Anda di halaman 1dari 30

TRAUMA KEPALA

Pembimbing: dr. Chairunnisa, Sp.Rad


Oleh :
Fazilla Maulidia (G1A219104)
Della Rafika Sari (G1A219085
Marisa Prafita Isman (G1A219138)
ANATOMI DAN
FISIOLOGI KEPALA
ANATOMI

 Kulit Kepala

 Tulang Tengkorak

Foto Polos KepaladariProyeksi Lateral


 Meningia

Meningia merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang.
 Duramater (Lapisan sebelah luar)
 Arachnoid (Lapisan tengah)
 Piamater (Lapisan sebelah dalam)
 Otak
 Otak besar (cerebrum)
 Otak kecil (cerebellum)
 BatangOtak (Trunkusserebri) : diensefalon, mesensefalon, pons varoli, medula oblongata.
FISIOLOGI
 Cairan Serebrospinal
 Cairan serebrospina ladalah hasil sekresi plexus khoroid.
 Cairan serebrospinal ini berfungsi sebagai buffer, melindungi otak dan sumsum tulang
belakang dan menghantarkan makanan k ejaringan sistem persarafa npusat.
 Tekanan Intra Kranial (TIK)
 Biasanya ruang intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal.
 Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang menghasilkan suatu tekanan intra kranial
normal.
TRAUMA KEPALA
DEFINISI
 Trauma kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif,
tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

EPIDEMIOLOGI
 Cedera kepala dapat terjadi pada semua kelompok usia, namun angka kejadian tertinggi adalah
pada dewasa muda berusia 15-24 tahun. Angka kejadian pada laki-laki 3 hingga 4 kali lebih
sering dibandingkan wanita
PATOFISIOLOGI
 Trauma kepala primer merupakan cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian
cedera, dan ini merupakan suatu fenomena mekanik. Cedera ini umumnya menimbulkan lesi
permanen.
 Trauma kepala sekunder merupakan proses lanjutan dari trauma kepala primer dan lebih
merupakan fenomena metabolik. Penyebab trauma kepala sekunder antara lain penyebab
sistemik (hipotensi, hipoksemia, hipo atau hiperkapnea, hipertermia, dan hiponatremia) dan
penyebab intrakranial (tekanan intrakranial meningkat, hematoma, edema, pergeseran otak
(brain shift), vasospasme, kejang, dan infeksi.
KLASIFIKASI TRAUMA KEPALA
Mekanisme Cedera Kepala
1. Cedera Tumpul
2. Cedera Tembus

1. Trauma kepala ringan


Beratnya Cedera Kepala
(SKG 14-15)
2. Trauma kepala sedang
(SKG 9-13)
3. Trauma kepala berat
(SKG 3-8)
Trauma kepala berdasarkan mekanisme cedera kepala
1. Cedera tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau
pukulan benda tumpul.
2. Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan.

Trauma kepala berdasarkan berat cedera kepala


1. Trauma kepala ringan→trauma kepala dengan SKG 14-15 dimana tidak dijumpai keadaan
hilangnya kesadaran (< 30 menit)
2. Trauma kepala sedang →trauma kepala sedang adalah trauma kepala dengan SKG 9-13.
3. Trauma kepala berat →trauma kepala dengan SKG 3-8 dimana terdapat penurunan derajat
kesadaran secara progresif (koma).
SKALA KOMA GLASGOW (SKG)
MORFOLOGI
a. Fraktur Kranium
→dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dapat berbentuk garis/linear atau bintang/stelata, dan dapat
pula terbuka ataupun tertutup.
Fraktur tulang tengkorak berdasarkan pada garis fraktur
 Fraktur Linier→fraktur dengan bentuk garis tunggal

 Fraktur Diastasis→fraktur yang terjadi pada sutura tulang tengkorak yang menyebabkan pelebaran
sutura-sutura tulang kepala.
 Fraktur kominutif→fraktur tulang kepala yang memiliki lebih dari satu fragmen dalam satu area fraktur.

 Fraktur impresi→terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang langsung mengenai tulang kepala.

 Fraktur basis cranii→fraktur linier yang terjadi pada dasar tulang tengkorak. Fraktur ini seringkali
disertai dengan robekan pada duramater yang melekat erat pada dasar tengkorak.
Lokasi Anatomis
 Calvarium / Konveksitas ( kubah / atap tengkorak )
 Basis cranii( dasar tengkorak )

Keadaan luka
 Terbuka
 Tertutup
b.Lesi Intra Kranial
→ perdarahan dan terdapat perbedaan posisi yang terkena perdarahan pada kasus trauma kepala.
Cedera otak difus
 Benturan (concussion) serebri

→ bentuk paling ringan dari cedera difus dan dianggap karena gaya rotasional akselerasi kepala
dengan tidak adanya kontak mekanik yang signifikan.
 Cedera akson difus (Difuse axonalinjury)
 Difus Axonal Injury (DAI)
 Luka memar (kontusio)
Cedera otak fokal
 Kontusio Serebri (memar otak)
 Traumatik Intrakranial Hematom
 Epidural Hematoma(EDH)→adanya darah di ruang epidural yaitu ruang potensial antara
tabula interna tulang tengkorak dan duramater.
 Subdural Hematoma(SDH) → perdarahan antara duramater dan arachnoid
 Intracerebral Hematoma (ICH) → perdarahan yang homogen dan konfluen yang terdapat di
dalam parenkim otak
 Subarahnoid Hematoma (SAH) → Traumatikpecahnya pembuluh darah kortikal baik arteri
maupun vena

PEMERIKSAANRADIOLOGI PADA KASUS TRAUMA KEPALA TERSEBUT ADALAH


FOTO POLOS KEPALA, CT-SCAN KEPALA DAN MRI. !!!
INTERPRETASI
RADIOLOGIS PADA
TRAUMA KEPALA
INDIKASI PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Pasien berisiko rendah→ mereka yang tidak menunjukkan gejala atau hanya pusing, sakit kepala
ringan, kulit kepala lecet, atau hematoma, usia lebih dari 2 tahun, dan tidak memiliki temuan yang
berisiko sedang ataupun tinggi.

Pasien dengan resiko sedang → mereka yang memiliki salah satu kondisi berikut: riwayat
penurunan tingkat kesadaran beberapa waktu ataupun setelah terjadi cedera kepala, sakit kepala
berat atau progresif, kejang pasca-trauma, muntah terus menerus, multipel trauma, cedera wajah
yang serius, tanda-tanda dari fraktur tengkorak basilar (hemotympanum, “raccoon eyes”, rinorrea
atau otorrea), dugaan kekerasan pada anak, gangguan perdarahan, atau usia lebih mud dari 2 tahun.

Pasien berisiko tinggi → mereka dengan salah satu kondisi berikut: temuan neurologis fokal, pasien
dengan derajat kesadaran berdasarkan GCS dengan skor 8 atau kurang, dipastikannya terdapat
penetrasi tengkorak, gangguan metabolik, keadaan postictal, atau penurunan atau depresi tingkat
kesadaran (tidak berhubungan dengan narkoba, alkohol ,atau obat-obatan depresan pada system
saraf pusat lainnya).
INDIKASI PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
 CT, MRI, atau radiografi tengkorak tidak diperlukan untuk pasien risiko rendah.
 Jika terdapat cedera sedang atau berat dan pasien dengan kondisi neurologis yang tidak stabil,
CT scan harus dilakukan untuk menyingkirkan adanya hematoma. Jika pasien dengan kondisi
neurologis yang stabil, MR scan lebih digunakan untuk mencari cedera dengan penekanan
parenkim.
 Jika sakit kepala terus-menerus terjadi setelah trauma, CT scan harus dilakukan.
FRAKTUR PADA TULANGTENGKORAK

 Pemeriksaan foto polos kepala untuk melihat pergeseran (displacement) fraktur tulang
tengkorak, tetapi tidak dapat menentukan ada tidaknya perdarahan intrakranial.

Fraktur Impresi Fraktur Linea Fraktur Diastasis pada Foto Polos Kepala
CT SCAN (COMPUTERIZED TOMOGRAPHY, CT)
KEPALA
Indikasi CT scan pada Trauma Kepala
→secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kepala, fraktur, perdarahan dan
edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya.
 Bila secara klinis didapatkan klasifikasi trauma kepala sedang dan berat.
 Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak.
 Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii.
 Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran.
 Sakit kepala yang hebat.
 Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan otak.
 Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral.
Interpretasi Gambaran CT Scan pada Trauma Kepala

Fraktur Tulang Kepala


 Fraktur pada dasar tengkorak seringkali sukar dilihat. Fraktur dasar tengkorak (basis kranii)
biasanya memerluka npemeriksaan CT Scan untuk mengidentifikasi garis frakturnya.

Memperlihatkan gambaran fraktur tulang temporal petrous


kiri, yang melibatkan telinga tengah (panah kecil). Dapat
dilihat juga adanya gambaran sedikit udara pada fossa
posterior dari tulangt engkorak (panah terbuka).
Perdarahan Epidural
 Hematoma epidural didefinisikan sebagai perdarahan ke dalam ruang antara duramater, yang
tidak dapat dipisahkan dari periosteum tengkorak dan tulang yang berdekatan.

Gambaran Perdarahan Epidural pada CT Scan Kepala Non-kontras pada pasien


mengalami kecelakaan kendaraan bermotor, terlihat peningkatan kepadatan
(hiperdens) di daerah lenticular pada CT Scan aksial non kontras di wilayah
parietalis kanan. Ini biasanya terjadi akibat pecahnya arteri meningeal media.
Perdarahan Subdural
 Pada fas eakut, hematoma subdural muncul berbentuk bulan sabit, ketika cukup besar,
hematoma subdural menyebabkan pergeseran garis tengah. Pergeseran dari gray matter-white
matter junction merupakan tanda penting yang menunjukkan adanya lesi.

Gambaran kontusiointra parenkimal, Gambaran Perdarahan Subdural dengan Gambaran Perdarahan Subdural disertai
dan darah pada subaraknoid Fraktur Tengkorak Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan Subaraknoid
 Perdarahan subaraknoid (SAH) terlihat mengisi ruangan subaraknoid yang biasanya terlihat gelap dan
terisi CSF di sekitar otak. Rongga subaraknoid yang biasanya hitam mungkin tampak putih di
perdarahan akut.

Gambaran Perdarahan Subarakhnoid pada CT Scan Kepala


Perdarahan Intraserebral
 Perdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh trauma terhadap pembuluh darah, timbul
hematoma intraparenkim dalam waktu ½-6 jam setelah terjadinya trauma.

Gambaran Perdarahan Intraserebral pada CT Scan Kepala


Perdarahan Intraventrikular
Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel otak.

Gambaran Perdarahan Intraserebral disertai Perdaraha nIntraventrikular pada CT Scan Kepala


KESIMPULAN
 Trauma kepala adalah suatu (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat
menimbulkan kelaina nstruktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak.
 Berdasarkan Skala Koma Glasgow, trauma kepala dibagiatas trauma kepala ringan (SKG 14-
15), sedang (SKG 9-13) dan berat (SKG 3-8).
 Trauma kepala dapat menimbulkan perdarahan intrakranial berupa fraktur tulang kepala,
perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intraventrikular, dan perdarahan intraserebral.
 Pemeriksaan foto polos kepala digunakan untuk melihat pergeseran (displacement) fraktur
tulang tengkorak, tetapi tidak dapat menentukan ada tidaknya perdarahan intrakranial.
 Pemeriksaa ntomografi komputer(CT Scan) kepala sangat berguna pada trauma kepala karena
isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai