Mata Kuliah Bioetik Profesionalisme Bidan Program Studi Magister Kebidanan
Oleh
RIMA SARTIKA P102222015
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
SEKOLAH PASCASARJANA ILMU KEBIDANAN 2023 RESUME TENTANG SEJARAH BIOETIKA DI BIDANG KESEHATAN
Sejarah bioetika dalam perawatan kesehatan dimulai pada tahun 1947,
ketika dokter dan ilmuwan Amerika melakukan studi klinis yang tidak etis pada sekelompok narapidana di penjara federal di Indiana yang dikenal sebagai Eksperimen Tuskegee. Eksperimen itu menimbulkan keprihatinan moral dan etika serta memacu pertumbuhan gerakan untuk mempromosikan praktik etis dalam penelitian medis dan kedokteran. Pada tahun 1964, sekelompok ahli medis dan etika terkemuka bertemu di Rumah Sakit Universitas New York dan membahas masalah etika dalam penelitian medis dan kedokteran. Pertemuan ini disebut Konferensi Hastings dan menjadi dasar perkembangan bioetika modern. Masalah bioetika mulai diteliti pertama kali oleh Institute for the study of society, ethics and the life sciences, New York (Amerika Serikat) pada tahun 1969. Kini terdapat banyak Lembaga di dunia yang menekuni penelitian dan diskusi mengenai berbagai isu etika biomedik Bioetika dicetuskan pada tahun tujuh puluhan, sedang bioetika sebagai konsep sudah merupakan kekayaan (heritage) umat manusia ribuan tahun yang lalu. Pemahaman tentang bioetika sudah harus sudah harus menjadi kewajiban para ilmuan dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi modern terutama yang bergerak dibidang ilmu hayati. Bioetika dapat dipandang sebagai suatu etika atau pedoman ilmuwan atau seorang ahli bioteknologi. Bioetika dapat dideskripsikan sebagai cara pandang manusia terhadap kehidupan berkaitan dengan moral dalam berinteraksi dan pertanggungjawabannya dengan makhluk hidup dalam kehidupannya. Istilah Bioetika digunakan pertama kali sekitar tahun 1970-an oleh ahli biologi dalam konteks penyelamatan ekologi bumi ini, yang sangat dibutuhkan oleh semua kehidupan, dan pengembangan ilmu-ilmu kehidupan. Dalam ilmu kedokteran sendiri, teknologi yang baru berkembang dengan cepat. Misalnya, bedah jantung terbuka, transplantasi organ, masalah donor organ, penggunaan respirator yang berdampak perubahan definisi mati, keberhasilan Intensive Care Unit bagi bayi baru lahir (NICU), dan tingginya biaya kesehatan yang sejalan dengan kemajuan teknologi, serta permasalahan tentang siapa yang harus membayar biaya kesehatan (individu, pemerintah, atau asuransi). Hal-hal tersebut melebihi bahasan etika kedokteran konvensional, yang kini tidak mampu lagi menampungnya. Diperlukan bahasan inter dan multidisiplin untuk membahas isu-isu tersebut. Kajian multidisiplin inilah yang disebut bioetika. Secara singkat bioetika adalah kajian rasional multidisiplin tentang baik- buruk dalam masalah-masalah bioteknologi dan perkembangannya. Untuk dapat mengkaji dan menetapkan suatu perbuatan baik atau buruk, atau memilih tindakan baik dari beberapa macam pilihan tindakan, para filsuf mengemukakan metode atau teori yang berbeda-beda misalnya : 1. Consequentialism, para consequentialist mengatakan bahwa perbuatan baik ialah yang memberikan akibat baik bagi yang dikenai perbuatan atau tindakan tersebut 2. Prinsiplisme, para prinsiplis mengatakan bahwa untuk mengatakan suatu perbuatan baik, harus ditetapkan lebih dulu ukuran-ukurannya, misalnya, perbuatan baik ialah yang memberikan manfaat, tidak merugikan, menghargai manusia sebagai person, dan lain sebagainya. Definisi bioetika telah diberikan oleh beberapa pihak, baik oleh individu ataupun Lembaga. Oxford University memberikan definisi bioetika sebagai The Study of moral and social implications of techniques resulting from advances in the biological sciences. Sedangkan filosof Van Rasselar Potter memberikan definisi bioetika sebagai A New discipline which combines biological knowledge with a knowledge of human value systems, which would build a bridge between the sciences and the humanities, help humanity to survive and sustain, and improve the civilized world (Mepham, 2005). Dalam definisi Potter ini, bioetika merupakan suatu disiplin keilmuan yang baru, yang merupakan kombinasi antara pengetahuan hayati (biologi) dengan pengetahuan system nilai manusia. Perkembangan yang begitu pesat di bidang biologi dan ilmu kedokteran membuat etika biologi dan kedokteran tidak mampu lagi dalam menampung keseluruhan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan. Etika kedokteran berbicara tentang bidang medis dan kedokteran saja, terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat. Oleh karena itu, sejak tiga dekade terakhir ini telah dikembangkan bioetika atau disebut juga etika biomedis. Sebenarnya makna asli bioetika merujuk pada studi sistematis atas prilaku dalam ilmu-ilmu tetntang hidup dan Kesehatan, sejauh prilaku ini diuji dalam cahaya nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral. Sementara itu Callahan melukiskan bioetika sebagai sebuah disiplin baru yang bertanggung jawab atas tugas pengolahan sebuah metodologi yang membantu para pakar medis dan mereka terjun dalam bidang ilmu pengetahuan untuk mengambil keputusan-keputusan yang baik dan benar dari tinjauan sosiologis, psikologis dan sejarah. Sedangkan Varga menekankan tugas bioetika untuk mempelajari moralitas tentang perilaku manusia dalam bidang pengetahuan tentang hidup. Ini mencakup etika medis, namu dari sisi lain melampaui masalah-masalah moral klasik dalam bidang pengobatan dan masalah-masalah etis tentang ilmu biologi. Pada perkembangannya, bioetika yang awalnya hanya berupa wacana, berkembang menjadi cara untuk mengatur batasan-batasan suatu penelitian dan perkembangan teknologi, pada masa sekarang ini telah berkembang menjadi sangat pesat dengan terbentuknya lembaga-lembaga yang turut serta mengatur bidang-bidang yang berkaitan dengan eksistensi manusia. Pada perkembangannya di Indonesia, bioetika sudah diatur dan dikendalikan oleh pemerintah dimana telah terdapat peraturan perundang-undangan yang mengatur penelitian-penelitian para ilmuwan dengan mengutamakan perlindungan nilai-nilai dan norma-norma agama, masyarakat, dan lingkungan.
Prinsip bioetika Malefience dalam pelayanan kebidanan
Dalam praktik pelayanan kesehatan, prinsip non-maleficience mengharuskan para profesional untuk meminimalkan risiko terhadap pasien dan memastikan bahwa tindakan yang diambil tidak merugikan pasien secara tidak sengaja. Para profesional harus menghindari segala bentuk tindakan yang dapat membahayakan pasien, termasuk tindakan yang tidak diinginkan atau kecelakaan yang terjadi selama perawatan. Contoh penerapan prinsip non-maleficience dalam pelayanan kesehatan meliputi memastikan bahwa alat-alat medis yang digunakan steril dan aman, menghindari kesalahan dalam memberikan obat-obatan, dan meminimalkan risiko infeksi selama perawatan. Para profesional juga harus memastikan bahwa pasien mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang risiko dan manfaat dari tindakan yang akan dilakukan, sehingga pasien dapat membuat keputusan yang tepat dan meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
Prinsip bioetika Non-Malefience dalam pelayanan kebidanan.
Bertujuan untuk memastikan bahwa tindakan medis yang diambil tidak menyebabkan kerugian atau bahaya pada pasien. Berikut adalah beberapa contoh penerapan prinsip Non-Malefience dalam pelayanan kebidanan : 1. Melakukan pemeriksaan dan penilaian risiko secara teratur pada ibu hamil dan janinnya untuk mengidentifikasi kemungkinan komplikasi dan risiko yang mungkin terjadi selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas 2. Menyediakan lingkungan yang aman dan steril untuk pasien selama proses persalinan dan kehamilan. Hal ini meliputi penggunaan alat-alat medis yang steril, pembersihan ruangan secara teratur, serta tindakan pencegahan infeksi. 3. Memberikan informasi yang jelas dan jujur tentang prosedur medis, risiko, manfaat, dan alternatif pengobatan kepada pasien, sehingga pasien dapat membuat keputusan yang tepat mengenai perawatan mereka. 4. Menerapkan praktik-praktik medis yang efektif dan aman, seperti pemantauan tanda-tanda vital ibu dan janin selama proses persalinan, penggunaan teknik- teknik medis yang tidak invasif terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan tindakan medis yang lebih agresif, serta melakukan persiapan dan pemulihan pasca-operasi secara cermat. 5. Mempertahankan kualitas etis dan profesionalisme dalam praktik kebidanan, termasuk menghormati privasi dan otonomi pasien serta menghindari konflik kepentingan atau praktek-praktek yang tidak etis. Bioetika justice Bioetika justice adalah salah satu prinsip bioetika yang berkaitan dengan keadilan dan pemerataan dalam pelayanan kesehatan. Prinsip ini menekankan pentingnya memastikan bahwa sumber daya kesehatan didistribusikan secara adil dan setiap individu memperoleh perlakuan yang sama dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Penerapan prinsip bioetika justice dalam konteks pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: 1. Menjamin akses yang sama dan setara terhadap pelayanan kesehatan bagi semua individu, tanpa memandang status sosial, agama, ras, atau jenis kelamin. 2. Mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi individu dalam pengambilan keputusan terkait pelayanan kesehatan, dengan memastikan bahwa setiap pasien memiliki hak yang sama dalam menentukan jenis perawatan dan pengobatan yang diinginkan. 3. Menyediakan layanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, dengan memperhatikan faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA
Darmadipura Sajid, dkk.(2013). Isu Etik dalam Penelitian di Bidang Kesehatan.
Assosiasi Ilmu Forensik Indonesia
K. Bertens. 2010. Etika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta