 8 bulan sampai 3 bulan setelah melahirkan
b. Pria juga bisa mengalami perubahan fisik dan fsikososial selama pasangannya
hamil
c. Anak yang akan di lahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang ada,
yaitu:
1) Hubungan ibu dengan pasangan
2) Hubungan ibu dngan janin yang berkembanh
3) Hubungan individu dengan individu yang unik dan anak
d. Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri
e. Tugas yang harus di lakukan seorang wanita atau pasangan dalam kehamilan :
1) Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh
2) Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
3) Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiringdengan peran transisi
untuk mempersiapkan fungsi keluarga
f. Reaksi yang umum pada kehamilan
1) Trimester 1 : ambivalen, takut, fantasi, khawatir
2) Trimester II : Perasaan suami, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari
tentang perkembangan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert, kadang
keliatan egosentrik dan self centered
3) Trimester III: berperasaan aneh, sembrono, menjadi lebih introvert,
merepleksikan terhadap pengalaman masa kecil, terlihat jelek.
61
Dalam penelitian dan observasinya lebih dari 20 tahun, Rubin menyimpulkan
bahwa tujuan dan usaha ibu selama kehamilan adalah:

a. Meyakinkan adanya keamanan bagi diri sendiri dan bayinya selama kehamilan
dan persalinan
b. Meyakinkan adanya penerimaan sosial bagi diri dan bayinya
c. Meningkatkan ikatan tarik menarik dalam konstruksi dari image dan identitas dari
saya dan anda
d. Mencari kedalaman arti tindakan transitif dari memberi dan menerima.

Tugas atau tujuan dari aktifitas selama hamil, bersalin dan puerperium
digambarkan lebih ringkas oleh josten (1981) sebagai berikut:

a. Memastikan kesejahteraan fisik untuk dirinya dan bayinya


b. Penerimaan sosial untuk dirinya dan bayinya oleh orang-orang berarti bagi mereka
c. Keterikatan kepada si bayi
d. Pemahaman dan kerumitan menjadi seorang ibu

Bila tugas tersebut tidak di penuhi, maka dapat menjadi idikator bahwa si ibu
tidak mengharapakan (mengabaikan) bayinya. Bidan dapat mengembangkan
pengkajiannya untuk mengidentifikasi adanya masalah tersebut sehingga dapat
membantu ibu hamil dalam memenuhi tugas-tugas tersebut. Misalnnya untuk tugas
(b) bidan akan menanyakan kepada klien: bagaimana perasaan suami terhadap
kehamilan istrinya, apakah ibu dan suaminya sering membicarakan tentang bayinya
dan sebagainya.

3. Aspek identitas diri menurut Reva Rubin


Rubin mengidentifikasikan 3 aspek dari identitas diri peran ibu yaitu image ideal,
image diri dan body image
a. Image ideal
Terdiri dari semua ide yang dimiliki wanita itu sendiri mengenai sikap dan
aktivitas para wanita sebagai seorang ibu
b. Image diri
Terdiri dari sikap wanita itu melihat dirinya, yang dimiliki dari pengalamannya
c. Body image

62
Perubahan tubuh selama kehamilan dan perubahan nyata dari arti proses
kehamilan itu.

Identitas ibu dicapai dengan suatu proses dari aktivitas taking-in, taking-on, dan
letting go. Rubin menjelaskan arti dari identitas maternal dalam hubungan dengan
image dirinya, kesemua proses tersebut harus dipenui untuk mencapai suatu peran yang
baik agar ibu dapat menjaga dan memenuhi kebutuhan bayinya dengan baik.

C. Penerapan proses keperawatan pada aspek psikososial pada


kehamilan normal
1. Transisi menjadi Ibu
Kehamilan dan persalinan sering kali merupakan proses yang tidak diketahui.
Ball (1994) menggambarkan transisi menjadi ibu sebagai krisi hidup, pengalaman
emosi yang menguras air mata, periode yang dapat meningkatkan sensitifitas jika ibu
sangat rentan. Banyak ibu akan menghadapi adaptasi psikologis pada kehamilan, uji
skrining antenatal yang berlebihan,masalah mengenai pilihan, control, dan
komunikasi menyurutkan emosi. Persalinan juga memiliki tantangan sendiri terkait
dengan lingkungan persalinan, strategi koping, pendamping persalinan,
penatalaksanaan nyeri, intervensi, teknologi, dan proses persalinan
sesungguhnya. Pada masa pasca natal, orang tua akan menghadapi tuntutan bayi
baru lahir-menyusui bayi, tuntutan keuangan,dan penyesuaian terhadap perubahan
peran dan hubungan sangat menguji kesabaran mereka. Bagi para ibu baru, hal ini
menimbulkan respon emosi yang bermacam-macam mulai dari perasaan bahagia dan
gembira hingga sedih atau penurunan suasana hati yang sangat mendalam,untuk
mengungkapkan kelelahan (Bick & MacArthur 1995). Kelelahan nyeri, dan ketidak
nyamanan biasanya muncul saat gembira setelah kelahiran bayi mulai menghilang.
Gangguan tidur tidak dapat di hindarkan dengan kehadiran bayi yang baru lahir.
Para ibu yang mencoba menyusui, ibu lanjut usia, ibu yang mengalami persalinan
operatif, atau yang mengalami persalinan yang lama dan sulit memungkinkan
merasa menjadi orang yang malang dan selalu merasa khawatir selam beberapa
bulan setelah persalinan (Bick & Macarthur,Bick et al 2002). Rasa sakit & nyeri
yang di alami akibat trauma perineum akan mempengaruhi libido sehingga
menimbulkan perasan lelah, putus asa, dan tidak bahagia dan berkaitan dengan
tuntutan untuk merawat bayi yang baru lahir selama 24 jam.

63
Dalam kebudayaan barat, kesengsaran sebagai ibu secara sembrono disebut
depresi meskipun hal itu mungkin merupakan respon terhadap penurunan kepuasan
hidup dan penggalaman kehilangan yang tidak diharapkan
2. Asumsi terhadap peran Orang Tua
a. Respon Ayah dan Keluarga
Respon terhadap bayi Baru lahir berbeda antara ayah yang satu dengan ayah yang
lain. Hal ini tergantung bisa positif bisa negative. Masalah lain juga dapat
berpengaruh misalnya masalah pada jumlah anak keadaan ekonomi.
1) Respon Positif
a) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan suka cita karena
bayinya sebagai anggota baru dalam keluarga dianggap sebagai anugrah
yang menyenangkan.
b) Ayah bertambah giat dalam mencari nafkah
c) Ayah dan keluarga melibatkan dirinya dalam merawat bayi
d) Ayah dan keluarga lebih menyayangi dan mencinta ibu yang telah
melahirkan anak yang telah diidam-idamkan.
2) Respon Negatif
a) Keluarga atau ayah dari Bayi tidak mengiginkan kelahiran bayi karena
jenis kelaminnya tidak sesuai dengan keinginan.
b) Kurang bahagia karena kegagalan KB
c) Ayah merasa kurang mendapat perhatian dari istri karena lebih perhatian
pada anaknya
d) Faktor ekonomi mempengaruhi rasa kurang senang atau kawatir dalam
membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidup.
e) Anak lahir cacat menyebabkan rasa malu bagi orang tua dan keluarga
f) Bayi yang dilahirkan dari hasil hubungan gelap atau hubungan Haram akan
menyebabkan rasa malu atau aib
3. Baby Blues
Melahirkan adalah sebuaah karunia terbesar bagi wanita dan moment yang
sangat membahagiakan tapi kadang harus menemui kenyataan bahwa tak semua
menganggap sepertiitu karena wanita ada yang mengalami depresi setelah
melahirkan. Hal tersebut menyebabkan ibu mengalami stress diiringi perasaan sedih
dan takut sehingga mempengaruhi emosional dan sensitifitas ibu paskah melahirkan.
Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan sikologis baby blues atau post
64
partum Blues. Post partum blues merupakan masa transisi mood setelah melahirkan
terjadi pada 50-70% wanita. Post partum blues atau sering juga di sebut maternity
blues atau sindroma gangguan efek ringan yang tampak pada minggu pertama
setalah persalinan di tandai dengan gejala-gejala:
a. Reaksi Depresi/sedih/disforia
b. Sering menangis
c. Mudah tersingung (iritabilitas)
d. Cemas
e. Labilitas perasaan
f. Cenderung menyalahkan diri sendiri
g. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
h. Kelelahan
i. Mudah sedih, cepat marah,perasaan bersalah,sangat lupa.
Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum Blues:
1) Factor Hormonal berupa perubahan kadar esterogen,progesterone,prolaktin
dan estriol yang terlalu rendah.
2) Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan
emosional seperti payudara bengkak,nyeri jahitan dan rasa mules
3) Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisikdan emosional yang
kompleks
4) Factor umur dan paritas (jumlah anak)
5) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
6) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti: tingkat
pendidikan,status perkawinan, kehamilan yang tidak diiinginkan.
7) Stress dalam keluarga misalnya factor ekonomimemburuk, perrsoalan dengan
suami, problem dengan mertua atau orang tua.
8) Stress yamg dialami wanita itu sendiri misalnya ASI wanita tidak keluar,
frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis gumoh, stress melihat bayi nangis,
rasa bosan dengan hidup yang dijalani
9) Kelelahan pasca melahirkan
10) Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang
berlebihan akan kehilangan bayinya.

65
Cara mengatasi post partum Blues:
1) Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin di
ungkapkan.
2) Bicarakan rasa cemas yang dialami
3) Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru selama
melahirkan
4) Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam mengurus bayi
atau rumah tangga
5) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
6) Kebutuhan istirahat harus cukup, tidurlah ketika bayi tidur
7) Berolahraga ringan
8) Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
9) Dukungan tenanga kesehatan
10) Dukungan suami, keluarga, teman, teman sesama ibu
4. Masalah-masalah dalam Pemberian ASI
a. Kondisi / Masalah Ibu
Kurang Informasi:
1) Payudara kecil kurang produksi ASI
2) Menyangka susu formula sebaik ASI
3) Bayi mendapat ASI kurang kenyang
4) ASI menyebabkan mencret
5) Bila ASI belum keluar perlu diberikan susu
6) Ibu bekerja perlu melatih bayi minum dari botol
b. Puting Susu Terbenam
1) Terdapat berbagai bentuk putting
2) Selama hamil puting akan menjadi lentur
3) Bayi tidak menghisap dari putting
4) Setelah bayi lahir, dapat dibantu dengan nipple puller atau spuit yang dibalik
serta posisi menyusu dan perlekatan yang baik.
c. Puting Lecet
Penyebab:
1) Posisi dan pelekatan yang salah
2) Melepaskan penghisapan bayi salah
3) Membersihkan puting dengan sabun / alcohol
66
d. Penatalaksanaan :
1) Memperbaiki posisi menyusui
2) Tetap mengeluarkan ASI dari payudara
3) Oleskan ASI ke puting yang lecet
4) Boleh minum obat bila sangat sakit
e. Payudara Bengkak
Penyebab:
1) Bendungan pada pembuluh darah dan limfe
2) Sekresi ASI mulai banyak
3) ASI tidak dikeluarkan sempurna
Pencegahan / penatalaksanaan:
1) Susukan bayi segera setelah lahir
2) Susukan bayi tanpa jadwal
3) Jangan memberi minuman lain pada bayi
4) Lakukan masase dan keluarkan ASI
f. Saluran ASI Tersumbat
Penyebab:
1) BH yang ketat
2) Jari yang menekan saluran ASI
3) ASI di dalam saluran tidak dikeluarkan
Penatalaksanaan:
1) Menghilangkan sumbatan dengan lebih sering menyusui dan melakukan
pengurutan
2) Cukup istirahat
3) BH yang menyangga tetapi tidak ketat
g. Radang / Abses Payudara
Penyebab:
1) Bila puting lecet, saluran ASI tersumbat tidak ditatalaksana yang baik
Penatalaksanaan:
1) Ibu istirahat
2) ASI tetap harus dikeluarkan
3) Minum antibiotika / insisi abses
4) Kompres / minum obat pengurang rasa sakit

67
h. Ibu Melahirkan Dengan Bedah Sesar
Dahulu :
1) Menyusui setelah ibu sadar Pembiusan umum
Sekarang :
1) dapat langsung menyusui tetapi harus dibantu oleh karena ibu belum boleh
bangun selama 24 jam®Pembiusan epidural
i. Sindrom ASI Kurang
Tandanya:
1) Bila berat bayi tidak naik sesuai umur
2) Bila kencing kurang dari 6 kali sehari
Penyebabnya:
1) Faktor menyusui : cara menyusui yang salah
2) Faktor psikologis ibu : kurang percaya diri
3) Faktor fisik ibu : perokok, kelelahan, kurang gizi, KB hormone
4) Faktor bayi : sakit, kelainan congenital
j. Ibu Bekerja
Masalah: melatih bayi minum dari botol
Anjuran:
1) Selama cuti hanya menyusui
2) Sebelum mulai bekerja ubah pola minum bayi
3) Sebelum bekerja susui bayi
4) Selama di kantor perah ASI setiap 3-4 jam
5) Simpan di lemari es dan dibawa pulang
6) Setelah dihangatkan diberikan dengan cangkir
k. Ibu Dengan HIV / AIDS
Dilarang menyusui apabila:
1) Diketahui status HIV ibu positif
2) Bila AKB bayi tanpa ASI sudah rendah
l. Ibu Dengan HIV / AIDS (2)
Boleh menyusui apabila :
1) Tidak diketahui status HIV
2) Bila bayi sudah tertular sejak lahir
3) Bila AKB bayi tanpa ASI masih tinggi
4) Ibu tetap memilih memberikan ASI :
68
Syarat :
1) Harus eksklusif 3-6 bulan
2) Mencegah luka pada puting
3) Pasteurisasi ASI perah
m. Ibu Dengan HIV / AIDS (3)
Di Negara berkembang:
1) Perlu disediakan makanan PASI paling kurang selama 6 bulan
2) Perlu diajarkan cara membuat ASI yang benar.
5. Langkah-langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
Pada tahun 1989, WHO/UNICEF mengeluarkan Pernyataan Bersama yang
dinamakan Perlindungan, Promosi, dan Dukungan Menyusui: Peranan Khusus
Pelayanan Kesehatan Ibu. Pernyataan bersama ini menggambarkan bagaimana
fasilitas pelayanan kesehatan ibu dapat mendukung menyusui.
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui adalah ringkasan dari
rekomendasi penting dalam Pernyataan Bersama tersebut. Kesepuluh langkah
tersebut merupakan dasar pelaksanaan Rumah Sakit Sayang Bayi. Bila sebuah
fasilitas pelayanan kesehatan ingin dinyatakan sebagai 'Rumah Sakit Sayang Bayi',
harus mengikuti semua kriterianya, yaitu sebagai berikut :
a. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan
Pemberian Air Susu
b. Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua
petugas.Melatih semua staf pelayanan kesehatan tentang keterampilan yang
diperlukan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
c. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa lahir bayi sampai umur
2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang
dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mengalami operasi Caesar, bayi disusui
setelah 30 menit ibu sadar.
e. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar, dan cara mempertahankan
menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
f. Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir.

69
g. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam
sehari.
h. Membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan
frekuensi menyusui.
i. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
j. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit / Rumah Bersalin /
Sarana Pelayanan Kesehatan

D. Asuhan keperawatan pada masa kehamilan


1. Prenatal care
Asuhan Antenatal atau disebut sebagai Prenatal Care merupakan program
yang terrencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil,
dengan tujuan untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman
dan memuaskan.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional,
dilakukan oleh [dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan
dan perawat bidan] untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard
minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu 1. Timbang berat badan, 2.
Ukur tinggi badan, 3. Ukur tekanan darah, 4. Pemberian imunisasi TT, 5. Ukur
tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa
kehamilan.
2. Evaluasi awal kehamilan
Kunjungan awal adalah suatu kunjungan yang dilakukan pertama kali ibu hamil
dari awal kehamilan hingga minggu ke-36. Tujuan Kunjungan adalah sebagai
berikut:
a. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
b. Mendeteksi masalah yang dapat diobati
c. Mencegah masalah dan penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d. Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
e. Mendorong perilaku yang sehat.

70
3. Evaluasi selama kehamilan lanjut
Setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjyngan antenatal
pertama sampai memasuki persalinan ( Varney, 1997 )
a. Mengevaluasi penemuan masalah
1) Meninjau data kunnjungan pertama sebelum melakukan pemeriksaan, bidan
hendaknya meninjau kembali data pasien pada kunjyngan pertama, untuk
mendapatkan informasi tentang:
a) Biodata ibu
b) Usia kehamilan
c) Temukan data yang bermakna
d) Riwayat obstetri
(1) Riwayat perawatan medis
(2) Riwayat keluarga
(3) Riwayat kehamilan
(4) Pemeriksaan fisik awal
(5) Pemeriksaan panggul awal
(a) Masalah-masalah yang ditemukan pada kunjungan yang
sebelumnya, penanganan dan evaluasi efektifitas pengobatan
(b) Pengobatan yang spesifik, pengobatan dan diet yang diperlukan
untuk wanita yang bertanggung jawab
(c) Pemeriksaan labolatorium, hasil normal atau tidak, perlu
mengulang pemeriksaan lab atau tidak, perlu penelitian lanjut atau
tidak
b. Mengevaluasi pada kunjungan ulang
1) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat dasar kunjungan ulang dibuat untuk mendeteksi tiap gejala atau
indikasi keluhan atau ketidaknyamanan yang mungkin dialami ibu hamil
sejak kunjungan terakhirnya,
Ibu hamil ditnya tentang hal berikut:
a) gerakan janin, setiap masalah atau tanda-tanda bahaya misal pendarahan,
nyeri kepala, gangguan penglihatan, bengkak pada muka dan tangan,
b) gerakan janin yang berkurang, nyeri perut yang sangat hebat, keluhan-
keluhan yang lazim pada kehamilan, mual dan muntah, sakit pinggang,
kram pada kaki, konstipasi
71
2) mengevaluasi penemuan yang terjadi serta aspek-aspek yang menonjol pada
wanita hamil
3) mengvaluasi data dasar
4) pengkajian data fokus
5) mengembangkan rencana esuai dengan kebutuhan dan perkembangan
kehamilan.
4. Askep selama kehamilan
Tujuan
a. Pengawasan kesehatan Ibu, Deteksi dini penyakit penyerta & komplikasi
kehamilan, menetapkan dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal
terhadap resiko kehamilan tinggi, meragukan dan rendah.
b. Menyiapkan persalinan bayi dengan baik serta kesehatan ibu
c. Mempersiapkan pemeliharaan bayi & laktasi
d. Pemulihan kesehatan ibu
e. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal
1) Perencanaan Kehamilan
Jadual pemeriksaan kehamilan [usia kehamilan dari hari pertama haid
terakhir]
a) Sampai 28 pekan : 4 pekan sekali
b) 28 – 36 pekan : 2 pekan sekali
c) Di atas 36 pekan : 1 pekan sekali
(1)Kunjungan I (12-24 pekan)
Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik & obstetri, Pemeriksaan lab,
Antopo metri, penilaian resiko kehamilan, KIE
(2)Kunjungan II ( 28 – 32 pekan )
Anamnesis, USG, Penilaian resiko kehamilan, Nasehat perawatan
payudara & Senam hamil), TT I
(3)Kunjungan III ( 34 pekan)
Anamnesis, pemeriksaan ulang lab. TT II
(4)Kunjungan IV, V, VII & VIII ( 36-42 pekan)
Anamnesis, perawatan payudara & persiapan persalinan
Kecuali jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan
penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan
intensif.
72
2) Kunjungan / pemeriksaan pertama antenatal care
Tujuan
a) Menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan
b) Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
c) Menentukan status kesehatan ibu dan janin
d) Menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya faktor
risiko kehamilan
e) Menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya
3) Menentukan Diagnosis Ada/Tidaknya Kehamilan
Gejala Kehamilan Tidak Pasti
a) Amenore (tidak mendapat haid)
b) Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah).
c) KonstipasiSering kencing
Tanda Kehamilan Tidak Pasti
a) Pigmentasi kulit yang dikenal dengan kloasma gravidarum
b) Leukore. Secret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan
hormone progesterone.
c) Perubahan pada payudara. Payudara menjadi tegang dan membesar
karena pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktuli
dan alveoli payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam karena deposit
pigmen yang berlebihan. Terdapat kolostrum bila kehamilan lebih dari
12 pekan.
Tanda Pasti Kehamilan
a) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin
Pada auskultasi terdengar bunyi jantun (BJJ). Dengan stetoskop
Laennec BJJ baru terdenngar pada kehamilan 18-20 pekan. Dengan
alat Doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12 pekan.
b) Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran
janin.
4) Tes Kehamilan
a) Tes HCG (hormone Chorionic gonadotropin). Dilakukan dengan
mendeteksi hormone HCG dalam urin. Reaksi kehamilan ini tergantung
dari seberapa banyak HCG yang beredar. Kadar terendah yang memberi

73
hasil positif yaitu 0,5 HCG per ml urin. Kadar tertingginya yaitu 500 SI
HCG.
b) Menentukan Usia Kehamilan dan Perkiraan Persalinan
c) Rumus taksiran partus menurut Naegel bila siklus haid ± 28 hari adalah:
tanggal + 7, bulan -3.
d) Bila HPHT tidak diketahui, usia kehamilan tentukan dg cara: TFU ( cm
x 7/8 = usia dalam pekan), Terabanya ballotement di simpisis à 12
pekanDJJ (+) dg dopller à 10-12 pekanDJJ (+) dg fetoscop à 20 pekan.
5) Menentukan Usia Kehamilan dan Perkiraan Persalinan
a) Rumus taksiran partus menurut Naegel bila siklus haid ± 28 hari adalah:
tanggal + 7, bulan -3.
b) Bila HPHT tidak diketahui, usia kehamilan tentukan dg cara :TFU ( cm x 7/8 =
usia dalam pekan), Terabanya ballotement di simpisis à 12 pekanDJJ (+) dg
dopller à 10-12 pekanDJJ (+) dg
6) Janin
Perkembangan Janin
a) Pemeriksaan Fisis Ibu Hamil
(1) Peralatan Pemeriksaan
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil
diantaranya adalah: timbangan berat badan, pengukur tinggi badan,
tensi meter, stetoskop monokuler atau linec, meteran atau midlen,
hamer reflek, jangka panggul serta peralatan untuk pemeriksaan
laboratorium kehamilan yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin,
protein urin, urin reduksi dll (bila diperlukan)
(2) Komponen Pemeriksaan Fisik Pada Kunjungan Antenatal Pertama
b) Pemeriksaan fisik umum
(1) Tinggi Badan
(2) Berat badan
(3) Tanda – tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu
(4) Kepala dan leher
(5) Edema diwajah
(6) Ikterus pada mata
(7) Mulut pucat

74
(8) Leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan
kelenjar thyroid
(9) Tangan dan kaki
(a) Edema di jari tangan
(b) Kuku jari pucat
(c) Varices vena
(d) Reflek – reflek
(10) Payudara
(a) Ukuran simetris
(b) Putting menonjol / masuk
(c) Keluarnya kolostrom atau cairan lain
(d) Retraksi
(e) Massa; Nodul axilla
(11) Abdomen
(a) Luka bekas operasi
(b) Tinggi fundus uteri (jika>12 minggu)
(c) Letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala (jika>36
minggu)
(d) Denyut jantung janin (jika>18 minggu)
(12) Genetalia luar (externa)
(a) Varises
(b) Perdarahan
(c) Luka
(d) cairan yang keluar
(e) pengeluaran dari uretra dan skene
(f) kelenjar bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar
(13) Genetalia dalam (interna)
(a) servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi,
mobilitas, tertutup atau terbuka
(b) vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah
(c) ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada
trimester pertama)
(d) uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa
pada trimester petama.
75
c) Pelaksanaan Pemeriksaan Kehamilan
Dalam pemeriksaan kehamilan meliputi beberapa langkah antara lain
(1)Perhatikan tanda – tanda tubuh yang sehat
Pemeriksaan pandang dimulai semenjak bertemu dengan pasien.
Perhatikan bagaimana sikap tubuh, keadaan punggung dan cara
berjalannya. Apakah cenderung membungkuk, terdapat lordosis,
kifosis, scoliosis atau pincang dsb. Lihat dan nilai kekuatan ibu ketika
berjalan, apakah ia tampak nyaman dan gembira, apakah ibu tampak
lemah
(2)Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Timbanglah berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan. Bila
tidak tersedia timbangan, perhatikan apakah ibu bertambah berat
badannya. Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-12 kg
selama kehamilan. Yang sebagian besar diperoleh terutama pada
trimester kedua dan ketiga kehamilan. Kenaikan berat badan
menunjukkan bahwa ibu mendapat cukup makanan. Jelaskan bahwa
berat badan ibu naik secara normal yang menunjukkan janinnya
tumbuh dengan baik bila kenaikan berat badan ibu kurang dari 5 kg
pada kehamilan 28 minggu maka ia perlu dirujuk.
(3)Tinggi berat badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Bila tidak
tersedia alat ukur tinggu badan maka bagian dari dinding dapat
ditandai dengan ukuran centi meter. Pada ibu yang pendek perlu
diperhatikan kemungkinan mempunyai panggul yang sempit sehingga
menyulitkan dalam pemeriksaan. Bila tinggu badan ibu kurang dari
145 atau tampak pendek dibandingkan dengan rata-rata ibu, maka
persalinan perlu diwaspadai.
d) Pemeriksaan tekanan darah
(1)Tekanan darah pada ibu hamil bisanya tetap normal, kecuali bila ada
kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmhg atau lebih
mintalah ibu berbaring miring ke sebelah kiri dan mintalah ibu
bersantai sampai terkantuk. Setelah 20 menit beristirahat, ukurlah
tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap tinggi, maka hal ini
menunjukkan ibu menderita pre eklamsia dan harus dirujuk ke dokter
serta perlu diperiksa kehamilannya. Khususnya tekanan darahnya
76
lebih sering (setiap minggu). Ibu dipantau secara ketat dan anjurkan
ibu persalinannya direncanakan di rumah sakit.
e) Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki
(1) Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan
pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar
(auskultasi), periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari
ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya
dilakukan secara sistematis atau berurutan.
(2) Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut,
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan
dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan membuka tutup baju
pasien yang mengakibatkan rasa malu pasien.
(3) Dibawah ini akan diuraikan pemeriksaan obstetric yaitu dengan
melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi terhadap ibu hamil
dari kepala sampai kaki
f) Lihatlah wajah atau muka pasien
(1) Adakah cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah
pembengkakan pada wajah. Bila terdapat pucat pada wajah
periksalah konjungtiva dan kuku pucat menandakan bahwa ibu
menderita anemia, sehingga memerlukan tindakan lebih lanjut.
Jelaskan bahwa ibu sedang diperiksa apakah kurang darah atau
tidak. Sebutkan bahwa bila ibu tidak kurang darah ia akan lebih kuat
selama kehamilan dan persalinan. Jelaskan pula bahwa tablet
tambah darah mencegah kurang darah.
(2) Bila terdapat bengkak diwajah, periksalah adanya bengkak pada
tangan dan kaki. Sedikit bengkak pada mata kaku dapat terjadi pada
kehamilan normal, namun bengkak pada tangn dan atau wajah tanda
preeklamsi. Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan tanyakan
pada ibu apakah ia sulit melepaskan cincin atau gelang yang
dipakainya. Mata kaki yang bengkak dan menimbulkan cekungan
yang tak cepat hilang bila ditekan, maka ibu harus dirujuk ke dokter,
dipantau ketat kehamilannya dan tekanan darahnya, serta
direncanakan persalinannya dirumah sakit.

77
(3) Selain memeriksa ada tidaknya pucat pada konjungtiva, lihatlah
sclera mata adakah sclera kuning atau ikterik
(4) Lihatlah mulut pasien. Adakah tampak bibir pucat, bibir kering
pecah-pecah adakah stomatitis, gingivitis, adakah gigi yang tanggal,
adakah gigi yang berlobang, caries gigi. Selain dilihat dicium
adanya bau mulut yang menyengat.
(5) Lihatlah kelenjar gondok, adakah pembesaran kelenjar thyroid,
pembengkakan saluran limfe
(6) Lihat dan raba payudara, pada kunjungan pertama pemeriksaan
payudara terhadap kemungkinan adanya benjolan yang tidak
normal. Lihatlah apakah payudara simetris atau tidak, putting
susu menonjol atau datar atau bahkan masuk. Putting susu yang
datar atau masuk akan mengganggu proses menyusui nantinya.
Apakah asinya sudah keluar atau belum. Lihatlah kebersihan areola
mammae adakah hiperpigmentasi areola mammae
g) Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi pada perut ibu.
Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak dan
presentasi janin, turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fundus
uteri dan denyut jantung janin.Sebelum memulai pemeriksaan abdomen,
penting untuk dilakukan hal– hal sebagai berikut:
(1)Mintalah ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya bila perlu
(2)Bantulah ia untuk santai. Letakkan sebuah bantal dibawah kepala dan
bahunya. Fleksikan tangan dan lutut. Jika ia gelisah bantulah ia untuk
santai dengan memintanya menarik nafas panjang.
(3)Cucilah tangan anda sebelum mulai memeriksa, keringkan dan
usahakan agar tangan perawat cukup hangat.
(4)Lihatlah bentuk pembesaran perut (melintang, memanjang, asimetris)
adakah linea alba nigra, adakah striae gravidarum, adakah bekas luka
operasi, adakah tampak gerakan janin, rasakan juga dengan
pemeriksaan raba adanya pergerakan janin. Tentukan apakah
pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilannya. Pertumbuhan
janin dinilai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur
kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri. Namun pada umur
kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala
78
telah turun atau masuk ke panggul. Pada kehamilan 12 minggu, tinggi
fundus uteri biasanya sedikit diatas tulang panggul. Pada kehamilan
24 minggu fundus berada di pusat. Secara kasar dapat dipakai
pegangan bahwa setiap bulannya fundus naik 2 jari tetapi perhitungan
tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksa sangat
bervariasi. Agar lebih tepat dianjurkan memakai ukuran tinggi fundus
uteri dri simfisis pubis dalam sentimeter dengan pedoman sebagai
berikut:
h) Umur kehamilan Tinggi fundus uteri
(1) 20 minggu 20 cm
(2) 24 minggu 24 cm
(3) 28 minggu 28 cm
(4) 32 minggu 32 cm
(5) 36 minggu 34- 46 cm
Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena
pertumbuhan janin. Pada kunjungan pertama, tingginya fundus
dicocokkan dengan perhitungan umur kehamilan hanya dapat
diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT). Bila HPHT tidak
diketahui maka umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari
tingginya fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tingginya fundus uteri
perlu diperiksa untuk melihat pertumbuhan janin normal, terlalu
kecil atau terlalu besar.
5. Obat-obatan selama kehamilan
WHO memperkirakan sebanyak lebih dari 90% wanita hamil yang
mengkonsumsi obat yang diresepkan maupun obat bebas, obat sosialisasi (misalnya
alcohol atau tembakau) atau obat terlarang.
2-3% dari seluruh cacat bawaan disebabkan oleh obat-obatan.
Obat berpindah dari ibu ke janin terutama melalui plasenta (ari-ari), yaitu melalui
jalan yang sama yang dilalui oleh zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.
Di dalam plasenta, obat dan zat gizi di dalam darah ibu melewati selaput tipis
yang memisahkan darah ibu dengan darah janin.
Obat yang diminum oleh wanita hamil bisa mempengaruhi janin melalui
beberapa cara:
79
a. Secara langsung bekerja pada janin, menyebabkan kerusakan, kelainan
perkembangan atau kematian
b. Mempengaruhi fungsi plasenta, biasanya dengan cara mengkerutkan pembuluh
darah dan mengurangi pertukaran oksigen dan zat gizi diantara janin dan ibu
c. Menyebabkan otot rahim berkontraksi sekuat tenaga, yang secara tidak langsung
mencederai janin dengan mengurangi aliran darah ke janin.
Pengaruh obat terhadap janin tergantung kepada tingkat perkembangan janin dan
dosis serta kekuatan obat.
Obat tertentu yang diminum pada awal kehamilan (sebelum hari ke 17 setelah
pembuahan), bisa menyebabkan kematian janin atau tidak mempengaruhi janin sama
sekali. Pada saat ini janin sangat kebal terhadap cacat bawaan.
Pada hari ke 17-57 setelah pembuahan (dimana organ tubuh mulai terbentuk),
janin sangat rentan terhadap terjadinya cacat bawaan.
Obat yang sampai ke janin bisa menyebabkan keguguran, cacat bawaan yang terlihat
jelas atau cacat yang baru tampak di kemudian hari.
Obat yang diminum setelah organ tubuh janin terbentuk sempurna, memiliki
peluang yang kecil untuk menyebabkan cacat bawaan yang nyata, tetapi bisa
menyebabkan perubahan dalam pertumbuhan dan fungsi organ dan jaringan yang
telah terbentuk secara normal.
1) Obat anti kangker
Jaringan janin tumbuh dengan kecepatan tinggi, karena itu sel-selnya yang
membelah dengan cepat sangat rentan terhadap obat anti-kanker.
Banyak obat anti-kanker yang bersifat teratogen, yaitu dapat menyebabkan cacat
bawaan seperti:
a) IUGR (intra uterine growth retardation, hambatan pertumbuhan di dalam
rahim)
b) Rahang bawah yang kurang berkembang
c) Celah langi-langit mulut
d) Kelainan tulang tengkorak
e) Kelainan tulang belakang
f) Kelainan telinga
g) Clubfoot (kelainan bentuk kaki)
h) Keterbelakangan mental.

80
2) Talidomid
Obat ini sudah tidak diberikan lagi kepada wanita hamil karena bisa
menyebabkan cacat bawaan.
Talidomid pertama kali diperkenalkan pada tahun 1956 di Eropa sebagai obat
influenza dan obat penenang.
Pada tahun 1962, talidomid yang diminum oleh wanita hamil pada saat organ
tubuh janinnya sedang terbentuk, ternyata menyebabkan cacat bawaan berupa
lengan dan tungkai yang terbentuk secara tidak sempurna, kelainan usus, jantung
dan pembuluh darah
3) Pengobatan kulit
Isotretinoin yang digunakan untuk mengobati jerawat yang berat, psoriasis
dan kelainan kulit lainnya bias menyebabkan cacat bawaan.
Yang paling sering terjadi adalah kelainan jantung, telinga yang kecil dan
hidrosefalus (kepala yang besar). Resiko terjadinya cacat bawaan adalah sebesar
25%.
Etretinat juga bias menyebabkan cacat bawaan.
Obat ini disimpan di dalam lemak dibawah kulit dan dilepaskan secara perlahan,
sehingga efeknya masih bertahan sampai 6 bulan atau lebih setelah pemakaian
obat dihentikan. Karena itu seorang wanita yang memakai obat ini dan
merencanakan untuk hamil, sebaiknya menunggu paling tidak selama 1 tahun
setelah pemakaian obat dihentikan.
4) Hormon seksual
Hormon androgenik yang digunakan untuk mengobati berbagai kelainan
darah dan progestin sintetis yang diminum pada 12 minggu pertama setelah
pembuahan, bisa menyebabkan terjadinya maskulinisasi pada kelamin janin
perempuan.
Klitoris bias membesar dan labia minora menutup.
Efek tersebut tidak ditemukan pada pemakaian pil KB karena kandungan
progestinnya hanya sediki
Dietilstilbestrol (DES, suatu estrogen sintetis) bisa menyebabkan kanker
pada anak perempuan yang ibunya memakai obat ini selama hamil.
Anak perempuan ini di kemudian hari akan:
a) memiliki kelainan dalam rongga Rahim
b) mengalami gangguan menstruas
81
c) memiliki serviks (leher rahim) yang lemah sehingga bisa mengalami
keguguran
d) memiliki resiko menderita kehamilan ektopik
e) memiliki bayi yang meninggal sesaat sebelum atau sesaat sesudah
dilahirkan.
Jika ibu hamil yang memakai DES melahirkan anak laki-laki, maka kelak dia
akan memiliki kelainan pada penisnya.
5) Mecizilin
Meclizin yang sering digunakan untuk mengatasi mabok perjalanan, mual
dan muntah, bisa menyebabkan cacat bawaan pada hewan percobaan. Tetapi efek
seperti ini belum ditemukan pada manusia.
6) Obat anti kejang
Beberapa obat anti-kejang yang diminum oleh penderita epilepsi yang sedang
hamil, bisa menyebabkan terjadinya celah langit-langit mulut, kelainan jantung,
wajah, tengkorak, tangan dan organ perut pada bayinya. Bayi yang dilahirkan
juga bisa mengalami keterbelakangan mental.
obat anti-kejang yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah
trimetadion (resiko sebesar 70%) dan asam valproat (resiko sebesar 1%).
Carbamazepine diduga menyebabkan sejumlah cacat bawaan yang sifatnya
ringan.
Bayi baru lahir yang selam dalam kandungan terpapar oleh phenitoin dan
phenobarbital, bisa mudah mengalami perdarahan karena obat ini menyebabkan
kekurangan vitamin K yang diperlukan dalam proses pembekuan darah.
Efek ini bisa dicegah bila selama 1 bulan sebelum persalinan, setiap hari ibunya
mengkonsumsi vitamin K atau jika segera setelah lahir diberikan suntikan
vitamin K kepada bayinya.
Selama hamil, kepada penderita epilepsi diberikan obat anti-kejang dengan dosis
yang paling kecil tetapi efektif dan dipantau secara ketat.
Wanita yang menderita epilepsi, meskipun tidak memakai obat anti-kejang
selam hamil, memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melahirkan bayi
dengan cacat bawaan. Resikonya semakin tinggi jika selama hamil sering terjadi
kejang yang berat atau jika terjadi komplikasi kehamilan atau jka berasal dari
golongan sosial-ekonomi yang rendah (karena perawatan kesehatannya tidak
memadai).

82
7) Vaksin
Vaksin yang terbuat dari virus yang hidup tidak diberikan kepada wanita
hamil, kecuali jika sangat mendesak.
Vaksin rubella (suatu vaksin dengan virus hidup) bisa menyebabkan infeksi pada
plasenta dan janin.
Vaksin virus hidup (misalnya campak, gondongan, polio, cacar air dan
demam kuning) dan vaksin lainnya (misalnya kolera, hepatitis A dan B, influensa,
plag, rabies, tetanus, difteri dan tifoid) diberikan kepada wanita hamil hanya jika
dia memiliki resiko tinggi terinfeksi oleh salah satu mikroorganismenya.
8) Obat tiroid
Yodium radioaktif yang diberikan kepada wanita hamil untuk mengobati
hipertiroidisme (kelenjar tiroid yang terlalu aktif) bisa melewati plasenta dan
menghancurkan kelenjar tiroid janin atau menyebabkan hipotiroidisme (kelenjar
tiroid yang kurang aktif) yang berat.
Propiltiourasil dan metimazol, yang juga digunakan untuk mengatasi
hipertiroidisme, bisa melewati plasenta dan menyebabkan kelenjar tiroid janin
sangat membesar.
9) Obat hipoglikemik oral
Obat hipoglikemik oral digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada
penderita diabetes, tetapi seringkali gagal mengatasi diabetes pada wanita hamil
dan bisa menyebabkan bayi yang baru lahir memiliki kadar gula darah yang
sangat rendah (hipoglikemia). Karena itu untuk mengobati diabetes pada wanita
hamil lebih baik digunakan insulin.
10) Narkotika dan obat anti peradangan non steroid
Narkotika dan obat anti peradangan non-steroid (misalnya aspirin), jika
diminum oleh wanita hamil bisa sampai ke janin dalam jumlah yang cukup
signifikan. Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkotika bisa mengalami
kecanduan sebelum dilahirkan dan menunjukkan gejala putus obat dalam waktu
6 jam - 8 hari setelah dilahirkan.
Mengkonsumsi aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya dalam
dosis tinggi selama hamil, bisa memperlambat saat persalinan dan juga bisa
menyebabkan tertutupnya hubungan antara aorta dan arteri pulmoner sebelum
83
lahir. Dalam keadaan normal, hubungan tersebut menutup sesaat setelah bayi
lahir. Penutupan yang terjadi sebelum bayi lahir akan mendorong darah ke paru-
paru yang belum berkembang sehingga memberikan beban yang berlebihan
pada sistem peredaran darah janin. Jika digunakan pada akhir kehamilan, obat
anti peradangan non-steroid bisa menyebabkan berkurangnya jumlah cairan
ketuban.
Aspirin dosis tinggi bisa menyebabkan perdarahan pada ibu maupun bayinya.
Aspirin atau asam salisilat lainnya bisa menyebabkan peningkatan kadar
bilirubin dalam darah janin sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) dan kadang
kerusakan otak.
11) Obat anti cemas dan defresi
Jika diminum pada trimester pertama, obat anti-cemas bisa menyebabkan
cacat bawaan, meskipun efeknya belum terbukti. Jika digunakan selama hamil,
obat anti-depresi kebanyakan relatif aman, tetapi litium bisa menyebabkan cacat
bawaan (terutama pada jantung). Barbiturat (misalnya phenobarbital) yang
diminum oleh wanita hamil cenderung menyebabkan berkurangnya jaundice
yang biasa ditemukan pada bayi baru lahir.
12) Antibiotik
Tetracyclin bisa melewati plasenta dan disimpan di dalam tulang serta gigi
janin, bercampur dengan kalsium. Akibatnya pertumbuhan tulang menjadi
lambat, gigi bayi berwarna kuning dan emailnya lunak serta menjadi rentan
terhadap karies. Resiko terbesar terjadinya kelainan gigi terjadi jika tetrasiklin
diminum pada pertengahan sampai akhir kehamilan. Streptomycin atau
Canamycin bisa menyebabkan kerusakan pada telinga bagian tengah janin dan
kemungkinan menyebabkan ketulian. Chloramphenicol tidak berbahaya bagi
janin tetapi bisa menyebabkan penyakit yang serius pada bayi baru lahir, yaitu
sindroma bayi abu-abu. Ciprofloxacin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil
karena bisa menyebabkan kelainan sendi pada hewan percobaan.
Penicillin aman diberikan kepada wanita hamil. Kebanyakan antibiotik
golongan sulfa yang diminum di akhir kehamilan bisa menyebabkan jaundice
pada bayi baru lahir, yang bisa menyebabkan kerusakan otak
13) Obat antikoagulan
Janin sangat rentan terhadap antikoagulan (obat anti pembekuan) warfarin.
Cacat bawaan terjadi pada 25% bayi yang terpapar oleh obah ini selama
84
trimester pertama. Selain itu, bisa terjadi perdarahan abnormal pada ibu maupun
janin. Jika seorang wanita hamil memiliki resiko membentuk bekuan darah,
lebih baik diberikan heparin. Tetapi pemakaian jangka panjang selama
kehamilan bisa menyebabkan penurunan jumlah trombosit atau pengeroposan
tulang (osteoporosis) pada ibu.
14) Obat-obat untuk jantung dan pembuluh darah
Beberapa wanita hamil memerlukan obat untuk penyakit jantung dan
pembuluh darah yang sifatnya menahun atau yang baru timbul selama
kehamilan (misalnya pre-eklamsi dan eklamsi). Obat untuk menurunkan tekanan
darah seringkali diberikan kepada wanita hamil yang menderita pre-eklamsi atau
eklamsi. Obat in bisa mempengaruhi fungsi plasenta dan digunakan secara
sangat hati-hati untuk mencegah kelainan pada janin.
Biasanya, kelainan timbul karena penurunan tekanan darah ibu berlangsung
terlalu cepat dan menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta.
ACE inhibitor dan thiazide biasanya tidak digunakan selama kehamilan
karena bisa menyebabkan masalah yang serius pada janin.
Digoxin (digunakan untuk mengatasi gagal jantung dan kelainan irama jantung)
bisa melewati plasenta tetapi efeknya terhadap bayi sebelum maupun setelah
lahir sangat kecil. Nitrofurantoin, vitamin K, sulfonamid dan Chloramphenicol
bisa menyebabkan pemecahan sel darah merah pada wanita hamil dan janin
yang menderita kekurangan G6PD. Karena itu, obat-obatan tersebut tidak
diberikan kepada wanita yang menderita kekurangan G6PD.
6. Persiapan melahirkan
Sebagai calon ibu, pasti ada kebingungan mengenai apa yang harus dilakukan
dan dipersiapkan demi menyambut buah hati.Memasuki masa kehamilan yang
sudah makin dekat dengan hari perkiraan kelahiran, maka makin banyak persiapan
yang perlu dilakukan dan terkadang membuat bingung para ibu baru. Agar proses
melahirkan lancar, ada baiknya Anda mengetahui dan mencatat baik-baik apa yang
akan dibutuhkan dan dipersiapkan. Bekal persiapan melahirkan bagi calon ibu –
alau dokter Persiapan Melahirkan
Begitu banyak hal yang perlu diperhatikan demi menyambut kedatangan buah
hati tercinta. Mulai dari rumah sakit, peralatan pribadi sebagai alat pendukung,
bahkan jangan lupakan persediaan makanan untuk suami selama menunggu Anda
dirawat.
85
a. Persiapkan rumah sakit dan dokter
Kedua hal ini penting untuk Anda persiapkan jauh sebelum hari kelahiran.
Mulailah mencari informasi mengenai dokter kandungan yang tepat untuk
persalinan Anda sejak masa awal kehamilan Anda.
b. Pemilihan dokter akan memengaruhi pilihan rumah sakit Anda karena Anda
umumnya hanya dapat memilih rumah sakit tempat dokter Anda praktik. Oleh
karena itu Anda perlu banyak mencari informasi, seperti apakah dokter Anda
praktik di rumah sakit lain, apakah peraturan dan suasana rumah sakit tersebut
cocok dengan Anda, kemudian yang juga perlu Anda pikirkan adalah jarak
rumah Anda ke rumah sakit tersebut.
c. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya selama masa kehamilan Anda.
Cobalah untuk bertanya pada dokter atau petugas di bagian unit persalinan,
apakah Anda dapat melihat-lihat fasilitas yang cukup, seperti kamar dan ruang
bersalin.
d. Barang yang perlu dibawa
Agar Anda nyaman saat berada di rumah sakit dan tidak ada yang tertinggal, ada
baiknya Anda mencatat beberapa hal di bawah ini.
e. Jam tangan untuk melihat seberapa sering kontraksi Anda.
f. Minyak untuk memijat agar Anda dapat lebih santai.
g. Pakaian yang nyaman untuk persalinan, seperti gaun yang sangat nyaman dan
sederhana.
h. Ikat atau jepit rambut perlu dipersiapkan agar rambut Anda tidak mengganggu
pada saat persalinan.
i. Buku atau majalah atau apa pun yang bisa membuat Anda merasa tenang
menjelang persalinan.
j. Peralatan mandi. Meski beberapa rumah sakit mempersiapkan peralatan mandi,
terkadang lebih nyaman jika kita menggunakan peralatan mandi sendiri.
k. Pakaian dalam tentu perlu dipersiapkan karena anda akan berada di rumah sakit
untuk beberapa hari.
l. Sedangkan untuk suami Anda, hal-hal yang perlu dibawa antara lain:
m. Baju ganti dan sandal yang nyaman perlu dibawa karena suami anda akan
menemani selama berada di rumah sakit. Sebelum persalinan hingga selesai
persalinan.

86
n. Makanan camilan dan minuman juga perlu dipersiapkan untuk menemani suami
Anda saat berada di rumah sakit.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk Anda dan bayi Anda setelah
melahirkan adalah:
1) Bra khusus menyusui.
2) Pembalut khusus ibu melahirkan sangat perlu dipersiapkan setidaknya 2 atau
3 bungkus. Pembalut ini tidak seperti pembalut biasa karena perlu menyerap
banyak darah yang keluar. Anda perlu mengganti pembalut ini setidaknya 1-
2 jam sekali agar tetap nyaman dan kebersihan Anda terjaga.
3) Baju bayi, popok, selimut, sarung tangan, dan kaus kaki perlu Anda
persiapkan. Beberapa rumah sakit mungkin mempersiapkan baju bayi, tapi
tidak ada salahnya membawa beberapa baju untuk bayi Anda.
4) Keranjang bayi.
5) Ketika nyeri persalinan muncul
6) Perbanyaklah berkonsultasi dengan dokter Anda mengenai apa saja yang
perlu – dilakukan ketika Anda mulai merasakan nyeri persalinan atau
kontraksi. Seperti bagaimana tanda-tanda awal atau kapan Anda perlu
berangkat ke rumah sakit untuk persalinan. Hal ini penting agar Anda tidak
perlu menunggu lama di rumah sakit hingga persalinan bisa dilakukan.
7. Pilihan Cara-cara Melahirkan
Metode melahirkan ada beragam, Anda dapat menyesuaikannya dengan kondisi
kesehatan pribadi dan metode melahirkan seperti apa yang Anda inginkan. Berikut
ini adalah beberapa pilihan cara melahirkan.
a. Melahirkan normal–Kebanyakan wanita merasa telah menjadi wanita seutuhnya
ketika mereka dapat melahirkan anaknya secara normal. Melahirkan normal
juga dipilih karena rasa sakit setelah melahirkan tidak lama, menyerupai proses
melahirkan caesar. Agar proses melahirkan Anda lancar, cobalah untuk belajar
mengatur pernapasan dengan mengikuti kelas melahirkan.
b. Operasi caesar – Operasi ini dilakukan dengan menyayat bagian perut hingga
rahim. Anda biasanya akan diberikan bius lokal sehingga tetap terbangun saat
proses berlangsung dan bisa melihat bayi Anda. Meski pada dasarnya dilakukan
karena kondisi tertentu, tidak jarang sebagian pasangan lebih memilih operasi
caesar karena takut mengalami rasa sakit kontraksi dari persalinan normal.
Operasi caesar ini dilakukan jika terjadi kondisi nyeri persalinan atau kontraksi
87
berjalan lambat (atau bahkan tidak terjadi sama sekali), bayi Anda terlalu besar
untuk dikeluarkan dengan cara normal, Anda memiliki masalah kesehatan
jantung, atau posisi bayi tidak memungkinkan untuk kelahiran normal.
c. Water birth – Proses melahirkan dengan metode water birth ini dilakukan di
dalam kolam kecil yang berisikan air hangat. Prosesnya yang dilakukan di
dalam kolam air hangat ini diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri pada saat
kontraksi dan melahirkan, sehingga Anda dapat merasa lebih nyaman. Meski
belum jelas, beberapa penelitian menyatakan bahwa proses water birth ini dapat
meminimalkan terjadinya kerobekan parah pada vagina dan dapat meningkatkan
aliran darah ke rahim.
d. Konsultasikan kepada dokter mengenai cara melahirkan seperti apa yang sesuai
dengan kondisi kesehatan Anda dan bayi dalam kandungan. Sehingga proses
melahirkan dapat berjalan lancar dan keselamatan Anda dan bayi dapat terjaga.
8. Pentingnya Suami yang Bersiaga
Suami tentunya perlu tahu beberapa hal mengenai kehamilan Anda, seperti
kapan perkiraan hari lahir agar ketika Anda mengalami kontraksi dan membutuhkan
bantuan, suami Anda sudah siap. Beri tahu suami anda apa yang harus dilakukan
ketika Anda mulai merasakan nyeri melahirkan. Misalnya saja dengan memijat atau
mengusap bagian punggung Anda atau menggunakan botol air hangat yang dilapisi
handuk untuk kompres.
Bicarakan dengan suami Anda tentang apa saja yang akan Anda butuhkan dari
dirinya. Hal ini penting agar proses melahirkan dan setelahnya dapat berjalan
dengan lancar. Terutama pada minggu pertama setelah melahirkan adalah saat-saat
Anda sangat membutuhkan bantuannya.

E. Nutrisi pada masa kehamilan


Nutrisi atau makanan yang sehat adalah mengenai cara memilih makanan yang
seimbang dan merasakan yang terbaik secara fisik serta mental bagi ibu hamil.
Sedangkan makan sehat adalah mengenai makan yang sesungguhnya dan menikmati
makanan tersebut. (Hunter& Dodds, 2005)
Makanan bergizi harus dipersiapkan sebelum seorang ibu berencana hamil.
Sehingga pada saat hamil, badan sudah terkondisikan dengan sangat baik untuk
pertumbuhan janin. Minggu-minggu pertama kehamilan adalah masa di mana organ

88
tubuh yang penting terbentuk. Kekurangan gizi pada saat ini dapat menimbulkan
kelainan pada bayi atau bahkan kelahiran prematur. Karena itu, gizi seimbang penting
untuk pertumbuhan janin.
Pertumbuhan sel yang cepat terjadi sejak dua minggu setelah konsepsi dan mulai
terbentuk plasenta. Minggu kedua hingga ke delapan terjadi pembentukan organ-organ
seperti jantung, paru-paru, ginjal, hati dan tulang. Volume darah pun meningkat drastis,
hingga sampai akhir kehamilan volume darah menjadi 4/3 kali volume darah normal.
Ini menyebabkan terjadinya pengenceran darah, sehingga kadar hemoglobin (Hb),
albumin, dan zat lain menurun.
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi
dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh
ibu, pengaliran makanan dari pembuluh darah ibu ke pembuluh darah janin melalui
plasenta. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat
menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Beberapa nutrisi penting yang diperlukan ibu hamil diantaranya adalah Sumber
kalori (Karbohidrat & Lemak), protein, asam folat, Vit B12, zat besi, zat seng, kalsium,
vitamin C, vitamin A, Vitamin D, vitamin B6, vitamin E. Sedangkan nutrisi yang
dibutuhkan bagi jani dalam kandungan diantaranya DHA, gangliosida (GA), asam folat,
zat besi, EFA, FE dan kolin.
1. Sumber Kalori
Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi sehat bila tingkat kesehatan dan
gizinya berada pada kondisi baik. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 % ibu
hamil di indonesia menderita Kurang Energi Kronis (KEK) dan 51 % menderita
anemia, dan ini menyebabkan kecenderungan melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan.
Kebutuhan energi untuk kehamilan normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori
selama 280 hari, hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300
kalori setiap hari selama kehamilan.
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal, kemudian
sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir
kehamilan. Energi tambahan untuk trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan
ibu seperti, penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta
89
penumpukan lemak. Selama trimester III tambahan energi digunakan untuk
pertumbuhan janin dan plasenta
Sumber energi utama bagi ibu hamil adalah Kabohidrat dan lemak. Sumber
karbohidrat antara lain nasi, roti, sereal dan gandum. Agar kebutuhan karbohidrat
terpenuhi disarankan makan 3 porsi karbohidrat setiap hari. Lemak juga
menghasilkan energi, dan menghemat protein untuk dimanfaatkan dalam fungsi-
fungsi pertumbuhan. Lemak digunakan untuk pembentukan materi membran sel dan
pembentukan hormon, pembentukan jaringan lemak, disamping itu lemak membantu
tubuh untuk menyerap nutrisi. Namun demikian dalam kondisi hamil asupan lemak
juga harus dibatasi karena kandungan kalorinya yang tinggi.
a. Protein
Sama halnya dengan energi, selama kehamilan kebutuhan protein juga
meningkat, bahkan sampai 68 % dari sebelum kehamilan. Hal ini dikarenakan
protein diperlukan untuk pertumbuhan jaringan pada janin. Jumlah protein yang
harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g, yang
tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Dianjurkan penambahan
protein sebanyak 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari
asupan protein dapat mencapai 75 – 100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori).
b. Asam Folat
Asam folat termasuk vitamin B komplek, yakni vitamin B9. Kebutuhan
asam folat pada ibu hamil dan usia subur sebanyak 400 mikrogram perhari atau
setara dengan 2 gelas susu. Folat didapatkan dari sayuran berwarna hijau
(seperti bayam, asparagus), jeruk, buncis, kacang-kacangan dan roti gandum.
Selain itu folat juga dapat didapatkan dari suplementasi asam folat.
Dalam tubuh, asam folat berfungsi sebagai ko-enzym dalam sintesa asam
amino dan asam nukleat. Folat juga diperlukan pada pembentukan dan
pematangan sel darah merah dan sel darah putih di sumsum tulang. Selain itu
folat juga berperan sebagai pembawa karbon tunggal pada pembentukan heme
pada molekul hemoglobin. Kekurangan asam folat menyebakan gangguan
metabolisme DNA. Akibatnya terjadi perubahan dalam morfologi inti sel,
terutama pada sel-sel yang cepat membelah seperti erytrosit, leukosit, sel epitel
lambung dan usus, epitel vagina dan servik uterus. Pada ibu hamil, folat
memegang peranan penting dalam perkembangan embrio, diantaranya adalah

90
pembentukan neural tube pada bulan pertama kehamilan. Neural tube inilah
sebagai awal pembentukan otak dan sumsum tulang belakang.
Di Jakarta, tiga dari lima atau 60 % wanita usia subur memiliki kadar folat
kurang dari kadar folat ideal. Kekurangan folat dapat terjadi karena intake
makanan berkurang, gangguan absorbsi pada pencernaan, alkoholis, pengaruh
obat, atau kebutuhan internal yang meningkat karena pertumbuhan sel yang
cepat misalnya pada kehamilan, ibu menyusui, anemia hemolitik dan leukimia.
Kekurangan asam folat pada ibu hamil menyebabkan meningkatnya resiko
anemia, keguguran, neural tube defect. Pada janin kekurangan asam folat akan
meningkatkan resiko bayi lahir dengan berat badan rendah atau lahir dengan
cacat bawaan, kecacatan pada otak dan sumsum tulang belakang, down’s
syndrome, bibir sumbing, kelainan pembuluh darah, dan lepasnya plasenta
sebelum waktunya.
c. Zat Besi
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi selama kehamilan. Ibu hamil pada umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya sedikit memberi zat besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolism besi normal. Zat besi dibutuhkan untuk pembetukan hemoglobin,
sedangkan selama kehamilan volume darah akan meningkat akibat perubahan
pada tubuh ibu dan pasokan darah bayi. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan dan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak, kematian janin dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, lahir
dengan berat badan rendah dan anemia pada bayi.
d. Kalsium
Janin mengumpulkan kalsium dari ibunya sekitar 25 sampai 30 mg sehari.
Paling banyak ketika trimester ketiga kehamilan. Ibu hamil dan bayi
membutuhkan kalsium untuk menguatkan tulang dan gigi. Selain itu kalsium
juga digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi.
Kalsium juga diperlukan untuk mengantarkan sinyal syaraf, kontraksi otot dan
sekresi hormon. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan, kalsium
yang dibutuhkan janin akan diambil dari ibu. Kebutuhan kalsium ibu hamil
adalah sekitar 1000 mg perhari. Sumber kalsium dari makanan diantaranya
product susu seperti susu, yoghurt. Ikan teri juga merupakan sumber kalsium
yang baik.
91
e. Vitamin C
Vitamin C yang dibutuhkan janin tergantung dari asupan makanan ibunya.
Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dari kerusakan dan
dibutuhkan untuk membentuk kolagen dan menghantarkan sinyal kimia di otak.
Wanita hamil setiap harinya disarankan mengkonsumsi 85 mg vitamin C per
hari. Anda dapat dengan mudah mendapatkan vitamin C dari makanan seperti
tomat, jeruk, strawberry, jambu biji dan brokoli. Makanan yang kaya vitamin C
juga membantu penyerapan zat besi dalam tubuh
f. Vitamin A
Vitamin A memegang peranan penting dalam fungsi tubuh, termasuk fungsi
penglihatan, imunitas, serta perkembangan dan pertumbuhan embrio.
Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan bayi berat
lahir rendah.

F. Pendidikan kesehatan untuk orang tua an kehamilan


1. Mempersiapkan pengalaman kelahiran melalui informasi, instruksi, latihan, dan
teknik.
2. Pendidikan tersebut berisi informasi :
a. Perawatan pranatal dan perencanaan kelahiran
b. Tumbuh kembang janin
c. Persiapan persalinan dan melahirkan
d. Perawaatan post partum dan BBL
3. Pelibatan para suami dan anggota lainnya dalam proses pelayanan aspek penting
4. Perencanaan pertolongan persalinan oleh ibu ataupun keluarga.
5. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan
6. Menyiapkan calon orang tua menjadi konsumen asuhan kebidanan yang
terinformasi
7. Membantu para orang tua dalam mencapai pengalaman persalinan dan kelahiran yg
positif, aman dan memuaskan
8. Membantu ibu dalam mengatasi ketidak nyamanan
a) Menyusun rencana kelahiran
Pendidikan Tujuan utama adalah kelahiran bayi yang sehat bagi orang tua yang
sehat

92
Kelahiran anak membantu pasangan menentukan pilihan :
1) Memilih penolong persalian
2) Menentukan tempat persalian
3) Memutuskan intervensi medis apa yang akan diterima
4) Memutuskan asuhan post partum
b) Program pendidikan prenatal
Metode pengajaran:
1) Pengajaran dan konseling individual
2) Kelompok dan kelas berstruktu
3) Tur fasilitas yang tersedia dan pilihan yang ditawarkan
Materi :
1) Perawatan pranatal dan perencanaan
2) Perkembangan janin
3) Persiapan persalinan dan kelahiran
Tanda bahaya
1) Keluar darah dari jalan lahir
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada
masa awal sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang
sedikit atau spotting disekitar waktu pertama haidnya. Perdarahan ini adalah
perdarahan implantasi, dan ini normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam
kehamilan, perdarahan ringan mungkin pertanda dari servik yang rapuh atau
erosi. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda
adanya infeksi
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang merah,
perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat
berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan
lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan kadang -
kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam
ini bisa berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta (Pusdiknakes, 2003).
2) Keluar air ketuban sebelum waktunya
Ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum persalinan
berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga

93
karena adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik dan
penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina. Penentuan
cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah
menjadi biru (Saifuddin, 2001).
3) Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan
terjadinya gejala -gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah.
Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun
kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari
eklampsia (Saifuddin,2001).
4) Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam)
Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke- 6.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum
dengan baik (Pusdiknakes, 2003).
5) Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya
infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat
baring, mi num banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu
(Saifuddin,2002).
Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya
mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian
menyebabkan timbulnya tanda atau gejala –gejala penyakit. Pada infeksi
berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat
terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003)
a) Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal
adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan
masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap,
dan tidak hilang setelah istirahat.
Hal ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit
radang pelviks, persalinan pre term, gastritis, penyakit kantong empedu,
94
iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya
(Pusdiknakes, 2003).
b) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit
kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat
Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu
mungkin menemukan bahwa penglihatannya men jadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2003).
c) Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda
Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada
kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa
terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung selama 10 minggu.
Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG dalam serum.
Mual dan muntah yang sampai mengganggu aktifitas sehari -hari dan
keadaan umum menjadi lebih buruk, dinamakan Hiperemesis
Gravidarum (Wiknjosastro,2001).
(1) Selaput kelopak mata pucat
(2) Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan
hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester I dan III, <10,5gr%>.
(3) Sakit perut yang hebat atau bertahan lama.
(4) Perdarahan atau terjadi bercak pada vagina
(5) Bocornya cairan atau perubahan dalam cairan yang keluar dari
vagina. Yakni jika menjadi berair, lengket, atau berdarah.
(6) Adanya tekanan pada panggul, sakit dipunggung bagian bawah atau
kram sebelum usia 37 minggu kehamilan.
(7) Pipis yang sakit atau terasa seperti terbakar.
(a) Sedikit pipis atau tidak pipis sama sekali.
(b) Muntah berat atau berulangkali.
(c) Menggigil atau demam di atas 101 º F(38,3 º C)

95
(d) Rasa gatal yang menetap diseluruh tubuh, khususnya jika
dibarengi kulit tubuh menguning, urine berwarna gelap, dan
(e) feses berwarna pucat.
(8) Gangguan penglihatan, seperti pandangan ganda, pandangan kabur,
buram, atau ada titik mata yang terasa, silau jika memandang
sesuatu.
(9) Sakit kepala berat yang bertahan l ebih dari 2-3 jam.
(10) Pembengkakan atau terasa berat akibat cairan (edema) pada tangan,
muka dan sekitar mata, atau penambahan
(11) berat badan yang tiba-tiba, sekitar 1 kilo atau lebih, yang tidak
berkaitan dengan pola makan.
(12) Kram parah yang menetap pada kaki ata u betis, yang tidak mereda
ketika ibu hamil menekuk lutut dan menyentuhkan lutut itu ke
hidung.
(13) Penurunan gerakan janin. Sebagai panduan umum, jika terjadi
kurang dari 10 gerakan dalam 12 jam pada kehamilan minggu ke –
26 atau lebih, artinya kondisi janin tidak normal.
(14) Trauma atau cedera pada daerah perut.
(15) Pingsan atau pusing-pusing dengan atau tanpa palpitasi (pupil mata
menyempit).
(16) Masalah kesehatan lain yang biasanya membuat ibu telepon ke
dokter, meski jika tidak sedang hamil (Herl, 2003).

96
DAFTAR PUSTAKA

http://viebidan.blogspot.co.id/2013/12/tanda-tanda-kehamilan.html. Di Akses Pada


Minggu, 20 Desember 2015. Pukul 10.03 WIB.

http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/tanda-tanda-kehamilan-dugaan.html. Di
Akses Pada Minggu, 20 Desember 2015. Pukul 10.03 WIB.

Hidayati Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada kehamilan fisiologis dan patologis.
Salemba medika. Jakarta
Purwaningsih W. Dan Fatmawati S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Nuha
Medika. Yogyakarta
Wikrijo Satro H. Et. Al. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Aprillia Y. Hipnostetri: rileks, nyaman, dan aman saat hamil & melahirkan. Jakarta:
Gagas Media; 2010.
Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan
dan KB untuk pendidikan bidan edisi 2. Jakarta: EGC; 2010.
Saifuddin AB. Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP; 2009.
Dewi,Vivian Nani Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.

97
Memahami konsep priode intranatal

A. Pengkajian jalan lahir dan bayi


B. Proses kelahiran dan persalinan
1. Teori persalinan
Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran
dari dalamrahim melalui jalan lahir. Persalinan adalah pengeluaran bayi
disusul dengan plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.Persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan ari% yang telah cukup bulan dan dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, ada bentuk persalinan, yaitu
a. Persalinan spontan
Persalinan berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir.".
b. Persalinan buatanProses persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuranProses persalinan didahului tindakan pemecahan ketuban,
pemberian pitocin/prostaglin. induksi persalinan mekanis menggunakan laminaria
stiff, persalinan dengan tindakan operasi.
2. Tanda-tanda dan fase persalinan
a. Kala 1: Kala pembukaan serviks
Proses pembukaan adalah sejak persalinan sampai pada pembukaan servick
lengkap pada primigravida 7-8 jam, terdiri dari fase yaitu :
1) Fase laten berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm lengkap His
masih lemah dengan fekuensi his jarang
2) Fase aktif
a) Fase akselerasi, lamanya 2 jam dengan pembukaan 2-3 cm
b) Fase dilatasi maksimal lamanya 2 jam dengan pembukaan lebih dari 9 cm
pembukaan lengkap. His 3-4 menit selama 45 detik. Pada multogravida
proses ini akan berlangsung lebih cepat
c) Fase deselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada orimigravida. Pada multigravida fase
laten, fase aktif, dan fase deselarasi lebih pendek.

98
b. Kalla II: Kala pengeluaran
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3
menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi
gelombang kontraksi sehingga konstraksi simetris dengan dominasi di fundus
uteri, mempunyai ampitude 40-60 mmHg, berlangsung 60-90 detik dengan
jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat relaksasi kurang dari 12 mmHg.
Pada primiggravida kala II berlangsung kira-kira 1 setengah jam dan pada multi
gravida setengah jam. Tanda objektif yang menunjukan tahap kedua dimulai
adalah sebagai berikut:
1) Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir
2) Adanya muntah
3) Aliran darah (show) meningkat
4) Ekstermitas bergetar
5) Semakin gelisah
6) Usaha ingin mengedan
Tanda-tanda ini sering kali muncul pada saat servick berdilatasi lengkap
pemantauan yang kontinyu pada tahan kedua dan mekanisme persalinan, respon
fsiologis dan respon emosi ibu serta respon janin terhadap stres.
c. Kalla III: kala uri ( kala pengeluaran flasenta)
Berlangsung 6-15 menit setelah janin di keluarkan. Tahan ketiga persalinan
bersalngsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir, tujuan penanganan kala III
adalah pelepasan dan pengeluara flasenta yag aman
d. Kalla IV: pengawasan hingga 1 jam setelah flasenta lair
Kalla ini sangat penting untuk menilai pendarahan (maksimal 500 ml) dan bayi
tidaknya kontraksi uterus, hingga lahirnnya uri sampai dengan 1-2 jam setelah
uri lahir. Tanda kala IV adalah banyaknya darah yang dikeluarkan.
e. Anatomi dan 5isiologi
Mekanisme persalinan merupakan proses adaptasi bagian kepala janin terhadap
segmen panggul, proses adaptasi tersebut meliputi:
1) Engagement
Merupakan mekanisme yang biasanya dimulai dari pintu atas
panggul dimana ubun-ubun kecil terletak di sebelah kiri
depan/disebelah kanan depan, kiri dan kanan berdasarkan ukuran
seseorang dari PAP bila digambarkan sebagai berikut:
99
a) Ukuran pintu atas panggul 10-11 cm
b) Ukuran melintang pintu atas panggul 12-18 cm
c) Ukuran seorang pintu atas panggul 11-12 cm
2) Descent (tutunnya kepala)
Penurunan kepala ini terjadi karena 4 hal, yaitu:
a) Tekanan cairan amnion
b) Tekanan langsung fundus uteric.
c) Kontraksi diafragma dan otot perut
d) Ekstensi dan pelurusan badan janin akibat kontraksi uterus
3) Fleksi ajunya kepala sampai kepala mendapat tahanan dari serviks, dinding
panggul atau dasar panggul.
4) Putaran paksi dalama.
a) Bagian terendah memutar ke depan ke bawah simpisis
b) Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
c) Terjadinya bersamaan dengan majunya kepalad.
d) Rotasi muka-belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar
panggul
5) Ekstensi
a) defleksi kepala
SBR mengarah kedepan dan atas
b) dua kekuatan pada kepala
(1) Mendesak ke bawah
(2) Tahanan dasar panggul menolak ke atas
c) Setelah sub oksiput tertahan pada pinggir bawah simpisis sebagai
hipomoclion menuju lahir lewat perineum = oksiput, muka, dan dagu
6) Putaran paksi lahir a.
a) Setelah kepala lahir: kepala memutar kembali ke arah punggung anak
b) Ukuran bahu menuju muka, bahu
7) Ekspulsi
Bahu depan di bawah simpisis: sebagai hipomoclion: lahir bahu belakang :
bahu depan: badan

100
3. Patofisiologi
His adalah salahsatu kekuatan pada ibu yang menyebabkan servick membuka
dan mendorong janin kebawah adalah pada letak kepala, bila His sudah cukup
kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.
kontraksi dimulai pada salah satu cornue tanduk uterus kiri atau kelenjar
ke seluruh miometrium sehingga menghasilkan kontraksi yang simetris.
Fundus uteri berkontraksi lebih kuat dan lebih lama dari bagian-bagian lain dari
uterus. Bagian tengah uterus berkontraksi pada uterus servick. Bagian bawah fundus
uteri tetap pasif atau kontraksi lemah. Setelah kontraksi terjadi
relaksasi tonus otot diluar his tidak seberapa jauh meningkat.
Pada waktu his kemudian keluar pada keadaan semula. tahap persalinan
a . Kala I yaitu pembukaan antara 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali
dalam 10 menit selama 40 detik
b . Kala II yaitu untuk memastikan apakah pembukaan sudah lengkap
atau kepala janin sudahtampak di vulva dengan diameter 5-6cm
c . Kala III yaitu pengeluaran aktif plasenta
d . Kala IV yaitu sejak lamanya plasenta 1 sampai dengan 2-4 jam setelah
persalinan dan keadaan itu menjadi stabil kembali.
4. Etiologi
Penyebab pasti partus masih merupakan teori yang kompleks antara lain oleh faktor
hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uteus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf
dan nutrisim, perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormon estrogen dan
frogesteron
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan urin, protein, g;ukosa, dan aseton
b. Pemeriksaan HB, golongan darah,hemtokrid, VDRL
c. Monitoring DJJ, dan FTH ( detak jantung janin) terutama berhubungan dengan
uterus.
6. Penatalaksnaan
a. Kala 1
1) Mengukur TTV dan PF
2) Auskultasi DJJ
3) Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasu uterus, penurunan presentasi
terendah dan kemajuan persalinan, serta perineum.
101
b. Kala II
mengajari ibu untuk mengejan
c. Kalla III
1) Pengawasan terhadap perdarahan
2) Memeperhatikan tanda plasenta lepas
d. Kala IV
1) Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan keadaan umum
2) Kontraksi rahim
3) Letakan bayi yang telah di bersihkan sebelah ibu
7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien intranatal adalah ketuban pecah
dini, persalinan preterm, kehamilan postmatur, prolaps tali pusat, rupture uterus,
kelahiran sesaria, inverse uterus, dan pendarahan postfartum dini.

C. Power dalam persalinan


Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau
kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
1. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
a. His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta
mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks
b. Kontraksi otot-otot dinding perut
c. kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d. ketegangan dan ligamentous action terutama ligamentum rotundum
2. Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
a. kontraksi simetris
b. fundus dominan
c. relaksasi
d. Involuntir : terjadi di luar kehendak

102
e. Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
f. Terasa sakit
g. Trkoordinasi
h. kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
3. Perubahan-perubahan akibat his :
a. Pada uterus dan servik
Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan
tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar
(effacement) dan terbuka (dilatasi).
b. Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada kenaikan nadi
dan tekanan darah.
c. Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul hipoksia
janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar
karena adanya iskemia fisiologis.
4. Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus diperhatikan
dari his:
a. Frekuensi his
Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau persepuluh menit.
b. Intensitas his
Kekuatan his diukurr dalam mmHg. Intensitas dan frekuensi kontraksi uterus
bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin
maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita
tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
c. Durasi atau lama his
Lamanya setiap his berlangsung diukurr dengan detik, misalnya selama 40 detik.
d. Datangnya his
Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
e. Interval
Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampe 3
menit
f. Aktivitas his
Frekuensi x amplitude diukur dengan unit Montevideo.
103
5. Pembagian his:
a. His pendahuluan :
b. His pembukaan (Kala I)
c. His pengeluaran (His mengedan)(Kala II)
d. His pelepasan uri (Kala III)
e. His pengiring (Kala IV)
6. His palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung
kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari
sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu
dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai
pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
7. Kelainan kontraksi otot rahim
a. Inertia Uteri
1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang
terbagi menjadi:Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya
sudah lemah
2) Inertia uteri sekunder:
His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian
terendah terdapat
kaput dan mungkin ketuban telah pecah.
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin
sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit,
puskesmas atau ke dokter spesialis.
b. Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan
reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
1) Persalinan Presipitatus
2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal
3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
a) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan
b) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan, inversio
uteri
104
c) Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin
dalam rahim
c. Inkoordinasi otot rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya
kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran
janin dari dalam rahim.
Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:
1) Faktor usia penderita relatif tua
2) Pimpinan persalinan
3) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4) Rasa takut dan cemas

D. Respon Ibu Terhadap Persalinan


Respon ibu dan janin terhadap persalinan Jenis pangul yang adekuat untuk
persalinan Caldwell dan Moloy (1933, 1934) mengembangkan klasifikasi panggul yang
masih digunakan. Klasifikasi ini didasarkan pada bentuk panggul dan untuk memahami
mekanisme persalinan pada panggul yang berbentuk normal dan yang abnormal. Suatu
garis ditarik melalui diameter transversal terbesar di pintu atas dan dibagi menjadi
segmen anterior dan posterior sebagai berikut: jenis panggul
1. Panggul Ginekoid
Biasanya dimiliki oleh panggul wanita hampir 50 %, diameter sagital posterior pintu
atas hanya sedikit lebih pendek dari sagital anterior. Sisi samping segmen posterior
berbentuk bulat dan lebar, dinding samping panggul lurus, spina tidak menonjol,
sacrum tidak miring ke anterior atau posterior.
2. Panggul Android
Diameter sagital posterior PAP jauh lebih pendek daripada sagital anterior, sehingga
membatasi penggunaan posterior oleh kepala janin, sisi samping segmen posterior
membentuk, panggul anterior sempit dan berbentuk segitiga. Panggul yang ekstrim
android menandai prognosis yang sangat buruk untuk kelahiran per vaginam
ditemukan pada wanita kulit putih.

105
3. Panggul Antropoid
Diameter anteroposterior pintu atas lebih besar daripada transversal, berbentuk
lonjong, segmen anterior agak sempit dan runcing. Lebih sering pada wanita bukan
kulit putih.
4. Panggul Platipeloid
Diameter anterioposterior nya lebih pendek dari transversal yang lebar. Sudut
panggul anterior sangat lebar. Sacrum biasanya lengkungannya bagus dan melingkar
kearah dalam. Biasanya ditemukan kurang dari 3 % wanita. e. Panggul-panggul tipe
antara Jauh lebih sering dari pada tipe murni. Misalnya sebuah panggul ginekoid
dengan kecenderungan android, berarti panggul posterior adalah ginekoid dan
panggul anterior adalah android.  Perkiraan Ukuran Rata-rata Panggul Wanita
Normal 1) Pintu atas panggul (pelvic inlet) Diameter transversa (DT) + 13.5 cm.
Conjugata vera (CV) +12.0 cm. Jumlah ratarata kedua diameter minimal 22.0 cm. 2)
Pintu tengah panggul (mid pelvis) Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter
anterior posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.
3) Pintu bawah panggul (pelvic outlet) Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm.
Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0
cm. Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul
tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.
Perbandingan Tipe panggul pintu atas ginekoid Sedikit lonjong, dan bulat
Sedang; urus android berbentuk kiri hati, antropoid oval, anteroposterior lebar
Platipeloid lebih Sisi anteroposteri or pipih, kirikanan lebar. Dangkal Lurus kanan
bersudut dalam konvergen dalam lurus menonjol, diameter Kedalama Dinding tepi
Spina iskiadika Tumpul, agak Menonjol, jauh terpisah diameter interspinosa sempit
interspinosa seringkali sempit tumpul.

E. Managemen persalinan normal


1. Pengertian
Manajemen persalinan/kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. (Menurut buku 50 tahun IBI, 2007)

106
Manajemen persalinan/kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. (Menurut Depkes RI, 2005)
Manajemen persalinan/kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
(Menurut Helen Varney (1997)
Manajemen persalinan/kebidanan adalah Teori yang ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan dalam rangkaian proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan
tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien.
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan
lebih kritis dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk mengambil
keputusan. Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses manajemen
kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data
sampai dengan evaluasi.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh
ACNM (1999) terdiri atas:
a. Mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan secara
sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap
klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasar interpretasi data
dasar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan
masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
d. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga mampu membuat
keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
f. Secara pribadi, bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual.
g. Melakukan konsultasi perencanaan, melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi, dan merujuk klien untuk mendapat asuhan selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komp

107
i. likasi dalam situasi darurat jika terdapat penyimpangan dari keadaan
normal.Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

2. Langkah-langkah Manajemen persalinan/Kebidanan Menurut Verney Hellen


a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pengumpulan data dasar dilakukan untuk mengevaluasi keadaan pasien termasuk
didalamnya, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, catatan rumah sakit sebelum
atau baru, data laboratorium.
b. Langkah II (Interprestasi Data Dasar
Identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klain
berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah dan diagnosa
keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi dibutuhkan penaganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana
asuhan terhadap klien.
c. Langkah III (Antisipasi Masalah atau Diagnosa Potensial
Setelah didapatkan masalah atau diagnosa, maka masalah tersebut dirumuskan
mencakup masalah potensial yang berkaitan dengan diagnosa kebidanan adalah
merupakan masalah yang mungkin timbul apabila tidak segera ditanggulangi
maka dapat mempegaruhi keselamatan hidup pasien/klien. Oleh sebab itu
masalah potensial haruslah segera diatasi, dicegah dan diawasi serta segera
dipersiapkan untuk mengatasinya.
d. Langkah IV (Tindakan segera atau Kolaborasi
Beberapa hal yang mencerminkan kesinambungan dan kegiatan yang dilakukan
dari mulai ANC sampai persalinan. Dalam langkah tersebut mencakup kegiatan
yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi ataupun rujukan. Bisa jadi dalam
kegiatan ini dapat mengumpulkan data baru yang kemudian dievaluasi bila
menunjukan klien gawat dapat direncanakan tindakan segera baik mandiri
maupun kolaborasi.
e. Langkah V (Rencana Manajemen)
Perencanaan asuhan kebidanan merupakan lanjutan dan masalah atau diagnosa
yang telah ada. Di dalam langkah ini bidan dapat mencari informasi yang

108
lengkap dan memberi informasi tambahan. Pesencanaan asuhan yang mencakup
kegiatan bimbingan, penyuluhan dan rujukan pada klien.
f. Langkah VI (Pelaksanaan)
Dalam langkah pelaksanaan ini, bidan dapat melakukan secara mandiri
kolaborasi maupun rujukan, namun bidan tetap bertanggung jawab untuk terus
mengarahkan pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan.
g. Langkah VII (Evaluasi)
Menjelaskan tentang penilaian atau evaluasi terhadap asuhan yang telah
dilaksanakan apakah efektif atau tidak, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan
apakah perlu mengulang kembali rencana asuhan pemeriksaan fisik seterusnya
(Varney, 1997)
3. Pendokumentasian metode SOAP
a. Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan bermanfaat bagi
bidan atau pemberian asuhan yang lain maulai dari data subjektif, objektif,
assessment atau planning.
b. Tujuan catatan SOAP :
1) Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan.
2) Memungkinkan berbagai informasi antara pemberian asuh
3) Menfasilitasi asuhan yang berkesinambungan
4) Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan
5) Memberikan data untuk catatan nasional, riset dan statistic, mortalitas dan
morbilitas.
6) Meningkatkan pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu tinggi
kepada pasien
c. Manfaat catatan SOAP
1) Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang
sistematis yang mengorganisir pertemuan data kesimpulan bidan menjadi
rencana asuhan.
2) Metode ini merupakan penyaringan intisari dari proses pelaksanaan
kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.
3) SOAP merupakan urutan-urutan dalam mengorganisir pikiran bidan dan
pemberian asuhan yang menyeluruh

109
d. Tahab-tahab manajemen SOAP
1) (S) Subjektif : Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dikatakan
oleh klien.
2) (O) Objektif : Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan
oleh bidan saat melakukan pemeriksaan dari hasil laboratorium
3) (A) Assesment : Kesimpulan yang dibuat untuk mengambil suatu diagnosa
berdasarkan data subjektif dan data objektif.
4) (P) Planning : Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan
kesimpulan. (Pusdiknakes, 2003)
4. Mekanisme persalinan
Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada
waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan persalinan”Keseluruhan
58 standar dan langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan
tujuan, dan harus dikuasai seorang perawat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
b. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan
ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah
partus set.
c. Memakai celemek plastik.
d. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air
mengalir.
e. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
f. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin
dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
g. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum.
h. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah.
i. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%.
j. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ
dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
110
k. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta
ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
l. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman.
m. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
n. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
o. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
p. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
q. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
r. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
s. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang
handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.
t. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
u. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
v. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
w. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
x. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk
tangan kiri diantara kedua lutut janin)
y. Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas
tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif

111
z. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
aa. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
bb. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi
baik.
cc. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
dd. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
ee. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
ff. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
gg. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala
bayi.
hh. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
ii. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
jj. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
kk. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso-kranial).
ll. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-
hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
112
mm. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan
kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
nn. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
oo. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
pp. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
qq. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
rr. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
ss. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral.
tt. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
uu. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
vv. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
ww. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
xx. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
yy. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
zz.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
aaa. embersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan
kering.
bbb. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
ccc. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
113
ddd. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
eee. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
fff. Melengkapi partograf.
Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin
dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada
penyimpangan / masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan
memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang
menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan.
Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal)
terhadap garis perjalanan waktu (horisontal).

F. Pain managemen selama persalinan


Nyeri persalinan. Pasti semua ibu hamil yang bakal bersalin ngerasa takut untuk
menghadapi persalinan.Tapi sebenarnya secara keilmuan di dalam literatur
menyebutkan bahwa nyeri persalinan itu dapat ditangani alias diobati. Memang tidak
sampai hilang namun setidaknya dapat membuat nyaman sang ibu. Kalau sekarang sih
sudah banyak ibu hamil yang akan bersalin menggunakan operasi sesar untuk
mengatasi rasa nyerinya atau takut nyeri. Tapi kata orang jaman dulu kalau "wanita
adalah orang yang melahirkan secara normal yang memang melalui jalan lahir".
Sebenarnya kalau harus operasi karena takut sama nyeri itu terlalu kekanak-kanakan,
kalau memeng tidak mau merasakan nyeri ya tidak usah punya anak. kecuali harus
melakukan operasi karena ada indikasi. Jadi tidak perlu merasa takut dengan nyeri
persalinan karena sebenarnya dapat di atasi baik secara farmakologis maupun
nonfarmakologis. Untuk lebih jelasnya silahkan konsultasi ke dokter kandungan/bidan
anda.
1. Metode farmakologis
a. Pethidin
Pethidin merupakan salah satu metode pengurangan rasa sakit yang dilakukan
dengan menyuntikkan pethidine di paha atau pantat. Masa kerjanya bisa
mencapai 4 jam dan dapat menimbulkan rasa kantuk (walaupun ibu tetap dalam
keadaan sadar) serta kadang-kadang juga dapat menimbulkan rasa mual. Efek

114
pethidin, yang merupakn turunan morfin ini, tidak hanya dirasakan oleh ibu,
tetapi juga oleh janin. Janin ikut mengantuk dan agak lemas. Oleh karena itu,
cara ini sudah jarang digunakan (Andriana, 2007).
b. ILA (Intra Thecal Labor Anlegesia)
Tujuan utaman tindakan ILA (Intra Thecal Labor Anlegesia) ialah untuk
mengilangkan nyeri persainan tanpa menyebabkan blok motorik, sakitnya hilang
tetapi tetap bisa mengejan, yang dapat dicapai dengan menggunakan obat-obat
anastesia (Judha, 2012).
c. Anastesi Epidural
Metode ini paling sering dilakukan karena memungkinkan ibu untuk tidak
merasakan sakit tanpa tidur. Obat anastesi disuntikkan pada rongga kosong tipis
(epidural) diantara tulang punggung bagian bawah. Pemberian obat ini harus
diperhitungkan agar tidak ada pengaruhnya pada kala II persalinan, jika tidak
maka ibu akan mengedan lebih lama (Judha, 2012).
d. Entonox
Entonox merupakan metode penggurangan rasa sakit lewat inhalasi atau
penghirupan, menggunakan campuran oksigen dan oksida nitrogen (nitrous
oxide). Saat kontraksi datang, ibu dapat menghirup obat ini dengan
menggunakan masker.
Entonox bekerja langsung pada otak ibu, dengan mematikan rasa sakit yang
ditangkap oleh otak. Obat bius hirup ini memberikan efek ringan dan baru
bekerja 30 menit setelah digunakan serta tidak berdampak apapun pada janin
(Andriana, 2007).
2. Metode non farmakologis
a. Aromaterapi
Aromaterapi/bau-bauan yang menyenangkan dan memberikan rasa nyaman serta
relaksasi pada tubuh dan pikiran ibu akan mereduksi nyeri dan cemas, sehingga
nyeri akan berkurang (Yuliatun, 2008).
b. Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS) membantu menurunkan
nyeri dengan cara menstimulasi pelepasan endorphin. TENS terdiri atas baterai
kecil dalam generator dihubungkan oleh satu atau dua elektroda yag ditempelkan
pada kulit. TENS merupakan alat penurun nyeri yang bersifat noninfasif dan
murah, tidak mempunyai efek samping (seperti iritasi kulit pada area elektroda)
115
dan dapat dikontrol oleh ibu sendiri. TENS adalah alat yangportable dapat
dibawa ke mana-mana) dan tidak mengganggu pergerakan ibu.
c. Relaksasi
Sebagian besar ibu hamil mengalami ketakutan terhadap nyeri persalinan
yang akan mereka alami. Selama persalinan, ketakutan akan menyebabkan dan
meningkatkan rasa nyeri persalinan. Sementara itu, relaksasi menyebabkan
penurunan ketegangan yang dialami ibu bersalin maupun bayinya dan lebih
efektif bila dilakukan sejak masa kehamilan.
Beberapa manfaat relaksasi untuk ibu diantaranya yaitu stres ibu bersalin
berkurang atau teratasi sehingga ibu mempunyai pengalaman yang positif
tentang persalinan dan aliran darah tubuh tidak dialihkan dari uterus sehingga
mencegah kelelahan, terutama pada otot uterus (Yuliatun, 2008).
d. Teknik Pernafasan
Pada umumnya, metode relaksasi berfokus pada pengontrolan pernafasan
dan memastikan proses pernafasan berfungsi dengan baik. Saat ibu bersalin
mengalami rasa takut, pernafasan menjadi dangkal dan cepat, bahu tertarik ke
depan atas mendekati telinga dan leher disertai rasa kaku dan kencang. Hal
tersebut merupakan reaksi yang umumnya saat menghadapi situasi stressful atau
situasi yang menakutkan. Keadaan tersebut normal, namun tubuh tidak dapat
terus menerus dalam kondisi tersebut dala waktu yang lama tanpa merasa
kelelahan. Pernafasan yang terjadi saat ibu mengalami panik menyebabkan
hilangnya suplai oksigen pada tubuh ibu dan bayi sehingga dibutuhkan teknik
pernafasan yang baik (Yuliatun, 2008).
e. Kompres Panas / Dingin
Kompres panas meningkatkan suhu kulit lokal, sirkulasi, dan metabolisme
jaringan. Kompres panas mengurangi spasme otot dan meningkatkan ambang
nyeri. Kompres panas lokal atau selimut hangat akan menenangkan wanita.
Sedangkan kompres dingin terutama berguna untuk nyeri musculoskeletal atau
sendi. Kompres dingin mengurangi ketegangan otot (lebih lama dibandingkan
dengan kompres panas). Kompres dingin juga mengurangi pembengkakan dan
menyejukkan bagi kulit (Simpkin, 2005).
f. Intradermal Water Blocks
Intradermal Water Blocks atau yang disebut injeksi intra kutan air steril
menurunkan nyeri tulang belakang (low back pain) selama persalinan.
116
Intradermal water block terdiri atas empat injeksi aquabides (water steril)
intradermal dosis 0,05-0,1 mL dengan menggunakan syringe 1 mL, 25 gauge
needle. Injeksi disemprotkan dalam waktu 20-30 detik. Penggunaan larutan
saline untuk menggunakan water steril menyebabkan penurunan nyeri pada
umumnya namun kurang efektif untuk menurunkan nyeri pinggang (Yuliatun,
2008).
g. Hidroterapi
Air merupakan hal yang mengagumkan dalam penurunan nyeri. Saat
persalinan air dapat membuat ibu menjadi rileks, membawa perasaan seolah
berada pada dunia sendiri tanpa seorang pun masuk didalamnya. Hidroterapi
dapat dilakukan dengan cara menyiram tubuh dengan shower ke area punggung,
atau perut untuk menurunkan stimulus nyeri akibat kontraksi. Selain itu,
hidroterapi dapat juga dilakukan dengan cara berendam dalam kolam atau bak
untuk persalinan dan berakhir sampai bayi lahir. Teknik ini lebih dikenal dengan
nama waterbirth.
Penggunaan hidroterapi tersebut tidak dapat menghilangkan nyeri secara
keseluruhan, namun hidroterapi dapat membuat ketidaknyamanan selama
persalinan dapat diatasi (Yuliatun, 2008).
h. Akupresur
Akupresur merupakan ilmu penyembuhan yang berasal dari Tionghoa dan sudah
dikenal lebih dari 500 tahun yang lalu (Yuliatun, 2008). Akupresur merupakan
pengembangan diri teknik akupuntur. Nyeri persalinan dapat dikontrol dengan
memberikan stimulus, salah satu stimulus tersebut adalah akupresur. Akupresur
akan merangsang produksi endorphin local, selain itu akupresur menutup
gerbang terhadap rasa nyeri yaitu dengan mempertimbangkan tempat penekanan
dalam mengontrol nyeri persalinan. Teknik akupresur ini juga dikenal sebagai
masase shiatsu (Judha, 2012).
i. Hypnobirthing
Hypnobirthing merupakan penggunaan metode hipnotis untuk mencapai
relaksasi maksimum dan rasa nyaman selama proses persalinan. Ibu bersalin
yang menggunakan metode hypnobirthing akan merasakan rileks, tenang, dan
tetap dapat mengontrol dirinya.
Metode hypnobirthing merupakan manajemen nyeri persalinan
nonfarmakologi yang tidak mempunyai efek merugikan bagi ibu dan janin.
117
Metode ini mengajarkan pada ibu bahwa persalinan merupakan proses yang
menyenangkan sehingga endofrin pada tubuh ibu bersalin meningkat yang akan
menghilangkan rasa tidak nyaman, nyeri, dan meminimalkan penggunaan
medikasi (Yuliatun, 2008).
j. Massage
Umunnya ada dua teknik pemijatan yang dilakukan dalam persalina,
yaitu effleurage dancountepressure. Effleurage adalah teknik pemijatan berupa
usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak terputus-putus. Teknik ini
menimbulkan efek relaksasi. Sedangkan massage countepressure adalah pijatan
tekanan kuat dengancara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tanagn,
atau juga menggunakan bola tenis. Tekanan dapat diberikan dalam gerakan lurus
atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif menghilangkan rasa sakit punggung
akibat persalinan (Danuatmaja dan Meiliasari, 2004).

118
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC


Doenges & Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedomaan Untuk Perencanaan
dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta. EGC
Farrer H. 1999. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC
Hanifa Wiknjosastro, Prof. dr. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Henderson & Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Mochtar R, Prof. dr. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
NANDA 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta. Prima Medika.
Prawirohardjo,S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka FKUI
Prawirohardjo, S, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Bina Pustaka FKUI
Waspodo, dkk. 2007. Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan. Jakarta : Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi.
http://one06wee-wee.blogspot.com/2012/02/askep-persalinan-normal.html. Di akses pada tanggal
18 April 2015 jam 20.00 Wita.
http://melylestari.wordpress.com/2011/04/12/asuhan-keperawatan-pada-ibu-dengan-persalinan-
normal/. Diakses pada tanggal 18 April 2014 jam 20.10 Wita.
http://nswahyunc.blogspot.com/2012/04/asuhan-persalinan-normal-apn.html. Di akses pada tanggal
18 April 2014 jam 20.15 Wita.
http://nandarnurse.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatanlaporan-
pendahuluan.html#axzz2zdDKGCtt. Di akses pada tanggal 13 April 2014 jam 08.10 Wita.

119
Konsep priode postnatal

A. Biopsisik aspek periode postpartum


Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium) yaitu di mulainnyasetelah plasenta
lahir dan berakhir ketika ala-alat kandungan kembali sepertikeadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (YBS-PS :122)
1. Tahapan-tahapan masa nifas
Adapun tahapan-tahapan masa nifas (post partum/puerperium) adalah :1.
a. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat-saat ibu telahdiperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.2.
b. Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira antara 6-8 minggu.3.
c. Remot puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehatsempurna
teutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyaikomplikasi.
Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bias cepat bilakondisi sehat prima,
atau bisa juga berminggu-minggu, bulanan, bahkantahunan, bila ada gangguan-
gangguan kesehatan lainnya
2. Perubahan sistem reproduksi pada masanifas
Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali
sepertisemula seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu
untukmengatasi dan memahami perubahan-perubahan seperti
a. Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimanauterus
kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini di mulai segera setelah
plasen ta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga
persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilukus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar
uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 1 minggu
(kira-kira sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000g. Dalam
waktu 12 jam, tinggi pundus uteri mencapai 1 cm diatas tali umbilukus. Dalam

120
beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus
turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pancapartum keenam
fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilukus dan simfisis pubis.
Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke 9 pascapartum.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :a)
1) Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yangterus menerus dari uterus
setelah pengeluaran plasenta sehingga membuatuterus menjadi relatif anemi
dan menyebabkan serat otot atrofi. b)
2) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentianhormon esterogen saat
pelepasan plasenta.c)
3) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan ototyang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamildan lebarnya 5 kali lebar
sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.Hal ini disebabkan karena
penurunan hormon estrogen dan progesteron.d)
4) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterua
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya
suplai darah ke uterus. Prose ini membantu untuk mengurangi situs atau
tempat implantasi plasenta serta mengurangi pendarahan.
1) Perubahan Pada Pembuluh Darah Uterus
Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah
uterusyang cukup besar. Untuk menyuplainya , arteri dan vena di dalam
uterus ,terutama plasenta , menjadi luar biasa membesar , begitu juga
pembuluh darah ke,dan dari uterus
Di dalam uterus, pembentukan pembuluh-pembuluh darah
baru juga menyebabkan peningkatan aliran darah yang bermaka
Setelah pelahiran, kepiler pembuluh darah ekstra uterin berkurang sampai
mencapai atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil. Pada masa
nifas, di dalam uterus pembuluh – pembuluh darah mengalami obliterasi
akibat perubahan hialin, dan pembuluh – pembuluh yang lebih kecil
121
menggantikannya. Resorpsi residu hialin dilakukan melalui suatu proses
yang menyerupai proses pada ovarium setelahovulasi dan pembentukan
korpus luteum. Namun, sisa – sisa dalam jumlah kecil dapat bertahan
selama bertahun – tahun.
2) Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Tepi luar servick, yang berhubungan dengan os eksternum, biasanya
mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium servick berkontraksi
perlahan dan beberapa hari setelah bersalin ostium serviks hanya dapat dite
mbusoleh dua jari. Pada akhir minggu pertama, ostium tersebut telah
menyempit.Karena ostium menyempit, serviks menebal dan anal kembali
terbentuk.
Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak dapat sepenuhnya
kembali kekeadaan seperti sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar, dan
depresi
bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen da
n menjadi cirikhas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks
menjalani pembentukankembali dalam jumlah yang cukup banyak sebagai
akibat pelahiran bayi.
Contohnya, Ahdoot dan rekan ( 1998 ) menemukan bahwa sekitar 50
% wanitadengan sel skuamosa intraepithelial tingkat tinggi mengalami
regresi akibat persalinan pervaginam. Segmen bawah uterus yang mengala
mi penipisan cukup bermakna akan berkontraksi dan tertarik kembali, tapi
tidak sekuat pada korpusuteri. Dalam waktu beberapa minggu, segmen
bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas
dan cukup besar untuk menampung hampir seluruh kepala janin,
menjadi isthmus uteri yanghampir tak terlihat dan terletak di antara korpus
uteri diatasnya dan os internumserviks di bawahnya.
Uterus yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinovulosi menjadi kira-kira 500g, 1 minggu setelah
melahirkan melahirkan dan 350 g, 2minggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul sejati lagi. Padaminggu ke enam, beratnya sampai
60 g. Dan pada minggu ke-8, uterus memiliki berat 30 g, yaitu sebesar
uterus normal.

122
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab
untuk prtumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pr
enataltergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot, dan
otot hipertrofi pembesaran sel-sel yang sudah ada. peningkatan jumlah sel-
sel otot dan otot hipertrofi pembesaran sel-sel yang sudah ada.
Pada masa pascapartum penurunan kadar hormon-homon ini menyebabkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertyroid yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.
Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum
hamil.Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah
sebagai berikut
Involusi uteri Tinggi pundus Berat uterus Diameter
uteri uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu Pertengahan 500 gram 7,5 cm
1) pusat dan simfisis
14 hari (minggu Tidak teraba 350 gram 5 cm
2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

123
b. Involusi tempat plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar
danmenonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat
lukamengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas
1-2cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas
bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat olehth
rombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkankarena
diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.Regenerasi
endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6minggu.
Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Per
tumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku padatempat
implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan
lokia.
Menurut Williams (1931), ekstruksi lengkap tempat melekatnya
plasenta perlu waktu sampai 6 minggu. Proses ini mempunyai kepentingan klinis
yang besar, karena bila proses ini terganggu, dapat terjadi perdarahan nifas awitan
lambat. Segera setelah pelahiran, tempat melekatnya plasenta kira-kira berukuran
sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil.

124
Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3 cm sampai 4 cm. Dalam
waktu beberapa jam setelah pelahiran, tempat melekatnya plasenta biasanya terdir
i atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya
mengalami organisasi thrombus secara khusus. Williams (1931) menjelaskan
involusi tempat melekatnya plasenta sebagai berikut:
Involusi tidak dipengaruhi oleh absorpsi insitu, namun oleh suatu
proses eksofilasi yang sebagian besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat
implantasi plasenta akibat pertumbuhan jaringan endometrium. Hal ini
sebagian dipengaruh ioleh perluasan dan pertumbuhan endometrium ke bawah
dari tepi-tepi melekatnya plasenta dan sebagian oleh perkembangan jaringan
endometrium darikelenjar dan stroma yang tertinggal di bagian dalam desidua
basalis setelah pelepasan plasenta. Proses eksfoliasi semacam itu dianggap sebag
ai suatuketetapan yang bijaksana: sebaiknya kesulitan besar akan dialami
sebaliknya kesulitan besar akan dialami dalam penyelapan arteri yang mengalami
obliterasi dan thrombus yang mengalamiorganisasi, yang bila menetap in situ,
akan segera mengubah banyak bagianmukosa uterus dan miometrium di
bawahnya menjadi suatu massa jaringan perut.
Anderson dan Davis (1968), menyimpulkan bahwa eksfoliasi tempat
melekatnya plasenta berlangsung sebagai akibat pengelupasan jaringan
superficial yang mengalami infark dan nekrotik yang diikuti oleh suatu proses
perbaikan.
c. Perubahan Ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan
ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum
menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi;
ligamen,fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
d. Perubahan pada Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai
dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan
serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena
penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih

125
dapat dimasukan2 – 3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat
masuk.
Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat
sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu
sebelum hamil.Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-
retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.
Delapan belas jam pasca partum, servick memendek dan konsitensinya menjadi
lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Servick setinggi segmen bawah uterus
tetap edematosa tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan,
jam pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
Ektoserviks ( bagian serviks yang menonjol ke vagina ) terlihat memar dan
ada sedikit laserasi kecil – kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi.
Muaraserviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup secara
bertahap. 2 jari mungkin masih dapat di masukan kedalam muara servick pada
hari ke 4 sampai ke 6 pasca partum. Tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang
dapat di masukkan pada akhir minggu ke 2. Muara servick ekterna tidak akan
berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang
seperti suatu celah, sering di sebut seperti mulut ikan. Laktasi menunda produksi
estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa.
e. Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi nekrotik. Desidua yan mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
Percampuran antara darah dan desi dua inilah yang dinamakan lokia. Lokia
adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkali
s yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang
ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiapwanita. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan
alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

126
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel-sel desidua,
vernick, caseosa, rambut
lanugo, sisa mekanium dan
sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur merah Sisa darah bercampur lendir
Serosa 7-14 Kekuningan/kecoklatan Lebih sedikit darah dan
hari lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
Alba > 14 Putih Mengandung leukosit,
hari selaput lendir servick dan
serabut jaringan yang mati

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi
berbaring dari pada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian
atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri.
Total jumlah rata-rata pemgeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml. Rabus uterus yang
keluar setelah bayi lahir sering kali lokia, mula-mula berwarna merah, kemudian
berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat mengandung bekuan
darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari
uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimum yang keluar selama menstruasi. Setelah
mengandung darah. Aliran menyebur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3
sampai 4 hari (lokia serosa). Lokia serosa terdiri dari darah lama ( old blood ), serum,
leukosit, dan debris jaringan. sekitar10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi
kuning sampai putih ( lokiaalba ). Lokia alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel,
mucus, serum, dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama 2 sampai 6 minggu setelah
bayi lahir.Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi tampon perineum
sulitdilakukan. Jacobson (1985 ) menganjurkan suatu metode untuk memperkirakan ke
hilangan darah pasca partum secara subyektif dengan mengkaji jumlah cairanyang
menodai tampon perineum. cara mengukur lokia yang obyektif ialahdengann
menimbang tampon perineum sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap
peningkatan berat sebesar 1 gram setara dengan 1 ml darah. Seluruh perkiraan cairan lo

127
kia tidak akurat bila factor waktu tidak dipertimbangkan.Seorang wanita yang
mengganti satu tampon perineum dalam waktu 1 jam atau kurang mengeluarkan lebih
banyak darah dari pada wanita yang mengganti tampon setelah 8 jam.
Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin, tanpa memandang cara pemberia
nnya, lokia yang mengalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang. Setelah operasi
sesaria, jumlah lokia yang keluar biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya
meningkat, jika klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat ti
dur selama kurun waktu yang lama, wanita dapatmengeluarkan semburan darah saat ia
berdiri, tetapi hal ini tidak sama dengan perdarahan. Lokia rubra yang menetap pada
awal periode pasca partum menunjukkan perdarah berlanjut sebagai akibat fragmen pla
senta atau membrane yang tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke10
pasca partum menandakan adanya perdarahan pada bekas tempat plasenta yang mulai
memulih. Namun, setelah 3 sampai 4 minggu, perdarahan mungkin disebabkan
oleh infeksiatau sub involusi. Lokia serosa atau lokia alba yang berlajut bisa
menandakan endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit, atau nyeri tekan
pada abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan. Bau lokia
menyerupai bau cairan menstruasi, bau yang tidak sedap biasanya menandakan
infeksi. Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lainialah
laserasi vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.

Lokia Bukan lokia

Lokia biasanya menetes dari muara Apabila rabas darah menyembur dari
vagina. Aliran darah tetap keluar dalam vagina, kemungkinan terdapat robekan
jumlah yang lebih besar saat uterus dari servick atau vagina selain dari lokia
berkontraksi yang normal
Semburan lokia dapat terjadi akibat Apabila jumlah darah berlebihan dan
massase pada uterus. Apabila lokia berwarna merah terang, suatu robekan
berwarna gelap, maka lokia sebelumnya dapat merupakan penyebab
terkumpul di dalam vagina yang relaksasi
dan jumlahnya segera berkurang menjadi
tetesan lokia berwarna merah terang
(pada puerpurium dini)

128
f. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam
keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak seba
gai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae
mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akanselalu lebih
besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.Perubahan pada
perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineummengalami robekan.
Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupundilakukan episiotomi
dengan indikasi tertentu.
Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus
tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium denganlatihan harian.Estrogen pasca partum
yang menurun berperan dalam penipisan mukosavagina dan hilangnya rugae.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembalisecara bertahap ke ukuran
sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.Rugae akan kembali terlihat
pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akansemenonjol pada wanita
nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen.
Mukosa tetap etrofik pada wanita menyusui sekurang–kurangnyasampai
menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan
fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas v
agina dan penipisan mukosa vagina. kekeringan local dan rasa tidaknyaman saat
koitus ( dispereunia ) menetap sampai fungsi ovarium kembalinormal dan
menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut
saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri. Padaawalnya,
introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerahepisiotomi
atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan, atau pengobatan dini he
matoma dan hygiene yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan
biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan denganintroitus pada
wanita nulipara.Pada umumnya episiotomy hanya mungkin dilakukan bila wanita
berbaringmiring dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi
litotomi.Penerangan yang baik diperlukan supaya episiotomy dapat terlihat jelas.
Proses penyembuhan luka episiotomy sama dengan luka operasi lain.

129
Tanda – tanda infeki ( nyeri, panas, merah, bengkak atau rabas ) atau tepian
insisi tidak salingmendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2
sampai 3minggu.Hemoroid ( varises anus ) umumnya terlihat. Wanita sering
mengalamigejala terkait, seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan
berwarna merahterang pada waktu defecator. Ukuran hemoroid biasanya
mengecil beberapaminggu setelah bayi lahir.

B. Psikososial aspek priode postpartum


Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan pada organ
reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan psikologis ibu, juga mengalami
perubahan. Dari yang semula belum memiliki anak, kemudian lahirlah seorang bayi
mungil nan lucu yang kini mendampingi ibu. Menjadi orang tua merupakan suatu krisis
tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa transisi. Secara psikologi, seorang ibu
akan mengalami akan mengalami gejala-gejala psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa
penyesuaian dibutuhkan oleh oleh seorang wanita dalam dalam menghadapi aktivitas
dan peran barunya sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah
melahirkan baik dari segi fisik maupun fisik. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan
diri dengan baik, tetapi ada sebagian lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan
mengalami gangguan – gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang
oleh yang oleh para peneliti dan klinisi disebut Depresi Post Partum.
1. fenomena psikososial pada masa nifas
Proses adapatasi psikososial sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses
kehamilan maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut kecemasan seorang
wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan.
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan
pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab
ibu mulai bertambah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dan keluarga untuk membantu ibu
beradaptasi pada masa nifas adalah peran dan fungsinya ibu menjadi orang orang
tua, respond an dukungan psikososial dari keluarga, sejarah riwayat, dan
pengalaman masa kehamilan dan persalinannya,harapan,keinginan dan aspirasi
pada saat hamil dan melahirkan. Semuanya saling berkaitan selama proses adaptasi

130
nifas. Ketidakbahagiaan masa kehamilan akan memperburuk adaptasi fase nifasnya.
Jadi hal-hal yang perlu diperhatikan selama masa nifas ialah:
a. Kondisi fisiknya, seperti kesehatan organ reproduksi ibu
b. Gizi dan lingkungna nifas yang bersih.
c. Pemberian dukungan dari suami atau kelurga besarnya
d. Perhatian dan kasih saying
e. Menghibur ibu saat sedih
f. Menemani saat ibu merasa kesepian.
Sementara itu bentuk-bentuk gangguan psikologis yang terjadi pada masa
nifas ialah:
a. Kekecewaan pada bayinya
b. Ketidaknyamana sebagia akibat perubahan fisik yang dialami
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayi
d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2. Masalah- Masalah Psikososial pada Masa Nifas
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung 30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan
oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari
hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan,
dan kehilangan libido. Tingkat keparahan depresi post partum bevariasi. Keadaan
ekstrim yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang
berlangsung sangat cepat pada masa awal post partum, yang disebut dengan “baby
blues/ maternity blues”. Gangguan post partum yang paling berat disebut
psikosis/psikosa post partum atau melankolia”. Diantara dua keadaan ekstrim
tersebut terdapat keadaan yang mempunyai tingkat keparahan sedang yaitu depressi
post partum/neurosa post partum (Regina, 2011)
a. Baby Blues
Post partum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti
kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Diperkirakan
hampir 50-70% seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues atau
post natal syndrome yang terjadi pada hari ke-4 -10 pasca persalinan.
1) Gejala-gejala
Adapun gejalanya yaitu, Reaksi depressi / sedih/ disporia. Sering menangis,
mudah tersinggung, cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri
131
sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan, kelelahan, mudah
sedih,cepat marah, mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat
menjadi gembira. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya,
perasaan bersalah, dan sangat pelupa.
2) Faktor – Faktor Penyebab
Factor yang menyebabkan terjadinya post partum blues bisa terjadi dari
dalam dan luar individu,misalnya: ibu belum siap mengahadapi persalinan;
adanya perubahan hormone progesterone yang ketika masa kehamilan
meningkat kemudian turun secara tiba-tiba pasca persalinan, payudara
membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau jahitan yang belum sembuh;
ketidak nyamanan fisik yang di alami wanita menimbulkan gangguan pada
emosional seperti payudara bengkak dan nyeri jahitan, rasa mulas; Ketidak
mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks;
Faktor umum dan paritas;pengalaman dalam proses persalinan dan
kehamilan. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti
tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak di inginkan,
riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, social ekonomi.
Kecukupan dukungan dari lingkungan (suami, keluarga dan teman)
apabila suami mendukung kehmilan ini, apakah suami mengerti persaan istri,
keluar ga dan teman memberikan dukungan fisik dan moril. Strees dalam
keluarga misalnya: factor ekonomi memburuk, persoalan dengan suami,
problem dengan mertua stress yang di alami wanita itu sendiri misalnya ASI
tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur. Kelelahan pasca persalinan,
perubahan yang pernah di alami oleh ibu, rasa memiliki bayi yang terlalu
dalam sehingga timbul rasa takut kehilangan bayinya; problem anak, setelah
kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya
sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional.
3) Penanganan
Penanganan gangguan mental pasca persalinan pada prinsipnya tdak
berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainnya.
Para ibu yang mengalami post partum blues membutuhkan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga di penuhi.

132
Cara untuk mengatasinya, antara lain: komunikasikan segala
permasalahan atau hal lain yang ingin di ungkapkan; bicarakan rasa cemas
yang di alami ;bersikap tulus ikhlas dlam menerima aktifitas dan peran baru
setelah melahirkan ; bersikap fleksible dan tidak terlalu perfectsionis mengurs
bayi dan rumah tangga ; belajar tenang dan menarik nafas panjang meditasi ;
kebutuhan istrahat yang cukup ,tidurlah ketika bayi sedng tidur ; berolhraga
ringan ;bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru ; dukungan tenaga kesehatan
; dukungan suami ,keluaraga ,teman, teman sesama ibu,konsultasikan pada
dokter atau orang yang professional agar dapat meminimalisir factor risiko
lainnya dan melakukan pengwasan
4) Klasifikasi
Ringan: post partum blues atau sering juga maternity blues atau
sindroma ibu baru di mengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan
yang sering tampak pada minggu pertama setelah persalinan ditandai dengan
gejala2: Reaksi, depresi, /sedih/disporia; sering menagis, mudah tersinggung,
cemas, labilitas perasaan
Berat: Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresi non piskotik pada
kehamilan namun umumnya trejadi dalam beberapa minggu sampai bulan
setelah kelahiran
Gejala-gejala depresi berat : perubahan pada mood ;gangguan pada pola
tidur ,perubahan mental dan libido, dapat pula muncul pobia, ketakutan akan
penyakit diri sendiri atau bayinya,depresi berat akan memiliki resiko tinggi
pada wanita atau keluarga yang pernah mengalami kelainan psikiatrik atau
pernah mengalami menstrual sindrom .kemungkinan rekuren pada kehamilan
berikunya.
Penatalaksanaan depresi berat : dukungan keluarga dan sekitar ; terapi
psikologis dari psikiater dan psikolog; kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian anti depresan ( hati- hati pemberian depresan pada wanita hamil
dan menyusui ) ; pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya jangan di
tinggal sendirian dirumah jika di perlukan lakukan perawatan di RS ; tidak di
anjurkan untuk rooming in atau rawat gabung dengan bayinya .
5) Pencegahan terjadinya post partum blues
a) Persiapan diri yang baik ,artinya persiapan diri yang baik pada saat
kehamilan sangat diperlukan sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan
133
diri yang baik dan mengurangi resiko terjadinya depresi post partum
.kegiatan yang dapat ibu lakukan adalah banyak membaca artikel atau
buku yang ada kairannya dengan kelahiran ,mengikuti kelas prenatal,
bergabung dengan kelompok senam hamil. Ibu dapat memperoleh banyak
informasi yang diperlukan sehingga pada saat kelahiran ibu sudah siap dan
hal traumatis yang mungkin mengejutkan dapat di hindari.
b) Olahraga dan nutrisi yang cukup, dengan olah raga dapat menjaga kondisi
dan stamina sehingga dapat membuat keadaan emosi juga lebih baik.
Nutrisi yang baik asupan makanan maupun minum sangat penting pada
periode post partum
c) Support mental dan lingkungan sekitar, dukungan ini tidak hanya dari
suami tapi dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar
d) Ungkapkan apa yang dirasakan, ibu post partum jangan memendam
perasaan sendiri .jika mempunyai masalah harus segera dibicarakan baik
dengan suami maupun orang terdekat
e) Mencari informasi tentang depresi post partum, informasi tentang depresi
post partum yang kita berikan akan sangat bermanfaat sehingga ibu
mengetahui factor –faktor pemicu sehingga dapat mengantisifikasi atau
mencari bantuan jika mengahdapi kondisi tersebut
f) Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan
rumah dan pekerjaan rumah tangga lain dapat membantu melupakan
gejolak emosi yang timbul pada periode post partum.
b. Depresi Post Partum
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin
seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang
mampu,tertindih oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan
keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan
itu.Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan
berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama
saja tetapi di samping itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan
kemampuanya sebagai seorang ibu.
Jadi pada dasarnya depresi menyerang siapa aja,tetapi terutama orang-orang
usia tengan baya (usia 35-50 tahun) .Misalnya gagalnya mencapai sasaran-sasaran
yang telah di rencanakan anak-anak mulai meningalkan rumah dan lain-
134
lain,semua ini bisa menyebabkan depresi.Menurut catatan psikiater orang-prang
yang menikah lebih banyak mengalami depresi dari pada yang yang tidak
menikah.Para ahli mengatakan hal ini di sebabkan oleh konflik-konflik
interpersonal yang timbul dalam relasi yang dekat didalam perkawinan.
Di samping itu perempuan dua kali lebih banya di diagnosa sebagai
memngalami depresi dari pada laki-laki penyeba masie belum di ketahui dengan
pasti.Apakah mungkin karena bedanya biologis karena wanita lebih mudah
menyatakan perasaanya atau karena perempuan lebih banyak mengalami stress
sosial karena tidak berhasil memenuhi keinginan mereka di masyarakat.
1) Predisposisi
Faktor terjadinya depresi post partum diantaranya adalah ada di dalam
keluara penderita penyakit mental; kurangnya dukungan sosial dan dukungan
keluarga serta teman; kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat; kesulitan
selama persalinan dan melahirkan; merasa terasing dan tidak mampu;
masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan; kehamilan yang tidak di
inginkan
2) Etiologi
Penyebab kesedihan atau depresi atau sehabias melahirkan tidak
jelas.Penurunan tingakt hormon yang tiba-tiba, terutama sekali estrogen dan
progesteron dapat berperan. Depresi yang hadir sebelum kehamilan lebih
mungkin berkembang ke dalam depresi post partum wanita yang telah
memiliki depresi sebelum hamil harus memberitahukan kepada dokter atau
bidan mengenal hal tersebut selama kehamilam. Depresi juga merupakan
sebuah penyakit yang berlangsung di dalam sebuah keluarga.Kadangkalah
tidak jelas penyebab dari depresi itu sendiri.
Faktor penyebab depresi post partum di sebabkan oleh 4 faktor yaitu
sebagai berikut:
a) Faktor kostitusional: ganguan post partum berkaitan dengan status paritas
riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta
ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi
lebih banyak pada wanita primipara.Primipara lebih umum menderita
blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses
adaptasi,kalau dulu hanya memikirkn diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu

135
tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus
tetap di rawat.
b) Faktor fisik: Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya
ganguan mental slama 2 minggu pertama menunjukan bahwa faktor fisik
di hubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor
penting.Perubahan hormon scara drastis setelah melahirkan dan periode
laten selama 2 hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan
ini sangat berpengaruh pada keseimbangan.Kadang-kadang progesteron
naik dan estrogen menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan
penyebab yang sudah pasti.
c) Faktor psikologis: Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada
akhir kehamilan menjadi dua induvidu yaitu ibu dan anak bergantung
pada penyesuaian pesikologis induvidu. Klaus dan kennel
mengindikasikan pentingnya cinta dan penangulangan masa peralihan ini
untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
d) Faktor sosial: Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak
memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu selain kurangnya
dukungan dalam perkawinan.
3) Klasifikasi
Ada 3 tipe depresi post partum diantaranya yaitu:
a) Depresi ringan (Kemurungan): inilah tipe depresi yang paling
umum.Biasanya singkat dan tidak terlalu mengangu-mengangu kegiatan-
kegiatan normal.
b) Depresi sedang/moderat (perasaan tak berpengharapan: Gejalanya hampir
sama dengan depresi ringan tetapi lebih kuat dan lebih lama berakhir.
c) Depresi berat (terpisah dari realita): Kehilangan interesdari dunia luar dan
perubahan tingkah laku yang serrius dan berkepanjangan merupakan
karakteristiknya.
4) Karakteristik
Karakteristik depresi post partum diantaranya:
a) Mimpi buruk, kebiasaanya terjadi sewaktu tidur karena mimpi yang
menakutkan individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan
insomnia.

136
b) Insomnia, timbul sebagain gejala suatu ganguan lain seperti kecemasan
dan depresi ganguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
c) Phobia, rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang
tidak dapat di hilangakan atau ditekan oleh pasien, biarpun di ketahuinya
irasional adanya.
d) Meningkatkan sensifitas, periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali
penyesuaian diri dan pembiasaan diri.
e) Perubahan mood,menyatakan bahwa depresi post partum muncul dengan
gejala-gejala sebagai berikut: kurang nafsu makan, sedih, murung,
perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan ,insomnia, enorexia,
merasa tergangun dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi melukai diri,,
anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak dan dll.
5) Pencegahan depresi post partum
Pencegahan terbaik adalah denga mengurangi faktor resiko terjadinnya
ganguan psikologis pada ibu hamil dan ibu pasca persalinan (post partum).Hal-
hal yang dapat di lakukan untuk mengurangi faktor resiko yaitu:
a) Pemberian dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan, maupun
profesional selama kehamilan, persalinan dan pasca persalinan dapat
mencegah depresi
b) Cepat proses penyembuhan.
c) Mencari tahu tentang ganguan psikologis yang mungkin terjadi pada ibu
hamil yang bru saja melahirkan sehingga jika terjadi gejala dapat di kenali
dan di tangani segera.
d) Konsumsi makanan sehat, istirahat cukup dan olaraga minimal 15 menit
perhari dapat menjaga suasana hati tetap baik.
e) Mencegah pengambilan keputusan yang berat selama kehamilan,
f) Mempersiapkan diri secara mental dengan membaca buku atau artikel
tentang kehamilan dan persalinan serta mendengarkan pengalaman wanita
lain yang pernah melahirkan dapat mermbantu menguranggi ketakutan.
g) Menyiapkan seseorang untuk membantu keperluan sehari-hari (memasak
membersihkan rumah, belanja dll).
6) Psikosa Post Partum
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai
dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality)
137
yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa
yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional (
fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara
emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan
sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup
sehari-hari sangat terganggu
Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama
dalam 6 minggu setelah melahirkan.Psikosa terbagi dalam dua golongan besar,
yaitu: Psikosa
a) Fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada
aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat
keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang
terjadi dalam kehidupan seseorang.
b) Psikosa organic
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas
sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang
dalam jiwa seseorang.
(1) Faktor resiko
(a) Riwayat psikosis, gangguan bipolar (GB) atau skizofrenia
(b) Riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia
(c) Berulang pada 20 – 50 % kasus.
(d) Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang
bersifatepisodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik,
hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup
(e) Skizofrenia: gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh
kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.
(f) Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala
positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan
pada
(g) Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti
penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.

138
Wanita dengan riwayat pribadi psikosis, gangguan bipolar atau
skizofrenia memiliki peningkatan risiko mengembangkan psikosis
postpartum. Demikian juga, wanita yang memiliki riwayat keluarga
psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki kesempatan lebih
besar untuk mengembangkan gangguan tersebut. Additonally, wanita
yang telah memiliki insiden masa lalu postpartum psikosis adalah
antara 20% dan 50% lebih mungkin mengalami lagi dalam masa
kehamilan.
(2) Etiologi
1) Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan
atau etnik )
2) Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi
fisik bayi )
3) Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian,
riwayat mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional
dll)
4) Faktor keturunan
5) Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
6) Perubahan hormonal yang cepat.
7) Masalah medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM ).
8) Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan
dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
9) Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
10) Merasa terisolasi.
11) Kelemahan, gangguan tidur (imsomnia), ketakutan terhadap suatu
masalah, ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak
sempurna.
Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar
disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif
disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post
partum psikosa.
(3) Epidemiologi
Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Gejala
psikosis post partum muncul pada hari sampai 4-6 minggu post partum
139
(4) Anamnesis
Onsetnya mendadak, 2-4 minggu setelah pelahiran. Sebagian besar
muncul dengan depresi, tetapi 1/3 dapat muncul dengan mania (suasana
hati yang elasi.iritabel, disinhibisi.bertindak semaunya, perhatiannya
mudah teralihkan, aktivitas berlebihan, pemboros, suka menyerang,
tidak banya bicara, loncat gagasan/flight of idea, kurang tidur),
halusinasi, waham, kebingungan, kurangnya tilikan.
(5) Patofisiologi
Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita.
Pada usia produktif gangguan kesehatan wanita sering berhubungan
dengan perannya sebagai istri, ibu dan pekerja, kondisi kesehatan fisik
terutama kondisi bagian tubuh yang menjadi simbol kewanitaan,
penganiayaan fisik dan mental. Proses berduka, kemurungan dan
psikosa pasca melahirkan, serta bunuh diri yang merupaka reaksi
negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan psikiatrik
pasca persalinan terdapat konflik antar ibu dengan perannya sebagai
ibu yang harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya dan
hubungan dengan suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam
menentukan identitas dirinya sebagai ibu yang tidak dapat
berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu menemukan jati
dirinya, dan merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara
ibu dan anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa pascapersalinan
bukan suatu sindrom psikiatrik yang baru, tapi merupakan gangguan
yang biasa didapat, antara lain postpartum blues, depresi postpartum
dan psikosis postpartum. Gangguan ini dapat terjadi mulai sejak hari
pertama sampai 4-6 minggu pasca melahirkan. Bahkan marce sosiety
mengemukakan psikosa ini dapat terjadi sampai 1 tahun setelah
melahirkan.
Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat, berbahaya
dan merupakan kondisi darurat sebab penderita dapat membahayakan
diri sendiri dan mengganggu lingkungannya, seperti tindakan bunuh
diri dan membunuh bayinya. Gangguan nonpsikotik pada periode
140
pascapersalinan cukup tinggi, penelitian menunjukkan 20-40% wanita
hamil mengalami gangguan emosional atau disfungsi kognitif, ataupun
keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan adalah 1-2 per
1000 kelahiran dari seluruh wanita pascapersalinan.Umumnya
gangguan psikiatrik pasca melahirkan timbul setelah hari ke 3 pasca
persalinan.
(6) Tanda dan Gejala
Gejala awal:
i. Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
ii. Sulit tidur atau imsomnia
iii. Sering menangis
iv. Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan
v. Merasa Letih dan lelah
vi. Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan
vii. Mudah tersinggung / labil
viii. Sakit kepala
ix. Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba
x. Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya
xi. Menolak makan dan minum
Gejala lanjutan:
xii. Curiga berlebihan
xiii. Kebingungan
xiv. Sulit konsentrasi
xv. Bicara meracau atau inkoheren
xvi. Irasional
xvii. Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
xviii. Agresif
xix. Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan mengalami depresi
postpartum tapi tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa postpartum.
Tapi setiap psikosa postpartum pasti di awali oleh depresi pospartum
dan bisa sampai melukai diri sendiri bahkan membunuh anak-anaknya.
Gejala yang sering terjadi adalah:
1) Delusi
141
2) Halusinasi
3) Gangguan saat tidur
4) Obsesi mengenai bayi
(7) Gejala Klinik
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan
mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi
euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan
kenyamanan dalam beraktifitas, sering menjauhkan diri dari teman atau
keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung
berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
(8) Pemeriksaan
i. Ibu : bertindak semaunya, berbusana tidak sesuai
ii. Bayi : bukti adanya penelantaran
(9) Penanganan
Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini
adalah kombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan
medikasi seperti antidepresan, jika tidak memungkinkan untuk ibu
dirawat dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah sakit. Libatkan
anggota keluarga dalam penanganan terutama suami sehingga dapat
dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang
dirasakan dan dibutuhkan ibu.
(10) Pencegahan
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari
ancaman depresi dan psikosa postpartum, yaitu:
i. Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa
pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini.
Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang
tepat.

ii. Tidur dan makan yang cukup

142
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam
periode pospartum.
iii. Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan
peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari,
sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai
emosional yang berlebihan.
iv. Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan
mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi
kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera beritahukan
kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
v. Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan
dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga
selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
vi. Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas
hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan.
vii. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu
melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode
pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka
dengan memasak atau membersihkan rumah.
viii. Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga
ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada
mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu
merasa lebih baik dari setelahnya.

(11) Penatalaksanaan

143
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental.
Oleh karena itu memerlukan perhatian segera. Hal ini dikarenkan
wanita yang menderita penyakit kejiwaan tidak selalu mampu atau
bersedia untuk berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya,
mereka kadang-kadang membutuhkan pasangan atau anggota keluarga
yang lain untuk membantu mereka mendapatkan penanganan medis
yang mereka butuhkan. Kondisi ini biasanya diatasi dengan pemberian
obat, biasanya obat antipsikosis dan terkadang obat antidepresan dan/
atau antiansietas.
Banyak wanita yang juga dapat merasakan manfaat dari konseling
dan dukungan psikologis kelompok. Dengan perawatan dengan baik,
sebagian besar perempuan dapat pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga
hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta
memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
i. Beristirahat cukup
ii. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
iii. Bergabung dengan orang-orang yang baru
iv. Bersikap fleksible
v. Berbagi cerita dengan orang terdekat
vi. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Tatalaksana juga dapat berupa:
Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan risiko terhadap
bayi). Perawatan di unit psikiatri (jika mungkin ke unit spesialis ibu
dan bayi). Obat antidepresan oral, neuroleptika (gunakan secara hati –
hati jika menyusui).
(12) Pengobatan
Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau
orang lain:
i. Dirawat di rumah sakit.
ii. Obat2: anti psikotik, antidepressan dan anti ansietas.
(13) Komplikasi
i. Bunuh diri
144
ii. Penelantaran anak
iii. Pengasuhan yang tidak sesuai
iv. Berpikir untuk menyakiti
v. Pembunuhan bayi
(14) Prognosis
Prognosis jangka pendek baik. 20% mengalami psikosis masa nifas
yang berulang. 50 % mengalami episode psikosis berulang

C. Nutrisi ibu menyusui


Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang
sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik,
maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan
makan yang memuaskan.
Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting
adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Dalam menyusun menu, penting
untuk memperhatikan syarat-syarat dalam menyusun menu ibu menyusui yaitu :
seimbang, tidak ada pantangan makanan (kecuali ibu memang alergi bahan makanan
tertentu), mudah cerna dan tidak terlalu merangsang pencernaan
Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui. Prinsipnya yaitu sama dengan makanan ibu
hamil, hanya jumlahnya lebih banyak dan mutu lebih baik.
1. Syarat-syarat bagi ibu menyusui:
a. Susunan menu harus seimbang
b. Dianjurkan minum 8-12 gelas/hari
c. Menghindari makanan yang banyak bumbu, terlalu panas/dingin, tidak
menggunakan alkohol, guna kelancaran pencernaan ibu
d. Dianjurkan banyak makan sayuran berwarna
2. Bahan makanan yang dianjurkan untuk ibu menyusui:
a. Jumlah dan mutunya lebih banyak daripada saat hamil / keadaan biasa (tinggi
kalor tinggi protein)
b. Bahan makanan sumber kalori: beras, roti, mie, kentang, bihun dan sebagainya.
c. Bahan makanan sumber protein: daging, telur, hati, ayam, ikan, tahu, tempe,
kacang-kacangan sebagainya.

145
d. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral yang dapat meningkatkan produksi
ASI yaitu sayuran yang berwarna hijau/kuning, buah-buahan yang dagingnya
berwarna merah/kuning, misalnya: bayam daun singkong, daun katuk, lamtoro
gung tanpa kulit, pepaya, pisang, jeruk, jambu air, mangga sebagainya.
e. Mengkonsumsi aneka ragam bahan makanan sumber zat besi dalam jumlah yang
cukup setiap harinya misalnya: bayam, daun pepaya, kangkung, kacang merah,
kacang hijau dan kacang tanah, sebagainya.
f. Mengkonsumsi aneka ragam bahan makanan yang mengandung zat
kapur/kalsium misalnya daun singkong, daun katuk, bayam, daun pepaya,
singkong, keju, ikan teri dan susu. Sebagainya
g. Perlu lebih banyak minum air putih untuk membantu memperbanyak produksi
ASI
3. Bahan makanan yang dibatasi :
a. Bahan makanan yang berbau merangsang: petai, bawang, jengkol.
b. Bahan makanan yang merangsang, misalnya cabe, merica, jahe, karena bisa
menyebabkan bayi mencret.
c. Bahan makanan yang manis dan berlemak, karena bisa menyebabkan ibu
menjadi gemuk.

Selain makanan, produksi ASI sangat tergantung pada 3 hal penting, yaitu:
a. Permintaan bayi: hendaknya ibu sesering mungkin menyusui bayinya karena
dengan demikian produksi ASI akan bertambah banyak dan cukup untuk
kebutuhan bayi.
b. Psikologis ibu : ibu menyusui perlu istirahat cukup, ketenangan jiwa dan pikiran
c. Perlu perawatan payudara untuk memberi rangsangan pada kelenjar susu agar
produksi ASI meningkat.
4. Anjuran dan Pantangan Bagi Ibu Menyusui
Tidak ada makanan yang secara khusus disarankan bagi ibu menyusui. Mereka
harus makan seperti biasanya, dengan menu beragam sesuai pola makan yang
seimbang. Porsinya saja yang perlu ditambah, baik melalui makan besar maupun
‘ngemil’.

Beberapa tips berikut mungkin bermanfaat:


a. Anjuran:
146
1) Perbanyak minum. Ibu menyusui cenderung untuk merasa cepat haus karena
sebagian air yang diminum dipakai tubuh untuk memproduksi ASI (87%
kandungan ASI adalah air). Tambahkan frekuensi minum sebanyak 4-5 gelas
per hari agar tubuh tidak kekurangan cairan. Selain air putih, susu dan buah
juga dapat menjadi sumber cairan. Air seni ibu hamil yang cukup minum
berwarna kuning muda, kecuali bila sebelumnya mengkonsumsi vitamin B
kompleks (menjadi kuning keemasan).
2) Perbanyak frekuensi makan menjadi lima kali: makan pagi, makan siang,
snack sore, makan malam dan snack malam.
3) Perbanyak makanan yang kaya protein dan kalsium. Protein dan kalsium
sangat diperlukan untuk produksi ASI dan pertumbuhan bayi. Kebutuhan
protein minimal adalah 1 gram per kg berat badan. Konsumsi kalsium yang
dianjurkan adalah 1.200 mg. Susu, yoghurt, keju, tahu dan tempe adalah
sumber protein dan kalsium yang bagus. Konsumsi makanan dan buah-
buahan yang mengandung Vitamin D, magnesium dan zinc juga diperlukan
untuk memperlancar penyerapan kalsium.
4) Perbanyak makan buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin. Suplemen
vitamin A, C, B1, B2, B12, niasin dan asam folat sangat diperlukan pada
masa menyusui.
5) Pastikan kecukupan konsumsi zat besi agar ibu menyusui tidak anemia. Zat
besi banyak terdapat pada sayuran seperti kangkung, bayam dan katuk.
Katuk merupakan sayuran spesial bagi ibu menyusui, karena dalam 100 g
daun katuk terdapat sekitar 2.7 mg zat besi dan 204 mg kalsium.
b. Pantangan:
1) Jauhi makanan yang berkalori rendah agar tidak mengurangi selera makan.
2) Jauhi rokok dan alkohol karena dapat meracuni bayi dan membuat
pertumbuhannya terhambat.
3) Kurangi kafein. Bila ibu menyusui sudah terbiasa minum kopi, batasi
konsumsinya hingga maksimum 2 cangkir per hari. Selain kopi, kafein juga
terdapat pada coklat, teh, beberapa jenis minuman ringan dan obat
4) Bila bayi mengalami alergi, periksa makanan apa yang telah dikonsumsi ibu.
Hentikan konsumsi makanan yang menimbulkan alergi pada bayi.
5) Jangan minum obat selama masa menyusui, kecuali sudah dikonsultasikan
dengan dokter.
147
5. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Menyusui
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu
yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata
kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nurisi baik adalah 70 kal/ 100 ml,
dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata
ibu menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/ hari
selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus
mengonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui (Dudek, 2001)
Protein. Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika
menyusui. Jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang dianjurkan. Cairan.
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan ibu
menyusui minum 2-3 liter per hari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah.
Vitamin dan mineral. Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi
daripada selama hamil.
a. Pemberian ASI Untuk Ibu Yang Bekerja
Beberapa cara yang bisa dilakukan ibu yang sibuk bekerja agar tetap bisa
memberikan ASI, khususnya ASI eksklusif selama 6 bulan :
1) Susuilah bayi pada pagi hari sebelum berangkatbekerja. Selain itu, susui bayi
lebih sering selama ada di rumah dan lebih sering lagi selama malam hari.
2) Jika tempat kerja dekat dengan rumah, sewaktu-waktu sebaiknya pulang untuk
menyusui
3) Jika tempat kerja jauh dari rumah, selama bekerja usahakan setiap 3 jam
memerah ASI, masukkan dalam wadah bersih dan tertutup dan simpan dalam
lemari es dan dibawa pulang untuk simpanan ASI.
4) Pulang kerja, setelah membersihkan diri segera susui bayi. Saat dirumah susui
bayi sesuai dengan keinginannya.
5) ASI perah yang akan diberikan kepada bayi dihangatkan terlebih dahulu
dengan cara merendam
6) wadah ASI ke dalam air panas sampai suhunya cocok untuk diminum
bayi.Berikan ASI perah dengan cara menyuap memakai sendok kecil, jangan
gunakan dot agar bayi tidak merancukannya dengan puting yang akan
mengganggu respon bayi pada saat menyusu.

148
7) ASI perah bila diletakkan dan disimpan disuhu kamar dapat bertahan 6-8 jam.
Apabila di taruh di freezer bisa bertahan 2-3 bulan, dan bila dimasukkan ke
lemari es bertahan 24 jam.
6. Dampak Kekurangan Gizi Ibu Menyusui
Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu
dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbang anak, bayi mudah sakit,
mudah terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada
mata ataupun tulang.
7. Pendidikan Gizi Bagi Ibu Menyusui
a. Buatlah setiap gigitan berarti-Makan makanan yang bermanfaat untuk
menghasilkan susu yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan
mempercepat kondisi setelah melahirkan.
b. Semua kalori tidak diciptakan setara – Memilih makanan yang mengandung
kalori sesuai dengan kebutuhan.
c. Jika anda kelaparan, maka bayi juga – Jangan melewatkan makan jika saat
menyusui karena dapat memperpendek umur dan daya hidup.
d. Jadilah ahli efesiensi – Memilih makanan yang bergizi tidak harus mahal, yang
terpenting sesuai dengan kebutuhan nutrisi selama laktasi.
e. Karbohidrat adalah isu komplek – karbohidrat komplek kaya akan vitamin dan
mineral, sehingga menghasilkan air susu yang baik dan cukup.
f. Yang manis tidak ada manfaatnya - bahkan menimbulkan masalah – Kalori yang
berasal dari gula, kurang bermanfaat, konsumsi makanan yang manis dikurangi.
g. Makanlah makanan yang alami – Makanan olahan biasanya banyak kehilangan
nilai gizinya sehingga akan mengurangi nilai gizi air susu.
h. Buatlah kebiasaan makan yang baik sebagai kebiasaan keluarga, hal ini akan
bermanfaat untuk kesehatan keluarga.
i. Jangan minum minuman beralkohol, obat-obatan, kopi atau merokok. Hal
tersebut akan mempengaruhi produksi air susu dan menimbulkan gangguan pada
ibu dan bayi.

149
D. Proses keperawatan pada masa postnatal
1. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan
normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh
alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3
bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika
alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,
2005).Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Saifuddin, 2002).
Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat
kandung kembali seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu
(Rustam, 1991) Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah
masa setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan
kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi.
2. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,
berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.

150
3. Adaptasi Fisiologi
a. Perubahan fisik
1) Involusi
a) Uterus
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setengah pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat sym 500
2 minggu Tidak teraba diatas sym 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30

b) Placenta Bed
(1) Mengecil dan menonjol
(2) Kearah kavum uteri
c) Jalan lahir
Luka sembuh dalam 6-7 hari bila tanpa infeksi
d) Abdomen
Mulas (after pain) kontraksi selama + 2-4 post partum
e) Pengeluaran
(1) L. Rubra (0-2 hari) warna merah (darah segar yang bercampur sisa
selaput ketuban, sel desidua, sisa vemuk, kaseosa, lanugo
mekonium)
(2) L. Sangirdenta (3-7 hari) warna merah kuning (terdiri dari darah
campur lendir)
(3) L. Serosa (7-14 hari) berwarna kuning
(4) L. Alba (14 hari – 6 minggu) hanya berupa cairan putih
f) Servik
(1) Agar menganga seperti corong
(2) Merah kehitaman seperti corong
(3) Konsistensi lunak, kadang terdapat luka kecil
g) Ligamen
Ligament, fasia, diafragma pelvis menciut dan pulih kembali

151
h) Vagina
Laserasi, vugae baru ada setelah tiga minggu
i) Muskulus
(1) Tonus otot berkurang
(2) Diastaks rektus abdominalis
(3) Sesasi ekstremitas bawah berkurang
j) Perkemihan
(1) Diuresisi meningkat dalam 24 jam pertama
(2) Hematuria
k) Sisa endokirn
(1) Penurunan estrogen, prgesteron setelah placenta lahir
(2) Polaktin meningkat laktasi
(3) Non laktasi, prolaktin menurun estrogen meningkat, fase folikular 3
minggu PP dan haid 12 minggu kemudian
(4) Laktasi, haid minggu ke-36 (anovulatory)
l) Sistem pencernaan
(1) Motiltias usus menurun
(2) Kekurangan cairan
(3) Tidak usama
i) Sistem cardiovaskuler
(1) Bradikardi : 50-70 x.mnt
(2) Takikardi
(3) Diaporesis dan menggigil
(4) Pembekuan darah menigkat
b. Proses Laktasi
1) Perubahan pada kelenjar mamae
2) Poliferasi jaringan
3) Pengeluaran clolstrum
4) Hipervaskularisas
5) Hormon prlaktim ber tambah
4. Adaptasi Psikologis
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa
transisi. Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah :
152
a. Honeymoon
Adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara
ibu, ayah, anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang
memerlukan hal-hal romantis masing-masing saling memperhatikan anaknya
dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Bonding Attachment atau ikatan kasih
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. “Bonding” adalah suatu istilah
untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan “attachment”
adalah suatu keterikatan antara orang tua dan anak. Peran perawat penting
sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi
suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan ikatan kasih tersebut.
Perubahan fisiologis pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan
psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh.
Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah
melahirkan adalah:
1) Taking in
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri
sendiri, tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri, tergantung pada
orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya.
Dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu, kebutuhannya yang
utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulai menerima
pengalamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut
adalah nyata. Periode ini berlangsung 1 - 2 hari.
Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami “proses
mengetahui/menemukan “ yang terdiri dari :
a) Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bayi, gambaran
tubuhnya untuk menyesuaikan dengan yang diharapkan atau
diimpikan.
b) Relating (menghubungkan)
Ibu menggambarkan anaknya mirip dengan anggota keluarga yang
lain.

153
c) Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan.
Pada fase ini dikenal dengan istilah “fingertip touch”
2) Taking hold
Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke
keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa
lebih nyaman dan mulai berfokus pada bayi yang dilahirkan. Klien lebih
mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya,
mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eliminasi dan
memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat
bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari
produksi ASI.
Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya mengungkapkan keinginannya
saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya keinginan
berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Disini juga klien
sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat
untuk memberikan pendidikan perawatan diri dan bayinya. Pada saat ini
perawat mutlak memberikan semua tindakan keperawatan seperti halnya
menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunjuk-petunjuk yang harus
diikuti tentang bagaimana cara mengungkapkan dan bagaimana
mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan
tidak memaksakan kehendaknya sendiri.
Apabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat
oleh perawat, maka perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas yang telah didemonstrasikan dan memberi pujian
untuk setiap tindakan yang tepat.
Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman, maka ibu sudah masuk
dalam tahap ke-2 “maternal touch”, yaitu “total hand contact” dan
akhirnya pada tahap ke- 3 yang disebut “ enfolding”. Dan periode ini
berlangsung selama 10 hari.
3) letting go
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai
disibukan oleh tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini
terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
154
4) Post partum blues
Pada periode ini terjadi perubahan hormone estrogen dan
progesterone yang menurun, selain itu ibu tidak siap dengan tugas-tugas
yang harus dihadapinya.
Gejala: menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan,
gangguan pola tidur, cemas. Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2
minggu dan ibu tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan menjadi
serius yang dikenal sebagai post partum depresi.
c. Adaptasi psikologis ayah
Respon ayah pada masa sesudah kelahiran tergantung keterlibatannya selama
proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat dengan
isteri dan anaknya.
d. Adaptasi psikologis keluarga
Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan
hubungan dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar menjadi
kakak, orang tua menjadi kakek / nenek, suami dan isteri harus saling membagi
perhatian. Bila banyak anggota yang membantu merawat bayi, maka keadaan
tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus ikut
aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.
5. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti
atau jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
a. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan ketentraman otot rahim.
b. Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot rahim.
c. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin
rentan.

155
d. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.
e. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan.
6. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan
yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal
2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
7. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawa janin.
156
d. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus,
kadang disebut “false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa
bercampur darah (bloody shoe).
8. Komplikasi Post Partum
a. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-
600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar,
MPH, 1998).Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum:
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
a) Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
b) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
a) Episiotomi yang lebar
b) Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim
c) Rupture uteri
5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
b. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme
dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain
Iskandar, 1998).

157
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum
maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya
kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong
persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses
persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
1) Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak
suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat.Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn.Kuman ini merupakan
sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang
ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
c. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby
blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in,
cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung
dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.

158
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan,
yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya
sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap
terjadinya postpartum blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase
yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan
sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari
lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
a. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
b. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
c. Payudara: air susu, putting
d. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
e. Sekres yang keluar atau lochea
f. Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
a. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
b. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
159
2) 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3) Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4) Hari ke-2 : mulai latihan duduk
5) Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

E. Konsep keperawatan postnatal


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
c. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
d. Riwayat Persalinan
1) Tempat persalinan
2) Normal atau terdapat komplikasi
3) 0Keadaan bayi
4) Keadaan ibu
e. Riwayat Nifas Yang Lalu
1) Pengeluaran ASI lancar / tidak
2) BB bayi
3) Riwayat ber KB / tidak
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien
2) Abdomen
3) Saluran cerna
4) Alat kemih
5) Lochea
6) Vagina
7) Perinium dan rectum
8) Ekstremitas

160
9) Kemampuan perawatan diri
g. Pemeriksaan psikososial
1) Respon dan persepsi keluarga
2) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Diagnosa Keperawatan
Perioritas ke - Diagnosa keperawatan
1. Domain 12 : kenyamanan
Class 1 : kenyamanan fisik
Diagnosa : Nyeri Akut
2. Domain 3 : Eliminasi Dan Pertukaran

Class 1 : Fungsi Urinarius

Diagnosa : Gangguan Eliminasi Urine (00016)

3. Domain 11 : Perlindungan/Proteksi
Class 1 : Infeksi
Dx : Resiko Infeksi (00004)

3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
1 Domain 12 : Setelah dilakukan tindakan Domain 1 : Dasar fisiologik
kenyamanan keperawatan selama lebih
Class E : Promosi
Class 1 : dari 1 jam nyeri akut
kesehatan fisik
kenyamanan teratasi/teratasi sebagian
fisik dengan kriteria hasil : Intervensi : Management
Diagnosa : nyeri (1400)
Nyeri Akut
- Monitor TTV
Domain 4 : pengetahuan
- Kaji tingkat nyeri
kesehatan dan prilaku
pasien
Kelas Q : kesehatan - Ajarkan tekhnik
prilaku outcomes : kontrol relaksasi kepada pasien
untuk mengurangi nyeri

161
nyeri (1605) - Gunakan strategi
komunikasi terapeutik
- 160510 menganalisis
untuk mengakui
skala nyeri setiap 24 jam
pengalaman rasa sakit
(2-3)
dan menyampaikan
- 160503 mengunakan
penerimaan respon
langkah-langkah
pasien terhadap nyeri
pencegahan nyeri akut
- Kolaborasi dengan
(2-3)
dokter tentang
- 160504 menggunakan
pemberian analgesic
langkah-langkah bantuan
- Atur posisi pasien
nol analgesic (2-3)
senyaman mungkin
- 160505 menggunakan
analgesic yang di
anjurkan(2-3)
- 160511 menggendalikan
rasa sakit (2-4)
2 Domain 3 : Setelahkan dilakukan Class B : Manajemen
Eliminasi Dan tindakan keperawatan Eliminasi
Pertukaran manajemen eliminasi urine
Intervensi : 0590 :
selama 30-45 menit
Class 1 : Fungsi Manajemen Eliminasi
diharapkan klien tidak
Urinarius Urine
sering BAK dengan kriteria
Diagnosa : hasil : Intervensi :
Gangguan
Domain 2 : Fisiologi : - Monitor eliminasi urin
Eliminasi Urine
Kesehatan termasuk frekuensi,
(00016)
konsistensi, bau,
Class F : Eliminasi
volume, dan warna
Outcomes : 0503 : Eliminasi yang sesuai
Urine - Monitor tanda-tanda
dan gejala retensi urin
- 050301 : Memantau
- Ajarkan tanda dan
pola eliminasi pasien
gejala infeksi saluran
(3)

162
- 050302 : kemih pasien
Mengidentifikasi bau - Perhatikan waktu
urine pasien (3) eliminasi urine
- 050303 : Memonitoring terakhir yang sesuai
jumlah urine paasien - Anjurkan pasien atau
(3) keluarga untuk
- 050304 : merekam output urine
Mengidentifikasi warna yang sesuai
urine pasien (3)
- 050307 : Memonitoring
asupan cairan pasien
(3)
3 Domain 11 : Setelah dilakukan tindakan Domain IV : Safety
Perlindungan/Pr keperawatan selama 31-45
Class V : Risk management
oteksi menit resiko infeksi dapat
Class 1 : Infeksi teratasi dengan kriteria Intervention : (6540)
Dx : Resiko hasil: Infection control
Infeksi (00004) Domain IV : Health
Aktivitas :
knowledge & behavior
Class T : Risk control & - Bersihkan lingkungan
safety tepat setelah
Outcomes : (1924) Risk digunakan pasien
control: Infectious process - Berikan terapi
antibiotik yang sesuai
- 192404 Mengidentifikasi
- Tingkatkan asupan
risiko infeksi pada
nutrisi yang tepat
kegiatan sehari-hari
- Anjurkan pasien untuk
dengan skala (2-4)
minum antibiotik
- 192405 Mengidentifikasi
seperti yang di
tanda dan gejala infeksi
tentukan
dengan skala (2-3)
- Ajarkan pasien dan
- 192421 Mengambil
anggota keluarga
tindakan segera untuk
bagaimana
mengurangi risiko

163
dengan skala (3-4) menghindari infeksi
- Anjurkan pasien dan
keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkan kepada
penyedia keperawatan
kesehatan
- Pakailah sarung
tangan sebagai mana
oleh kebijakan
penyegahan yang
universal
- Cuci tangan sebelum
dan setelah setiap
kegiatan perawatan
pasien

164
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, M.L., Jensen, D.M., 2000, Perawatan Maternitas (terjemahan), Edisi I, YIA-
PKP, Bandung.
Bobak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Kepearwatan Maternitas (terjemahan),
Edisi IV, EGC, Jakarkta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis
(terjemahan), Edisi 6, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2001, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis
(terjemahan), EGC, Jakarta.
Dongoes, M.E., 2001, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman untuk

165
Konsep bayi baru lahir

A. Adaptasi bayi baru lahir


1. Adaptasi Bayi Baru Lahir Yang Terjadi Dengan Cepat
a. Perubahan Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan merupakan sistem yang paling tertantang ketika
mengalami perubahan dari fase intrauterus menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir
harus mulai segera mulai bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan
dalam respirasi janin sampai janin lahir adalah placenta. Paru – paru yang
bermula dari suatu titik yang muncul dari Pharynx yang bercabang dan kemud
ian cabang lagi sehingga membentuk struktur pencabangan bronkus. Proses ters
ebut terus berlanjut setelah kelahiran hingga kira kira usia anak 8 tahun sampai
jumlah bronkhiolus dan alveolus berkembang sepenuhnya. Agar alveolus dapat
berfungsi, harus ada surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru.
Surfaktan adalah lipoprotein yang dapat mengurangi ketegangan permukaan
dalam alveoli dan membantu dalam pertukaran gas. Bagian ini di produksi
pertama kali dari usia kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan terus
bertambah hingga paru–paru menjadi dewasa pada minggu 30 – 34 minggu.
Ketidak dewasaan paru–paru inilah yang paling menentukan dan mengurangi
kemungkinan hidupnya seorang bayi baru lahir oleh karena luas permukaan
alveoli yang terbatas serta tidak adanya surfaktan yang memadai menyebabkan
stress pada bayi.
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk nafas pertama kali,
diantaranya; peristiwa mekanis seperti penekanan toraks pada proses kelahiran
pervagina dan tekanan yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika
bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan
perangsangan pusat pernafasan. Pada saat bayi mencapai cukup bulan, kurang
dari 100 ml cairan paru–paru terdapat di dalam nafasnya. Selama proses
kelahiran, kompresi dinding dada akan membantu pengeluaran sebagian dari
cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh sirkulasi pulmonum serta sistem
limphatik setelah kelahiran bayi. Neonatus yang dilahirkan dengan
SC (Secsio Cesarea) tidak mendapat penekanan thorak sehingga paru–parunya

166
terisi cairan dalam waktu yang lebih lama. Cairan yang mengisi mulut
dan trakhea sebagian dikeluarkan dan udara mulai mengisi sistem pernafasan
ini.
Aktifnya pernafasan yang pertama menimbulkan serangkaian peristiwa
diantaranya:
1) Membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa
2) Mengosongkan cairan dari paru–paru.
3) Menentukan volume paru neonatus dan karakteristik fungsi paru–paru
bayi baru lahir.
4) Dengan tarikan nafas yang pertama, udara di ruangan mulai mengisi saluran
napas besar trakhea neonatus dan bronkus. Oksigenasi yang memadai
merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan
pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangklan cairan paru
b. Perubahan Sirkulasi
Karakteristik sirkulasi janin merupakan sistem tekanan rendah, karena paru-
paru masih tertutup dan berisi cairan, organ tersebut memerlukan darah dalam
jumlah minimal. Pemasangan klem tali pusat akan menutup sistem tekanan
darah dari plasenta-janin. Aliran darah dari palsenta berhenti, sistem sirkulasi
bayi baru lahir akan mandiri, tertutup dan bertekanan tinggi. Efek yang muncul
segera akibat tindakan pemasangan klem tali pusat adalah kenaikan resistensi
vaskular sistemik. Kenaikan resistensi vaskular sistemik ini bersamaan dengan
pernapasan pertama bayi baru lahir.
Oksigen dari napas pertama ini menyebabkan otot–otot vaskular berelaksasi
dan terbuka. Paru–paru menjadi satu sistem tekanan rendah. Kombinasi tekanan
ini yang meningkat pada sirkulasi sistemik tetapi menurun pada sirkulasi paru
menimbulkan perubahan–perubahan tekanan aliran darah pada jantung.
Tekanan yang berasal dari peningkatan aliran darah pada jantung kiri
menyebabkan foramen ovale menutup. Semakin banyak darah yang
mengandung oksigen melewati duktus arteriosus menyebabkan organ ini
berkontraksi sehingga membatasi arus pintas yang terjadi melalui duktus
tersebut. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya
peningkatan sirkulasi limpe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. Darah yang
167
meninggalkan jantung neonatus menjadi sepenuhnya mengandung oksigen
ketika berada dalam paru dan mengalir ke seluruh jaringan tubuh yang lain.
Dalam waktu singkat perubahan–perubahan besar tekanan telah berlangsung
pada bayi baru lahir, sekalipun perubahan–perubahan ini secara anatomi tidak
selesai dalam hitungan minggu, penutupan fungsional foramen ovale dan duktus
arteriosus terjadi segera setelah kelahiran, yang paling penting untuk dipahami
bidan adalah bahwa perubahan–perubahan sirkulasi dari janin ke bayi baru lahir
berkaitan mutlak dengan kecukupan fungsi respirasi.
c. Termoregulasi
Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu
lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang bersuhu rata-rata 37 0C, kemudian
bayi masuk ke dalam lingkungan. Suhu ruangan persalinan yang suhu 25 0C
sangat berbeda dengan suhu di dalam rahim.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu:
1) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di
dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas
angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
2) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung).
3) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap
panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apalagi bayi diletakkan
diatas benda-benda tersebut.
4) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh
panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera

168
dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
Meminimalkan kehilangan panas bayi baru lahir, beberapa cara umum untuk
mempertahankan panas adalah sebagai berikut :
1) Selimut, topi atau pakaian yang hangat sebelum kelahiran.
2) Keringkan bayi baru lahir secepatnya.
3) Atur suhu ruangan persalinan 25 0C.
4) Jangan lakukan penghisapan bayi baru lahir jika alas tempat tidur basah.
5) Tunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu stabil.
6) Tempatkan area perawatan bayi baru lahir dari jendela, dinding luar atau
jalan ke pintu.
7) Selalu menutup kepala bayi baru lahir dan membungkus rapat tubuh bayi
selama 48 jam.
Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan cara;
menggigil, aktifitas otot dan termogenesis (produksi panas tanpa menggigil).
Sehingga dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan
mengakibatkan peningkatan penggunaan oksigen oleh neonatus. Oleh karena
itu kehilangan panas ada neonatus berdampak pada hipogilikemi, hipoksia dan
asidosis.
d. Glukosa
Sebelum dilahirkan kadar darah janin berkisar 60 hingga 70 % dari kadar
darah ibu. Dalam persiapan untuk kehidupan luar rahim seorang janin yang
sehat mencadangkan glukosa sebagai glikogen terutama di dalam hati.
Sebagian penyimpangan glikogen berlangsung pada trimester III.
Pada saat tali pusat diklem, bayi baru lahir harus mendapat cara untuk
mempertahankan glukosa yang sangat diperlukan untuk fungsi otak neonatus.
Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah menurun dalam waktu singkat (1
hingga 2 jam kelahiran). Bayi baru lahir yang sehat hendaknya didorong untuk
sesegera mungkin mendapatkan ASI setelah dilahirkan. Seorang bayi yang
mengalami stress berat pada saat kelahiran seperti hipotermia mengakibatkan
hipoksia mungkin menggunakan simpanan glikogen dalam jumlah banyak pada
jam–jam pertama kelahiran.

169
2. aptasi Bayi Baru Lahir Selanjutnya
a. Perubahan Darah
Pada waktu dilahirkan bayi baru lahir mempunyai nilai hemoglobin. Kadar
hemoglobin normal berkisar 11,7 hingga 20,0 g /dl. Haemoglobin janin
mempunyai daya ikat terhadap oksigen yang sangat tinggi. Nilai–nilai
haemoglobin awal bayi baru lahir sangat dipengaruhi oleh saat pemasangan
klem tali pusat dan posisi bayi baru lahir segera setelah dilahirkan. Penempatan
bayi baru lahir dibawah perut ibu dapat menyebabkan transfusi plasenta sebesar
15 sampai 30 % lebih besar dari volume darah. Efek samping transfusi
plasenta yaitu : gangguan pernapasan, peningkatan tekanan darah.
Jadi jika bayi tidak diletakkan diatas perut ibu, maka tali pusat harus segera
di klem. walaupun aliran darah bisa mengalir balik dari bayi ke plasenta,
keadaan ini tidak biasa karena arteri umbilikus (yang membawa darah dari janin
kembali ke plasenta) mengalami spasme dengan cepat pada temperatur
lingkungan kamar bersalin. Jika terjadi arus balik, bayi baru lahir dapat
mengalami hipovolemia berat. Sel darah merah bayi baru lahir mempunyai
rentang waktu hidup (lifespan) rata-rata 80 hari (dibandingkan dengan umur
hidup eritrosit dewasa selama 120 hari).Perputaran hidup sel yang cepat ini
menghasilkan lebih banyak dampak pemecahan sel, termasuk bilirubin yang
harus di metabolisme. Kelebihan bilirubin ini berperan pada ikterus fisiologis
yang terlihat pada bayi baru lahir.
b. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif sudah
matang. Sebelum lahir, janin cukup bulan melakukan hisapan dan tindakan
menelan. Reflek muntah dan batuk yang sudah sempurna tetap utuh pada saat
lahir. Mekonium kendati steril, mengandung kotoran cairan amnion, yang
menegaskan bahwa janin telah menelan cairan amnion dan bahwa cairan
tersebut telah melewati saluran gastrointestinal.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan masih terbatas, banyak keterbatasan ini berkaitan dengan beragamnya
enzim pencernaan dan hormon yang terdapat pada semua bagian saluran
gastrointerstinal dari mulut hingga intestin. Bayi baru lahir kurang mampu
untuk mencerna protein dan lemak dibandingkan dengan orang dewasa.
Penyerapan karbohidrat relatif efisien tetapi masih tetap dibawah kemampuan
170
orang dewasa. Kemampuan bayi baru lahir yang efisien terutama dalam
penyerapan glukosa, asalkan jumlah glukosa tidak terlalu besar.
Selama masa bayi dini, bayi baru lahir masih memilki lapisan epitel intestin
yang bersifat tidak tembus antigen. Sebelum usus menutup, bayi masih rentan
terhadap infeksi bakteri / virus dan juga terhadap rangsangan alergen melalui
penyerapan intestin molekul–molekul besar. Pemberian ASI mendorong
penutupan usus karena ASI sejumlah besar IgA sekresi dan merangsang
profliferasi enzim–enzim intestin.
c. Perubahan Sistem Imunitas
1) Imunitas Alami
Sel– sel tubuh memberikan fungsi imunitas yang terdapat pada saat lahir
guna membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tiga sel
yang berfungsi dalam fagositosis (menelan dan membunuh) mikroorganisme
yang menyerang tubuh ketiga sel darah ini adalah :
a) Neutrofil polimorfomuklear.
b) Monosit.
c) Makrofag.
Sedangkan sel–sel yang lain disebut sel pembunuh alami (natural killer).
Akhirnya neotrofil polimorfonuklear akan menjadi fagosit primer dalam
pertahanan penjamu (host), tetapi pada neonatus neutrofil polimorfonuklear
ini mengalami gangguan baik pada kemampuan untuk bergerak pada arah
yang benar dan dalam kemampuannya untuk melekat pada tempat–tempat
peradangan. Kekurangan fungsi ini menyebabkan suatu kelemahan utama
sistem imunitas neonatus, ketidak mampuannya mencari dan membatasi
lokasi infeksi.
2) Imunitas Dapatan
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus yang berasal
dariibunya, janin mendapatkan imunitas ini melalui berbagai IgG yang
melintas melalui transplasenta. Neonatus tidak memiliki imunitas pasif
terhadap penyakit.
Dengan adanya defisiensi kekebalan alami dan dapatan, bayi baru lahir
rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu pencegahan terhadap mikroba
seperti praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini serta deteksi
dini terhadap penyakit infeksi perlu dilakukan.
171
d. Perubahan Sistem Ginjal
Ginjal bayi baru lahir memperlihatkan penurunan aliran darah dan ginjal
dan penurunan laju filtrasi glomerolus. Hal ini dapat menimbulkan dengan
mudah retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus masih belum matang,
yang dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan
ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu melakukan
pemekatan (konsentrasi) urin, yang mencerminkan pada berat jenis urin yang
rendah.
Bayi baru lahir mengekresi sejumlah kecil urin pada 48 jam pertama
kehidupan, sering kali hanya sebanyak 30 – 60 ml. Protein atau darah tidak
boleh terdapat di dalam urin bayi baru lahir. Bidan harus senantiasa ingat bahwa
masa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik acapkali sebenarnya
ginjal dan bisa jadi sebuah tumor, pembesaran atau penyimpangan pertumbuhan
ginjal.

B. Pemeriksaan fisik pada saat bayi lahir


Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin.
Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan
riwayat persalinan.Pemeriksaan dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan
dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat yang digunakan harus bersih dan hangat.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
1. Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar
uterus yang memerlukan resusitasi.
2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
3. Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau
tempat perawatan khusus.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1. Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan
klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia
Apgar mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi
baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir
dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi keadaan

172
fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan
bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat
juga digunakan untuk menilai respon resusitasi.

Cara menentukan nilai APGAR :


Tanda 0 1 2

Warna kulit Biru, pucat Kemerahan Semua kemerahan


Denyut jantung Tidak ada ekstermitas biru >100
Upaya bernafas Tidak ada <100 Baik (menangis
Tonus otot Lemah Tidak teratur kuat)
Reflek (kateter di Tidak beraksi Fleksi pada Batuk, bersin
lubang hidung) ektermitas
Meringis

2. Mencari Kelainan Kongenital


Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital
pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu
ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau
infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan adakah kelainan bawaan
keluarga disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat
menggangu pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan
sebagainya.
3. Memeriksa cairan amnion
Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion ( volume >
2000 ml ) sering dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian atas, ibu
dengan diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml)
dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya
konsekuensi oligohidramnion seperti kontraktur sendi dan hipoplasi paru.
4. Memeriksa tali pusat
Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya
simpul dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi
baru lahir hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada mempunyai
173
satu atau lebih kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan, urogenital,
respiratorik atau kardiovaskuler.
5. Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah
ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah
terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga
perlu diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu
dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.
6. Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa gestasi.
Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak
dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan
kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar
7. Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus
diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh
adanya atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara
memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung,
masukkan 5 - 10 ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk
ke dalam lambung. Dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian
cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml
pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus
dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, ateri umbulikalis
hanya satu, polihidramnion atau hipersalivasi.
Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depresor
aguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut
mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang
tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis N.fasiali). Pada 20 %
keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital berupa kelainan
kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.
8. Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan
thermometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat
dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-
vaginal.
174
9. Pemeriksaan garis tengah tubuh
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel dan
lain-lain.
10. Pemeriksaan jenis kelamin
Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila
terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat
hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin
ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.

C. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada
di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin
terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Aktifitas fisik
a. Inspeksi
Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif
dan simetris.
2. Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
3. Kulit
a. Inspeksi
Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
b. Palpasi
Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4. Kepala
a. Inspeksi
Distribusi rambut di puncak kepala.
b. Palpasi
Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura
segital.

175
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan
sagitalis.
5. Wajah
a. Inspeksi
Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah
dan simetris.
6. Mata
a. Inspeksi
Kelompak mata tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan
bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7. Telinga
a. Inspeksi
Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur,
pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8. Hidung
a. Inspeksi
Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9. Mulut
a. Inspeksi
Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh
berwarna merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna
merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag dan
reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10. Leher
a. Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.
b. Palpasi
Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11. Dada
a. Inspeksi
Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.
Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
b. Palpasi
176
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa
kardiomegali.
c. Auskultasi
Suara nafas jernih sama kedua sisi.
frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur.
d. Perkusi
Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12. Payudara
a. Inspeksi
Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13. Abdomen
a. Inspeksi
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
berwarna putih kebiruan.
b. Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di
bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal
dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba
sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.
c. Perkusi
Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
d. Auskultasi
Bising usus ada.
14. Genitalia eksterna
a. Inspeksi (wanita)
Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus uretra ada
di depan orivisium vagina.
b. Inspeksi (laki-laki)
Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.
15. Anus
a. Inspeksi
Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking)
pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.

177
16. Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
a. Inspeksi
Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
b. Palpasi
Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
1) Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan
reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa
berselaput, jarak antar jari sama karpal dan metacarpal ada dan sama di
kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku.
2) Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri
simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
b. Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar
jari sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku
rentang pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan
jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan
sismetris.
18. Pemeriksaan reflek
a. Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
normal : dijumpai pada tahun pertama.
b. Tonic neck
cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu
sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi
berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan
tampak kira–kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6
bulan.
178
c. Moro
cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke
belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan
mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah
ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
d. Mengenggam
cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau
tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.
normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak
tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.
e. Rooting
cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.
Normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan
pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama
selama tidur
f. Menghisap
cara : beri bayi botol dan dot.
normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi
reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa
stimulasi.
g. Menari / melangkah
cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang
keras.
normal : kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke
permukaan keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.
19. Pengukuran atropometrik
a. Penimbang berat badan
1) Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya,
tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
2) BBL 2500 - 4000gram.
b. Panjang badan

179
1) Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala
agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki
ke bawah menuju bawah kita.
2) PB : 48/52cm.
c. Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita
mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.
d. Lingkar dada
1) Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi
kearah depan dan garis putih.
2) LD : 32 – 35 cm.
20. Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang
Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk menyakinkan
bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewati
perlu di perhatikan :
a. Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan, ubun-ubun.
b. Kulit : adanya ikterus, piodermia.
c. Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian.
d. Abdomen : adanya tumor yang tidak terdektesi sebelumnya.
e. Tali pusat : adanya infeksi.
f. di samping itu perlu di perhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu
sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.

D. Asuhan keperawatan bayu bari lahir


1. Definisi
Neonatus adalah bayi dari umur 4 minggu, lahir biasanya dengan cara gestasi
38-42 minggu (Ilyas Jumani,1994).Bayi Baru Lahir adalah seorang bayi yang
dilahirkan setelah 37 minggu (menstrual) kehamilan lengkap sampai 42 minggu
kehamilan lengkap (260-294 hari) dianggap bayi cukup bulan oleh kebanyakan ahli
(Gary Cuningham, 1995).Neonatus adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari
rahim seorang ibu melalui jalan lahir normal atau dengan cara pembedahan
(Laksman,1998).

180
Neonatus adalah bayi baru lahir mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidpan ekstra uteri (Marlyn
dongoes,1999).
Neonatus adalah bayi baru lahir, bayi dalam 28 hari pertama kehidupannya
(Broker,Cristine.2001).
2. Anatomi Fisiologi
a. Sistem Pernapasan
Perkembangan system pulmoner, keadaan yang mempercepat proses maturasi
paru-paru
1) Taksemia
2) Hipertensi
3) Diabetes Berat
4) Infeksi
5) Ketuban Pecah dini
6) Insufisiensi plasenta
Keadaan diatas akan mengakibatkan stress berat pada janin,hal ini dapat
menimbulkan rangsangan untuk pematangan paru-paru.
b. Jantung dan Sirkulasi darah
Di dalam rahim darah yang kaya oksigen dan nutrisi dari plasenta masuk ke
dalam tubu janin melalui vena umblikalis,sebagian besar masuk ke vena inferior
melalui duktus venosus arantii.
Ketika janin dilahirkan segera setelah bayi menghirup udara dan menangis
kuat. Dengan demikian paru-paru akan mengembang,tekanan paru-paru mengecil
dan darah mengalir ke paru-paru dengan demikian duktus botali tidak berfungsi
lagi, foramen ovale akan menutup.
Penutupan foramen oval terjadi karena adanya pemotongan dan pengikatan
tali pusat sebagai berikut:
1) Sirkulasi plasenta berhenti,aliran darah ke atrium kanan menurun, sehingga
tekanan jantung menurun, tekanan rendah di aorta hilang sehingga tekanan
jantung kiri meningkat.
2) Asistensi pada paru-paru dan aliran darah ke paru-paru meningkat, hal ini
menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat.

181
c. Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah cukup terbentuk dan telah menelan
air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak,absorbs air ketuban terjadi melalui
mukosa saluran pencernaan,janin minum air ketuban dapat di buktikan dengan
adanya mekonium.
d. Hepar
Hepar janin pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang,dan glikogen mulai di simpan didalam hepar,setelah
bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai,vitamin A dan B juga di simpan di
dalam hepar.
e. Metabolisme
Dibandingkan dengan ukuran tubuhnya,luas permukaan tubuh neonatus lebih
besar dari pada orang dewasa,sehingga metabolism perkilogram berat janinnya
lebih besar.
f.Produksi Panas
Pada Neonatus apabila mengalami hipotermi bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan cara NSR(Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
cara pembakaran cadangan lemak (Lewat coklat)yang memberikan lebih banyak
energy dari pada lemak biasa.
g. Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus,janin mendapatkan hormone dari ibunya. Pada
kehamilan sepuluh minggu, ketika tropin telah ditemukan dalam hipofisis
janin,hormon ini diperlukan untuk mempertahankan grandula suprarenalis janin.
Pada neonates kadang-kadang hormone dari ibunya masih berfungsi pengaruhnya
dapat dilihat missal pada bayi laki-laki atau perempuan adanya pembesaran
kelenjar air susu atau kadang-kadang adanya pengeluaran darah dari vagina yang
menyerupai haid pada bayi perempuan.
h. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
Glomerulus di ginjal mulai dibentuk pada janin pada umur 8 minggu,jumlah
pada kehamilan 28 minggu diperkirakan 350.000 dan akhir kehamilan
diperkirakan 820.000 ginjal janin mulai berfungsi pada usia kehamilan 3 bulan.
i. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan 10 minggu di lahirkan hidup maka dapat dilihat
bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada
182
janin baru terjadi pada kehamilan 4 bulan sedangkan gerakan menghisap terjadi
pada kehamilan 6 bulan.
j. Imunologi
Pada system imunolgi terdapat beberapa jenis imunologi (suatu protein
yang mengandung zat antibody) diantaranya adalah imunoglobulingmma G (Ig
G). Pada neonates hanya terdapat Ig G dibentuk banyak pada bulan ke 2 setelah
bayi dilahirkan. Ig G Pada janin berasal dari ibunya melalui plasenta.
3. Etiologi
a. His(Kontraksi otot rahim)
b. Kontraksi otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
4. Manifestasi klinis
a. Warna kulit: seluruhnya merah
b. Denyut jantung: > 100 x/menit
c. Pernapasan : baik,menangis kuat.
d. Otot : gerak aktif,reflek baik
e. Reaksi terhadap rangsangan : menangis
5. Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami
oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang
hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna
(diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan
kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode
adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini
berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem
tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan
dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta
menggunakan glukosa. Perubahan Sistem Pernafasan.

183
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis
(Varney, 551-552).
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat
menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan
mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna
mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b. Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara
mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.
6. Komplikasi
a. Sebore
b. Ruam
c. Moniliasis
d. Ikterus fisiologi
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sel Darah Putih 18000/mm, Neutropil meningkat sampai 23.000-24.000/mm hari
pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
b. Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia)
c. Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi prenatal)
d. Essai Inhibisi guthriel tes untuk adanya metabolit fenillalanin, menandakan fenil
ketonuria

184
e. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
f.Detrosik:Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50
mg/dl,meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke 3.

E. Tinjauan teoritis keperawatan


1. Pengkajian
a. Aktivitas
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak semi-
koma,saat tidur dalam meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan
gerakan mata cepat (REM) tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Sirkulasi
Rata-rata nadi apical 120-160 dpm (115 dpm pada 4-6 jam, meningkat sampai
120 dpm pada 12-24 jam setelah kelahiran). Nadi perifer mungkin
melemah,murmur jantung sering ada selama periode transisi, TD berentang dari
60-80 mmHg (sistolik)/40-45 mmHg (diastolik) Tali pusat diklem dengan aman
tanpa rembesan darah,menunjukan tanda-tanda pengeringan dalam 1-2 jam
kelahiran mengerut dan menghitam pada hari ke 2 atau ke 3.
c. Eliminasi
Abdomen lunak tanpa distensi,bising usus aktif pada beberapa jam setelah
kelahiran. Urin tidak berwarna atau kuning pucat,dengan 6-10 popok basah per
24 jam.Pergerakan feses mekonium dalam 24 sampai 48 jam kelahiran.
d. Makanan atau cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram.
Penurunan berat badan di awal 5%-10%
Mulut: saliva banyak,mutiara Epstein(kista epithelial)dan lepuh cekung adalah
normal palatum keras/margin gusi,gigi prekosius mungkin ada.
e. Neurosensori
Lingkar kepala 32-37 cm,fontanel anterior dan posterior lunak dan datar,
Kaput suksedaneum dan molding mungkin ada Selama 3-4 hari, Mata dan
kelopak mata mungkin edema, Strabismus dan fenomena mata boneka sering
ada. Bagian telinga atas sejajar dengan bagian dalam dan luar kantus mata(telinga
tersusun rendah menunjukan abnormalitas ginjal atau genetik)

185
Pemeriksaan neurologis : adanya reflek moro,plantar,genggaman palmar dan
babinski, respon reflex di bilateral/sama (reflex moro unilateral menandakan
fraktur klavikula atau cedera pleksus brakialis),gerakan bergulung sementara
mungkin terlihat. Tidak adanya kegugupan,letargi,hipotonia dan parese.
f. Pernapasan
Takipnea khususnya setelah kelahiran sesaria atau presentasi bokong.Pola
pernapasan diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan
abdomen(inspirasi yang lambat atau perubahan gerakan dada dan abdomen
menunjukan distress pernapasan)pernapasan dangkal atau cuping hidung
ringan,ekspirasi sulit atau retraksi interkostal.(ronki pada inspirasi atau ekspirasi
dapat menandakan aspirasi)
g. Keamanan
Warna kulit:akrosianosis mungkin ada, kemerahan atau area ekomotik dapat
tampak di atas pipi atau di rahang bawah atau area parietal sebagai akibat dari
penggunaan forsep pada kelahiran
Sefalohematoma tampak sehari setelah kelahiran
Ekstremitas: gerakan rentang sendi normal kesegala arah, gerakan menunduk
ringan atau rotasi medial dari ekstremitas bawah,tonus otot baik.
h. Seksualitas
Genitalia wanita : Labia vagina agak kemerahan atau edema,tanda vagina/hymen
dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma)atau rabas berdarah sedikit (pseudo
menstruasi) mungkin ada.
Genitalia pria :Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi(lubang prepusium sempit, mencegah retraksi foreksim ke glan).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
akibat pemotongan tali pusat.
b. kurang pengetahuan cara merawat bayi.
c. Resiko tinggi hipotermi berhubungan dengan adaptasi lingkungan dari intra ke
exstra uteri.
3. Penatalaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disini merupakan realisasi yang telah ditetapkan
dalam perencanaan keperawatan. Pada klien dengan bayi baru lahir idealnya harus
diletakkan didalam incubator untuk mengurangi hipotermi pada bayi baru lahir dan
186
merawat tali pusat dengan steril menggunakan betadine. Bila tidak mendapatkan
perawatan bayi baru lahir dapat menyebabkan terjadinya hipotermi dan infeksi
bahkan sampai sepsis.

187
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Kedokteran Edisi V, 2008


Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Edisi II. 198

Gunawan, Nardho. Pedoman Penunjang Kegawat – Daruratan Obstetri dan Neonatal. Jakarta.
1995
Guyton, Artur. Buka Ajar FISIOLOGI Kedokteran. EGC. Jakarta. 1983
Untoro, Rachmi. ASI. Depkes RI. 2005
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. EGC. 1990
Wiknjosastro, Gulardi.dkk. Asuhan Persalinan Normal. JNPKR. Jakarta. 2007

188
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi diluar keinginan (Brunner and Suddarth, 2002).
Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang tidak terkendali pada waktu
yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya,yang mengakibatkan
masalah social dan higienis pendeitanya (FKUI, 2006).
Menurut International Continence Sosiety, inkontinensia urine adalah kondisi keluarnya urin
tak terkendali yg dpt didemonstrasikan secara obyektif dan menimbulkan gangguan hygiene
dan social.
Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup
banyak. Sehingga dapat dianggap masalah bagi seseorang.
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing. Inkontinensia urine
merupakan salah satu manifestasi penyakit yang sering ditemukan pada pasien geriatri.
Inkontinensia urine adalah ketidakampuan mengendalikan evakuasi urine. (kamus
keperawatan).
Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin berkisar antara 15 – 30% usialanjut di masyarakat
dan 20-30% pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit mengalami inkontinensia urin, dan
kemungkinan bertambah berat inkontinensia urinnya 25-30% saa tberumur 65-74 tahun.
Masalah inkontinensia urin ini angka kejadiannya meningkat dua kali lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria. Perubahan-perubahan akibat proses menua mempengaruhi saluran
kemih bagian bawah. Perubahan tersebut merupakan predisposisi bagi lansia untuk
mengalami inkontinensia, tetapi tidak menyebabkan inkontinensia. Jadi inkontinensia bukan
bagian normal proses menua.
B. Etiologi
1) Persalinan pervaginan
Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot
dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan risiko
terjadinya inkontinensia urine.

189
2) Proses menua
Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia menopause (50 tahun ke
atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra),
sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine. Semakin tua seseorang semakin
besar kemungkinan mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan struktur
kandung kemih dan otot dasar panggul.
3) Gangguan urologi (peningkatan pada produksi urine (DM))
4) Infeksi saluran kemih
Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi infeksi saluran
kemih bisa menyebabkan inkontinensia urine
C. Patifisiologi
Proses berkemih normal merupakan proses dinamis yang memerlukan rangkaian
koordinasi proses fisiologik berurutan yang pada dasarnya dibagi menjadi 2 fase. Pada
keadaan normal selama fase pengisian tidak terjadi kebocoran urine, walaupun kandung
kemih penuh atau tekanan intra-abdomen meningkat seperti sewaktu batuk, meloncat-loncat
atau kencing dan peningkatan isi kandung kemih memperbesar keinginan ini. Pada keadaan
normal, dalam hal demikian pun tidak terjadi kebocoran di luar kesadaran. Pada fase
pengosongan, isi seluruh kandung kemih dikosongkan sama sekali. Orang dewasa dapat
mempercepat atau memperlambat miksi menurut kehendaknya secara sadar, tanpa
dipengaruhi kuatnya rasa ingin kencing. Cara kerja kandung kemih yaitu sewaktu fase
pengisian otot kandung kemih tetap kendor sehingga meskipun volume kandung kemih
meningkat, tekanan di dalam kandung kemih tetap rendah. Sebaliknya otot-otot yang
merupakan mekanisme penutupan selalu dalam keadaan tegang. Dengan demikian maka
uretra tetap tertutup. Sewaktu miksi, tekanan di dalam kandung kemih meningkat karena
kontraksi aktif otot-ototnya, sementara terjadi pengendoran mekanisme penutup di dalam
uretra. Uretra membuka dan urine memancar keluar. Ada semacam kerjasama antara otot-otot
kandung kemih dan uretra, baik semasa fase pengisian maupun sewaktu fase pengeluaran.
Pada kedua fase itu urine tidak boleh mengalir balik ke dalam ureter (refluks).
Proses berkemih normal melibatkan mekanisme dikendalikan dan tanpa kendali.
Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul berada dibawah control volunter dan disuplai
oleh saraf pudenda, sedangkan otot detrusor kandung kemih dan sfingter uretra internal
berada di bawah kontrol sistem safar otonom,yang mungkin dimodulasi oleh korteks otak.
Kandung kemih terdiri atas 4 lapisan, yakni lapisan serosa, lapisan otot detrusor, lapisan

190
submukosa dan lapisanmukosa. Ketika otot detrusor berelaksasi, pengisian kandung kemih
terjadi dan bila otot kandung kemih berkontraksi pengosongan kandung kemih atau proses
berkemih berlangsung. otot detrusor adalah otot kontraktil yang terdiri atas beberapa lapisan
kandung kemih. Mekanisme detrusor meliputi otot detrusor,saraf pelvis, medula spinalis dan
pusat saraf yang mengontrol berkemih. Ketikakandung kemih seseorang mulai terisi oleh
urin, rangsangan saraf diteruskan melalui saraf pelvis dan medula spinalis ke pusar saraf
kortikal dan subkortikal. Pusat subkortikal (pada ganglia basal dan serebelum) menyebabkan
kandung kemih berelaksasi sehingga dapat mengisi tanpa menyebabkan seseorang
mengalami desakan untuk berkemih. Ketika pengisian kandung kemih berlanjut,rasa
penggebungan kandung kemih disadari, dan pusat kortikal (pada lobusfrontal), bekerja
menghambat pengeluaran urin. Gangguan pada pusat kortikaldan subkortikal karena obat
atau penyakit dapat mengurangi kemampuan menunda pengeluaran urin. Komponen penting
dalam mekanisme sfingter adalah hubungan urethra dengan kandung kemih dan rongga perut.
Mekanisme sfingter berkemih memerlukan agulasi yang tepat antara urethra dan kandung
kemih.Fungsi sfingter urethra normal juga tergantung pada posisi yang tepat dari urethra
sehiingga dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen secara efektif ditrasmisikan ke uretre.
Bila uretra pada posisi yang tepat, urin tidak akan keluar pada saat tekanan atau batuk yang
meningkatkan tekanan intra-abdomen. Mekanisme dasar proses berkemih diatur oleh refleks-
refleks yang berpusat dimedula spinalis segmen sakral yang dikenal sebagai pusat berkemih.
Pada fase pengisian kandung kemih, terjadi peningkatan aktivitas saraf otonom simpatis yang
mengakibatkan penutupan leher kandung kemih, relaksasi dinding kandung kemih serta
penghambatan aktivitas parasimpatis dan mempertahankan inversisomatik pada otot dasar
panggul. Pada fase pengosongan, aktivitas simpatis dan somatik menurun, sedangkan
parasimpatis meningkat sehingga terjadi kontraksi otot detrusor dan pembukaan leher
kandung kemih. Proses reflek ini dipengaruhi oleh sistem saraf yang lebih tinggi yaitu batang
otak, korteks serebri dan serebelum. Pada usia lanjut biasanya ada beberapa jenis
inkontinensia urin yaitu ada inkontinensia urin tipe stress, inkontinensia tipe urgensi, tipe
fungsional dan tipe overflow..
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin.
Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam
kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Seiring dengan bertambahnya usia, ada
beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain : melemahnya otot
dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk
191
kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya
kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung
kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih. Penyebab Inkontinensia
Urine (IU) antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-
obatan, produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet.
Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Inkontinensia Urine juga bisa
terjadi karena produksi urine berlebih karena berbagai sebab. Misalnya gangguan metabolik,
seperti diabetes melitus, yang harus terus dipantau
Selain hal-hal yang disebutkan diatas inkontinensia urine juga terjadi akibat
kelemahan otot dasar panggul, karena kehamilan, pasca melahirkan, kegemukan (obesitas),
menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi vagina. Penambahan berat dan tekanan
selama kehamilan dapat menyebabkan melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama
sembilan bulan. Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat
regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan
risiko terjadinya inkontinensia urine. Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada
wanita di usia menopause (50 tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan
otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine.
Faktor risiko yang lain adalah obesitas atau kegemukan, riwayat operasi kandungan dan
lainnya juga berisiko mengakibatkan inkontinensia. Semakin tua seseorang semakin besar
kemungkinan mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan struktur kandung
kemih dan otot dasar panggul.

D. Manifestasi Klinis
1) Desakan berkemih, di sertai ketidakmampuan mencapai kamar mandi karena telah
berkemih
2) Frekuensi, dan nokturia.
3) Inkontinensia stres, dicirikan dengan keluarnya sejumlah kecil urin ketika tertawa, bersin,
melompat, batuk atau membungkuk.
4) Inkontinensia overflow, dicirikan dengan aliran urin buruk atau melambat dan merasa
menunda atau mengedan.
5) Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan volume dan aliran urin yang adekuat
6) Higiene buruk atau tanda- tanda infeksi

192
E. Klasifikasi
1. Inkontinensia Urin Akut Reversibel
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tak dapat pergi ke toilet
sehingga berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium teratasi maka inkontinensia urin
umumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi yang menghambat mobilisasi pasien dapat
memicu timbulnya inkontinensia urin fungsional atau memburuknya inkontinensia
persisten, seperti fraktur tulang pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya. Resistensi urin
karena obat-obatan, atau obstruksi anatomis dapat pula menyebabkan inkontinensia urin.
Keadaan inflamasi pada vagina dan urethra (vaginitis dan urethritis) mungkin akan
memicu inkontinensia urin. Konstipasi juga sering menyebabkan inkontinensia akut.
Berbagai kondisi yang menyebabkan poliuria dapat memicu terjadinya inkontinensia
urin, seperti glukosuria atau kalsiuria. Gagal jantung dan insufisiensi vena dapat
menyebabkan edema dan nokturia yang kemudian mencetuskan terjadinya inkontinensia
urin nokturnal. Berbagai macam obat juga dapat mencetuskan terjadinya inkontinensia
urin seperti Calcium Channel Blocker, agonist adrenergic alfa, analgesicnarcotic,
psikotropik, antikolinergik dan diuretic. Untuk mempermudah mengingat penyebab
inkontinensia urin akut reversible dapat dilihat akronim di bawah ini :
a. Delirium
b. Restriksi mobilitas, retensi urin
c. Infeksi, inflamasi, Impaksi
d. Poliuria, pharmasi
2. Inkontinensia Urin Persisten
Inkontinensia urin persisten dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, meliputi anatomi,
patofisiologi dan klinis. Untuk kepentingan praktek klinis, klasifikasi klinis lebih
bermanfaat karena dapat membantu evaluasi dan intervensi klinis. Kategori klinis meliputi
a) Inkontinensia akibat stress
Merupakan eliminasi urine diluar keinginan melalui uretra sebagai akibat dari
peningkatan mendadak pada tekanan intra-abdomen. seperti pada saat batuk, bersin
atau berolah raga. Umumnya disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul,
merupakan penyebab tersering inkontinensia urin pada lansia dibawah 75 tahun.

193
Lebih sering terjadi pada wanita tetapi mungkin terjadi pada laki-laki akibat
kerusakan pada sfingter urethra setelah pembedahan trans urethral dan radiasi. Pasien
mengeluh mengeluarkan urin pada saat tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah urin yang
keluar dapat sedikit atau banyak.
b) Urge Incontinence
Terjadi bila pasien merasakan drongan atau keinginan untuk urinasi tetapi tidak
mampu menahannya cukup lama sebelum mecapai toilet. Inkontinensia urin jenis ini
umumnya dikaitkan dengan kontraksi detrusor tak terkendali (detrusor overactivity).
Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan dengan inkontinensia urin urgensi ini,
meliputi stroke, penyakit Parkinson, demensia dan cedera medula spinalis. Pasien
mengeluh tak cukup waktu untuk sampai di toilet setelah timbul keinginan untuk
berkemih sehingga timbul peristiwa inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi ini
merupakan penyebab tersering inkontinensia pada lansia di atas 75 tahun. Satu variasi
inkontinensia urgensi adalah hiper aktifitas detrusor dengan kontraktilitas yang
terganggu. Pasien mengalami kontraksi involunter tetapi tidak dapat mengosongkan
kandung kemih sama sekali. Mereka memiliki gejala seperti inkontinensia urin stress,
overflow dan obstruksi. Oleh karena itu perlu untuk mengenali kondisi tersebut karena
dapat menyerupai inkontinensia urine tipe lain sehingga penanganannya tidak tepat.
c) Overflow Incontinence
Ditandai oleh eliminasi urine yang sering dan kadang-kadang terjadi hampir terus-
menerus terjadi. Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan kansdung
kemih tidak dapat mengosongkan isinya secara normal dan megalami distensi yang
berlebihan. Meskipun eliminasi urine sering terjadi, kandug kemih tidak pernah
kosong. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti pembesaran prostat,
faktor neurogenik pada diabetes melitus atau sclerosis multiple, yang menyebabkan
berkurang atau tidak berkontraksinya kandung kemih, dan faktor-faktor obat-obatan.
Pasien umumnya mengeluh keluarnya sedikit urin tanpa adanya sensasi bahwa
kandung kemih sudah penuh.
d) Inkontinensia urin fungsional
Merupakan inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi
ada factor lain, seperti angguan kognitif berat yang membuat pasien sulit untk
mengidentifkasi perlunya miksi (demensia alzhimer) atau gangguan fisik yang
menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk melakukan
urinasi. Memerlukan identifikasi semua komponen tidak terkendalinya pengeluaran
194
urine akibat faktor-faktor di luar saluran kemih. Penyebab tersering adalah demensia
berat, masalah muskuloskeletal berat, faktor lingkungan yang menyebabkan kesulitan
unutk pergi ke kamar mandi, dan faktor psikologis. Seringkali inkontinensia urin pada
lansia muncul dengan berbagai gejala dangan membran urodinamik lebih dari satu
tipe inkontinensia urin. Penatalaksanaan yang tepat memerlukan identifikasi semua
komponen.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes diagnostik pada inkontinensia urin
(Menurut Ouslander), tes diagnostik pada inkontinensia perlu dilakukan
untuk mengidentifikasi faktor yang potensial mengakibatkan inkontinensia,
mengidentifikasi kebutuhan klien dan menentukan tipe inkontinensia. Mengukur sisa
urine setelah berkemih, dilakukan dengan cara :
Setelah buang air kecil, pasang kateter, urin yang keluar melalui kateter diukur atau
menggunakan pemeriksaan ultrasonik pelvis, bila sisa urin > 100 cc berarti
pengosongan kandung kemih tidak adekuat. Urinalisis, dilakukan terhadap spesimen
urine yang bersih untuk mendeteksi adanya factor yang berperan terhadap terjadinya
inkontinensia urin seperti hematuri, piouri, bakteriuri, glukosuria, dan proteinuria. Tes
diagnostik lanjutan perlu dilanjutkan bila evaluasi awal didiagnosis belum jelas. Tes
lanjutan tersebut adalah :
a) Tes laboratorium tambahan seperti kultur urin, blood urea nitrogen, creatinin, kalsium
glukosa sitologi.
b) Tes urodinamik adalah untuk mengetahui anatomi dan fungsi saluran kemih bagian
bawah
c) Tes tekanan urethra adalah mengukur tekanan di dalam urethra saat istirahat dan saat
dinamis
d) Imaging adalah tes terhadap saluran perkemihan bagian atas dan bawah.
2) Pemeriksaan penunjang Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan
alat-alat mahal. Sisa-sisa urine pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan
fisis. Pengukuran yang spesifik dapat dilakukan dengan ultrasound atau kateterisasi
urine. Merembesnya urin pada saatdilakukan penekanan dapat juga dilakukan. Evaluasi
tersebut juga harus dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada desakan keinginan
untuk berkemih. Diminta untuk batuk ketika sedang diperiksa dalam posisi litotomi atau

195
berdiri. Merembesnya urin sering kali dapat dilihat. Informasi yang dapat diperoleh
antara lain saat pertama ada keinginan berkemih, ada atau tidak adanya kontraksi
kandung kemih tak terkendali, dan kapasitas kandung kemih.
3) Laboratorium Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk
menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuri.
4) Catatan berkemih (voiding record) Catatan berkemih dilakukan untuk mengetahui pola
berkemih. Catatan ini digunakan untuk mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami
inkontinensia urin dan tidak inkontinensia urin, dan gejala berkaitan dengan
inkontinensia urin. Pencatatan pola berkemih tersebut dilakukan selama 1-3 hari. Catatan
tersebut dapat digunakan untuk memantau respon terapi dan juga dapat dipakai sebagai
intervensi terapeutik karena dapat menyadarkan pasien faktor-faktor yang memicu
terjadinya inkontinensia urin pada dirinya.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan inkontinensia urin menurut Muller adalah mengurangi faktor resiko,
mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin, modifikasi lingkungan,
medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan. Dari beberapa hal tersebut di atas, dapat
dilakukan sebagai berikut :
1) Pemanfaatan kartu catatan berkemih
Yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah urin yang keluar,
baik yang keluar secara normal, maupun yang keluar karena tak tertahan, selain itu catat
waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum.
2) Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia urine,
seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-
lain. Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah :
a. Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan
teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari.
b. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya.
c. Lansia dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula
setiap jam, selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin berkemih
setiap 2-3 jam.

196
d. Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai dengan
kebiasaan lansia.
e. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi berkemih
mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin berkemih.
Teknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif (berpikir).
f. Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul
secara berulang-ulang.
3) Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urine adalah:
a) antikolinergik seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine Pada inkontinensia stress
diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu :
pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra. Pada sfingter relax diberikan
kolinergik agonis seperti :
b) Bethanechol atau alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi,
dan terapidiberikan secara singkat.
4) Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila terapi
non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipe overflow umumnya
memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan retensi urin. Terapi ini
dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic
(pada wanita).
Penatalaksanaan pembedahan
Ada berbagai macam tindakan bedah yang dapat dilakukan : perbaikan vagina, suspensi
kandung kemih pada abdomen dan elevasi kolum vesika urinaria. Sfingter artificial yang
dimodifikasi dengan megunakan balon karet-silikon sebagai mekanisme penekanan swa-
regulasi dpat digunakan untuk menutup uretra. Metode lain untuk mengontrol
inkontinensia stress adalah aplikasi stimulasi elektronik pada dasar panggul dengan
bantuan pulsa generator miniature yang dilengakapi electrode yang dipasang pada
sumbat intra-anal.
5) Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan
inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami
inkontinensia urin, diantaranya adalah pampers, kateter, dan alat bantu toilet
sepertiurinal, komod dan bedpan
197
6) Kateter
Kateter menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin karenadapat
menyebabkan infeksi saluran kemih, dan juga terjadi pembentukanbatu. Selain kateter
menetap, terdapat kateter sementara yang merupakanalat yang secara rutin digunakan
untuk mengosongkan kandung kemih.Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak dapat
mengosongkankandung kemih. Namun teknik ini juga beresiko menimbulkan infeksi
padasaluran kemih.
7) Alat bantu toilet
Seperti urinal, komod dan bedpan yang digunakan oleh orang usia lanjutyang tidak
mampu bergerak dan menjalani tirah baring. Alat bantu tersebutakan menolong lansia
terhindar dari jatuh serta membantu memberikankemandirian pada lansia dalam
menggunakan toilet.
8) Latihan Otot Dasar Panggul
a. Posisi tidur telentang dengan kedua kaki ditekuk sehingga otot panggul sejajar dengan
lantai.
b. Tahan otot panggul seperti menahan kencing selama sepuluh hitungan atau
sesanggupnya.
c. Lepaskan dan relaks selama sepuluh hitungan.
d. Lakukan lagi dan lepaskan lagi lebih kurang 5x latihan.
e. Lakukan sebanyak 3x sehari (pagi, siang dan malam)

H. Pencegahan
Lakukan pencegahan dengan senam kegel untuk memperkecil terjadimya
inkontinesia. Jika anda seorang perokok mulailah berfikir untuk menhentikannya, frekuensi
merokok yang tinggi dapat membuat anda semakin sering mengalami batuk dan memacu
anda untuk mengeluarkan urin sesering mungkin.

198
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Identitas klien
a. Nama :Ny. Y
b. Umur : 67 th
c. Jenis Kelamin : perempuan
d. Agama : islam
e. Status Perkawinan : kawin
f. Pendidikan : SD
g. Pekerjaan : tidak bekerja
h. Tgl masuk RS : 4 April 2015
i. No. Register : 15665

Penanggung Jawab

1. Nama :Tn. F
2. Umur : 60 th
3. Pekerjaan : swasta
4. Alamat : Hibrida 10

Riwayat Kesehatan

A. Alasan kunjungan/keluhan utama :

Klien datang dengan keluarganya ke RS dengan keluhan ingin BAK terus-menerus dan
tidak bisa ditahan sampai ke toilet.

B. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan kencingnya lebih dari 10 kali dalam sehari. Klien juga mengatakan dia
tidak bisa menahan kencingnya, karena dia tidak sempat lagi untuk sampai toilet. klien
mengaku dia mengurangi minum agar tidak mengompol lagi. Klien mengatakan sering
menahan haus. Klien mengatakan lecet-lecet pada kulitnya. Klien mengatakan malu

199
apabila keluar rumah, karena mengompol dan bau air kencingnya yang menyengat.
sehingga hanya diam dirumah.

C. Riwayat kesehatan dulu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumya. Klien
mengatakan pernah dirawat di RS dan dipasang kateter.

D. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan keluarganya tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
dan tidak ada penyakit keturunan.

B. Analisa Data

NO Data Diagnosa Keperawatan NANDA


1. DS : Domain 3 : elominasi dan pertukaran
- Klien mengatakan ingin BAK Class 1 : fungsi urinarius
terus menerus Diagnosa : inkontinensia urine refleks
- Klien mengatakan kencingnya (00018)
lebih dari 10 kali dalam sehari.
- Klien juga mengatakan dia
tidak bisa menahan
kencingnya
DO:
- Tempat tidur klien tampak
tercium bau khas urin

2. DS : Domain 4 :aktivitas/istirahat
- Pasien mengatakan saat BAK Class 5 :perawatan diri
dibantu oleh keluarganya Diagnosa :defisit keperawatan diri
- Pasien mengatakan tidak bisa eliminasi (001101)
mengontrol pada saat BAK
DO:

- Pasien tampak tidak sadar saat


BAK

200
- Pasien tampak terpasang
pampers
3. DS : Domain 12 :kenyamanan
- Klien mengatakan mengatakan Class 1 :kenyamanan fisik
merasa gatal pada area keluar Diagnosa : gangguan rasa nyaman
urin (00214)
DO :
- Klien tampak basah dan
gelisah

C. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil Dan indikator Intervensi NIC


NANDA NOC
1. Domain 3 : elominasi dan Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu secara fisik atau
pertukaran keperawatan selama 30-34 min fisiologi akibat dari
Class 1 : fungsi urinarius inkontinensia fekal
Dengan kriteria hasil :
Diagnosa : inkontinensia 2. Diskusikan prosedur
urine refleks (00018) 050202. Pertahankan 2-3 dan keluarnya urin
yang diharafkan
050203.Resfon mendesak
3. Intruksikan pasien
untuk waktu yang tidak tepat
atau keluarga pasien
2-3
untukn merekam
050209.Pengosongan keluarnya urin pasien
kantungkemi secara sempurna 4. Cuci area perineal
2-3 dengan sabun dan air
keringkan
050206. Pengosongan < 150
ml dilain waktu 3

201
2. Domain 4 :aktivitas/istirahat Setelah dilakukan tindakan 1. Mempertimbangkan
Class 5 :perawatan diri keperawatan selama 30-34 min budaya pasien ketika
Diagnosa :defisit mempromosikan diri
031001 merespon kandung
keperawatan diri eliminasi dalam kegiatan
kemih penuh secara tepat
(001101) 2. Insider usia pasien ketika
waktu
mempromosikan
031002 merespon dorongan kegiatan perawatan diri
untuk buang air besar secara 3. Menentukan jumlah dan
tepat waktu jenis bantuan yg
diperlukan
031003 masuk dan keluar dari
4. Tempat handuk,sabun
kamar mandi
deodoran, peralatan,dan
031004 menghapus pakaian aksasories lain yang
diperlukan disamping
031005 posisi diri di toilet atau
tempat tidur atau di
toilet
kamar mandi
031014 sampai ke toilet antara
dorongan dan bagian urin

031015 sampai ke toilet antara


dorongan dan evakuasi sekolah

031006 mengosongkan
kandung kemih

031011 mengosongkan usus

3. Domain 12 :kenyamanan Setelah dilakukan tindakan


Class 1 :kenyamanan fisik keperawatan selama 30-34 min
1.
Diagnosa : gangguan rasa
nyaman (00214)

202
a. Satuan Acara Penyuluhan

PRA PLANNING
PENYULUHAN INKONTINENSIA PRAKTIK KEPERAWATAN MUSKULOSKELETAL
MAHASISWA STIKES YATSI TANGERANG
Ds. GEMBOR KAB. TANGERANG

Hari/ Tanggal : 13 Oktober 2015


Waktu : 30 Menit
Topik : Penyuluhan Kesehatan inkintinensia
Tempat : Musola Rt.09 Rw. 04

A. Latar Belakang Kegiatan


Inkontinensia urin merupakan salah satu masalah besar di bidang gerontik yang perlu
mendapat perhatian serius. Masalah itu tampaknya akan menjadi salah satu masalah
kesehatan dan psikososial yang sering dijumpai di masa mendatang seiring dengan makin
banyaknya jumlah usia lanjut di Indonesia.
Data di luar negeri menyebutkan bahwa 15 – 30 % usia lanjut yang tinggal di
masyarakat dan 50 % usia lanjut yang di rawat menderita inkontinensia urun. Pada tahun
1999, dari semua pasien yang di rawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo di dapatkan angka
kejadian inkontinensia urin sebesar 10%, dan pada tahun 2000, angka kejadian inkontinensia
urin meningkat menjadi 12%.
Inkontinensia urin seringkali menyebabkan pasien dan atau keluarganya frustasi,
bahkan depresi. Bau yang tidak sedap, perasaan kotor, tidak suci untuk beribadah tentu
menimbulkan masalah sosial dan psikologis. Selain itu, adanya inkontinensia urin juga akan

203
mengganggu aktivitas fisik, seksual, dan pekerjaan. Secara tidak langsung masalah itu juga
dapat menyebabkan dehidrasi karena umumnya pasien akan mengurangi minumnya karena
khawatir mengompol. Dekubitus, infeksai saluran kemih berulang, jatuh, dan tidak kalah
pentingnya adalah biaya perawatan yang tinggi untuk pembelian pampers, kateter adalah
masalah yang juga dapat timbul akibat inkontinensia urin.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan individu, diharapkan dapat mengetahui, mengerti,
dan memahami tentang penyakit INKONTINENSIA dan pengobatan untuk
penderita INKONTINENSIA. Sehingga dapat diambil suatu tindakan
pencegahan, penanganan, dan pengobatan terhadap penderita INKONTINENSIA

2. Tujuan Khusus
Individu dapat mengerti dan menjelaskan tentang:
a. Pengertian dan Penyebab INKONTINENSIA
b. Gejala dan Tanda INKONTINENSIA
c. Tanda bahaya anak\dewasa harus dibawa ke pusat pelayanan keseatan terdekat.

C. Peserta
1) Masyarakat 20 orang (ibu-ibu) dan anak-anak
2) Pembimbing Akademik 1 orang
3) Mahasiswa 4 Orang dari Kelompok 5

D. Kepanitiaan
Leader 1 : Assyifa nursakinah
Leader II : leny Anjasmita
Sekretaris : Lucky Anggraini
Sie. Acara : Maryati
Sie. Humas : Suci Nurhidayah
Sie. Perlengkapan : Ida julia
Sie. Dokumentasi : Diana irawan
204
Sie. Konsumsi : diki
Sie. Evaluasi : Anita

E. Seting Tempat
P P
Keterangan :
WWMWWMW
P : Pembicara
MWWMWWW W : Warga
WMWWMWW M : Mahasiswa

MWMWWMWW

F. Setting Waktu
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 3 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Memberi salam 2. Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran memperhatikan
2 10 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
1. Menjelaskan materi penyuluhan mendengarkan
secara berurutan dan teratur
Materi :
1. Pengertian INKONTINENSIA
2. Etiologi INKONTINENSIA
3. Gejala INKONTINENSIA
4. Penanganan INKONTINENSIA
Demontrasi
3 4 menit Evaluasi : Bertanya dan menjawab

205
Meminta kepada ibu – ibu untuk pertanyaan
Menjelaskan kembali atau
Menyebutkan :
1. Pengertian INKONTINENSIA
2. Tanda bahaya INKONTINENSIA
4 3 menit Penutup : Menjawab salam
Mengucapkan terima kasih dan
Mengucapkan salam

G. Metode
1. Diskusi
2. Demontrasi
3. Tanya Jawab

H. Media
Leaflet dan LCD

I. Rencana Evaluai Kegiatan


Evaluasi
a. Struktur
Rencana kegiatan dipersiapan 5 hari sebelumnya kegiatan dan informasi ke pengurus
1 hari.
b. Proses
a. Peserta yang hadir 100%
b. Tempat : Musola Rt. 09 Rw. 04 Desa gembor
c. 80% peserta aktif bertanya
c. Hasil
a. Warga dapat menjawab pertanyaan dan mengulang kembali definisi Inkontinensia
b. Warga Pengertian dan Penyebab INKONTINENSIA
c. Warga dapat menyebutkan Gejala dan Tanda –[ terkena INKONTINENSIA
d. Warga dapat mengidentifikasi tanda bahaya anak /dewasa harus dibawa ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat

206
Panitia Praktek Keperawatan system reproduksi
Mahasiswa tingkat III B Keperawatan STIKes YATSI Tangerang
Ds. gembor Kab. Tangerang- Banten

Ketua Sekretaris

Assyifa nursakunah Lucky Anggraini


NIM : 13210050 NIM: 13210076

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Ns. Ria setia Sari S.Kep

207
(2) Materi Penyuluhan
1. Pengertian
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi diluar keinginan (Brunner and Suddarth, 2002).
Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang tidak terkendali pada
waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya,yang
mengakibatkan masalah social dan higienis pendeitanya (FKUI, 2006).
Menurut International Continence Sosiety, inkontinensia urine adalah kondisi
keluarnya urin tak terkendali yg dpt didemonstrasikan secara obyektif dan
menimbulkan gangguan hygiene dan social.
Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang
cukup banyak. Sehingga dapat dianggap masalah bagi seseorang.
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing. Inkontinensia urine
merupakan salah satu manifestasi penyakit yang sering ditemukan pada pasien
geriatri.
Inkontinensia urine adalah ketidakampuan mengendalikan evakuasi urine. (kamus
keperawatan).
Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin berkisar antara 15 – 30% usialanjut di
masyarakat dan 20-30% pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit mengalami
inkontinensia urin, dan kemungkinan bertambah berat inkontinensia urinnya 25-30%
saa tberumur 65-74 tahun. Masalah inkontinensia urin ini angka kejadiannya
meningkat dua kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria. Perubahan-perubahan
akibat proses menua mempengaruhi saluran kemih bagian bawah. Perubahan tersebut
merupakan predisposisi bagi lansia untuk mengalami inkontinensia, tetapi tidak
menyebabkan inkontinensia. Jadi inkontinensia bukan bagian normal proses menua.
208
2. Etiologi,
a. Persalinan pervaginan
Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot
dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan risiko
terjadinya inkontinensia urine.
b. Proses menua
Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia menopause (50 tahun ke
atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra),
sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine. Semakin tua seseorang semakin
besar kemungkinan mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan struktur
kandung kemih dan otot dasar panggul.
c. Gangguan urologi (peningkatan pada produksi urine (DM))
d. Infeksi saluran kemih
Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi infeksi saluran
kemih bisa menyebabkan inkontinensia urine

3. Gejala inkontinensia

a. Desakan berkemih, di sertai ketidakmampuan mencapai kamar mandi karena telah


berkemih
b. Frekuensi, dan nokturia.
c. Inkontinensia stres, dicirikan dengan keluarnya sejumlah kecil urin ketika tertawa,
bersin, melompat, batuk atau membungkuk.
d. Inkontinensia overflow, dicirikan dengan aliran urin buruk atau melambat dan
merasa menunda atau mengedan.
e. Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan volume dan aliran urin yang adekuat
f. Higiene buruk atau tanda- tanda infeksi

4. Penanganan inkontinensia

Penanganan inkontinensia urin menurut Muller adalah mengurangi faktor resiko,


mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin, modifikasi lingkungan,

209
medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan. Dari beberapa hal tersebut di atas, dapat
dilakukan sebagai berikut :

1) Pemanfaatan kartu catatan berkemih


Yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah urin yang keluar,
baik yang keluar secara normal, maupun yang keluar karena tak tertahan, selain itu catat
waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum.
2) Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia urine,
seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-
lain. Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah :
g. Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih)
dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari.
h. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum
waktunya.
i. Lansia dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula
setiap jam, selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin berkemih
setiap 2-3 jam.
j. Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai dengan
kebiasaan lansia.
k. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi
berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila
ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif
(berpikir).
l. Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar
panggul secara berulang-ulang.
3) Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urine adalah:
c) antikolinergik seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine Pada
inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu :
pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra. Pada sfingter relax
diberikan kolinergik agonis seperti :
d) Bethanechol atau alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk stimulasi
kontraksi, dan terapidiberikan secara singkat.

210
4) Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila
terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipe overflow
umumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan retensi urin. Terapi
ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic
(pada wanita).
Penatalaksanaan pembedahan
Ada berbagai macam tindakan bedah yang dapat dilakukan : perbaikan vagina,
suspensi kandung kemih pada abdomen dan elevasi kolum vesika urinaria. Sfingter
artificial yang dimodifikasi dengan megunakan balon karet-silikon sebagai mekanisme
penekanan swa-regulasi dpat digunakan untuk menutup uretra. Metode lain untuk
mengontrol inkontinensia stress adalah aplikasi stimulasi elektronik pada dasar panggul
dengan bantuan pulsa generator miniature yang dilengakapi electrode yang dipasang
pada sumbat intra-anal.
5) Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan
inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami
inkontinensia urin, diantaranya adalah pampers, kateter, dan alat bantu toilet
sepertiurinal, komod dan bedpan
6) Kateter
Kateter menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin karenadapat
menyebabkan infeksi saluran kemih, dan juga terjadi pembentukanbatu. Selain kateter
menetap, terdapat kateter sementara yang merupakanalat yang secara rutin digunakan
untuk mengosongkan kandung kemih.Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak dapat
mengosongkankandung kemih. Namun teknik ini juga beresiko menimbulkan infeksi
padasaluran kemih.
7) Alat bantu toilet
Seperti urinal, komod dan bedpan yang digunakan oleh orang usia lanjutyang tidak
mampu bergerak dan menjalani tirah baring. Alat bantu tersebutakan menolong lansia
terhindar dari jatuh serta membantu memberikankemandirian pada lansia dalam
menggunakan toilet.
8) Latihan Otot Dasar Panggul
f. Posisi tidur telentang dengan kedua kaki ditekuk sehingga otot panggul sejajar dengan
lantai.
211
g. Tahan otot panggul seperti menahan kencing selama sepuluh hitungan atau
sesanggupnya.
h. Lepaskan dan relaks selama sepuluh hitungan.
i. Lakukan lagi dan lepaskan lagi lebih kurang 5x latihan.
j. Lakukan sebanyak 3x sehari (pagi, siang dan malam)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak,
maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang,
paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit
payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak
maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen
yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono,
2006).
Carsinoma mammae atau kanker payudara adalah neoplasma ganas dengan
pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,
tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995).
Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang ganas yang
terjadi pada jaringan payudara. Kanker biasanya terdiri dari gumpalan yang keras dan

212
kenyal tanpa adanya batas. Mungkin adanya garis asimetris antara kedua
payudara.Bila kanker sudah berkembang, tanda-tanda akan lebih nyata sepeti jaringan
menjadi merah,borok,membengkak dan kanker terlihat dengan jelas.
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan
di Indonesia.Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak
terbanyak di kuadran lateral atas (Arif Mansjoer, Kapita selecta kedokteran Edisi 2 ).
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada lateral atasnya, jaringan
kelenjar ini keluar dari buatannya ke arah aksila, disebut tonjolan spence atau ekor
payudara.
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-
masing mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus.
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri Perforantes Anterior dari
arteri Mammaria Interna, arteri torakalis yang bercabang dari arteri aksilaris dan
beberapa arteri Interkostalis.
Penyaliran limf dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar
sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontra lateral, ke m.
rektus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis ke hati, pleura dan payudara
kontra lateral. (Sjamsuhidajat, 2004)

B. Etiologi
Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti
(Price & Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
terjadinya Ca mammae, yaitu:
1. Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca mammae
(Smeltzer & Bare, 2002: 1589).
a. Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
b. Genetik
1) Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
genetic” autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).

213
2) Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder,
Martin, 1997).
3) mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan
riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta
mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
c. Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi
interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan
jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor .

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu
1) Tinggi melebihi 170 cm
2) Masa reproduksi yang relatif panjang.
3) Faktor Genetik
4) Ca Payudara yang terdahulu
5) Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini,
dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
6) Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah
ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang
porliferatif sedikit meningkat.
7) Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
8) Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun,
Menarche kurang dari 12 tahun
9) Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun
mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.
C. Patofisiologi

214
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia,
virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki
kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau
bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih
peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena kanker
(Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa
teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:
a. Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan
progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel
mammae (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah
merangasang pertumbuhan sel mammae .Suatu penelitian menyatakan bahwa
wanita yang diangkat ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan
menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone
estrogenlah yang, menyebabkan kanker mammae pada manusia. Namun
menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai peninmgkatan resiko
Kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi pada wanita yang
melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
b. Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.\
1) Genetik

215
a. Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya
“linkage genetic” autosomal dominan.
b. Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom
17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan
riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995)
serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).

c. Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi
interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan
jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan
proliferasi tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringa
epithelial dan paling sering pada system duktal. Mula-mula terjadi
hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut
menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7
tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yang
cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai jaringan
yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti
periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan
terjadi ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe
dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer limfe
menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu
juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’
orange). Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan
timbulnya metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama
tulang tengkorak, vertebredan panggul)
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan
progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang
sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan
sebagai kakeksi kanker.

216
D. Manifestasi klinis
Gejala umum Ca mamae adalah :
1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2. Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan
3. Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
4. Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
5. Ada cairan yang keluar dari puting susu
6. Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi
retraksi
7. Ada rasa sakit
8. Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat
9. Ada pembengkakan didaerah lengan
10. Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
11. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
12. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
13. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
14. Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
15. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:

a. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada
kulit dan otot pektoralis.
b. Stadium IIa
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
c. Stadium IIb
217
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh
d. Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.
e. Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan
limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau
menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema
pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa
juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer.
Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan
lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh
f. Stadium IIIc
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat
metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe
aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
g. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang
rusuk.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker
(CEA) dalam serum/plasma, Pemeriksaan sitologis
2. Test diagnostik lain:
a) Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
b) Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy, Incisi
biopsy, Eksisi biopsy
3. Biopsi aspirasi
4. True cut

218
5. Biopsi terbuka
6. USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis,
pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.

F. Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang dan
hati.Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:
1. metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darahkapiler (
penyebaran limfogen dan hematogen0, penyebarab hematogen dan limfogen dapat
mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang ,otak ,syaraf.
2. gangguan neuro varkuler
3. Faktor patologi
4. Fibrosis payudara
5. kematian

G. Pentalaksansaan medis
1. Pembedahan
a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor.
Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa
jadi diangkat atau tidak diangkat.
b. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis
mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak
diangkat.
c. Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat.
Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada
di sekitar tumor tersebut.
d. Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
e. Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis
mayor.
2. Radiotherapy

219
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan
therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan,
nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan
therapi endokrin lainnya.

220
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak
dan nyeri.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan
klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.

221
f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan
lapang dada.

B. Diagnosa Keperawatan
Prioritas Ke- Diagnosa keperawatan

1. Domain 12 : Kenyamanan

Class 1 : Kenyamanan fisik

Diagnose: Acute Pain/Nyeri Akut (00132)

2. Domain 9 : coping/stress tolerance


Class 2 : Coping Responses
Dignosa : Anxiety (00146)

3. Domain 2 : Nutrition

Class 1 : Ingestion

Diagnosa : ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

(Imbalanced Nutrition:less than body requirements) 00002

C. Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
(Noc) (Nic)

1. Domain 12 : Setelah dilakukan Domain 1 : Fisioligis:Dasar


Kenyamanan tindakan
Class E : Promosi
keperawatan
Class 1 : Kenyamanan Kenyamanan Fisik
manajemen nyeri

222
fisik selama lebih dari Intervensi : 1400 Manajemen
satu hari nyeri Nyeri
Diagnose: Acute
akut teratasi
Pain/Nyeri Akut (00132) - Gunakan strategi komunikasi
sebagian dengan
terapeutik untuk mengakui
kriteria hasil :
pengalaman rasa sakit dan
Domain 4 : menyampaikan penerimaan
Health respon pasien terhadap nyeri.
Knowledge & - Eksplorasi pengetahuan dan
Behavior keyakinan tentang rasa sakit
pasien.
Class Q : Health
- Bantu pasien dan keluarga
Behavior
untuk mencari dan
Outcomes : 1605 memberikan dukungan.
: Pain Control - Tentukan frekuensi diperlukan
untuk membuat penilaian
- 160510
kenyamanan pasien dan
Menganalisis
melaksanakan rencana
skala nyeri pasien
pemantauan.
setiap 24 jam (2-
- Kendalikan factor lingkungan
3)
yang dapat mempengaruhi
- 160503
respon pasien terhadap
Meggunakan
ketidaknyamanan (misalnya,
Langkah-langkah
suhu, kamar, pencahayaan,
pencegahan Nyeri
kebisingan).
akut (2-3)
- Pilih dan Terapkan berbagai
- 160504
langkah-langkah (misalnya,
menggunakan
farmakologi, nonfarmakologi,
langkah langkah
interpersonal) untuk
bantuan non
memfasilitasi penghilang rasa
analgesic (2-3)
sakit, yang sesuai.
- 160505
- Dorong pasien untuk
menggunakan
memantau nyeri sendiri dengan
analgesic seperti
tepat

223
yang dianjurkan
(2-3)
2. Domain 9 : Domain III : Domain III : Behavioral-
coping/stress tolerance Psychosocial Cont’d
Class 2 : Coping health Class T Psychological
Responses Comfort promotion kode
Class O : self control
Dignosa : Anxiety : (6540)
(00146) Setelah dilakukan Activies :
tindakan
- Gunakan pendekatan yang
keperawatan
menenangkan
dalam waktu 31-
- Nyatakan dengan jelas
45 diharapkan
harapan terhadap pelaku
kecemasan teratasi
pasien
dengan kriteria
- Jelaskan semua prosedur
hasil :
dan apa yang dirasakan
- Memonitor selama prosedur
intensitas - Temani pasien untuk
kecemasan memberikan keamanan
dengan skala : dan mengurangi takut
- Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
- Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
- Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan
tehnik relaksasi
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
3. Domain 2 : Setelah dilakukan Domain I :Physiological: basic
tindakan

224
Nutrition keperawatan Class D Nutrition Support
selama 31-45
Class 1 : Ingestion Intervensi : 1100 : Nutrition
menit kebutuhan
Management
Dx : nutrisi sebagian
ketidakseimbangan terpenuhi dengan - Tentukan status gizi
Nutrisi Kurang criteria hasil : pasien dan kemampuan
Dari Kebutuhan untuk memenuhi
Domain II –
Tubuh kebutuhan gizi
Physiologic
- Identifikasi pasien alergi
(Imbalanced Health-cont’d
makanan atau intoleransi
Nutrition:less than
Class K-Digestion & - Tentukan preferensi
body
Nutrition makanan pasien
requirements)
- anjurkan
00002 Outcomes : 1004
pasiententangkebutuhan
:Nutritional Status
giziMisal;
- 100401 nutrient membahaspedoman
intake dietdanpiramidamakanan
(meningkatkan - tentukanjumlahkaloridan
asupan nutrisi)(2- jenisnutrisi yang
3) dibutuhkanuntuk
- 100402 food intake memenuhi
(meningkatkan kebutuhannutrisi
asupan - sediakanlingkungan
makanan)(2-3) yang optimaluntuk
- 100408 fluid intake konsumsimakanmissal;
(meningkatkan (bersihkanventilasi yang
asupan cairan)(2-3) baiksantai danbebas
- 100403 energy daribauyang kuat)
(energy) - Lakukan atau bantu
- 100405 pasiendenganperawatan
weight/height ratio mulutsebelummakan
( memonotoring
pebandingan berat

225
atau tinggi)(2-3)
- 100411 hydration (
menghindari
hidrasi)(2-3)

226
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification


(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi


10.Jakarta:EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC.

Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

227
d. Satuan Acara Penyuluhan

PRA PLANNING
PENYULUHAN INKONTINENSIA PRAKTIK KEPERAWATAN
SISTEM REPRODUKSI
MAHASISWA STIKES YATSI TANGERANG
Ds. JATI UWUNG KAB. TANGERANG

Hari/ Tanggal : 13 Oktober 2015


Waktu : 30 Menit
Topik : Penyuluhan Kesehatan Ca mammae y
Tempat : Musola Rt.01Rw. 01

J. Latar Belakang Kegiatan


Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak,
maupun jaringan ikat pada payudara
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-
bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun
diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati,
kulit, dan bawah kulit.
Carsinoma mammae atau kanker payudara adalah neoplasma ganas dengan
pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,
tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995).
Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang ganas yang
terjadi pada jaringan payudara. Kanker biasanya terdiri dari gumpalan yang keras dan
kenyal tanpa adanya batas. Mungkin adanya garis asimetris antara kedua payudara.Bila

228
kanker sudah berkembang, tanda-tanda akan lebih nyata sepeti jaringan menjadi
merah,borok,membengkak dan kanker terlihat dengan jelas.
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan
di Indonesia.Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak
di kuadran lateral atas (Arif Mansjoer, Kapita selecta kedokteran Edisi 2 ).
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada lateral atasnya,
jaringan kelenjar ini keluar dari buatannya ke arah aksila, disebut tonjolan spence atau
ekor payudara.
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus.
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri Perforantes Anterior
dari arteri Mammaria Interna, arteri torakalis yang bercabang dari arteri aksilaris dan
beberapa arteri Interkostalis.
Penyaliran limf dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar
sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontra lateral, ke m.
rektus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis ke hati, pleura dan payudara
kontra lateral. (Sjamsuhidajat, 2004)

K. Tujuan
3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan individu, diharapkan dapat mengetahui, mengerti,
dan memahami tentang penyakit CA MAMMAE dan pengobatan untuk penderita
CA MAMMAE Sehingga dapat diambil suatu tindakan pencegahan, penanganan,
dan pengobatan terhadap penderita CA MAMMAE

4. Tujuan Khusus
Individu dapat mengerti dan menjelaskan tentang:
a. Pengertian dan Penyebab CA MAMMAE
b. Gejala dan Tanda CA MAMMAE
c. Tanda bahaya anak\dewasa harus dibawa ke pusat pelayanan keseatan terdekat.

229
L. Peserta
4) Masyarakat 10 orang (ibu-ibu) dan anak-anak
5) Pembimbing Akademik 1 orang
6) Mahasiswa 4 Orang dari Kelompok 5

M. Kepanitiaan
Leader 1 : Assyifa nursakinah
Leader II : leny Anjasmita
Sekretaris : Lucky Anggraini
Sie. Acara : Maryati
Sie. Humas : Suci Nurhidayah
Sie. Perlengkapan : Ida julia
Sie. Dokumentasi : Diana irawan
Sie. Konsumsi : diki
Sie. Evaluasi : Anita

N. Seting Tempat
P P
Keterangan :
WWMWWMW
P : Pembicara
MWWMWWW W : Warga
WMWWMWW M : Mahasiswa

MWMWWMWW

O. Setting Waktu
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 3 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam

230
1. Memberi salam 2. Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran memperhatikan
2 10 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
1. Menjelaskan materi penyuluhan mendengarkan
secara berurutan dan teratur
Materi :
1. Pengertian CA MAMMAE
2. Etiologi CA MAMMAE
3. Gejala CA MAMMAE
4. Penanganan CA MAMMAE
Demontrasi
3 4 menit Evaluasi : Bertanya dan menjawab
Meminta kepada ibu – ibu untuk pertanyaan
Menjelaskan kembali atau
Menyebutkan :
1. Pengertian CA MAMMAE
2. Tanda bahaya CA MAMMAE
4 3 menit Penutup : Menjawab salam
Mengucapkan terima kasih dan
Mengucapkan salam

P. Metode
4. Diskusi
5. Demontrasi
6. Tanya Jawab

Q. Media
Leaflet dan LCD

R. Rencana Evaluai Kegiatan


Evaluasi
e. Struktur

231
Rencana kegiatan dipersiapan 5 hari sebelumnya kegiatan dan informasi ke pengurus
1 hari.
f. Proses
d. Peserta yang hadir 100%
e. Tempat : Musola Rt. 001 Rw. 01 Jati uwung
f. 80% peserta aktif bertanya
g. Hasil
e. Warga dapat menjawab pertanyaan dan mengulang kembali definisi ca uterus
f. Warga Pengertian dan Penyebab CA MAMMAE
g. Warga dapat menyebutkan Gejala dan Tanda anak terkena CA MAMMAE
h. Warga dapat mengidentifikasi tanda bahaya anak /dewasa harus dibawa ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat

Panitia Praktek Keperawatan system perkemihan


Mahasiswa Profesi Keperawatan STIKes YATSI Tangerang
Ds. gembor Kab. Tangerang- Banten

Ketua Sekretaris

Assyifa nursakunah Lucky Anggraini


NIM : 13210050 NIM: 13210076

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Ns. Ria setia Sari S.Kep

232
(2) Materi Penyuluhan
5. Pengertian
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit
payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak
maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen
yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono,
2006).

6. Etiologi
Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti
(Price & Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
terjadinya Ca mammae, yaitu:
2. Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca mammae
(Smeltzer & Bare, 2002: 1589).
d. Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
e. Genetik
4) Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
genetic” autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).
5) Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder,
Martin, 1997).
6) mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan
riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta
mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
233
f. Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi
interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan
jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor .

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu
10) Tinggi melebihi 170 cm
11) Masa reproduksi yang relatif panjang.
12) Faktor Genetik
13) Ca Payudara yang terdahulu
14) Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini,
dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
15) Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah
ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang
porliferatif sedikit meningkat.
16) Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
17) Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun,
Menarche kurang dari 12 tahun
18) Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun
mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.

7. Gejala CA MAMMAE
Gejala umum Ca mamae adalah :
16. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
17. Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan
18. Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
19. Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
234
20. Ada cairan yang keluar dari puting susu
21. Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan
terjadi retraksi
22. Ada rasa sakit
23. Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat
24. Ada pembengkakan didaerah lengan
25. Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
26. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
27. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
28. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
29. Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
30. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:

h. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak
terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.
i. Stadium IIa
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
j. Stadium IIb
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh
k. Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
tanpa penyebaran jauh.
l. Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan

235
keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke
infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks
atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan
bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory
Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh
getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain
dari organ tubuh
m. Stadium IIIc
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat
metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar
limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
n. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau
tulang rusuk.

8. Penanganan ca uterus
1. . Pembedahan
a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis
mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis
minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
b. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding
dada tidak diangkat.
c. Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal
yang berada di sekitar tumor tersebut.
d. Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.

236
e. Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis
mayor.
2. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorokan.
3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat
juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.\

237
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification


(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi


10.Jakarta:EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC.

Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

vv

238
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim,
baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks
uteri (Prawirohardjo, 2001).

B. Etiologi
Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri. Selain itu
adanya perdarahan uterus abnormal, endometriosis, prolaps uteri (relaksasi pelvis)
juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 % dari kasus histerektomi dilakukan pada
pasien dengan karsinoma. Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan
terbanyak dilakukannya histerektomi. Leiomioma merupakan suatu perkembangan
jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus, namun etiologinya belum diketahui. Meskipun
jinak dimana artinya tidak menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini
dapat menyebabkan masalah secara medis, seperti perdarahan yang banyak, yang
mana kadang-kadang diperlukan tindakan histerektomi. Relaksasi pelvis adalah
kondisi lain yang menentukan tindakan histerektomi. Pada kondisi ini wanita
mengalami pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area pelvik.
pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti inkontensia urine
(Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan
urine ini dapat dicetuskan juga oleh bersin, batuk atau tertawa. Kehamilan mungkin
melibatkan peningkatan resiko dari relaksasi pelvis, meskipun tidak ada alasan yang
tepat untuk menjelaskan hal tersebut.
Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma uteri/beberapa pre
karsinoma (displasia). Histerektomi untuk karsinoma uteri merupakan tujuan yang
tepat, dimana menghilangkan jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus.
Untuk kasus-kasus nyeri pelvis, wanita biasanya tidak dianjurkan untuk di
histerektomi. Namun penggunaan laparaskopi atau prosedur invasif lainnya

239
digunakan untuk mencari penyebab dari nyeri tersebut. Pada kasus-kasus perdarahan
abnormal uterus, bila dibutuhkan tindakan histerektomi, wanita/ pasien tersebut
dibutuhkan suatu sample dari jaringan uterus (biopsi endometrium). Untuk
mengetahui ada tidaknya jaringan karsinoma/ pre karsinoma dari uterus tersebut.
Prosedur ini sering disebut sample endometriae. Pada wanita nyeri panggul/
perdarahan percobaan pemberian terapi secara medikamentosa sering diberikan
sebelum dipikirkan dilaksanakan histerektomi.
Maka dari itu wanita pada stadium pre menopause (masih punya periode
menstrual reguler) yang mempunyai leiomioma dan menyebabkan perdarahan
namun tidak menyebabkan nyeri, terapi Hormonal lebih sering dianjurkan daripada
tindakan histerektomi. Jika wanita tersebut mempunyai perdarahan yang banyak
sehingga menyebabkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, berlanjut menyebabkan
anemia, dan tidak mempunyai kelainan pada sampel endometriae, ia bisa
dipertimbangkan untuk dilakukan histerektomi.
Pada wanita menopause (yang tidak mengalami periode menstrual secara
permanen) dimana ia tidak ditemukan kelainan pada sample endometriumnya namun
ia mempunyai perdarahan abnormal yang persisten, setelah pemberian terapi
hormonal dapat dipertimbangkan dilakukan histerektomi. Penyesuaian dosis/tipe
dari hormon juga dibutuhkan saat diputuskan penggunaan terapi secara optimal pada
beberapa wanita.

C. Klasifikasi

1. Histerektomi Abdominal Totalis


Ini merupakan suatu tipe Histerektomi yang sangat dan sering
dilakukan. Selama histerektomi abdominalis totalis, dokter-dokter sering
mengangkat uterus bersama servik sekaligus. Parut yang dihasilkan dapat
berbentuk horizontal atau vertikal, tergantung dari alasan prosedur
tersebut dilakukan dan ukuran atau luasnya area yang ingin di terapi.
Karsinoma ovarium dan uterus, endometriosis, dan mioma uteri yang
besar dapat dilakukan histerektomi jenis ini. Selain itu histerektomi jenis
ini dapat dilakukan pada kasus-kasus nyeri panggul, setelah melalui suatu
pemeriksaan serta evaluasi penyebab dari nyeri tersebut, serta kegagalan
terapi secara medikamentosa. Setelah dilakukan prosedur ini wanita tidak
240
dapat mengandung seorang anak. Maka dari itu metode ini tidak
dilakukan pada wanita usia reproduksi, kecuali pada kondisi-kondisi yang
sangat serius seperti karsinoma. Histerektomi abdominal totalis
memperbolehkan operator mengevaluasi seluruh kavum abdomen serta
panggul, dimana sangat berguna pada wanita-wanita dengan karsinoma
atau penyebab yang tidak jelas. Dokter juga perlu melihat kembali
keadaan medis untuk memastikan tidak terjadinya resiko yang diinginkan
saat metode ini dilakukan, seperti jaringan parut yang luas (adhesi). Jika
wanita tersebut mempunyai resiko adhesi, atau ia mempunyai suatu massa
panggul yang besar, histerektomi secara abdominal sangatlah cocok.
2. Histerektomi Vaginalis
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat uterus melalui
vagina. Vaginal histerektomi ini merupakan suatu metode yang cocok
hanya pada kondisi-kondisi seperti prolaps uteri, hiperplasi endometrium,
atau displasia servikal. Kondisi ini dapat dilakukan apabila uterus tidak
terlalu besar, dan tidak membutuhkan suatu prosedur evaluasi operatif
yang luas. Wanita diposisikan dengan kedua kaki terangkat pada meja
litotomi. wanita yang belum pernah mempunyai anak mungkin tidak
mempunyai kanalis vaginalis yang cukup lebar, sehingga tidak cocok
dilakukan prosedur ini. Jika wanita tersebut mempunyai uterus yang
sangat besar, ia tidak dapat mengangkat kakinya pada meja litotomi dalam
waktu yang lama atau alasan lain mengapa hal tersebut terjadi, dokter-
dokter biasanya mengusulkan histerektomi secara abdominalis. Secara
keseluruhan histerektomi vaginal secara laparaskopi lebih mahal dan
mempunyai komplikasi yang sangat tinggi dibanding histerektomi secara
abdominal.
3. Histerektomi Vaginal dengan Bantuan Laparoskopi

Metode jenis ini sangat mirip dengan metode histerektomi secara


vaginal hanya saja ditambah dengan alat berupa laparoskopi. Sebuah
laparoskopi adalah suatu tabung yang sangat tipis dimana kita dapat
melihat didalamnya dengan suatu kaca pembesar di ujungnya. Pada
wanita-wanita tertentu penggunaan laparaskopi ini selama histerektomi
vaginal sangat membantu untuk memeriksa secara teliti kavum abdomen
241
selama operasi. Penggunaan laparoskopi pada pasien-pasien karsinoma
sangat baik bila dilakukan pada stadium awal dari kanker tersebut untuk
mengurangi adanya penyebaran atau jika direncanakan suatu
oovorektomi. Dibandingkan dengan vaginalis Histerektomi atau
abdominal, metode ini lebih mahal dan lebih riskan terjadinya komplikasi,
pengerjaannya lama dan berhubungan dengan lamanya perawatan di
Rumah Sakit seperti pada vaginal histerektomi uterus tidak boleh terlalu
besar.
4. Histerektomi Supraservikal
Supraservikal Histerektomi digunakan untuk mengangkat uterus
sementara serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang dibentuk
oleh suatu bagian paling dasar dari uterus, dan berada di bagian akhir
(atas) dari kanalis vaginalis. Prosedur ini kemungkinan tidak berkembang
menjadi karsinoma endometrium terutama pada bagian serviks yang
ditinggal.
Wanita yang mempunyai hasil papsmear abnormal atau kanker pada
daerah serviks tidak cocok dilakukan prosedur ini. Wanita lain dapat
melakukan prosedur ini jika tidak ada alasan yang jelas untuk mengangkat
serviks. Pada beberapa kasus serviks lebih baik ditinggal seperti pada
kasus-kasus endometriosis. Prosedur ini merupakan prosedur yang sangat
simple dan membutuhkan waktu yang singkat. Hal ini dapat memberikan
suatu keuntungan tambahan terhadap vagina, juga menurunkan resiko
terjadinya suatu protrusi lumen vagina (Vaginal prolaps).

5. Histerektomi Radikal
Prosedur ini melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi abdominal
totalis, karena prosedur ini juga mengikut sertakan pengangkatan jaringan
lunak yang mengelilingi uterus serta mengangkat bagian atas dari vagina.
Radikal histerektomi ini sering dilakukan pada kasus-kasus karsinoma
serviks stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada histerektomi
jenis ini dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga
menyangkut perlukaan pada usus dan sistem urinarius.
6. Ooforektomi dan Salpingooforektomi (Pengangkatan Ovarium dan atau
Tuba Falopii)
242
Ooforektomi merupakan suatu tindakan operatif mengangkat ovarium,
sedangkan salpingooforektomi adalah pengangkatan ovarium. Kedua
metode ini dilakukan pada kasus-kasus : kanker ovarium, curiga tumor
ovarium atau kanker tuba falopii (jarang). Kedua metode ini juga dapat
dilakukan pada kasus-kasus infeksi atau digabungkan dengan
histerektomi. Kadang-kadang wanita dengan kanker ovarium atau
payudara tipe lanjut dilakukan suatu ooforektomi sebagai tindakan
preventif atau profilaksis untuk mengurangi resiko penyebaran dari sel-sel
kanker tersebut. Jarang sekali terjadi kelainan secara familial.

D. manifestasi klinis
1. Infeksi
2. Rasa nyeri
3. Pendarahan didaerah operasi
Histerektomi abdominal mempunyai angka rata-rata tertinggi untuk rasa nyeri
dan infeksi post operatif daripada histerektomi vaginal.

E. Pemeriksaan Penunjang
Begitu banyak teknik-teknik operasi pada tindakan histerektomi. Prosedur
operatif ideal pada wanita bergantung pada kondisi mereka masing-masing. Namun
jenis-jenis dari histerektomi ini dibicarakan pada setiap pertemuan mengenai teknik
apa yang dilakukan dengan pertimbangan situasi yang bagaimana. Namun keputusan
terakhir dilakukan dengan diskusi secara individu antara pasien dengan dokter-
dokter yang mengerti keadaan pasien tersebut. Perlu diingat aturan utama sebelum
dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui beberapa test untuk memilih
prosedur optimal yang akan digunakan :
243
1. Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi uterus di
ovarium.
2. Papsmear terbaru.
3. USG panggul, tergantung pada temuan diatas.

Ada pun Prosedur histerektomi yaitu :

Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau


vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan melalui
sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi lewat vagina
dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop
mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan rahim
lewat vagina.
Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi perut karena lebih
kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian, keputusan melakukan
histerektomi lewat perut atau vagina tidak didasarkan hanya pada indikasi penyakit tetapi
juga pada pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah.
Histerektomi adalah prosedur operasi yang aman, tetapi seperti halnya bedah
besar lainnya, selalu ada risiko komplikasi. Beberapa diantaranya adalah pendarahan dan
penggumpalan darah (hemorrgage/hematoma) pos operasi, infeksi dan reaksi abnormal
terhadap anestesi.

F. Penataklaksanaan Medis
Pemulihan dan diet pasca operasi:
Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam minggu.
Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat
memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan untuk
menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang panjang,
brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan
makanan yang kaya protein dan meminum cukup air akan membantu proses pemulihan.

244
e. Satuan Acara Penyuluhan

PRA PLANNING
PENYULUHAN INKONTINENSIA PRAKTIK KEPERAWATAN HIV/AIDS
MAHASISWA STIKES YATSI TANGERANG
Ds. PENGODOKAN KAB. TANGERANG

Hari/ Tanggal : 14 Oktober 2015


Waktu : 30 Menit
Topik : Penyuluhan Kesehatan hiv/aids
Tempat : Musola Rt.03 Rw. 03

S. Latar Belakang Kegiatan


Histerektomi berasal dari bahasa yunani yaknihy stera yang berarti “rahim”
danektomi a yang berarti “pemotongan”. Histerektomi berarti operasi pengangkatan
rahim

Histerektomi adalah bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum


dilakukan. namun organ-organ lain seperti ovarium, saluran tuba dan serviks sangat
sering dihapus sebagai bagian dari operasi Ada beberapa tingkatan histerektomi, yaitu:

1. Histerektomi total: pengangkatan rahim dan serviks, tanpa ovarium dan tuba falopi
2. Histerektomi subtotal: pengangkatan rahim saja, serviks, ovarium dan tuba falopi
tetap dibiarkan.
3. Histerektomi total dan salpingo-oporektomi bilateral: pengangkatan rahim, serviks,
ovarium dan tuba falopi.
4. Histerektomi radikal: Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan,
dan kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada
beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa penderita.

Penyakit yang diterapi dengan histerektomi


Histerektomi memang sesuatu yang sangat tidak diharapkan, terutama bagi wanita
yang masih mendambakan memiliki anak. Namun demikian, seringkali dokter tidak
memiliki pilihan lain untuk menangani penyakit secara permanen selain dengan

245
mengangkat rahim. Beberapa jenis penyakit yang mungkin mengharuskan histerektomi
antara lain:

a. Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim)


b. Kanker serviks, rahim atau ovarium
c. Endometriosis, kondisi berupa pertumbuhan sel endometrium di bagian lain dari
rahim
d. Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke dalam dinding
rahim (sering juga disebut endometriosis interna)
e. Prolapsis uterus, kondisi di mana rahim turun ke vagina karena ligamen yang
kendur atau kerusakan pada otot panggul bawah
f. Inflamasi Pelvis karena infeksi

T. Tujuan
5. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan individu, diharapkan dapat mengetahui, mengerti,
dan memahami tentang penyakit HYSTEREKTOMI dan pengobatan untuk
penderita HISTEREKTOMI Sehingga dapat diambil suatu tindakan pencegahan,
penanganan, dan pengobatan terhadap penderita HISTEREKTOMI

6. Tujuan Khusus
Individu dapat mengerti dan menjelaskan tentang:
a. Pengertian dan Penyebab HISTEREKTOMI
b. Gejala dan Tanda HISTEREKTOMI
c. Tanda bahaya anak\dewasa harus dibawa ke pusat pelayanan keseatan terdekat.

U. Peserta
7) Masyarakat 20 orang (ibu-ibu) dan anak-anak
8) Pembimbing Akademik 1 orang
9) Mahasiswa 4 Orang dari Kelompok 5

246
V. Kepanitiaan
Leader 1 : Assyifa nursakinah
Leader II : leny Anjasmita
Sekretaris : Lucky Anggraini
Sie. Acara : Maryati
Sie. Humas : Suci Nurhidayah
Sie. Perlengkapan : Ida julia
Sie. Dokumentasi : Diana irawan
Sie. Konsumsi : diki
Sie. Evaluasi : Anita

W. Seting Tempat
P P
Keterangan :
WWMWWMW
P : Pembicara
MWWMWWW W : Warga
WMWWMWW M : Mahasiswa

MWMWWMWW

X. Setting Waktu
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 3 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Memberi salam 2. Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran memperhatikan
2 10 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
1. Menjelaskan materi penyuluhan mendengarkan
secara berurutan dan teratur

247
Materi :
1. Pengertian HISTEREKTOMI
2. Etiologi HISTEREKTOMI
3. Gejala HISTEREKTOMI
4. Penanganan HISTEREKTOMI
Demontrasi
3 4 menit Evaluasi : Bertanya dan menjawab
Meminta kepada ibu – ibu untuk pertanyaan
Menjelaskan kembali atau
Menyebutkan :
1. Pengertian HISTEREKTOMI
2. Tanda bahaya HISTEREKTOMI
4 3 menit Penutup : Menjawab salam
Mengucapkan terima kasih dan
Mengucapkan salam

Y. Metode
7. Diskusi
8. Demontrasi
9. Tanya Jawab

Z. Media
Leaflet dan LCD

AA. Rencana Evaluai Kegiatan


Evaluasi
h. Struktur
Rencana kegiatan dipersiapan 5 hari sebelumnya kegiatan dan informasi ke pengurus
1 hari.
i. Proses
g. Peserta yang hadir 100%
h. Tempat : Musola Rt. 09 Rw. 04 Desa gembor
i. 80% peserta aktif bertanya

248
j. Hasil
i. Warga dapat menjawab pertanyaan dan mengulang kembali definisi histerektomi
j. Warga Pengertian dan Penyebab HISTEREKTOMI
k. Warga dapat menyebutkan Gejala dan Tanda anak terkena HISTEREKTOMI
l. Warga dapat mengidentifikasi tanda bahaya anak /dewasa harus dibawa ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat

Panitia Praktek Keperawatan system reproduksi


Mahasiswa tingkat III B Keperawatan STIKes YATSI Tangerang
Ds. gembor Kab. Tangerang- Banten

Ketua Sekretaris

Assyifa nursakunah Lucky Anggraini


NIM : 13210050 NIM: 13210076

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Ns. Ria setia Sari S.Kep

249
(2) Materi Penyuluhan
9. Pengertian
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).

10. Etiologi
Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri. Selain itu
adanya perdarahan uterus abnormal, endometriosis, prolaps uteri (relaksasi pelvis)
juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 % dari kasus histerektomi dilakukan pada
pasien dengan karsinoma. Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan
terbanyak dilakukannya histerektomi. Leiomioma merupakan suatu perkembangan
jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus, namun etiologinya belum diketahui.
Meskipun jinak dimana artinya tidak menyebabkan/berubah menjadi kanker,
leiomioma ini dapat menyebabkan masalah secara medis, seperti perdarahan yang
banyak, yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan histerektomi. Relaksasi
pelvis adalah kondisi lain yang menentukan tindakan histerektomi. Pada kondisi ini
wanita mengalami pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area
pelvik. pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti inkontensia urine
(Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan
urine ini dapat dicetuskan juga oleh bersin, batuk atau tertawa. Kehamilan mungkin
melibatkan peningkatan resiko dari relaksasi pelvis, meskipun tidak ada alasan yang
tepat untuk menjelaskan hal tersebut.
Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma uteri/beberapa pre
karsinoma (displasia). Histerektomi untuk karsinoma uteri merupakan tujuan yang
tepat, dimana menghilangkan jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini merupakan
prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus.
Untuk kasus-kasus nyeri pelvis, wanita biasanya tidak dianjurkan untuk di
histerektomi. Namun penggunaan laparaskopi atau prosedur invasif lainnya
digunakan untuk mencari penyebab dari nyeri tersebut. Pada kasus-kasus perdarahan
abnormal uterus, bila dibutuhkan tindakan histerektomi, wanita/ pasien tersebut
dibutuhkan suatu sample dari jaringan uterus (biopsi endometrium). Untuk
mengetahui ada tidaknya jaringan karsinoma/ pre karsinoma dari uterus tersebut.
Prosedur ini sering disebut sample endometriae. Pada wanita nyeri panggul/
250
perdarahan percobaan pemberian terapi secara medikamentosa sering diberikan
sebelum dipikirkan dilaksanakan histerektomi.
Maka dari itu wanita pada stadium pre menopause (masih punya periode
menstrual reguler) yang mempunyai leiomioma dan menyebabkan perdarahan namun
tidak menyebabkan nyeri, terapi Hormonal lebih sering dianjurkan daripada tindakan
histerektomi. Jika wanita tersebut mempunyai perdarahan yang banyak sehingga
menyebabkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, berlanjut menyebabkan anemia,
dan tidak mempunyai kelainan pada sampel endometriae, ia bisa dipertimbangkan
untuk dilakukan histerektomi.
Pada wanita menopause (yang tidak mengalami periode menstrual secara
permanen) dimana ia tidak ditemukan kelainan pada sample endometriumnya namun
ia mempunyai perdarahan abnormal yang persisten, setelah pemberian terapi
hormonal dapat dipertimbangkan dilakukan histerektomi. Penyesuaian dosis/tipe dari
hormon juga dibutuhkan saat diputuskan penggunaan terapi secara optimal pada
beberapa wanita.

11. Gejala histerektomi


1. Infeksi
2. Rasa nyeri
3. Pendarahan didaerah operasi
Histerektomi abdominal mempunyai angka rata-rata tertinggi untuk rasa nyeri
dan infeksi post operatif daripada histerektomi vaginal.
12.Penanganan histerektomi
Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam minggu.
Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat
memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan untuk
menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang panjang,
brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan
makanan yang kaya protein dan meminum cukup air akan membantu proses pemulihan.

251
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog Kedokteran.
Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan
pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series

252
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kanker Rahim adalah suatu kanker di dalam jaringan rahim yang merupakan suatu
rongga kosong, berbentuk buah pear, dimana janin tumbuh dan berkembang selama
masa kehamilan, mulai dari bentuk sel telur yang dibuahi benih jantan sampai bentuk
janin hingga proses kelahiran bayi.
Di Amerika, dilaporkan bahwa terdapat 35.000 penderita baru kanker rahim setiap
tahun, 3.000 meninggal setahunnya karena penyakit kanker rahim dan diperkirakan
sekitar 1 dari 10 penderita meninggal. Karena banyak penderita ditemukan dini, maka
lebih mudah diobati. pada mulanya sel kanker hanya berkembang di dalam lapisan
selaput lendir (endometrium), hingga disebt juga kanker endometrium.
B. Etiologi
Studi-studi telah menemukan faktor-faktor risiko berikut untuk kanker rahim:
1. Keabnormalan dari endometrium (endometrium hiperplasia)
Sebuah peningkatan abnormal dalam jumlah sel-sel pada lapisan rahim merupakan
faktor risiko untuk kanker rahim. Hiperplasia bukan kanker, tapi kadang-kadang
berkembang menjadi kanker. Gejala umum dari kondisi ini adalah periode
menstruasi yang berat, perdarahan diantara periode-periode, dan perdarahan setelah
menopause. Hiperplasia adalah paling umum setelah usia 40.Untuk mencegah
endometrial hyperplasia dari pengembangan ke kanker, dokter dapat
merekomendasikan operasi untuk mengangkat uterus (hysterectomy) atau terapi
hormon dengan progesteron dan teratur tindak lanjut ujian.
2. Obesitas
Wanita yang mengalami obesitas memiliki kemungkinan lebih besar terkena kanker
rahim.
3. Reproduksi dan sejarah menstruasi
Perempuan berada pada peningkatan risiko kanker rahim jika setidaknya salah satu
dari berikut berlaku:
a. Tidak pernah memiliki anak

253
b. Apakah menstruasi pertama mereka sebelum usia 12
c. Melewati menopause setelah usia 55
d. Sejarah mengambil estrogen saja: Risiko kanker rahim adalah lebih tinggi pada
wanita yang menggunakan estrogen saja (tanpa progesteron) untuk terapi hormon
menopause selama bertahun-tahun.
e. Sejarah mengambil tamoxifen: Wanita yang mengkonsumsi obat tamoxifen untuk
mencegah atau mengobati kanker payudara berada pada peningkatan risiko kanker
rahim.
f. Sejarah memiliki terapi radiasi ke panggul: Perempuan yang telah terapi radiasi ke
panggul berada pada peningkatan risiko kanker rahim.
g. Keluarga riwayat kesehatan: Wanita dengan ibu, adik, atau anak perempuan
dengan kanker rahim berada pada peningkatan risiko mengembangkan penyakit
tersebut. Juga, wanita dalam keluarga yang memiliki bentuk warisan kanker
kolorektal (dikenal sebagai sindrom Lynch) berada pada peningkatan risiko
kanker rahim.Banyak wanita yang terkena kanker rahim sudah tidak ada faktor-
faktor risiko, dan banyak perempuan yang telah diketahui faktor risiko tidak
mengembangkan penyakit.

C. Manifestasi klinis
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa:
1. haid tidak teratur
2. ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. menopause dini
5. rasa tidak nyaman pada abdomen
6. Dyspepsia
7. tekanan pada pelvis
8. sering berkemih
9. flatulenes
10. rasa begah setelah makan makanan kecil
11. lingkar abdomen yang terus meningkat

254
Gejala lainnya:
1. Perdarahan menstruasi tidak wajar. Seperti perdarahan di luar siklus (metrorhagia)
atau perdarahan banyak (menorrhagia) atau keduanya (menometrorhagia).
2. Perdarahan sedikit - sedikit setelah menopause.
3. Rasa sakit pada bagian bawah perut atau rasa kram pada rongga panggul.
4. Keluar sedikit cairan putih melalui vagina pada perempuan sesudah menopause.
5. Pada pemeriksaan rongga panggul ditemukan perubahan ukuran bentuk dan
konsistensi rahim serta jaringan penyangga rahim sekitarnya, sebagai pertanda kanker
rahim sudah pada stadium lanjut.
6. Pemeriksaan Pap Smear mungkin menampakkan gambaran sel masih normal, atau
mulai terjadi perubahan.
7. Pemeriksaan biopsy endometrium rahim, mendukung diagnose yang lebih kuat.
8. Pemeriksaan kerokan rahim (kuretase) perlu untuk menegakkan diagnose dan untuk
melakukan evaluasi perkembangan kanker.
9. Infeksi mudah terjadi, sehingga sering infeksi ini merupakan masalah kanker rahim.
10. Pada stadium lanjut timbul gangguan buang air besar dan buang air kecil, karena
sudah menyebar ke rectum dan kandung kencing.
D. Patofisiologi
Sel kanker. Kanker dimulai di sel, blok bangunan yang membentuk jaringan.
Jaringan membentuk uterus dan organ-organ tubuh lainnya. Sel normal tumbuh dan
membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh membutuhkan mereka. Ketika
sel-sel normal menjadi tua atau rusak, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat
mereka.
Kadang-kadang, proses ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak
membutuhkannya, dan sel-sel tua atau rusak tidak mati seperti seharusnya.
Penumpukan sel-sel ekstra sering membentuk suatu massa dari jaringan yang disebut
suatu pertumbuhan atau tumor.Tumor di rahim bisa jinak (bukan kanker) atau ganas
(kanker).
Tumor jinak tidak berbahaya sebagai tumor ganas:
1. tumor jinak (seperti fibroid, polip, atau endometriosis):
a. biasanya tidak merupakan ancaman bagi kehidupan
b. dapat diobati atau dihapus dan biasanya tidak tumbuh kembali

255
c. tidak menyerang jaringan di sekitar mereka
d. tidak menyebar ke bagian lain dari tubuh
2. pertumbuhan ganas:
a. mungkin merupakan ancaman bagi kehidupan
b. biasanya dapat dihilangkan tetapi dapat tumbuh kembali
c. dapat menyerang dan merusak jaringan di dekatnya dan organ (seperti vagina)
d. dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh

Sel-sel kanker dapat menyebar dengan memecah dari tumor rahim. Mereka dapat
melakukan perjalanan melalui pembuluh getah bening ke kelenjar getah bening di
dekatnya. Juga, sel-sel kanker dapat menyebar melalui pembuluh darah ke paru-paru,
hati, tulang, atau otak. Setelah menyebarkan, sel-sel kanker dapat melampirkan ke
jaringan lain dan tumbuh untuk membentuk tumor baru yang dapat merusak jaringan
mereka.

E. Klasifikasi
Berdasarkan stadium dan tingkat pertumbuhan kanker rahim :
1. Stadium I : Kanker baru terdapat pada jaringan rahim (terbatas pada korpus).
2. Stadium II : Kanker sudah meliputi rongga rahim dan leher rahim (melibatkan
korpus / serviks).
3. Stadium III : Kanker sudah menyebardi luar rahim, tetapi masih pada alat
kandungan di dalam rongga panggul (meluas keluar uterus namun tidak keluar dari
pelvis).
4. Stadium IV: Kanker sudah menyebar ke usus besar dan kandung kencing (meluas
keluar pelvis sebenarnya atau melibatkan rectum atau kandug kemih).

F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


1. Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan
prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras
(karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil
negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak
adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.

256
2. Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan tahunan
menunjukkan negative maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan setiap tiga
tahun sekali sampai umur 65 tahun.
3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu. Alat ini
memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang
mungkin dapat dibiopsi.
a. Servikografi
b. Pemeriksaan visual langsung
c. Gineskopi
d. Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
e. Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
f. Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar g.
untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
g. MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local
dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
h. Tes Schiller.
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel
yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal
warnanya menjadi putih atau kuning.
i. Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

G. Penatalaksanaan Medik

257
1. Stadium I : adalah Histerektomi dengan salpingo-ooferektomi bilateral dan
pengangkatan beberapa kelenjar getah bening pelvis. Bila kelenjar negative, tidak
diperlukan pengobatan selanjutnya. Bila kelenjar positif, disarankan melakukan
irradiasi.
2. Stadium II : sama dengan pengobatan stadium I ditambah dengan iradiasi
pascaoperatif.
3. Stadium III : perempuan diobati dengan pembedahan dan iradiasi. Bila
tidak mungkin dilakukan pembedahan, dapat digunakan terapi irradiasi. Obat –
obatan progestasional seperti hidroksiprogesteron (Delalutin), medroksi
progesteron (Provera), and Megestrol (Megace) dapat digunakan bila padien tidak
dapat menjalani irradiasi.
4. Stadium IV : perempuan dapat diobati berdasarkan gejala – gejala dan
bagian penyebaran penyakit. Penggunaan obat – obat progestasional dan terapi
iradiasi dapat digunakan. pasien dengan kanker endometrium stadium IV
sebaiknya mempertimbangkan percobaan pengobatan dalam percobaan kinis
karena saat ini belum terdapat pengobatan standar.
H. Pencegahan
1. Jauhi rokok
2. Kebiasaan membersihkan vagina dengan baik
3. Berganti – ganti pasangan seksual
4. Usia pernikahan
5. Penggunaan estrogen
6. Makanan yang terbuat dari kedelai diyakini mengurangi risiko terjadi kanker
7. Pil KB dengan kandungan progesterone tinggi mengurangi risiko terjadinya kanker
rahim
I. Komplikasi
1. Kurang darah (anemi), akibat keluar darah terus - menerus melalui vagina.
2. Timbul lubang pada uterus, karena tindakan kuretase atau biopsy.

258
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama klien :
b. Usia :
c. Jenis kelamin :
d. Status :
e. Alamat :
2. Alasan MRS
a. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau
tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat,
misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke
Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
c. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal
yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi.
Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi

259
menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias
dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam arti
hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa
hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien
tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
b. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau
akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret
pada saluran nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada
klien yang memakai anaestesi general.
c. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus
dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat
kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan
tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
d. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien
yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam
setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan
tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
e. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori
dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.

B. Diagnosa Keperawatan
Prioritas ke- Diagnosa keperawatan

1. Domain 12 : Kenyamanan

Class 1 : Kenyamanan fisik

Diagnosa: Acute Pain/Nyeri Akut (00132)

260
2. Domain 2 : Nutrition

Class 1 : Ingestion

diagnosa : ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan


Tubuh(Imbalanced Nutrition:less than body requirements) 00002

3. Domain 4 :actvity/rest
Class 4 : Cardiovaskuler/Pulmonary responses

Diagnose : Intoleransi aktivitas (activity intoleransi)00092

C. Rencana tindakan keperawatan


NO Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil Dan indikator Intervensi NIC
NOC
1.Domain 12 : Setelah dilakukan tindakan Domain 1 :
Kenyamanan Fisioligis:Dasar
keperawatan manajemen
Class 1 : Kenyamanan Class E : Promosi
nyeri selama lebih dari
fisik Kenyamanan Fisik
satu hari nyeri akut
Diagnose: Acute Intervensi : 1400
Pain/Nyeri Akut teratasi sebagian Manajemen Nyeri
(00132)
dengan kriteria hasil : - Gunakan strategi
komunikasi
Domain 4 : Health
terapeutik
Knowledge & Behavior untuk mengakui
pengalaman rasa
Class Q : Health Behavior
sakit dan
Outcomes : 1605 : menyampaikan
penerimaan
Pain Control
respon pasien
- 160510 Menganalisis terhadap nyeri.
skala nyeri pasien - Eksplorasi
setiap 24 jam (2-3) pengetahuan dan

261
- 160503 Meggunakan keyakinan tentang
Langkah-langkah rasa sakit pasien.
pencegahan Nyeri - Bantu pasien dan
akut (2-3) keluarga untuk
- 160504 mencari dan
menggunakan memberikan
langkah langkah dukungan.
bantuan non - Tentukan
analgesic (2-3) frekuensi
- 160505 diperlukan untuk
menggunakan membuat
analgesic seperti penilaian
yang dianjurkan (2-3) kenyamanan
pasien dan
melaksanakan
rencana
pemantauan.
- Kendalikan factor
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya, suhu,
kamar,
pencahayaan,
kebisingan).
- Pilih dan
Terapkan
berbagai langkah-
langkah
(misalnya,

262
farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal)
untuk
memfasilitasi
penghilang rasa
sakit, yang sesuai.
- Dorong pasien
untuk memantau
nyeri sendiri
dengan tepat.
2.Domain 2 : Nutrition Setelah dilakukan tindakan Domain I
keperawatan selama 31-45 :Physiological: basic
Class 1 : Ingestion
menit kebutuhan nutrisi
Class D Nutrition
Dx : ketidakseimbangan sebagian terpenuhi dengan
Support
Nutrisi Kurang Dari criteria hasil :
Kebutuhan Tubuh Intervensi : 1100 :
Domain II –Physiologic
Nutrition
(Imbalanced Health-cont’d
Management
Nutrition:less than body
Class K-Digestion &
requirements) 00002 - Tentukan
Nutrition status gizi
pasien dan
Outcomes : 1004
kemampuan
:Nutritional Status untuk
memenuhi
- 100401 nutrient
kebutuhan gizi
intake (meningkatkan
- Identifikasi
asupan nutrisi)(2-3)
pasien alergi
- 100402 food intake
makanan atau
(meningkatkan
intoleransi
asupan makanan)(2-
- Tentukan
3)
preferensi
- 100408 fluid intake
makanan

263
(meningkatkan pasien
asupan cairan)(2-3) - anjurkan
- 100403 energy pasien tentang
(energy) kebutuhan
- 100405 giziMisal;
weight/height ratio ( membah
memonotoring aspedoman
pebandingan berat diet dan
atau tinggi)(2-3) piramida
- 100411 hydration ( makanan
menghindari - tentukan
hidrasi)(2-3) jumlah kalori
dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
- sediakan
lingkungan
yang optimal
untuk
konsumsi
makan
missal;
(bersihkan
ventilasi yang
baiksantai
dan bebas
dari bauyang
kuat)
- Lakukan atau

264
bantu pasien
dengan
perawatan
mulut sebelum
makan

3.Domain 4 :actvity/rest Setelah dilakukan Domain I :


Class 4 : tindakan Fisiologis dasar
Cardiovaskuler/Pulmon keperawatan toleransi Class A :
ary responses aktivitas selama 16-30 Manajemen
Diagnose : Intoleransi menit diharapkan aktivitas dan
aktivitas (activity klien bertoleransi pergerakan
intoleransi)00092 terhadap aktivitas Intervensi : 0180
dengan kriteria hasil : Manajemen energi.
Domain 1 : - Bantu pasien
Kesehatan fungsional untuk
Class A : Pemeliharaan mengidentifikasi
energi tugas tugas
Outcomes 005 toleran keluarga dan
aktivitas teman teman
- 00052 dirumah untuk
Meningkatkan tingkat mencegah/meng
pernafasan dengan urangi kelelahan
aktifitas (2-4) - Bantu pasien
- 000508 Membantu untuk
memudahkan bernafas menjadwalkan
dengan aktifitas (2-4) waktu istirahat.
- 000518 Membantu - Dorong pasoen
memudahkan untuk memilih
melakukan aktifitas kegiatan yang
sehari hari (2-4) secara bertahap
membangun
ketahanan

265
- Dorong aktivitas
fisik secara
konsisten
monitor respon
kardiovaskuler
terhadap
aktivitas
takikardia,
distrimia,sesak
nafas
diaphoesis,
pucat,
perubahan
hemodinamik.

266
DAFTAR PUSTAKA

Black, M. Joyce, 2014, Keperawatan Medikal Bedah edisi 3, Penerbit Salemba Medika :
Salemba.

Doenges, Marilynn E, 1992, Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, ECG: Jakarta.

Wikipedia, 2009. Ca uterus , http://id.wikipedia.org/wiki/ca uterus. di akses tanggal 28


oktober 2011 Pukul 15.00 WIB

Xamthone, 2010. Ca uterus. http://xamthone-plus.com/ca uterus . di akses tanggal

267
(1) Satuan Acara Penyuluhan

PRA PLANNING
PENYULUHAN PRAKTIK KEPERAWATAN
SISTEM REPRODUKSI
MAHASISWA STIKES YATSI TANGERANG
Ds. PASAR KEMIS KAB. TANGERANG

Hari/ Tanggal : 13 Oktober 2015


Waktu : 30 Menit
Topik : Penyuluhan Kesehatan Ca uterus
Tempat : Musola Rt.05 Rw. 07

A. Latar Belakang Kegiatan


Kanker adalah suatu penyakit yang paling menakutkan, tidak saja pada wanita
tetapi juga pada pria dan anak anak .tanggal 4febuari diperingati sebagai hari kanker
sedunia.pada tahun 2007 dan 2008 ,peringatan hari kanker sedunia memfokuskan
perhatian terhadap kanker pada anak di indonesia saat ini sudah ada yayasan okologi
anak indonesia yang memiliki slogan “kanker pada anak dapat diobati dan
diupayakan sembuh bila ditemukan lebih diri .
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal sel sel kanker ini
dapat menyebar sebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian .Pada
kenyataannya ,banyak penderita menyadari bahwa didalam tubuhnya muncul kanker
.sebelum kanker meluas atau merusak jaringtan disekitarnya penderita tidak
merasakan adanya keluhan atau gejala pada saat itu, kondisi penyakit kankernya
sudah berada pada stadium lanjut .
Kanker rahim (uterus) merupakan salah satu jenis kanker yang menakutkan
bagi seorang perempuan kanker ini dianggap menjadi penyebab kematian terbesar
wanita didunia ada beberapa kanker ini anatara lain hubungan intim dibawah usia 17
tahun.
Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa menopause, paling sering
menyerang wanita berusia 50-60 tahun

268
Kanker bisa menyebar (metatase) secara lokal maupun berbagai bagian tubuh
misalnya, kanalis servikalis, tuba falopi,ovarium, daerah disekitar rahim, sistem
getah bening atau bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah .

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan individu, diharapkan dapat mengetahui, mengerti,
dan memahami tentang penyakit CA UTERUS dan pengobatan untuk penderita
CA UTERUS Sehingga dapat diambil suatu tindakan pencegahan, penanganan,
dan pengobatan terhadap penderita CA UTERUS
2. Tujuan Khusus
Individu dapat mengerti dan menjelaskan tentang:
a. Pengertian dan Penyebab CA UTERUS
b. Gejala dan Tanda CA UTERUS
c. Tanda bahaya anak\dewasa harus dibawa ke pusat pelayanan keseatan
terdekat.
3. Peserta
a. Masyarakat 10 orang (ibu-ibu) dan anak-anak
b. Pembimbing Akademik 1 orang
c. Mahasiswa 4 Orang dari Kelompok 5
4. Kepanitiaan
Leader 1 : Assyifa nursakinah
Leader II : leny Anjasmita
Sekretaris : Maryati
Sie. Acara : Lucky anggraeni
Sie. Humas : Suci Nurhidayah
Sie. Perlengkapan : Ida julia
Sie. Dokumentasi : Diana irawan
Sie. Konsumsi : diki
Sie. Evaluasi : Anita

269
5. Seting Tempat
P P
Keterangan:
WWMWWMW
P : Pembicara
MWWMWWW W : Warga
WMWWMWW M : Mahasiswa

MWMWWMWW

6. Setting Waktu

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta


1 3 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Memberi salam 2. Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran memperhatikan
2 10 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
1. Menjelaskan materi penyuluhan mendengarkan
secara berurutan dan teratur
Materi :
1. Pengertian CA UTERUS
2. Etiologi CA UTERUS
3. Gejala CA UTERUS
4. Penanganan CA UTERUS
Demontrasi
3 4 menit Evaluasi : Bertanya dan menjawab
Meminta kepada ibu – ibu untuk pertanyaan
Menjelaskan kembali atau
Menyebutkan :
1. Pengertian CA UTERUS
2. Tanda bahaya CA UTERUS
4 3 menit Penutup : Menjawab salam
Mengucapkan terima kasih dan
Mengucapkan salam

270
7. Metode
a. Diskusi
b. Demontrasi
c. Tanya Jawab
8. Media
Leaflet dan LCD

C. Rencana Evaluai Kegiatan


1. Evaluasi
a. Struktur
Rencana kegiatan dipersiapan 5 hari sebelumnya kegiatan dan informasi ke
pengurus 1 hari.
b. Proses
1) Peserta yang hadir 100%
2) Tempat : Musola Rt. 05 Rw. 07 Desa Pasar kemis
3) 80% peserta aktif bertanya
2. Hasil
a. Warga dapat menjawab pertanyaan dan mengulang kembali definisi ca uterus
b. Warga Pengertian dan Penyebab CA UTERUS
c. Warga dapat menyebutkan Gejala dan Tanda anak terkena CA UTERUS
d. Warga dapat mengidentifikasi tanda bahaya anak /dewasa harus dibawa ke
pusat pelayanan kesehatan terdekat

271
Panitia Praktek Keperawatan system Reproduksi
Mahasiswa Keperawatan STIKes YATSI Tangerang
Ds. gembor Kab. Tangerang- Banten

Ketua Sekretaris

Oyah susi Maryati


NIM : 13210050 NIM: 13210076

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Ns.Ria setia Sari S.Kep

272
(2) Materi Penyuluhan
A. Pengertian
Kanker Rahim adalah suatu kanker di dalam jaringan rahim yang merupakan
suatu rongga kosong, berbentuk buah pear, dimana janin tumbuh dan berkembang
selama masa kehamilan, mulai dari bentuk sel telur yang dibuahi benih jantan sampai
bentuk janin hingga proses kelahiran bayi.
Di Amerika, dilaporkan bahwa terdapat 35.000 penderita baru kanker rahim
setiap tahun, 3.000 meninggal setahunnya karena penyakit kanker rahim dan
diperkirakan sekitar 1 dari 10 penderita meninggal. Karena banyak penderita
ditemukan dini, maka lebih mudah diobati. Pada mulanya sel kanker hanya
berkembang di dalam lapisan selaput lendir (endometrium), hingga disebt juga kanker
endometrium.

B. Etiologi
Studi-studi telah menemukan faktor-faktor risiko berikut untuk kanker rahim:
1. Keabnormalan dari endometrium (endometrium hiperplasia)
Sebuah peningkatan abnormal dalam jumlah sel-sel pada lapisan rahim
merupakan faktor risiko untuk kanker rahim. Hiperplasia bukan kanker, tapi
kadang-kadang berkembang menjadi kanker. Gejala umum dari kondisi ini adalah
periode menstruasi yang berat, perdarahan diantara periode-periode, dan
perdarahan setelah menopause. Hiperplasia adalah paling umum setelah usia
40.Untuk mencegah endometrial hyperplasia dari pengembangan ke kanker, dokter
dapat merekomendasikan operasi untuk mengangkat uterus (hysterectomy) atau
terapi hormon dengan progesteron dan teratur tindak lanjut ujian.
2. Obesitas
Wanita yang mengalami obesitas memiliki kemungkinan lebih besar terkena
kanker rahim.
3. Reproduksi dan sejarah menstruasi
Perempuan berada pada peningkatan risiko kanker rahim jika setidaknya salah satu
dari berikut berlaku:
a. Tidak pernah memiliki anak
b. Apakah menstruasi pertama mereka sebelum usia 12
c. Melewati menopause setelah usia 55

273
d. Sejarah mengambil estrogen saja: Risiko kanker rahim adalah lebih tinggi pada
wanita yang menggunakan estrogen saja (tanpa progesteron) untuk terapi
hormon menopause selama bertahun-tahun.
e. Sejarah mengambil tamoxifen: Wanita yang mengkonsumsi obat tamoxifen
untuk mencegah atau mengobati kanker payudara berada pada peningkatan
risiko kanker rahim.
f. Sejarah memiliki terapi radiasi ke panggul: Perempuan yang telah terapi radiasi
ke panggul berada pada peningkatan risiko kanker rahim.
Keluarga riwayat kesehatan: Wanita dengan ibu, adik, atau anak perempuan
dengan kanker rahim berada pada peningkatan risiko mengembangkan penyakit
tersebut. Juga, wanita dalam keluarga yang memiliki bentuk warisan kanker
kolorektal (dikenal sebagai sindrom Lynch) berada pada peningkatan risiko
kanker rahim.Banyak wanita yang terkena kanker rahim sudah tidak ada faktor-
faktor risiko, dan banyak perempuan yang telah diketahui faktor risiko tidak
mengembangkan penyakit

C. Gejala ca uterus
1. haid tidak teratur
2. ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. menopause dini
5. rasa tidak nyaman pada abdomen
6. DyspepsiZ
7. tekanan pada pelvis
8. sering berkemih
9. flatulenes
10. Rasa begah setelah makan makanan kecil
11. lingkar abdomen yang terus meningkat

274
Gejala lainnya:
1. Perdarahan menstruasi tidak wajar. Seperti perdarahan di luar siklus
(metrorhagia) atau perdarahan banyak (menorrhagia) atau keduanya
(menometrorhagia).
2. Perdarahan sedikit - sedikit setelah menopause.
3. Rasa sakit pada bagian bawah perut atau rasa kram pada rongga panggul.
4. Keluar sedikit cairan putih melalui vagina pada perempuan sesudah menopause.
5. Pada pemeriksaan rongga panggul ditemukan perubahan ukuran bentuk dan
konsistensi rahim serta jaringan penyangga rahim sekitarnya, sebagai pertanda
kanker rahim sudah pada stadium lanjut.
6. Pemeriksaan Pap Smear mungkin menampakkan gambaran sel masih normal,
atau mulai terjadi perubahan.
7. Pemeriksaan biopsy endometrium rahim, mendukung diagnose yang lebih kuat.
8. Pemeriksaan kerokan rahim (kuretase) perlu untuk menegakkan diagnose dan
untuk melakukan evaluasi perkembangan kanker.
9. Infeksi mudah terjadi, sehingga sering infeksi ini merupakan masalah kanker
rahim.
10. Pada stadium lanjut timbul gangguan buang air besar dan buang air kecil,
karena sudah menyebar ke rectum dan kandung kencing.

D. Penanganan ca uterus
1. Stadium I : adalah Histerektomi dengan salpingo-ooferektomi bilateral dan
pengangkatan beberapa kelenjar getah bening pelvis. Bila kelenjar negative, tidak
diperlukan pengobatan selanjutnya. Bila kelenjar positif, disarankan melakukan
irradiasi.
2. Stadium II: Sama dengan pengobatan stadium I ditambah dengan iradiasi
pascaoperatif.
3. Stadium III : perempuan diobati dengan pembedahan dan iradiasi. Bila
tidak mungkin dilakukan pembedahan, dapat digunakan terapi irradiasi. Obat –
obatan progestasional seperti hidroksiprogesteron (Delalutin), medroksi
progesteron (Provera), and Megestrol (Megace) dapat digunakan bila padien tidak
dapat menjalani irradiasi.

275
4. Stadium IV : perempuan dapat diobati berdasarkan gejala – gejala dan
bagian penyebaran penyakit. Penggunaan obat – obat progestasional dan terapi
iradiasi dapat digunakan. Pasien dengan kanker endometrium stadium IV
sebaiknya mempertimbangkan percobaan pengobatan dalam percobaan kinis
karena saat ini belum terdapat pengobatan standar.

276
DAFTAR PUSTAKA

Black, M. Joyce, 2014, Keperawatan Medikal Bedah edisi 3, Penerbit Salemba Medika
Salemba.

Doenges, Marilynn E, 1992, Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, ECG: Jakarta.

Wikipedia, 2009. Ca uterus http://id.wikipedia.org/wiki/ca uterus.di akses tanggal 28


oktober 2011 Pukul 15.00 WIB

Xamthone, 2010. Ca uterus. http://xamthone-plus.com/ca uterus di akses tanggal

277
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama
ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli
disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel.Pada keadaan ini fasia
pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang ketegangannya.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.
Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,laserasi dinding
vagina bawah pada kala II,penatalaksanaan pengeluaran plasenta,reparasi otot-otot
dasar panggul menjadi atrofi dan melemah.Oleh karena itu prolaps uteri tersebut akan
terjadi bertingkat-tingkat.

B. Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering,partus dengan penyulit
merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk porolaps yang sudah
ada.Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada pembukaan belum lengkap,prasat
Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dsb.Jadi tidaklah mengherankan
jika prolapsus genitalis terjadi segera setelah partus atau dalam masa nifas.Asdites dan
tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya hal tsb.Bila prolapsus uteri
dijumpai pada nullipara,factor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa
kelemahan jaringan penunjang uterus.

C. Klasifikasi
menurut beratnya dapat dibagi menjadi 3
1. Tingkat I : Prolapsus vagina (prolapsus dinding vagina)
2. Tingkat II : Prolapsus uteri (portio tampak di dalam vulva)
3. Tingkat III: Prolapsus totalis, procidentia ( korpus uteri terdapat di luar vulva)

278
D. Manifestasi klinis
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.Kadangkala
penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna.
2. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita berbaring,
keluhan menghilang atau menjadi kurang.
3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit.Mula –mula pada siang hari,kemudian
lebih berat juga pada malam hari
b. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.
c. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk, mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada
sistokel yang besar sekali.
4. Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
a. Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
b. Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan vagina.
c. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
1) pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu berjalan
dan bekerja.Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai
luka dan dekubitus pada portio uteri
2) Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena
infeksi serta luka pada portio uteri.
5. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa
penuh di vagina.

E. Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat ,dari yang paling ringan sampai
prolapsus uteri totalis.Terutama akibat persalinan,khususnya persalinan pervagina yang
susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia
endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul.Juga dalam keadaan tekanan
intraabdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan

279
uterus,terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada penderita dalam
menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina,akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut.dan
lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus.Jika fasia di bagian
depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric,ia akan terdorong oleh kandung
kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang
dinamakan sistokel.Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja,dapat menjadi besar
karena persalinan berikutnya yang kurang lancar,atau yang diselesaikan dalam
penurunan dan menyebabkan urethrokel.Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum
urethra.Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya
dibelakang urethra ada lubang yang membuat kantong antara urethra dan
vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetric atau
sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan dan menyebabkan
dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang dinamakan retrokel.Enterokel
adalah hernia dari kavum Douglasi.Dinding vagina bagian belakang turun dan menonjol
ke depan.Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum

F. Pemeriksaan penunjang
Fridmen dan little (1962) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut:
1. Penderita pada posisi jongkon disuruh mengejan dan ditemukan dengan
pemeriksaan jari apakah partio pada normal atau partio sampai intoritus vagina atau
apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina
2. Penderita berbaring pada posisi litotomi ditentukan pula panjangnya serviks uteri.
Servik uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan elongasio kolli.
3. Pasa sistokel dijumpai didinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak
nyeri tekan .benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan jika dimasukan
kedalam kandung kencing kateter logam , kateter itu diarahkan kedalam sitokel
dapat diraba kateter tersebut deket sekali pada dinding vagina uretrokel letaknya
lebih kebawah dari sistokel deket pada oue.
Menegakan diagnosis retrokel mudah yaitu menonjolnya rectum kelumen vagina
1/3bagian bawah benjolan ini berbentuk lonjong memanjang darim proksimal
kedistal kistik dan tidak nnyeri

280
Untuk memastikan diagnosis dimasukan kedalam rectum dan selanjutnya dapat
diraba didinding retrokel yang menonjol kelumen vagina enterokel menonjol
kelumen vagina lebih keatas dari retrokel pada pemeriksaan rectal dinding rectum
lurus ada bemjolam kevagian terdapat diatas rectum

G. Penatalaksanaan medis
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu.Cara ini
dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan atau penderita masih ingin mendapat
anak lagi,atau penderita menolak untuk dioperasi,atau kondisinya tidak mengijinkan
untuk dioperasi.
1. Latihan-latihan otot dasar panggul
2. Stimulasi otot –otot dengan alat listrik
3. Pengobatan dengan pessarium,dengan indikasi:kehamilan,bila penderita belum siap
untuk dilakukan operasi,sebagai terapi tes,penderita menolak untuk dioperasi,untuk
menghilangkan simpton yang ada sambil menunggu waktu operasi dapat dilakukan
Pengobatan Operatif Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus
vagina.Maka,jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri,prolapsus vagina
perlu ditangani juga.ada kemungkinan terjadi prolapsus vagina yang membutuhkan
pembedahan,padahal tidak ada prolapsus uteri,atau prolapsus uteri yang tidak ada
belum perlu dioperasi.Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus vagina
adalah adanya keluhan. Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri
tergantung dari beberapa factor, seperi umur penderita, keinginanya untuk mendapat
anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolapsus dan adanya keluhan.

281
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Sebelum Operasi Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan. Nyeri di
daerah benjolan.Mual, muntah, kembung. Konstipasi.
Tidak nafsu makan. Bayi menangis terns. Pada saat bayi menangis/mengejan dan
batukbatuk kuat timbul benjolan.
Operasi Nyeri di daerah operasi. Lemas. Pusing. Mual, kembung.
b. Data Obyektif
Sebelum Operasi Nyeri bila benjolan tersentuh. Pucat, gelisah.
Spasme otot. Demam, Dehidrasi, Terdengar bising usus pada benjolan. Sesudah
Operasi Terdapat luka pada selangkangan.Puasa. Selaput mukosa mulut
keying.Anak / bayi rewel.

B. PrioritasDiagnosa keperawatan
Prioritas Ke- Diagnosa keperawatan

4. Domain 12 : Kenyamanan

Class 1 : Kenyamanan fisik

Diagnose: Acute Pain/Nyeri Akut (00132)

5. Domain 9 : coping/stress tolerance


Class 2 : Coping Responses
Dignosa : Anxiety (00146)

6. Domain 2 : nutrition

Class 5 : hydration

Diagnosa : kekurangan volume cairan

282
(Deficient fluid volume)00027

C. Rencana tindakan keperawatan


No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (Noc) (Nic)

4. Domain 12 : Setelah dilakukan Domain 1 : Fisioligis:Dasar


Kenyamanan tindakan
Class E : Promosi
keperawatan
Class 1 : Kenyamanan Kenyamanan Fisik
manajemen nyeri
fisik
selama lebih dari Intervensi : 1400 Manajemen
Diagnose: Acute satu hari nyeri Nyeri
Pain/Nyeri Akut akut teratasi
- Gunakan strategi komunikasi
(00132) sebagian dengan
terapeutik untuk mengakui
kriteria hasil :
pengalaman rasa sakit dan
Domain 4 : menyampaikan penerimaan
Health respon pasien terhadap nyeri.
Knowledge & - Eksplorasi pengetahuan dan
Behavior keyakinan tentang rasa sakit
pasien.
Class Q : Health
- Bantu pasien dan keluarga
Behavior
untuk mencari dan
Outcomes : 1605 memberikan dukungan.
: Pain Control - Tentukan frekuensi diperlukan
untuk membuat penilaian
- 160510
kenyamanan pasien dan
Menganalisis
melaksanakan rencana
skala nyeri pasien
pemantauan.
setiap 24 jam (2-
- Kendalikan factor lingkungan
3)
yang dapat mempengaruhi
- 160503
respon pasien terhadap

283
Meggunakan ketidaknyamanan (misalnya,
Langkah-langkah suhu, kamar, pencahayaan,
pencegahan Nyeri kebisingan).
akut (2-3) - Pilih dan Terapkan berbagai
- 160504 langkah-langkah (misalnya,
menggunakan farmakologi, nonfarmakologi,
langkah langkah interpersonal) untuk
bantuan non memfasilitasi penghilang rasa
analgesic (2-3) sakit, yang sesuai.
- 160505 - Dorong pasien untuk
menggunakan memantau nyeri sendiri dengan
analgesic seperti tepat
yang dianjurkan
(2-3)
5. Domain 9 : Domain III : Domain III : Behavioral-
coping/stress Psychosocial Cont’d
tolerance health Class T Psychological
Class 2 : Coping Comfort promotion kode
Class O : self control
Responses : (6540)
Dignosa : Anxiety Setelah dilakukan Activies :
(00146) tindakan - Gunakan pendekatan
keperawatan yang menenangkan
dalam waktu 31- - Nyatakan dengan jelas
45 diharapkan harapan terhadap pelaku
kecemasan teratasi pasien
dengan kriteria - Jelaskan semua prosedur
hasil : dan apa yang dirasakan
selama prosedur
E. Memonitor
- Temani pasien untuk
intensitas
memberikan keamanan
kecemasan
dan mengurangi takut
dengan skala :
- Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis,

284
tindakan prognosis
- Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
- Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan
tehnik relaksasi
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
6. Domain 2 : Setelah dilakukan Domain 2 : PHYSIOLOGICAL
nutrition tindakan :COMPLEK-CONT’D
keperawatan selama
Class 5 : hydration Class N : Tissue Perfusion
31-45 menit
Management
Dx : kekurangan
Kekurangan volume
volume cairan Intervensi : 4120 : Fluid
cairan terpenuhi
Management
(Deficient fluid sebagian dengan
volume)00027 criteria hasil : - Tentukan status gizi pasien
dan kemampuan untuk
Domain II-
memenuhi kebutuhan gizi
Physiologic Health
- Identifikasi pasien alergi
Class G-Fluid & makanan atau intoleransi
Electrolytes - Tentukan referensi
- Pantau tanda vital yang
Outcomes : 0606 :
sesuai
Fluid Balance
- Monitor status hidrasi
- 060107 24-hour (misal;membrane mukosa
intake and output lembab,kecukupan
balance(menyeimba nadi,dan tekanan darah
ngkan pemasukan ortostatik)yang sesuai
dan pengeluaran - Monitor satus nutrisi
selama 24 jam(3) - Berikan cairan yang sesuai
- 060109 stable body - Monitor berat badan pasien

285
weight sebelum dan sesudah dialisis
(menstabilkan berat yang sesuai
badan pasien)(3) Monitor respon pasien
setelah dilakukan terapi
elektrolit

286
(1) Satuan Acara Penyuluhan

PRA PLANNING
PENYULUHAN PRAKTIK KEPERAWATAN
SISTEM REPRODUKSI
MAHASISWA TINGKAT III B KEPERAWATAN STIKES YATSI TANGERANG
Ds. KOTA JAYA KAB. TANGERANG

Hari/ Tanggal : 13 Oktober 2015


Waktu : 30 Menit
Topik : Penyuluhan Kesehatan Urteri polaps
Tempat : Musola Rt.02 Rw. 02
A. Latar Belakang Kegiatan
Prolapsus uteri adalah pergeseran letak uterus ke bawah sehingga serviks
berada di dalam orifisium vagina ( prolapsus derajat 1 ), serviks berada di luar
orifisium (prolapses derajat 2 ), atau seluruh uterus berada di luar orifisium.
Prolapsus uteri disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya karena
kelemahan jaringan ikat di rongga panggul, perlukaan jalan lahir. Menopause juga
faktor pemicu terjadinya prolapsus uteri. Pada prolapsus uteri gejala sangat berbeda-
beda dan bersifat individual. Kadang kala penderita dengan prolaps yang sangat berat
tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan
mempunyai banyak keluhan.
Juga di Indonesia sejak zaman dahulu telah lama dikenal istilah peranakan
turun dan peranankan terbalik. Dewasa ini penentuan letak alat genital bertambah
penting artinya bukan saja untuk menangani keluhan-keluhan yang ditimbulkan
olehnya, namun juga oleh karena diagnosis letak yang tepat perlu sekali guna
menyelenggarakan berbagai tindakan pada uterus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan individu, diharapkan dapat mengetahui, mengerti,
dan memahami tentang penyakit dan pengobatan untuk penderita URTERI
PROLAPS Sehingga dapat diambil suatu tindakan pencegahan, penanganan, dan
pengobatan terhadap penderita URTERI PROLAPS

287
2. Tujuan Khusus
Individu dapat mengerti dan menjelaskan URTERI PROLAPS tentang:
a. Pengertian dan Penyebab URTERI PROLAPS
b. Gejala dan Tanda URTERI PROLAPS
c. Tanda bahaya anak\dewasa harus dibawa ke pusat pelayanan keseatan
terdekat.

3. Peserta
a. Masyarakat 10 orang (ibu-ibu) dan anak-anak
b. Pembimbing Akademik 1 orang
c. Mahasiswa 4 Orang dari Kelompok 5

4. Kepanitiaan
Leader 1 : Assyifa nursakinah
Leader II : leny Anjasmita
Sekretaris : Maryati
Sie. Acara : Lucky Anggraini
Sie. Humas : Suci Nurhidayah
Sie. Perlengkapan : Ida julia
Sie. Dokumentasi : Diana irawan
Sie. Konsumsi : diki
Sie. Evaluasi : Anita

5. Seting Tempat
P P
Keterangan :
WWMWWMW
P : Pembicara
MWWMWWW W : Warga
WMWWMWW M : Mahasiswa

MWMWWMWW

288
6. Setting Waktu
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 3 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Memberi salam 2. Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran memperhatikan
2 10 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
1. Menjelaskan materi penyuluhan mendengarkan
secara berurutan dan teratur
Materi :
1. Pengertian URTERI PROPALS
2. Etiologi URTERI PROLAPS
3. Gejala URTERI PROLAPS
4. Penanganan URTERI PROLAPS
Demontrasi
3 4 menit Evaluasi : Bertanya dan menjawab
Meminta kepada ibu – ibu untuk pertanyaan
Menjelaskan kembali atau
Menyebutkan :
1. Pengertian URETRI PROLAPS
2. Tanda bahaya URTERI PROLAPS
4 3 menit Penutup : Menjawab salam
Mengucapkan terima kasih dan
Mengucapkan salam

7. Metode
a. Diskusi
b. Demontrasi
c. Tanya Jawab

8. Media
Leaflet dan LCD

289
C. Rencana Evaluai Kegiatan
1. Evaluasi
a. Struktur
Rencana kegiatan dipersiapan 5 hari sebelumnya kegiatan dan informasi ke
pengurus 1 hari.
b. Proses
(3) Peserta yang hadir 100%
(4) Tempat : Musola Rt. 05 Rw. 07 Desa Pasar kemis
(5) 80% peserta aktif bertanya
c. Hasil
(1) Warga dapat menjawab pertanyaan dan mengulang kembali definisi urteri
prolaps
(2) Warga Pengertian dan Penyebab URTERI PROLAPS
(3) Warga dapat menyebutkan Gejala dan Tanda anak terkena URTERI
PROLAPS
(4) Warga dapat mengidentifikasi tanda bahaya anak /dewasa harus dibawa ke
pusat pelayanan kesehatan terdekat

290
Panitia Praktek Keperawatan system perkemihan
Mahasiswa Tingkat III B Keperawatan STIKes YATSI Tangerang
Ds. Gembor Kab Tangerang- Banten

Ketua Sekretaris

Oyah Susi Maryati


NIM : 13210081 NIM: 13210079

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Ns.Ria setia Sari S.Kep

291
(2) Materi Penyuluhan
A. Pengertian
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama
ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli
disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel.Pada keadaan ini fasia
pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang ketegangannya.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.
Persalinan lama dan sulit,meneran sebelum pembukaan lengkap,laserasi dinding
vagina bawah pada kala II,penatalaksanaan pengeluaran plasenta,reparasi otot-otot
dasar panggul menjadi atrofi dan melemah.Oleh karena itu prolaps uteri tersebut
akan terjadi bertingkat-tingkat.

B. Etiologi,
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering,partus dengan penyulit
merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk porolaps yang sudah
ada.Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada pembukaan belum lengkap,prasat
Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dsb.Jadi tidaklah
mengherankan jika prolapsus genitalis terjadi segera setelah partus atau dalam masa
nifas.Asdites dan tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya hal
tsb.Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara,factor penyebabnya adalah kelainan
bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.

C. Klasifikasi
menurut beratnya dapat dibagi menjadi 3 :
1. Tingkat I : Prolapsus vagina (prolapsus dinding vagina)
2. Tingkat II : Prolapsus uteri (portio tampak di dalam vulva
3. Tingkat III: Prolapsus totalis, procidentia ( korpus uteri terdapat di luar vulva)

D. Gejala URTERI PROLAPS


Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.Kadangkala
penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai
keluhan apapun,sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai
banyak keluhan.
292
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia
eksterna.
2. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache).Biasanya jika penderita berbaring,
keluhan menghilang atau menjadi kurang.
3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit.Mula –mula pada siang hari,kemudian
lebih berat juga pada malam hari
b. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.
c. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk, mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada
sistokel yang besar sekali.
4. Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
a. Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
b. Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan vagina.
c. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
d. pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu berjalan dan
bekerja.Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan
dekubitus pada portio uteri
e. Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi
serta luka pada portio uteri.
Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan
rasa penuh di vagina.

E. Penanganan urteri prolaps


Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu.Cara
ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan,atau penderita masih ingin
mendapat anak lagi,atau penderita menolak untuk dioperasi,atau kondisinya tidak
mengijinkan untuk dioperasi.
1. Latihan-latihan otot dasar panggul
2. Stimulasi otot –otot dengan alat listrik

293
Pessarium,dengan indikasi:kehamilan,bila penderita belum siap untuk
dilakukan operasi,sebagai terapi tes,penderita menolak untuk dioperasi,untuk
menghilangkan simpton yang ada sambil menunggu waktu operasi dapat
dilakukan Pengobatan Operatif Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus
vagina.Maka,jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri,prolapsus vagina
perlu ditangani juga.ada kemungkinan terjadi prolapsus vagina yang
membutuhkan pembedahan,padahal tidak ada prolapsus uteri, atau prolapsus uteri
yang tidak ada belum perlu dioperasi. Indikasi untuk melakukan operasi pada
prolapsus vagina adalah adanya keluhan. Indikasi untuk melakukan operasi pada
prolapsus uteri tergantung dari beberapa factor, seperi umur penderita,
keinginanya untuk mendapat anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat
prolapses dan adanya keluhan.

294
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono, Prof. Dr. SPOG.1997. Ilmu Kebidanan Edisi II. Yayasan Bina
Pustaka: Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. (2009) Ilmu Kebidanan¸ Edisi IV, Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta:
Infomedika
Varney.H, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1 ed. 4, Jakarta: EGC

295

Anda mungkin juga menyukai