Anda di halaman 1dari 75

KONSEP PEMBERIAN OBAT DAN

VITAMIN PADA KEHAMILAN

NI GUSTI AYU PRAMITA ASWITAMI,


S.SIT,M.KEB
Objectives
Memahami prinsip-prinsip dasar farmakologi
Memahami kewenangan bidan dalam pemberian obat
selama kehamilan
Mengetahui konsep teratologi dan obat-obatan yang
mempengaruhi janin
Memahami obat-obatan yang lazim digunakan selama
kehamilan
Mengidentifikasi obat-obat yang dijual bebas (tanpa
resep) yang berpengaruh dalam kehamilan
Mengidentifikasi penggunaan obat-obatan alternatif
yang aman selama kehamilan
Learning Structures
1. Principles
of
Pharmacology

6. Alternative 2. Midwife’s
medication Authonomy

Drugs and vit

5. Non 3. Medication
prescribed affect the
drugs fetus

4. Commonly
used drugs &
vit
Principles of Pharmacology
Brief overview of pharmacology:
1. Farmakokinetik
2. Farmakodinamik
3. Faktor yang mempengaruhi reaksi obat
4. Terapeutik: efek obat pada individu
Farmakokinetik
Berhubungan dengan apa yang tubuh lakukan
terhadap obat, meliputi:
1. Absorpsi obat → proses yang membuat obat
tersedia di dalam cairan tubuh untuk
didistribusikan
2. Distribusi obat ➔ Merupakan perjalanan obat
keseluruh tubuh
Farmakokinetik
3. Eliminasi obat
➢Bervariasi setiap jenis obatnya, sebagian obat
dieliminasi ke seluruh tubuh
➢sebagian yang lainnya mengalami
metabolisme yang ekstensif/cepat.
➢Kebanyakan obat akan dieksresikan lewat
ginjal, empedu juga merupakan jalur eksresi
yang penting
Farmakodinamik
Berhubungan dengan apa yang obat lakukan
terhadap tubuh → efek obat.
Obat bereaksi pada empat target yang berbeda
pada tubuh:
1. Reseptor
2. Enzim
3. Jalur membran ionik
4. Proses metabolik
Efek Obat
• Efek klinis
→ Efek yang diharapkan
• Efek samping
→ Efek yg merugikan dan terjadi ketika obat
diberikan dalam dosis normal
Faktor yang mempengaruhi reaksi obat
1. Interaksi obat
Induksi enzim
Obat tertentu seperti rifampisin, dapat meningkatkan
aktivitas enzim. Obat lain yang dimetabolisme dengan enzim
yang sama → dieliminasi dengan cepat → konsentrasi dalam
darah turun → efikasi berkurang.

Inhibisi enzim
Enzim-enzim hati dapat dihambat/dihentikan kerjanya oleh
inhibitor enzim, meliputi alkohol, eritromisin, simetidin,
beberapa antifungi. Obat lain yang dimetabolisme dengan
enzim yg sama → mengganggu metabolisme dan eliminasi
→ obat bertumpuk → efek toksik.
Faktor yang mempengaruhi reaksi obat
2. Fungsi ginjal terganggu,
3. Fungsi hati terganggu,

→ Akan mengganggu kemampuan tubuh dalam


mengeliminasi metabolisme dan eliminasi obat
→ obat berakumulasi → ES berat → efek toksik
Perubahan Fisiologis yg Berpengaruh dlm
Farmakokinetik Obat dlm Kehamilan
1. Peningkatan cairan tubuh selama kehamilan (kurang lebih 8 liter) meliputi cairan
intravaskuler (volume plasma) sebesar 30-50% dan cairan ekstravaskuler mengakibatkan
penurunan konsentrasi maksimal dalam sirkulasi ( obat menjadi lebih encer) dari jenis
obat yang larut dlm air(hidrofilik)
2. Peningkatan lemak tubuh sebesar kurang lebih 4 kg menyebabkan peningkatan distribusi
obat yang larut dlm lemak (lipofilik)
3. Penurunan konsentrasi plasma albumin dan terjadinya proses hemodilusi menurunkan
distribusi obat yang terikat pd protein mis. Antikonvulsan
4. Periode pengosongan lambung yang lambat disebabkan hormone progesterone pd
kehamilan menyebabkan penundaan reaksi obat yang diabsorpsi di intestine
5. Terjadinya vasodilatasi pembuluh darah menyebabkan peningkatan aliran darah pd
arteriol dan peningkatan perfusi jaringan shg mempercepat absorpsi obat-obatan yg
diberikan secara intramuskuler
6. Tingginya kadar estrogen dan progesterone mengubah aktivitas enzim dlm hepr shg
menyebabkan akumulasi obat dan memperlambat eliminasi beberapa jenis obat
7. Peningkatan renal blood flow sebesar 60-80% selama kehamilan dan peningkatan filtrasi
glomerulus sebesar 50% mengakibatkan meningkatkan ekskresi obat2 tertentu
Midwife’s Authonomy in Medication
Administration
Dalam Permenkes 1464 tahun 2010 tentang
registrasi dan praktik bidan:
1. Pasal 9
Bidan dalam menyelenggarakan praktik
berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana
(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2
c. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN, DILANJUTKAN DENGAN
PERUJUKAN
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitas/ bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi
ASI esklusif
g. Pemberian uterotonika pada menejemen aktif kala III
dan post partum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pasal 11
(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana di maksud pada pasal
9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan
anak pra sekolah
(2)Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimanan dimaksud pada ayat 1 berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini,
injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0-28 hari ) dan perawatan tali pusat
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak
prasekolah
Pasal 12
• Bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf c , berwenang untuk :
a. Memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan
kondom
Pasal 14
(1) Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah
yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan
pelayanan kesehatan, di luar kewenangan
sebagaimana di maksud dalam pasal 9.
(2)Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah kecamatan atau
kelurahan / desa yang ditetapkan oleh kepala
dinas kesehatan kab/ kota
(3)Dalam daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
2 telah terdapat dokter, kewenangan bidan
sebagaimana di maksud pada ayat 1 tidak
berlaku.
Kategori obat-obatan pada kehamilan menurut
FDA (Pelegrin, 2013)
Kategori A

Studi terkontrol terbukti tidak memberi risiko


pada janin trimester I dan trimester selanjutnya

Kategori B

Studi pada reproduksi hewan tidak memberi risiko pada janin


namun belum ada studi terkontrol pada ♀ hamil, atau terdapat
efek samping pd studi reproduksi hewan yang tidak terbukti
pada studi terkontrol ♀ hamil dalam trimester I dan selanjutnya
Kategori C

Studi pada reproduksi hewan terbukti memberi efek


teratogenik /embriosidal, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat ini lebih diberikan
hanya bila keuntungan > risiko terhadap janin

Kategori D

Terbukti memberi risiko pada janin, namun dapat


diterima bila kondisi mengancam nyawa sedangkan
obat yang aman tidak efektif
LANJUTAN......

Kategori X

Penelitian pada hewan dan manusia terbukti menyebabkan


abnormalitas janin dan risiko yang sangat tinggi melebihi
keuntungannya. Kontraindikasi pada wanita hamil.
Jenis Obat yg aman bagi ibu hamil adl obat pada kategori A-C.
Obat kategori X merupakan jenis obat yg dikontraindikasikan
bagi ibu hamil

Namun FDA memiliki keterbatasan,yaitu anggapan bahwa obat


yang ada pada satu kategori yg sama memiliki efek dan resiko yg
sama pdhl masing-masing obat memungkinkan utk memiliki efek
samping yg berbeda.

Percobaaan lebih banyak dilakukan pd hewan, sedangkan efek yg


terjadi pd hewan dpt sj berbeda pd manusia. Perbedaan reaksi
obat ini terjadi pd jenis obat Talidomid (Obat kanker)

Sehingga saat ii sistem A, B,C,D X akan dihapus dan diganti


dengan informasi yg lbh jelas : ringkasan naratif dr kemungkinan
risiko, pertimbangan klinis utk membantu memberikan konseling
KONSEP PEMBERIAN OBAT SELAMA KEHAMILAN

1. Penggunaan obat-obatan pada wanita dlm kondisi hamil


diperlukan kewaspadaan tersendiri
2. Beberapa dosisi atau jenis obat yg diberikan pada wanita hamil
akan dialirkan ke dlm peredaran darah janin melalui plasenta
dapat memberikan efek yg negative pd janin (teratogenik)
3. Ilustrasi sebelum hamil ” ketika sebelum hamil seorang
membutuhkan 1 dosis obat untuk menyembuhkan suatu
penyakit (efek), dosis tersebut bisa jadi tidak akan menimbulkan
suatu efek apabila diberikan saat hamil
4. Prinsip utama dlm pemberian obat-obatan selama kehamilan
”Memberikan manfaat yg optimal pada ibu dan memberikan
risiko /efek samping yg minimal bagi janin. Selain itu, setiap
penggunaan obat dlm kehamilan hrs dibawah supervise dari
tenaga kesehatan. Secara sederhana, pemberian obat pd bumil
hrs aman, efektif dan rasional”
Obat-obatan dalam
kehamilan
Selalu dihubungkan
dengan:

“TERATOGEN”

Teratos (Greek) ➔ Monster


Zat-zat teratogenik ➔ 4% malformasi
EFEK OBAT PADA KEHAMILAN

FIRST TRIMESTER :
congenital malformations (teratogenesis)
SECOND & THIRD TRIMESTER :
affect growth & fetal development or
toxic effects on fetal tissues
NEAR TERM :
adverse effects on Labour or
neonate after delivery
Beberapa faktor yang meningkatkan efek teratogenik:

Kemampuan zat teratogen tersebut


melewati barrier plasenta

Usia kehamilan saat paparan

Genetik janin

Faktor lingkungan
Jenis Obat-obatan

Analgetik
Antibiotik & antiinfeksi
Antikoagulan
Antiepilepsi

Antihipertensi
Antitiroid
Kemoterapi & immunosupresif

Hormon
Obat-obat psikoaktif

Vitamin dan lain-lain


Analgetik
Aspirin (kategori D)
ES : - Oral cleft
- Kematian janin
- penutupan dini duktus arteriosus janin
→Namun ada juga penelitian lain yang memasukkan obat ini
dalam kategori C

Indomethacin (Kategori C)
ES: - Neonatal renal insufisiensi - Oligohidramnion
- Fetal urine  - Pulmonary hypertension

Asam mefenamat (kategori C)


Paracetamol (kategori A)
Antibiotik

Warna coklat pada gigi


ES pada
Teteracyclin
trimester 2
(Kategori D) Hipoplasia enamel
dan 3
Penghambatan pertumbuhan
tulang

Sulfametoxazole & Antagonis as. folat


trimetoprim (kategori C)
Neural tube defect

“Oral cleft”
Congenital heart disease
Aminoglikosid (kategori D)
ES: Neonatal ototoksik

Quinolones (kategori C)
Penisilin (Kategori A/B)
Sefalosporin (kategori B)

INH, Ethambutol (kategori A/B)


→Aman pada ibu hamil
Pyrazinamide (B/C), Rifampisin (C)

Metronidazole (kategori B)
Tidak ada laporan meningkatkan kelainan
kongenital.
Ada laporan malformasi namun
Acyclovir
(Kategori B) penelitian terakhir tidak didapatkan
peningkatan malformasi

Anti
retroviral Dalam dosis tinggi dapat
(Kategori C) meningkatkan risiko malformasi
Antikoagulan

Heparin • Belum jelas meningkatkan kejadian


(kategori B/C)
malformasi

Warfarin • Pertumbuhan janin terhambat


(kategori D/X)
• Hipoplasia nasal

• Gangguan mental & CNS sistem (Dandy


walker malformation)
Antiepilepsi

• Berhubungan dengan malformasi


• Congenital heart disease
• Neural tube defect
• Oral cleft
• Hipoplasia jari dan kuku
• Hipertelorism
• Broad nasal brigde
• Telinga abnormal
Spina bifida
Valproic acid
(kategori D) malformasi wajah

Pertumbuhan terhambat

Multipel kongenital anomali

✓ Abnormalitas kraniofasial
✓ Hipoplasia kuku
Carbamazepine ✓ Pertumbuhan terhambat
(Kategori D)
✓ Spina bifida
✓ Meningkatkan kelainan kongenital multipel
>2x lipat
Contoh: phenobarbital

Barbiturat
Risiko kelainan kongenital = carbamazepin &
(kategori D)
valproic acid

International database of malformation &


drug exposure: ➔ peningkatan 3x lipat
celah bibir & palatum
Antihipertensi

Metildopa (kategori A/B)

Hidralazine (kategori C)

-Blocker (kategori C)

Ca-Channel Blocker (kategori C)

Clonidine (kategori C)
IUGR

Pada trimester Neonatal anuria


ACE inhibitor 2&3
(kategori D) oligohidramnion
berhubungan
dengan
Hipoplasia tulang tengkorak

Hipoplasia paru-paru
Kematian janin

Hal ini karena hipotensi janin yang lama sehingga terjadi


hipoperfusi jaringan terutama ginjal
Antitiroid

Propiltiourasil (Kategori C)➔ digunakan bila


keuntungan terbukti melebihi risiko perinatal

Methimazole (kategori D)
• Defek pada skalp
• Atresia esofagus
Methimazole
syndrome
• Choanal atresia
• Fistula tracheo-esofageal
Obat Kemoterapi

Cyclofosfamid Teratogenik pada trimester I


(Hipoplastik jari, IUGR, oral cleft,
(kategori D)
mikrosefali, dll)

Meningkatkan risiko malformasi,


Azathioprine neonatal imunosupresi dan supresi
(kategori D)
sumsum tulang janin
Methotrexate & Aminopterin
(Kategori X)

Mikrosefali

Celah palatum

Neural tube defect

IUGR
Gangguan osifikasi tulang
Hipertelorism
Obat-obat Psikoaktif

Benzodiazepine (Kategori D)
- Celah bibir & palatum
- Floppy infant syndrome
- Hipotonia
- Letargi
- Kesulitan makan
Antidepresan Trisiklik (kategori C)
- Pernah ada laporan terjadi abnormalitas tungkai,
namun pada penelitian-penelitian terbaru belum
terbukti adanya defek pada janin.
Lithium (kategori D)

• Gangguan jantung & pembuluh darah


• Ebstein anomali
• Neural tube defect

Selective serotine reuptake inhibitors (kategori C)

• Pada penggunaan jangka pendek tidak


meningkatkan kejadian malformasi.
Obat dan Vitamin yg Biasa Digunakan
1. Multivitamin
2. Anti emetik (vit B6)
3. Fe dan asam folat
4. Kalsium
5. Magnesium Sulfat
Multivitamin
Vitamin → senyawa organik yang diperlukan
tubuh dalam jumlah kecil untuk
mempertahankan kesehatan.
→sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme.
→juga penting untuk metabolisme.
→Vitamin dibagi menjadi dua golongan yaitu
vitamin larut air (vitamin B kompleks dan
vitamin C) dan vitamin larut lemak (vitamin
A,D,E,K).
Multivitamin
Vitamin → senyawa organik yang diperlukan
tubuh dalam jumlah kecil untuk
mempertahankan kesehatan.
→ sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme.
→ juga penting untuk metabolisme.
Multivitamin
Vitamin B
Farmakodinamik
→ Pada pemberian secara IV dapat terjadi efek dan pada
manusia reaksi toksik setelah pemberian parental biasanya
karena reaksi alergi.
Farmakokinetik
→ Absorbsi peroral berlangsung dalam usus halus dan
duodenum. Zat ini akan dikeluarkan melalui urin.
Efek samping
→ Pada vitamin B kompleks khususnya tiamin, tidak
menimbulkan efek toksik bila diberikan peroral dan bila
berlebihan cepat dieksresi melalui urin.
Multivitamin
Vitamin C
Farmakodinamik
• sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi biokimia dan bersifat
sbagai anti oksidan.
• pada keadaan normal tidak menunjukan efek yang jelas, tetapi pada
keadaan defisiensi vitamin c akan menghilangkan gejala penyakit
dengan cepat.
Farmakokinetik
→ Absorbsi peroral berlangsung dalam usus halus dan duodenum. Zat
ini akan dikeluarkan melalui urin.
Efek samping
→ Jika berlebihan dapat menyebabkan diare juga menyebabkan
terbentuknya batu ginjal.
Multivitamin
Vitamin A
Farmakodinamik
→ Dosis kecil tidak menunjukan efek yang berarti. Sebaliknya
pemberian dosis besar vitamin A menimbulkan keracunan.
Farmakokinetik
→ diabsorbsi sementara melalui saluran cerna dan kadarnya
didalam plasma membutuhkan waktu sekitar 4 jam
Efek samping
→ Jika berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan janin
terganggu.
Multivitamin
Vitamin D
Farmakodinamik
→ berperan dalam homeostatis kalium.
Farmakokinetik
→ Absorbsi vitamin D melalui saluran cerna cukup baik.
Vitamin D diabsorsbsi lebih cepat dan lebih sempurna.
→ Dapat menyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat
dalam pembentukan dan pertumbuhan tulang bayi.
Efek samping
• Secara kasar diperkirakan 50.000 unit vitamin D setiap hari
terus menerus dapat mengakibatkan keracunan ,tetapi
pada anak-anak dapat timbul dengan dosis kecil.
Multivitamin
Vitamin E
Farmakodinamik
→ sebagai anti oksidan dan dapat melindungi kerusakan
membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi
asam lemak tak jenuh pada membran fosfolipid.
Farmakokinetik
→ diabsorbsi baik melalui saluran cerna. Dalam darah
terutama terikat dengan beta-lipo-protein dan didistribusi
ke semua jaringan.
Efek samping
• Pemakaian dosis besar untuk waktu lama dapat
menyebabkan kelemahan otot,gangguan reproduksi dan
gangguan saluran cerna.
Multivitamin
Vitamin K
Farmakodinamik
→ Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai
aktivitas farmakodinamik, tetapi pada pasien
defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk
meningkatkan biosintesis beberapa faktor
pembekuan darah.
Farmakokinetik
→Absorbsi vitamin K melalui usus sangat
tergantung dari kelarutannya.
Antiemetik (Vit B6)
→merupakan preparat yang aman serta efektif
untuk pemakaian pada kehamilan dini.
→dosis yang dianjurkan adalah 15-100 mg dua kali
sehari.
→Dengan dosis 2 gram/hari → akan menyebabkan
neuropati perifer (kebas, parestesia, cara berjalan
yang goyah). Ini menunjukkan bahwa dosis yang
dianjurkan itu tidak boleh dilampaui.
Zat Besi (Fe)
→Merupakan unsur esensial utk sintesis Hb.
→Preparat Fe
% kandungan Fe Dosis utk mendapatkan 60-
65 mg Fe
Sulfas ferosus (kering) 30% 200 mg
Sulfas ferosus 20% 300 mg
Fero fumarat 33% 200 mg
Fero glukonas 11,6% 600 mg
(BNF, 2000)
Zat Besi (Fe)
Farmakokinetik
→ Absorpsi meningkat jika terdapat asam dlm lambung.
→ Minum Fe dengan daging/ikan → menstimulasi produksi asam lambung.
→ Tablet Fe diberikan bersama vit c/jus jeruk
→ Dosis vit c yg dianjurkan 200-500 mg/hari.

Efek samping
→ Peningkatan absorpsi → menambah intensitas efek samping
→ Menyebabkan mual, muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, konstipasi

Interaksi obat
→ Beberapa obat, zat/makanan dapat mengurangi absorpsi Fe (antasid,
preparat antagonis,metildopa, kalsium, teh, kopi, susu, telur, senyawa fitat.
Asam Folat
→ Merupakan elemen esensial utk menurunkan insiden defek neural
tube (50-70%).
→ Dianjurkan suplemen 400 mikrogram/hari sedikitnya 12 minggu
sebelum konsepsi hingga akhir trimester I.
→ Bagi wanita berisiko (riwayat melahirkan anak dgn defek neural
tube/ kerabat terdekat) → dosis 5 mg dianjurkan.
Efek samping
→jarang terjadi. Peningkatan risiko konvulsi pada wanita epilepsi,
dapat menutupi tanda dan gejala anemia pernisiosa.
Interaksi obat
→absorpsi berkurang jika digunakan bersama kontrasepsi oral,
isoniazid, sikloserin, glutetimid.
→absorpsi ditingkatkan dgn pemberian vit c.
Magnesium Sulfat/
sulfas magnesikus (SM)
→ Merupakan elemen esensial dan vital untuk metabolisme, regulasi
otot polos, hantaran saraf, dan transmisi impuls.
→ Obat pilihan untuk mencegah kejang pada PEB dan eklampsia.

Farmakokinetik:
➢ Diberikan melalui injeksi IM dalam (regio gluteus) atau IV.
➢ Dosis: loading → 4 gr bolus perlahan (5-10 menit). Maintenance →
per infus dengan kecepatan 1-2 gr/jam. Dosis ulang 2 gr bolus dapat
diberikan → jika serangan kejang berulang.
➢ Distribusi: SM akan memintas plasenta. Konsentrasi SM tetap tinggi
selama 24-48 jam setelah kelahiran.
➢ Eliminasi: melalui ginjal, waktu paruh SM adalah 4 jam pada
kehamilan, dan bertambah lama bila GFR (glomerular filtration rate)
menurun. Kadar toksik dapat dicapai dengan cepat.
Magnesium Sulfat/
sulfas magnesikus (SM)
Mekanisme kerja:
→Mengurangi pelepasan neurotransmiter pd sinaps →
berkurangnya pelepasan asetilkolin → relaksasi otot
skeletal.
→Berkurangnya pelepasan norepinefrin saraf simpatik
→vasodilatasi →hipotensi
→Relaksasi otot polos jantung, uterus dan usus.
→Mengurangi vasospasme serebri → perfusi membaik.
→Melindungi endotel kapiler dari kerusakan radikal
bebas.
Magnesium Sulfat/
sulfas magnesikus (SM)
Efek samping:
✓ Vasodilatasi → arteriole → flushing, perspirasi, hipotermi,
hipotensi, bahkan kolaps kardiovaskuler →jika pemberian tidak
terkonrol
✓ Bradikardia, henti jantung, edema paru
✓ Mempengaruhi waktu pembekuan darah.
✓ Menekan refleks tendon dalam dan kontrktilitas otot-otot respirasi
→ kelemahan otot merupakan tanda dini toksisitas SM.
✓ Mual, muntah, anoreksia.
✓ Somnolen, penglihatan kabur atau diplopia, nistagmus
✓ Diuresis osmotik
✓ Inersia uteri
✓ Hipokalsemia
Obat-obatan yang
dijual bebas
Obat yang dikonsumsi oleh wanita
hamil dapat mempengaruhi janin
melalui beberapa cara:

• Bekerja langsung pada janin → kerusakan gangguan


perkembangan → cacat bawaan/kematian.
• Mengganggu fungsi plasenta → menyebabkan BBLR
• Menyebabkan otot-otot Rahim berkontraksi dengan kuat,
secara tidak langsung mencederai janin dengan membuat
suplai darah berkurang atau memicu terjadinya persalinan
dan kelahiran sebelum waktunya.
Penggunaan obat bebas
pada kehamilan
• Diperkirakan lebih dari sepertiga ibu hamil yang
mengobati sendiri dengan obat-obat bebas selama
kehamilannya.
• Banyak produk obat yang mudah diperoleh di apotek,
toko obat dan pasar swalayan bukan merupakan obat
yang cocok atau pun aman untuk digunakan pada
kehamilan.
• Seringkali tidak ada bukti yang jelas tentang aman-
tidaknya produk obat tersebut bagi kehamilan.
• Pengobatan ibu hamil cenderung berdasarkan pada
obat-obat yang sudah ada sejak lama dan secara
umum dianggap aman bagi kehamilan, kendati bukti
yang berdasar riset kerapkali tidak dapat diperoleh.
Prinsip penggunaan obat pada kehamilan

• Bila mungkin, penanganan tanpa obat harus dicoba


dahulu.
• Umumnya obat-obat lama yang sudah terbukti
keamanannya lebih disukai daripada obat-obat yang baru
dipasarkan.
• Preparat kombinasi sedapat mungkin harus dihindari dan
sebaiknya dipilih preparat yang mengandung sebuah
unsur obat saja.
• Hindari penggunaan obat bebas pada trimester pertama
kecuali bila terdapat alasan yang mendesak.
• Gunakan obat dengan takaran yang paling rendah untuk
jangka waktu yang sesingkat mungkin.
Beberapa macam obat bebas
yang sering digunakan pada
kehamilan
1. Obat batuk dan selesma
2. Obat penghilang rasa nyeri
3. Obat migrain
4. Obat haemoroid
5. Obat kelainan kulit dan preparat
kortikosteroid topical
6. Rinitis alergika dan hay fever
7. Oksiuriasis
1. Obat batuk dan selesma
(Pilek)
• Obat penekan batuk yang mengandung opioid seperti kodein tidak
cocok sebagai obat bebas untuk kehamilan dan laktasi mengingat
obat tersebut akan menimbulkan masalah potensial pada neonates
ketika pemakainnya dihentikan.
• Sebelum memutuskan penggunaan sirup obat batuk yang
mengandung gula, ibu hamil sudah harus memahami bahwa risiko
timbulnya karies gigi akan meningkat dengan penggunaan sirup
tersebut pada saat hamil.
2. Obat penghilang rasa nyeri
• Rasa nyeri seringkali dapat diatasi dengan tindakan non-farmokologis →
mobilisasi, kompres hangat dan dengan penjelasan yang dapat meredakan
kegelisahan.
• Beberapa keadaan seperti sakit kepala / sakit gigi mungkin memerlukan
pengobatan.
• Parasetamol → obat pilihan pertama pada kehamilan dan laktasi (aman).
• Untuk takaran maksimal parasetamol 4 gram (8 tablet) per hari tidak boleh
dilampaui karena kehamilan membuat hati menjadi rentan terhadap
cedera obat (gunakan dengan takaran yang serendah mungkin dan waktu
yang sesingkat mungkin.
• Banyak preparat analgetik yang dijual di toko obat mengandung lebih dari
satu macam obat seperti kafein dan fenilefrin, dan jenis preparat kombinasi
seperti ini harus dihindari pada kehamilan.
3. Obat migrain

o Parasetamol merupakan preparat


yang direkomendasikan untuk
mengatasi serangan migrain pada
kehamilan.
4. Obat haemoroid

• Kompres dingin dengan kantong berisi es dapat meredakan rasa nyeri untuk
sementara waktu.
• Krim pereda nyeri yang netral dan hanya mengandung astrigen ringan tanpa
anestesi local, misalnya Anusol Cream (bismutoksida, zink oksida serta Peru
Balsam) dan Anusol Ointment (ABPI,2000) dapat membantu meredakan nyeri
hemoroid
• dosis bismuth yang ada dalam preparat tersebut dianggap cukup rendah dan
tidak akan menimbulkan pengaruh yang berbahaya jika preparat tersebut
dioleskan dengan cara yang lazim.
• Jika pada hemoroid dioleskan preparat anestesi local, preparat ini dapat diserap
dengan jumlah yang cukup banyak untuk menimbulkan efek samping pada janin
yang meliputi bradikardia.
5. Obat kelainan kulit &
preparat kortikosteroid topical

• Hidrokortison 0,1 % dan 1 % digunakan untuk perbagai keluhan pada


kulit seperti pruritus, ruam popok dan eczema.
• Preparat ini merupakan obat bebas yang bisa dibeli ditoko obat, namun
pemakainnya tanpa resep dokter tidak dianjurkan pada anak-anak di
bawah usia sepuluh tahun dan pada ibu hamil.
• Penggunaan preparat hidrokortison topical ini harus dibatasi hanya
dalam waktu lima hingga tujuh hari dengan menghindari pemakaian di
bagian wajah atau kulit yang terluka.
• Sejumlah bahan aditif terdapat dalam perbagai preparat hidrokortison
dan setiap bahan tersebut dapat menimbulkan reaksi alergi
6. Rinitis alergika & hay
fever
• Rinitis alergika dan hay fever sering terjadi pada kehamilan.
• Kacamata dan obat tetes mata kromoglikat merupakan sarana yang berguna
untuk mengatasi konjungtivitis alergika.
• Terapi topical harus dianjurkan terlebih dahulu sebelum memulai terapi
sistemik. Preparat kortikosteroid topical dapat meredakan gejala rhinitis
alergika. Risiko perdarahan hidung dapat terjadi pada pemakaian preparat ini.
• Klorfeniramin (piriton) serta prometazin (Phenergan) tetap menjadi
antihistamin pilihan selama kehamilan dan mungkin diperlukan jika terapi
topical terbukti tidak efektif.
• Preparat antihistamin bersifat sangat sedative dan dapat mengganggu
kemampuan untuk mengemudikan kendaraan.
7. Oksiuriasis
• Sering dijumpai pd ibu hamil
• Penatalaksanaan yg baik → menjaga kebersihan diri yang
baik
• Sebagian ibu hamil tidak tahan dengan gejalanya sehingga
diperlukan terapi dengan obat.
• Dalam keadaan ini, terapi sedapat mungkin harus ditunda
sampai akhir trimester pertama kehamilan.
• Piperazin dapat menstimulasi kontraksi traktus
gastrointestinal (yang kadang-kadang kuat) sehingga
terjadi muntah dan diare.
Jamu/herbal
Jamu/herbal

• Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Belakangan


populer dengan sebutan herba atau herbal. Jamu dibuat dari bahan-
bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-
akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga menggunakan
bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya.
• Sulit diperkirakan risiko atau keamanan berbagai ramuan herbal karena
tidak diatur oleh FDA.
• Efek ramuan herbal pada janin yang sedang tumbuh sulit dinilai →
wanita hamil perlu diberi tahu untuk menghindari jamu
Lanjutan
• Minum Jamu Saat Hamil pada dasarnya diperbolehkan namun dalam
pemakaiannya harus tetap berada di bawah pengawasan dokter
kandungan.
• Biasanya meminum jamu merupakan kebiasaan atau tradisi turun
temurun yang diwariskan dari nenek moyang.
• Disarankan terutama bagi wanita hamil yang masih suka mengkonsumsi
jamu agar sebaiknya membuat jamu buatan sendiri yang segar dan tidak
dalam bentuk kemasan, Sesuaikan dosis pemakaiannya, disertai
pemeriksaan antenatal care pada ginekolognya.
• Perhatikan juga keamanan dari jamu yang telah dikonsumsi, bila terjadi
mual, keringat dingin atau kulit merah, bahkan diare berarti
keseimbangan tubuhnya terganggu di saluran cerna. Dan bila sudah
terjadi hal yang tidak normal, segera hentikan pemakaian.
Next…

• Harap diingat, bahwa ibu hamil tidak diperbolehkan sembarangan mengkonsumsi


jamu. Jamu yang boleh diminum adalah jamu yang tidak menggunakan obat
sintetik. Dan perhatikan pula kondisi tubuh, bila mempunyai sakit maag maka tidak
akan kuat dengan zat-zat pada jamu tersebut.
• Dalam mengkonsumsi jamu harus berhati-hati, terutama bila ada riwayat
keguguran, pernah melahirkan anak cacat, prematur, dan sebagainya.
• Pada trimester pertama yang merupakan masa sangat rentan bagi kehamilan
karena pada tersebut janin sedang membentuk organ-organ vital seperti mata,
hidung, telinga, pertumbuhan otak, dan lainnya.
• Kemungkinan pada trimester kedua bisa lebih longgar karena pembentukkan organ-
organ janin sudah sempurna, tinggal mengembangkan dan meningkatkan
pertumbuhannya, tapi meskipun demikian harus tetap berhati-hati. Karena
terkadang ada jamu yang pedas sehingga membuat perut menjadi mulas.
Dikhawatirkan akan mengakibatkan kelahiran prematur.
Efek jamu

1. Ketuban keruh.
2. Teratogenik
3. Kelainan jantung.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai