Anda di halaman 1dari 31

TATALAKSANA ASFIKSIA

NEONATORUM

Pembimbing: Dr. dr. H. Mustarim, Sp.A(K), M.Si, Med

Oleh :
Fazilla Maulidia (G1A219104)
PENDAHULUAN
 Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera atau beberapa saat setelah
lahir.
 Penyebab utama kematian neonatus di Indonesia adalah Bayi Berat Lahir Rendah (29%) dan asfiksia (27%).

 Untuk kasus bayi baru lahir, Sekitar 10% membutuhkan bantuan untuk memulai bernafas di masa-masa
awal kelahiran dan kurang dari 1% membutuhkan resusitasi intensif.
 Lamanya resusitasi berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan outcome neurologis yang buruk.
TINJAUAN
PUSTAKA
 Resusitasi bayi baru lahir adalah prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
 Menurut AAP dan ACOG (2004), asfiksia perinatal pada seorang bayi menunjukan karakteristik berikut:

1) Asidemia metabolik atau ampuran (metabolik dan respiratorik) yang jelas, yaitu pH <7, pada sampel darah
yang diambil dari arteri umbilikal
2) Nilai Apgar 0-3 pada menit ke 5

3) Manifestasi nerologi pada periode BBL segera, termasuk kejang,hipotonia, koma, atau ensefalopatia
hipoksik iskemik
4) Terjadi disfungsi sistem multiorgan.
 Persiapan dan Antisipasi Sebelum Tindakan6

 Persiapan petugas yang terampil melakukan resusitasi

 Pencegahan infeksi dengan melakukan standar pencegahan infeksi

 Persiapan peralatan dan obat-obatan

 Persiapan keluarga

 Persetujuan tindakan medik

 Persiapan dan antisipasi untuk menjaga bayi tetap hangat


 Peralatan untuk resusitasi BBL:6

A. Perlengkapan pengisap
 Balon pengisap (bulb syringe), alat pengisap lendir
 Pengisap mekanik dan selangnya
 Kateter pengisap nomer 5F, 6F, 8F, 10F, 12F dan 14F
 Pipa lambung nomer 8F dan semprit 20 mL
 Pengisap mekonium
B. Peralatan balon dan sungkup
 Balon resusitasi yang dapat memberikan oksigen samai kadar 90% sampai 100%
 Sungkup dengan ukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan
 Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran sampai 10 L/menit) dan selang oksigen
C. Peralatan intubasi
 Laringoskop dengan daun lurus no.00 dan no.0 (untuk bayi kurang bulan) dan no.1 (untuk bayi cukup
bulan)
 Lampu cadangan dan baterai cadangan untuk laringoskop
 Pipa endotrakeal no. 2,5-, 3,0-, 3,5-, 4,0- mm diameter internal
 Stilet (bila tersedia)
 Gunting
 Plester atau alat fiksasi endotrakeal
 Kapas alkohol
 Alat pendeteksi CO2 atau kapnograf
 Sungkup larings (LMA) (bila tersedia)
D. Alat untuk memberian obat-obatan
 Pipa orogastrik no. 5F
 Kateter umbilikal no. 3,5F-, 5F
 Three way stopcock
 Semprit, 1-,3-,5-,10-,20-,50 mL
 Jarum ukuran 25, 21, 18 atau alat penusuk lain tanpa jarum
 Sarung tangan steril, skalpel/gunting, larutan yodium, pita/plester/tape umbilikal
E. Lain-lain
 Sarung tangan dan alat pelindung lain
 Alat pemancar panas atau sumber panas lainnya
 Alas resusitasi yang cukup keras
 Jam
 Kain (yang hangat)
 Stetoskop untuk neonatus
 Plester
 Monitor jantung dan pulse oksimeter dengan probe serta elektrodanya (bila tersedia di kamar bersalin)
 Oropharyngeal airways (0,00 dan ukuran 000 atau panjan 30-,40-, dan 50 mm)
F. Untuk bayi kurang bulan (bila tersedia)
 Sumber udara bertekanan
 Blender oksigen untuk mencampur oksigen dan udara tekan
 Pulsa oksimeter dan probe oksimeter
 Kantung plastik makanan (1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat ditutup dan transparan
 Alas pemanas kimia
 Inkubator transpor untuk mempertahankan suhu bayi ke ruang perawatan
 Epinefrin 1:10.000 (0,1 mg/Ml)
 Kristalod isotonik (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) untuk penambah volume
 Natrium bikarbonat 4,2 % (5mEq/10mL)
 Nalokson hidroklorida
 Dekstrosa 10%
 Larutan NaCl 0,9% untuk bilas6
Langkah Inisial
 Langkah inisial dari bayi baru lahir adalah menjaga temperature normal, posisi bayi dengan
“sniffing position” untuk membuka jalan nafas, bersihkan secret jika perlu dengan bulb
syringe atau suction catheter, keringkan bayi dan stimulasi bayi untuk bernafas.
Ventilasi Tekanan Positif/VTP
 Ventilasi tekanan positif dilakukan pada keadaan bayi berhenti bernafas atau nafas
terengah-engah atau denyut jantung kurang dari 100 kali per menit setelah dilakukan
langkah inisial.
A. Bantuan Napas Awal
B. Tekanan Akhir ekspirasi (End Ekspirasi pressure)
 PemberianVTP adalah standar rekomendasi untuk bayi preterm atau aterm yang mengalami
apneu
C. Alat bantu ventilasi
 Ventilasi tekanan positif (VTP) dapat sangat efektif pemberiannya dengan flow inflating
maupun self inflating bag atau T-piece resuscitator.
 Penggunaan intubasi endotrakeal dilakukan pada keadaan bag-mask ventilation tidak
efektif, kompresi dada dan untuk keadaan sepesifik seperti hernia diafragmatika
kongenital.

