Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN


(Membuat Perencanaan Bekerja dalam Kemitraan dengan Perempuan
untuk Memberikan Pengawasan dalam Memberikan Asuhan bagi
Perempuan selama Daur Kehidupan)

OLEH :

Deswizar Syaputri (1920332047)


Shafira Maulani Putri (1920332049)
Eriani Mustika Harahap (1920332054)

DOSEN PENGAMPU:
Rafika Oktova, S.ST, M.Keb

S2 ILMU KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Membuat Perencanaan Bekerja dalam Kemitraan dengan
Perempuan untuk Memberikan Pengawasan dalam Memberikan Asuhan
bagi Perempuan selama Daur Kehidupan”. Makalah ini merupakan salah satu
tugas dari mata kuliah Manajemen Pelayanan Kebidanan.
Makalah ini disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami
oleh mahasiswa. Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang telah
membantu, dengan ini saya mengucapkan terima kasih .
Kami mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi ataupun penjelasan
dalam makalah ini. Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar
kesempurnaan makalah ini dapat terwujud.
Terima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang telah membaca dan
mempelajari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat .

Padang, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Making Pregnancy Safer....................................................................................3


2.2 Bidan sebagai Ujung Tombak Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak..................6
2.3 Indikator Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak....................9
2.4 Membangun Kemitraan Bidan dengan Perempuan selama Daur Kehidupan ..15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................23

3.2 Saran.................................................................................................................23

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah bidan mencerminkan filsafat peduli: satu yang lebih khusus


diarahkan pada individu wanita dan kebutuhan reproduksi. Seorang bidan
biasanya menawarkan berbagai pilihan dan berusaha untuk menghilangkan atau
meminimalkan intervensi yang tidak perlu. Pelayanan/ praktik kebidanan
didasarkan pada philosophy kebidanan. Pada intinya, filsafat kebidanan
menganggap bahwa kelahiran yang aman, indah dan proses normal. Praktik
kebidanan didasarkan pada pemahaman bahwa kehamilan, persalinan dan
kelahiran adalah pengalaman mendalam yang membawa arti penting bagi seorang
wanita, keluarga dan masyarakat. Kebidanan didasarkan pada keyakinan bahwa
memiliki bayi adalah proses kehidupan alam dan kesempatan bagi pertumbuhan
yang cukup besar. Tujuan dari perawatan kebidanan adalah untuk meningkatkan
pengalaman hidup ini. Praktik kebidanan didasarkan pada konsep kesehatan dan
kesejahteraan. Melahirkan anak dipandang sebagai proses fisiologis yang normal
untuk sebagian besar perempuan, dan pengalaman hidup utama bagi semua
perempuan dan keluarga mereka.

Praktik kebidanan menggabungkan seni dengan teoritis dan pengetahuan


berbasis penelitian untuk memungkinkan wanita dan bayi mencapai kesehatan
yang optimal, Pengetahuan berbasis penelitian untuk memungkinkan wanita dan
bayi mencapai kesehatan optimal dari prasangka, melalui kehamilan, persalinan,
kelahiran dan periode neonatal. Bidan menggunakan pengetahuan ilmiah ketika
mempromosikan, melindungi dan mendukung menyusui untuk memberikan yang
optimal kepada mereka dengan informasi dan bantuan yang diperlukan. Praktik
kebidanan menyediakan kesinambungan layanan antara bidan dan perempuan dari
prasangka, melalui kehamilan, persalinan, kelahiran, dan postpartum. Perawatan
kebidanan terjadi dalam kemitraan dengan perempuan dan keluarganya yang
didasarkan pada saling menghormati dan disediakan dalam cara yang holistik,
fleksibel, kreatif, memberdayakan dan mendukung.

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah membuat perencanaan bekerja dalam kemitraan dengan
perempuan untuk memberikan pengawasan dalam memberikan asuhan bagi
perempuan selama daur kehidupan?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui membuat perencanaan bekerja dalam kemitraan dengan
perempuan untuk memberikan pengawasan dalam memberikan asuhan bagi
perempuan selama daur kehidupan.
1.4 Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa dapat memahami tentang membuat perencanaan bekerja
dalam kemitraan dengan perempuan untuk memberikan pengawasan dalam
memberikan asuhan bagi perempuan selama daur kehidupan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Making Pregnancy Safer


Istilah bidan mencerminkan filsafat peduli: satu yang lebih khusus
diarahkan pada individu wanita dan kebutuhan reproduksi. Seorang bidan
biasanya menawarkan berbagai pilihan dan berusaha untuk menghilangkan atau
meminimalkan intervensi yang tidak perlu. Pelayanan/ praktik kebidanan
didasarkan pada philosophy kebidanan. Pada intinya, filsafat kebidanan
menganggap bahwa kelahiran yang aman, indah dan proses normal. Praktik
kebidanan didasarkan pada pemahaman bahwa kehamilan, persalinan dan
kelahiran adalah pengalaman mendalam yang membawa arti penting bagi seorang
wanita, keluarga dan masyarakat. Kebidanan didasarkan pada keyakinan bahwa
memiliki bayi adalah proses kehidupan alam dan kesempatan bagi pertumbuhan
yang cukup besar. Tujuan dari perawatan kebidanan adalah untuk meningkatkan
pengalaman hidup ini. Praktik kebidanan didasarkan pada konsep kesehatan dan
kesejahteraan. Melahirkan anak dipandang sebagai proses fisiologis yang normal
untuk sebagian besar perempuan, dan pengalaman hidup utama bagi semua
perempuan dan keluarga mereka.

Praktik kebidanan menggabungkan seni dengan teoritis dan pengetahuan


berbasis penelitian untuk memungkinkan wanita dan bayi mencapai kesehatan
yang optimal, Pengetahuan berbasis penelitian untuk memungkinkan wanita dan
bayi mencapai kesehatan optimal dari prasangka, melalui kehamilan, persalinan,
kelahiran dan periode neonatal. Bidan menggunakan pengetahuan ilmiah ketika
mempromosikan, melindungi dan mendukung menyusui untuk memberikan yang
optimal kepada mereka dengan informasi dan bantuan yang diperlukan. Praktik
kebidanan menyediakan kesinambungan layanan antara bidan dan perempuan dari
prasangka, melalui kehamilan, persalinan, kelahiran, dan postpartum. Perawatan
kebidanan terjadi dalam kemitraan dengan perempuan dan keluarganya yang
didasarkan pada saling menghormati dan disediakan dalam cara yang holistik,
fleksibel, kreatif, memberdayakan dan mendukung.

3
Bidan menyediakan informasi yang lengkap, akurat dan obyektif serta
membantu wanita untuk mengambil keputusan. Perawatan kebidanan dapat diatur,
tetapi yang paling penting adalah memberdayakan perempuan untuk menentukan
pilihan dan mengambil keputusan. Bidan menghormati hubungan mereka dengan
wanita dan keluarganya, menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh, dan
hanya berbagi informasi terkait dengan izin wanita atau berkaitan dengan hokum.

Pada prinsipnya asuhan yang diberikan oleh bidan kepada pasien harus
berdasarkan filosofi kebidanan, Beberapa keyakinan sebagai arahan bidan dalam
memberikan asuhan:

1. Kehamilan dan persalinan:


a. Merupakan proses alamiah fisiologis
b. Merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan,
keluarga dan masyarakat.
c. Akan membawa risiko bagi kehidupan ibu dan bayi bila terjadi
kesalahan dalam proses
2. Perempuan:
a. Pribadi yang memiliki hak, kebutuhan dan harapan.
b. Harus berpartisipasi aktif dalam pelayanan selama kehamilan,
persalinan, dan nifas.
c. Membuat pilihan dan keputusan tentang pelayanan.
d. Diperhatikan dan dihargai selama kehamilam, persalinan, dan nifas
e. Ibu dan keluarga adalah pusat asuhan kebidanan.
3. Fungsi profesi dan manfaatnya:
a. Mengupayakan kesehatan ibu dan bayinya.
b. Bidan mempunyai “power” untuk mempengaruhi/ memberikan asuhan
kebidanan.
c. Proses yang fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan,
tapi bila ada penyulit gunakan teknologi yang referal dan aktif agar
bayi dan ibu sehat
4. Pemberdayaan dan pengambilan keputusan:
a. Perempuan harus diberdayakan dalam pengambilan keputusan melalui
KIE dan Konseling

4
b. Keputusan merupakan kesepakatan bersama antara bidan dengan ibu
sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan
5. Tentang asuhan :
a. Difokuskan pada aspek prevensi, promosi kesehatan dan
kealamiahannya.
b. Menyediakan informasi yang obyektif, relevan guna memfasilitasi
penentu pilihannya.
c. Dilaksanakan secara kreatif, fleksible, mendukung, melayani,
membimbing, memonitoring, dan mendidik.
d. Dilakukan secara kontinyu, individual, dan tidak otoriter
e. Harus aman, memuaskan, menghormati, dan memberdayakan
perempuan dan keluarganya.

2.1.1 Strategi Making Pregnancy Safer


1. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
di tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
2. Membangun kemitraan yang efektif.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga, dan masyarakat.
4. Manajemen Pelayanan Kebidanan
5. Penguatan manajemen program KIA: sistem survailans, monitoring, dan
informasi KIA dan pembiayaan.

Ibu meninggal disebabkan karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan


ibu berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang
dilatarbelakangi kejadian:

1. Terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan


2. Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
3. Terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan
2.1.2 Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir
1. Keluarga Berencana
a. Penyediaan pelayanan KB gratis bagi Gakin

5
b. Penyediaan Alokon
c. Menurunkan kejadian Unmet Nced dan 4 terlalu
2. Pelayanan Antenatal
a. Peningkatan kualitas: pemeriksaan laboratorium, konseling, imunisasi
dan gizi.
b. Integrasi dengan program terkait: IMS, HIV, Malaria, TB dan
kecacingan.
c. Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
3. Pertolongan persalinan
a. Kemiteraan bidan — dukun
b. Persalinan dengan MAK III
c. Pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan
4. Pelayanan masa nifas
a. Ibu
b. Neonatus
c. Dilakukan sedini mungkin
5. Penanganan Komplikasi
6. Penyediaan Puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK yang
berfungsi menurunkan TFR
2.1.3 Pemberdayaan Perempuan, Keluarga, dan Masyarakat
1. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja di sekolah (formal dan non
formal) dan non sekolah.
2. Promosi tentang kesehatan reproduksi pada masyarakat termasuk
pemerintah.
3. Peningkatan pengetahuan dan kesiapan tentang bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas: Desa Siaga, GSI, pemanfaatan Buku KIA dan P4K

2.2 Bidan sebagai Ujung Tombak Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
2.2.1 Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Maternal dan Neonatal
1. Masyarakat (Pelayanan esensial, deteksi kasus resiko tinggi « PPGDON di
Polindes/ Poskesdes).

6
2. Puskesmas (Pelayanan esensial, deteksi kasus resti t PONED (Tim
PONED).
3. RS, Kabupaten/ Kota
4. Pelayanan esensial, deteksi kasus resti 4 PONEK (Tim PONEK)
5. Pemantapan jaringan pelayanan obstetri dan neonatal di wilayah
kabupaten/ kota
6. Peningkatan Kemitraan (Lintas sektor dan program).
7. Jamkesmas

2.2.2 Prinsip Pelayanan Kebidanan di Desa


1. Pelayanan di komunitas desa sifatnya multi disiplin meliputi ilmu
kesehatan masyarakat, kedokteran, sosial, psikologi, komunikasi, ilmu
kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran bidan di komunitas,
2. Dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada
standar dan etika profesi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia.
3. Dalam memberikan pelayanan bidan senantiasa memperhatikan dan
memberi penghargaan terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat,
sepanjang tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan prinsip
kesehatan.

Ukuran keberhasilan bidan dalam pelayanan di komunitas/ desa tidak


hanya penurunan AKI dan AKB, tapi juga bangkitnya gerakan masyarakat untuk
mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidupnya.

Dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada hakekatnya masyarakat mempunyai hak memperoleh pelayanan yang


berkualitas, sehingga Ibu Sehat Bayi sehat, selanjutnya juga Bangsa yang
sehat.
2. Bidan sebagai pemberi jasa harus menjaga mutu pelayanan dan melayani
sesuai kebutuhan (mitra perempuan).
3. Bidan harus tetap meningkatkan kemampuan.
4. Bidan sebagai tenaga kesehatan pada lini terdepan (ujung tombak).

7
5. Bidan punya kebutuhan dan harapan (kesejahteraan, masa depan dan
keamanan).
6. Pemerintah bertanggungjawab menyediakan yankes (Sarana prasana,
SDM dll (Sustainability dan Jamkesmas)
7. Pemerintah dan OP melakukan pengawasan dan pembinaan
2.2.3 Kesenjangan Kebijakan dan Implementasi Kebijakan Kesehatan
Reproduksi

Penurunan Kematian Ibu di Indonesia Gerakan Sayang Ibu:

1. Indonesia ikut mendukung WSC (1990), yakni bersepakat untuk


menurunkan AKI menjadi separuh pada tahun 2000 (225 per 100.000
kelahiran) dan meningkatkan layanan keluarga berencana bagi yang
membutuhkan.
2. BKKBN melancarkan Kampanye Ibu Sehat Sejahtera (KISS), kemudian
diperbaharui menjadi Gerakan Keluarga Sehat Sejahtera (GKSS).
3. Perbaikan kualitas layanan antenatal untuk mengenali secara dini
kehamilan risiko tinggi-program bidan di desa.
4. Pada tahun 1996 dibuat program Gerakan Sayang Ibu
2.2.4 Pokok Permasalahan
1. Rendahnya akses penduduk miskin pada layanan kesehatan yang
berkualitas sehingga status kesehatan mereka tertinggal dibandingkan
dengan kelompok masyarakat yang lebih mampu.
2. Motivasi rendah khususnya untuk penempatan di daerah terpencil dan
miskin.
3. Kebijakan insentif yang lemah.
4. Dwi-fungsi memberikan insentif yang lebih kuat bagi petugas kesehatan
untuk bekerja dipusat-pusat pertumbuhan.
5. Program PTT dan berbagai insentif yang dikembangkan belum berhasil
mengatasi kesenjangan geografis.
6. Decentralisasi secara nyata semakin memperburuk skema insentif dan
semakin melemahkan sistem informasi kesehatan

8
Tantangan AKI di Indonesia

Masih rendahnya cakupan perawatan antenatal dan persalinan oleh nakes terlatih-
rendahnya posisi tawar perempuan.Penyebab utama AKI di Indonesia adalah
perdarahan dan infeksi, dibalik angka ini tersembunyi abortus:

1. Ditaksir 2,3 juta abortus (tidak aman) terjadi setiap tahun di Indonesia.
2. 1 juta keguguran spontan.
3. 700.000 karena tidak menggunakan alkon — kehamilan tidak diinginkan.
4. 600.000 karena kegagalan KB.
15% aborsi dilakukan oleh kelompok usia «20 tahun (remaja) — tidak ada
akses pada alat kontrasepsi

Beberapa kajian tentang Bidan di desa menunjukkan bdi daerah terpencil


Bidan di Desa dituntut juga untuk melakukan asuhan perawatan anak, dan fungsi
kuratif di samping asuhan rawatan kehamilan/ persalinan. Selain itu utilisasi
layanan kesehatan masih rendah di desa, fungsi rujukan masih jauh dari
optimal.Apakah masalahnya terletak pada suplai atau demand?Sekalipun
masyarakat miskin sudah dijamin (askeskin, jamkesmas) untuk layanan kuratif,
bagaimana dengan transportasi?
2.2.5 Catatan atas Kebijakan Kesehatan
1. Sektor swasta belum lagi diperhitungkan dalam perencanaan kesehatan,
padahal kontribusinya pada kespro sangat bermakna khususnya di
perkotaan.
2. Merupakan kenyataan bahwa kebijakan publik masih belum menyentuh
persoalan public yang semakin hari semakin merupakan ancaman:
pengendalian tembakau (Indonesia belum bersedia meratifikasi FCTC),
pergeseran pola diit yang semakin memburuk — junk food menjadi
makanan trendy, kebijakan kesehatan masih fokus pada layanan kuratif
(UKP)

2.3 Indikator Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak

Target global penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) MDGs (Millenium


Development Goals sebesar tiga-perempatnya pada tahun 2015. Sementara target

9
penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
sebesar dua-pertiga. Berdasarkan kesepakat global tersebut, Indonesia mempunyai
komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000
Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1:000 KH, dan
Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015. Jika dilihat
dari potensi untuk menurunkanAKI masih on track walaupun diperlukan sumber
daya yang kompeten (Pedoman Pengawasan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak, Depkes RI, 2009).

Terkait dengan tujuan dan target diatas, kemudian diterapkan berbagai


strategi untuk menurunkan AKI-AKABA, maupun AKB, sehingga tetap on the
track menuju target MDG3. Dan salah satu strategi ini, diantaranya dengan
penerapan system informasi manajemen kesehatan ibu dan anak, dengaan
penerapan pemantauan wilayan setempat (PWS) KIA.

Menurut Davis (1992), pada dasarnya, Sistem Informasi Manajemen


merupakan system manusia atau mesin yang terpadu guna menyajikan informasi
untuk mendukung fungsi operasional, manajemen dan pengambilan keputusan di
dalam suatu organisasi. Sementara menurut Jogiyanto (2009), sistem informasi
manajemen dapat digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di
fungsi-fungsi bisnis. Sistem informasi di fungsi-fungsi organisasi yang
memanfaatkan basis data (dara base) ini untuk pelaporan-pelaporan manajemen
ini disebut dengan sistem informasi bisnis (business information systems).

10
Gambar 1: Alur Pencatatan, Pengolahan, dan Pemanfaatan Data PWS KIA

Menurut Jogiyanto (2009), manajemen dengan menggunakan pendekatan


system informasi merupakan langkah yang mengarah pada peningkatan efisiensi
dan efektifitas kerja. Untuk menjadi suatu sistem informasi maka hasil dari sistem
itu harus berupa informasi yang berguna dan didukung oleh tiga pilar sebagai
berikut: tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeliness)
dan tepat nilainya atau akurat (accurate). Sistem inform: mempunyai enam
komponen yaitu input, model, output, teknologi, basis data dan control.
Terkait dengan sistem informasi tersebut, khusunya pada pelaksanaan
proram KIA, sejak tahun 1985, di Indonesia telah diaplikasikan alat pemantauan
program dengan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Pemantauan Wilayah
Setempat dapat digunakan sebagai alat manajemen untuk melakukan pemantauan
program di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat. Program PWS KIA dapat memantau program KIA

11
yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita. Adapun kegiatan PWS KIA terdiri dari
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan
informasi ke penyelenggara program dan pihak/ instansi terkait dan tindak lanjut.
Beberapa indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS
KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan dalam program
pokok KIA sebagai, antara lain :
1.) Akses pelayanan antenatal (K1)
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal
oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
2.) Cakupan pelayanan ibu hamil (K4)
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada
trimester satu, 1 kali pada trimester dua, dan 2 kali pada trimester tiga di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar
pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan
tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

12
Gambar 2: Alur Pencatatan Manual Pelayanan KIA oleh Bidan

3.) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN)


Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diperkirakan
proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini
menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan sesuai standar,
4.) Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KFIII)
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42
hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu
6 jam sampai dengan 3 hari, 8 sampai dengan 14 hari dan 36 sampai dengan
42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan menggunakan indikator tersebut, dapat diketahui cakupan pelayanan
nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang

13
ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu nifas, disamping menggambarkan kemampuan manajemen
ataupun kelangsungan program KIA,
5.) Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN I)
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada
6-48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan
neonatal.
6.) Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 — 48 jam, | kali pada hari ke-3 sampai
hari ke-7, dan 1 kali pada hari ke-8 sampai hari ke-28 setelah lahir disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
7.) Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang
ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator
ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam
mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
8.) Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir
untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan,
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil
bersalin dan nifas dengan komplikasi.

14
2.4 Membangun Kemitraan Bidan dengan Perempuan selama Daur
Kehidupan
Partnership atau kemitraan adalah perihal hubungan (jalinan kerja sama
dsb) sebagai mitra. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh
bidan sesuai dengan kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak
di keluarga maupun di masyarakat. Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan
pada ibu dan anak di komunitas diperlukan bidan komunitas yaitu bidan yang
bekerja melayani ibu dan anak di suatu wilayah tertentu.
2.4.1 Kegiatan yang Partnership Bidan dengan Perempuan dalam
Pelayanan Kebidanan
1. Woman Cared Centre
Definisi bidanmenurut International Confederation Of Midwives (ICM)
yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan
diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition
(FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan
Internasional / Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke
27, pada bulan Juli tahun 200S di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut:
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang
diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik bidan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas,
memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
kepada masyarakat khususnya perempuan. Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada

15
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan
anak.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah masyarakat khususnya perempuan
yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan,
pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi
a. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung
jawab bidan
b. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah
satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
c. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan
yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/
fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa kebutuhan-
kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan yang lain. Hak
Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
adalah penting, sehingga perempuan dapat:
a. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat, terbebas dari
penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau kematian
yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitas Mengatur
kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan dengan keinginannya,
menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan menjaga kehamilan
sampai waktu persalinan
b. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika
mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.
2. Continuity of Care
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global
yang semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia

16
Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus
disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan.
Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin
dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa bahkan
sampai usia lanjut.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Siklus hidup reproduksi merupakan permasalahan yang tidak ditangani
dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya. Dalam pendekatan siklus
hidup dikenal lima tahap, yaitu konsepsi, bayi dan Anak, remaja, usia subur, usia
lanjut.
3. Empowerment Woman
Pada bulan September 1994 di Kairo, 184 negara berkumpul untuk
merencanakan suatu kesetaraan antara kehidupan manusia dan sumber daya yang
ada. Untuk pertama kalinya, perjanjian internasional mengenai kependudukan
memfokuskan kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan sebagai tema sentral.
Konferensi Internasional ini menyetujui bahwa secara umum akses
terhadap pelayanan kesehatan reproduksi harus dapat diwujudkan sampai tahun
2015. Tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan, pelaksana-pelaksana
program serta para advokator adalah mengajak pemerintah, lembaga donor dan
kelompok-kelompok perempuan serta organisasi nonpemerintah lainnya untuk
menjamin bahwa perjanjian yang telah dibuat tersebut di Kairo secara penuh dapat
diterapkan di masing-masing negara.
Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan perempuan dan laki-laki berhubungan dengan masalah seksualitas dan
penjarangan kehamilan. Tujuan dari program-program yang terkait serta
konfigurasi dari pelayanan tersebut harus menyeluruh, dan mengacu kepada
program Keluarga Berencana (KB) yang konvensional serta pelayanan kesehatan
ibu dan anak.
2.4.2 Komponen yang Termasuk di Dalam Kesehatan Reproduksi

17
a. Konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi,
infertilitas, infeksi dan penyakit
b. Pendidikan seksualitas dan gender:
c. Pencegahan, skrining dan pengobatan infeksi saluran reproduksi, penyakit
menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS dan masalah kebidanan
lainnya.
d. Pemberian informasi yang benar sehingga secara sukarela memilih alat
kontrasepsi yang ada;
e. Pencegahan dan pengobatan infertilitas;
f. Pelayanan aborsi yang aman;
g. Pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan pasca
kelahiran: dan
h. Pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.
Kualitas pelayanan merupakan prioritas dan ini harus didukung dengan:
a. Menerapkan metode yang kompeten dengan standar yang tinggi
(maintaining high standards of technical competence);
b. Melayani klien dengan rasa hormat dan bersahabat;
c. Merancang pelayanan agar dapat memenuhi kebutuhan klien; dan
d. Menyediakan pelayanan lanjutan.
Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:
a. Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung
jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak
atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut:
b. Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang
terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal
tersebut dapat terwujud: dan
c. Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang
bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.
d. Hak hidup
e. Hak menikah
f. Hak hamil atau tidak hamil
g. Hak seksualitas

18
h. Hak menggunakan kontrasepsi
i. Hak terbebas dari PMS
j. Mendapat informasi & pelayanan yang berkualitas

Dengan memodifikasi program KB dan program kesehatan lainnya agar


dapat :
a. Memperluas jangkauan pelayanan terhadap perempuan yang mempunyai
kebutuhan akan hal-hal yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan
kesehatan seksual:
b. Secara intensif melatih dan memberikan supervisi kepada staf dan
memberlakukan sistem-sistem yang memberikan kualitas pelayanan yang
baik, tidak hanya terpaku kepada jumlah klien yang dapat dilayani:
c. Merancang pelayanan yang menjaga hak-hak perempuan dan mendorong
pemberdayaannya:
d. Menyediakan informasi dan pelayanan terhadap perempuan yang lebih
muda atau lebih tua dari usia reproduksi, tanpa melihat status
perkawinannya:
e. Mendorong dan mendukung peran laki-laki untuk ikut ambil bagian dalam
pembagian tanggung jawab terhadap tingkah laku seksual dan
reproduksinya, masa kehamilan, kesehatan ibu dan anak, penjarangan
kehamilan, infeksi PMS dan HIV/AIDS serta kekerasan: dan
f. Mendukung penelitian untuk mengisi kesenjangan terhadap pengetahuan
yang berkaitan dengan masalah teknologi dan pelayanan termasuk di
dalamnya adalah microbicides, metode-metode untuk men-diagnosa PMS,
pengobatan PMS yang terjangkau serta pelayanan kegawatdaruratan
kebidanan.
Beberapa prinsip yang harus digaris bawahi adalah:
a. Program-program dan pelayanan harus dirancang sesuai dengan
kondisi-kondisi yang ada dan menjamin bahwa pelayanan ini dapat
dimanfaatkan dan dijangkau oleh seluruh perempuan:
b. Rancangan program dan penerapannya harus melibatkan perempuan
dari berbagai latarbelakang; dan

19
c. Program harus mendukung baik laki-laki maupun perempuan dalam
hal
d. Pembagian tanggung jawab dari tingkah laku seksual, masa subur, dan
kesehatannya serta keberadaan pasangan dan anak-anaknya.
2.4.3 Hak-Hak Reproduksi dapat Terjamin
a. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah
langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu
yang menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan
seksualnya terpenuhi
b. Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan
untuk mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang
berhubungan dengan sekualitas dan masalah reproduksi: dan
c. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui
haknya, mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini
serta membangun dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan
dan advokasi.
Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini
diambil dari hasil kerja International Women 's Health Advocates Worldwide.

2.4.4 Langkah Membangun Kemitraan Bidan dengan Perempuan

Langkah-langkah Kemitraan :
1. Penjajakan
Penting dilakukan penjajakan dengan calon mitra.
2. Penyamaan Persepsi
Perlu pertemuan awal untuk penyamaan persepsi.
3. Pengaturan Peran
Pengaturan peran harus dibicarakan dan disepakati bersama.
4. Komunikasi Intensif
Komunikasi antar mitra sangat diperlukan, agar apabila terdapat
permasalahan di lapangan dapat dilakukan penanganan dengan cepat.
5. Melaksanakan Kegiatan
Harus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana kerja tertulis.

20
6. Pemantauan dan Penilaian
Perlu disepakati sejak awal tentang cara pemantauan dan penilaian.

Langkah 1 adalah Penjajakan


Langkah ini untuk menjajaki para calon mitra yang akan diajak kerjasama
untuk suatu Tujuan Kemitraan Kesehatan.
Beberapa hal yang harus dilakukan adalah :
a. Mencari tahu organisasi apa saja yang akan kita ajak.
b. Mengetahui apa yang menjadi Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dari
masing- masing organisasi tersebut, misal untuk kemitraan Posyandu :
a.) Camat mempunyai Tupoksi sebagai koordinator dan penanggung
jawab pembangunan di Kecamatan (cocok kita ajak bermitra),
b.) UPT Dinas Pendidikan tupoksinya sebagai penyelenggara pendidikan
baik di sekolah maupun luar sekolah (cocok kita ajak bermitra),
c. Setelah tahu tupoksinya dari masing- calon mitra maka kita kaji manfaat
apa yang akan kita tawarkan bagi calon mitra, agar yang bersangkutan
mau diajak bermitra.
Langkah ke-1 ini adalah untuk memenuhi Landasan 1 (Stucture) dan 2
(Capacity).

Langkah 2 adalah Penyamaan Persepsi


Disini kita mengundang para calon mitra untuk menawarkan kemitraan,
dengan menjelaskan secara rinci tentang :
a. Tujuan yang akan dicapai
b. Manfaat kemitraan (keuntungan bagi masyarakat dan masing- masing
mitra)
c. Resiko yang mungkin akan dihadapi bersama.
Pada langkah ini dituntut kemampuan kita untuk berkomunikasi, lobi, dan
menarik perhatian calon mitra.

Langkah 3 adalah Pengaturan Peran

21
Pengaturan peran hanya di konsep kesehatan saja, secara tertulis (Formal)
adalah tertulis. Peran/Tugas masing- masing anggota mitra.
Ada 7 Peran untuk anggota mitra, yaitu :
1. Inisiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan
operasionalisasi Indonesia Sehat.
2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan,
kegiatan bersama dan sebagainya.
3. Fasilitator : memfasilitasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan
kemitraan dapat berjalan lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan aktif.
5. Peserta kreatif : Sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6. Pemasok sumber daya : memberi masukan tehnis (Program kesehatan).
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan,
masalah, dan potensi yang ada.

Langkah 4 adalah Komunikasi Intensif


Hal ini dilakukan untuk menjaga kesepakatan yang telah dicapai, dan
untuk mengetahui apa ada masalah yang dihadapi oleh masing- masing anggota
mitra, sehingga bisa pecahkan bersama.

Langkah 5 adalah Melaksanakan Kegiatan


Setelah Kesepakatan Kemitraan sudah disetujui oleh anggota Mitra, maka
kita menyusun rencana kerja kemitraan dan pelaksanaan kegiatan bersama dengan
anggota Mitra. Prinsip dari pelaksanaan kemitraan adalah seluruh anggota Mitra
yang telah diberi peran harus ikut serta dalam pelaksanaan.

Langkah 6 adalah Pemantauan dan Penilaian


Pemantauan dan penilaian sudah harus masuk dalam rencana kerja
kemitraan, sehingga dalam pelaksanaannya sudah ada kesepakatan tentang :
Indikator penilaian.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Partnership atau kemitraan adalah perihal hubungan (jalinan kerja sama
dsb) sebagai mitra. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh
bidan sesuai dengan kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak
di keluarga maupun di masyarakat. Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan
pada ibu dan anak di komunitas diperlukan bidan komunitas yaitu bidan yang
bekerja melayani ibu dan anak di suatu wilayah tertentu.
Kegiatan yang partnership bidan dengan perempuan dalam pelayanan
kebidanan diantaranya yaitu : Woman Cared Center, Continuity of Care dan
Empowerment Woman.
Langkah-langkah membangun kemitraan bidan dengan perempuan yaitu
1. Penjajakan
2. Penyamaan Persepsi
3. Pengaturan Peran
4. Komunikasi Intensif
5. Melaksanakan Kegiatan
6. Pemantauan dan Penilaian

3.2 Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran mata kuliah
Manajemen Pelayanan Kebidanan sekaligus dapat memahami materi “Membuat
Perencanaan Bekerja dalam Kemitraan dengan Perempuan untuk Memberikan
Pengawasan dalam Memberikan Asuhan bagi Perempuan selama Daur
Kehidupan”.

23
DAFTAR PUSTAKA

Haynes, Charlotte L. 2008. Health promotion services for lifestyle development


within a UK hospital — Patients' experiences and views. United Kingdom:
BMC Public Health.
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Bidan Koordinator. Jakarta: Bina Husada,
Kemenkes RI
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Membangun Jejaring Kerja Kemitraan.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak. Jakarta: Bina Husada.
Renstra Kemenkes.2020. Pokok-Pokok Renstra Kemenkes 2020-2024. Jakarta:
Intenasional Expo
UNEPA. 2006. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduski di
Indonesia. Jakarta: UNEPA.

24

Anda mungkin juga menyukai