Tabel Ukuran Endotracheal Tube. Tabel Ukuran Laringoskop.


Kompresi Dada
 Jika denyut jantung kurang dari 60/menit dengan ventilasi yang adekuat (dengan intubasi
trakea), kompresi dada harus dilakukan.

 Kompresi dada dengan kedua ibu jari dan jari lainnya melingkar.
 Kompresi dada dengan 2 jari.
 Rasio kompresi dengan ventilasi adalah 3 berbanding 1 dengan 90 kompresi dan 30 ventilasi
untuk mencapai 120 kali kompresi dan ventilasi per menit untuk memaksimalkan
ventilasi.

Obat yang biasa digunakan pada resususitasi neonatal


 Epinefrin

Epinefrin diperlukan selama resusitasi ketika ventilasi yang adekuat, oksigenasi dan kompresi
dada telah gagal dan denyut jantung masih <60 kali /menit. Dosis 0,1-0,3 ml / kg 1: 10.000
jika diberikan iv atau 0,5-1 mL / kg 1: 10.000 jika diberikan melalui endotrakeal tube. Ini
dapat diulang setiap 3-5 menit.
 Volume Expanders

Hipovolemia harus dicurigai pada bayi yang membutuhkan resusitasi jika ada bukti
kehilangan darah akut dengan pucat yang ekstrim meskipun oksigenasi cukup, volume denyut
nadi perifer buruk meskipun detak jantung normal, waktu pengisian kapiler yang lama, atau
respons yang buruk terhadap upaya resusitasi.
 Nalokson

Nalokson adalah antagonis narkotika dan dapat diberikan pada bayi dengan depresi
pernapasan yang tidak responsif terhadap bantuan ventilasi yang ibunya telah menerima
narkotika dalam 4 jam sebelum persalinan. Dosis intravena atau intramuskular untuk nalokson
adalah 0,1 mg / kg. dua konsentrasi nalokson tersedia 0,4 mg / mL dan 1,0 mg / mL. dosis
dapat diulang setiap 5 menit sesuai kebutuhan
 Natrium bikarbonat

Natrium bikarbinat biasanya tidak berguna selama fase akut resusitasi neonatal. Tanpa
ventilasi dan oksigenasi yang memadai, ini tidak akan meningkatkan pH darah dan dapat
memperburuk asidosis serebral. . Berikan 1-2 mEq / kg secara intravena dengan kecepatan 1
mEq / kg / menit atau lebih lambat.
 Atropin dan kalsium

Meskipun sebelumnya digunakan selama resusitasi bayi baru lahir yang mengalami asfisis,
atropin dan kalsium tidak lagi direkomendasikan oleh AAP atau AHA selama fase akut
resusitasi neonatal
 Cairan

Pemberian cairan dipertimbangkan jika kehilangan darah diketahui atau dicurigai (kulit
pucat, perfusi buruk, nadi lemah) dan denyut jantung bayi tidak respon terhadap
resusitasi. Cairan kristaloid isotonik atau darah direkomendasikan di ruang bersalin
dengan dosis yang direkomendasikan 10 ml/ kgBB yang dapat diulang.
Perawatan Paska Resusitasi
 Bayi baru lahir yang membutuhkan resusitasi beresiko terjadi perburukan setelah tanda
vitalnya kembali normal. Sirkulasi dan ventilasi yang adekuat harus dapat dipertahankan dan
bayi harus dipindah ke ruang intensif. Neonatus dengan kadar gula darah rendah beresiko
terhadap cedera otak, ketika peningkatan kadar gula darah dapat bersifat protektif.
Panduan untuk tidak melanjutkan resusitasi atau tidak melakukan resusitasi
 Tidak melakukan resusitasi

 Beberapa keadaan dimana mungkin lebih baik untuk tidak melakukan resusitasi :
 Konfirmasi bahwa umur gestasi <23 minggu atau berat lahir < 400 gram
 Anencephali
 Konfirmasi adanya kelainan genetic atau malformasi letal
 Keadaan dimana prognosis tidak pasti, kemungkinan sembuh tipis dan angka morbiditas dan
mortalitas tinggi atau bila anak sangat menderita.
 Tidak Melanjutkan Resusitasi

 Nilai apgar 0 pada menit ke 10 merupakan predikt or yang kuat untuk mortalitas dan
morbiditas pada bayi preterm dan aterm. Direkomendasikan jika nilai apgar 0 dan
denyut jantung tidak terdeteksi resusitasi yang dilakukan dapat dihentikan
KESIMPULAN
 Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur setelah lahir.
 Resusitasi neonatus adalah serangkaian intervensi saat kelahiran untuk mengadakan usaha
nafas dan sirkulasi yang adekuat.
 Usaha untuk mengakhiri asfiksia adalah dengan resusitasi memberikan oksigenasi yang
adekuat. bayi harus dipantau atau ditransfer ke tempat yang dapat dilakukan monitoring penuh
dan dapat dilakukan tindakan antisipasi, untuk mendapatkan pencegahan hipotermia,
monitoring yang ketat dan pemeliharaan fungsi sistemik dan serebral.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai