Anda di halaman 1dari 113

TRAUMATOLOGY

RADIOLOGY
dr Ronny Lirungan, Sp. Rad
TRAUMA KAPITIS
 DEFINISI
Trauma kapitis adalah bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak
dalam menghasilkan keseimbangan aktivitas fisik, intelektual, emosi, sosial atau
sebagai gangguan traumatik yang dapat menimbulkan perubahan pada fungsi otak.
(Black, 1997)
 ETIOLOGI
Penyebab yang tersering : kecelakaan lalu lintas dan terjatuh.
Cedera kepala melibatkan kelompok usia produktif dengan usia rata-rata 30 tahun
dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki.
KLASIFIKASI

1. Cedera Kepala Terbuka


- Battle sign : echymosis pada daerah mastoid
- Perdarahan telinga, periorbital.
2.Cedera Kepala Tertutup
- Dapat disamakan dengan pasien gegar ringan dengan edema
serebral ringan
- Komosio serebri atau gegar otak
3. Kontusio Serebri / Memar Otak
– Menggambarkan area otak yang mengalami memar tanpa
mengalami laserasi. Tanda dan gejala bervariasi
tergantung pada lokasi dan derajat perdarahan kecil pada
jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler,
rusaknya jaringan saraf yang akan mengakibatkan edema
jaringan otak dan sekitarnya pada akhirnya meningkatkan
tekanan intra cranial (TIK) dan meningkatkan laju
mortalitas.
Cedera kepala coup dan contra coup setelah trauma tumpul :
1. Cedera Kepala Coup
– Sisi benturan dan trauma langsung pada otak
– Robekan pada vena subdural
– Trauma pada dasar otak
2. Cedera Kepala Contra Coup
– Sisi benturan dari pukulan otak sisi berlawanan dari tengkorak
– Robekan kuat pada otak
CEDERA KEPALA DAPAT DIBAGI MENURUT BERAT RINGANNYA :

a. Cedera kepala ringan/minor (Hudak & Gallo, 1996)


• GCS : 13-15
• Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia < 30 menit
• Tidak ada fraktur tengkorak
• Tidak ada kontusio serebral
• Tidak ada hematoma
b. Cedera kepala sedang
- GCS : 9-12
- Kehilangan kesadaran atau amnesia > 30 menit tapi < 24 jam
- Dapat mengalami fraktur tengkorak

c. Cedera kepala berat


- GCS : 3-8
- Kehilangan kesadaran atau amnesia > 24 jam
- Juga meliputi kontusio serebral
- Laserasi
- Hematoma intracranial
ANATOMI CALVARIA
SKULL PHOTO NORMAL
MEKANISME TERJADINYA TRAUMA KRANII
GAMBARAN RADIOLOGIS TRAUMA KAPITIS

Depressed Skull Fracture Simple Vault Fracture


Depressed Skull Fracture (CT) Base of Skull Fracture
SUBDURAL HEMATOMA
 Merupakan perdarahan dibawah
lapisan duramater.
 Bisa disebabkan karena luka terbuka
maupun tertutup. Trauma yang
terjadi menyebabkan robekan pada
vena yang menghubungkan bagian
cortex ( bridging vein ) menuju sinus
dalam tulang tengkorak sehingga saat
trauma darah mengisi ruangan antara
duramater dan piamater Subdural ).
 CT-SCAN : gambaran hyperdense dan bentukan khas seperti bulan sabit ( Half
Moon/Cresentic )
 Gejala Klinis : terdapat penurunan kesadaran , hemiparese , pappiledema, diplopia
unilateral.
SUBARACHNOID HEMATOMA
 Pendarahan ke dalam ruang (ruang
subarachnoid) diantara lapisan dalam (pia mater)
dan lapisan tengah (arachnoid mater) para
jaringan yang melindungi otak (meninges).
 Penyebab yang paling umum adalah pecahnya
tonjolan pada pembuluh (aneurysm)
 Gejala Klinis :
• Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti
biasanya dan berat (kadangkala disebut sakit
kepala thunderclap).
• Nyeri muka atau mata.
• Penglihatan ganda.
• Kehilangan penglihatan sekelilingnya.
EPIDURAL HEMATOMA
 Salah satu jenis perdarahan intracranial yang paling sering terjadi karena
fraktur tulang tengkorak.
 Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di
bawah tulang temporal.
 Ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi
dalam ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal
dengan sebutan epidural hematoma.
 CT-SCAN: biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi dapat pula
terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering
di daerah temporoparietal. Densitas darah yang homogen
(hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong ke sisi kontralateral.
Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma.
 CT-SCAN: biasanya pada satu
bagian saja (single) tetapi dapat
pula terjadi pada kedua sisi
(bilateral), berbentuk bikonfeks,
paling sering di daerah
temporoparietal. Densitas darah
yang homogen (hiperdens),
berbatas tegas, midline
terdorong ke sisi kontralateral.
Terdapat pula garis fraktur pada
area epidural hematoma.
GAMBARAN KLINIS:

• Penurunan kesadaran, bisa sampai • Nampak luka yang adalam atau


koma goresan pada kulit kepala.
• Bingung • Mual, pusing, berkeringa
• Penglihatan kabur • Pucat
• Susah bicara • Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral
• Nyeri kepala yang hebat menjadi melebar.
• Keluar cairan darah dari hidung atau
telinga
INTRA CEREBRAL HEMORRHAGE
 Suatu penyakit yang disebabkan oleh pecahnya mikro aneurisma pada
arteri-arteri yang berada di otak. Hal ini menyebabkan terdesaknya
lapisan otak oleh cairan (darah) sehingga berakibat menurunnya fungsi
dari otak tersebut.
 Gambaran Klinis : Pasien memiliki tanda-tanda neurologis, seperti nyeri
kepala hebat, muntah, kejang-kejang, kesadaran menurun. bradikardi,
dan kadang disertai perdarahan pada retina.
 Gambaran Radiologis :
• Pada pemeriksaan CT-SCAN
tampak area hiperdens
homogen.
• Pada stadium kronis, maka area
hematom akan menjadi
hipodens berbatas tegas karena
hematom telah diserap
sebagian membeku di lapisan
otak.
DIFFUSE AXONAL INJURY
• Merupakan salah satu cedera otak traumatis,dimana kerusakannya
terjadi didaerah yang lebih luas dari pada fokus cerera otak.terjadi lesi
yang luas didaerah white matter,sehingga merupakan penyebab utama
ketidaksadaran dan menetap didaerah vegetatif setelah terjadinya
trauma.ini terjadi pada sebagian besar trauma kepala dengan kasus yang
berat dan juga pada cerera otak sedang dan ringan.akibatnya terjadi
koma dan sekitar 90% kasus dengan cedera otak berat ini tidak sadarkan
diri. Sekalipun dapat sadar kembali tapi tidak dapat kembali seperti
semula.
• Penyebab DAI sering karena jatuh dan kecelakaan bermotor sehingga
dapat sebabkan “syndrom bayi terguncang” (SBS), tanda-tanda SBS
tergantung derajatnya bisa berupa gangguan penglihatan (bisa kebutaan
karena pendarahan retina) ,terjadi fraktur tulang panjang,pendarahan otak
(subdural hematome) ,gangguan motorik (misalnya cerebral palsy) dan
gangguan cognitif.
FRAKTUR BASIS CRANII
• Suatu fraktur basis kranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar
tulang tengkorak yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan
pada duramater. Fraktur basis kranii paling sering terjadi pada dua lokasi
anatomi tertentu yaitu regio temporal dan regio occipital condylar. Fraktur
basis cranii dapat dibagi berdasarkan letak anatomis fossa-nya menjadi
fraktur fossa anterior, fraktur fossa media, dan fraktur fossa posterior.
• Merupakan trauma yang serius dan melibatkan tulang-tulang dasar
tengkorak dengan komplikasi rhinorrhea dan otorrhea cairan serebrospinal
(Cerebrospinal Fluid).
Gambar: fraktur tulang
temporal transversal
MANIFESTASI KLINIS KHAS
TRAUMA FACIALIS
 Fraktur fasialis adalah patah atau retaknya tulang di regio facialis.

 ETIOLOGI : Kecelakaan lalu lintas


 KLASIFIKASI TRAUMA MAKSILO-FACIAL (KLASIFIKASI LE-FORT)
KLASIFIKASI LE-FORT

• Lefort I : Fraktur 1/3 bawah yang meliputi daerah Mandibula.


• Lefort II : Fraktur 1/3 tengah yang diatasi oleh tepi atas Orbita dan tepi
bawah baris gigi atas yaitu bagian Maksila.
• Lefort III : Fraktur 1/3 atas dengan batas tepi atas Orbita yaitu bagian
Os.Frontalis.
Gambar : Pembagian fraktur Leford I,II, dan III tampak anterior
Gambar : Pembagian fraktur Leford I,II, dan III tampak lateral
ANATOMI
Gambar : Sinus paranasales; proyeksi pada wajah; tampak depan dan lateral
GAMBARAN RADIOLOGIS SINUS PARANASALIS
FRAKTUR OS. MANDIBULA
 Fraktur Mandibula yang sering ditemukan biasanya disebabkan oleh trauma
langsung. Pada pemeriksaan harus diperhatikan adanya asimetri dam maloklusi.
 Pada palpasi teraba garis fraktur dan mungkin terdapat mati rasa bibir bawah
akibat kerusakan pada N.Mandibularis.
FRAKTUR OS. NASALES
 Fraktur Os.Nasales biasanya disebabkan oleh trauma langsung.
 Pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan, epitaksis, nyeri tekan dan teraba
garis fraktur.

Gambar: Cara pengambilan gambar os. posisi lateral Gambar : foto Rontgen os.nasal tampak lateral
Gambar : Cara pengambilan gambar Gambar : foto Rontgen os.nasalis
os.nasal dari atas
FRAKTUR OS.MAKSILARIS
Trauma pada os.maksilaris dapat menyebabkan :
– Maloklusi
– Facial lengthening
– CSF rhinorrhea
– Ekimosis periorbital Panoramic x-ray
Diagnosis trauma Maxillofacial meliputi :
• Inspeksi
• Palpasi
• Diagnostic Imaging
• Plain films
• CT-SCAN
• Stereolithography
(bila tersedia)

3D CT fraktur maksilo-facial fraktur os.maksila


FRAKTUR OS.ZYGOMATIKUS

• Zygoma yang membentuk dinding lateral orbita sering mengalami


fraktur akibat trauma langsung sehingga terjadi impresi yang
mendesak bola mata yang menyebabkan diplopia.
• Fraktur ini sering terbatas pada arkus dan pinggir orbita
sehingga tidak disertai dengan hematom orbita, tetapi terlihat
sebagai pembengkakkan pipi di daerah arkus zygomatikus.
Diagnosis ditegakkan secara klinik atau dengan foto
Roentgen menurut Waters yaitu posisi temporooksipital.
Fraktur Tripod. Area berbayang menggambarkan
antrum maksilaris. Pada foto occipitomental, fraktur Foto Rontgen os.zygomatikus(submento-
pada os zygoma akan tampak seperti fraktur yang vertical view)
melewati dinding inferior orbita dan lateral antrum
maksilaris.
Gambar : fraktur blow-out
TRAUMA BOLA MATA terpisah, dapat diikuti satu ato
lebih tanda-tanda
1= teardrop di antrum,
2= fluid level di antrum,
Gambar : blow-out fracture, terjadi Gambar: blow-out fracture, jaringan lunak 3= tulang tipis pembungkus
peningkatan tekanan intra okuler yang mata yang mengalami herniasi berbentuk cavum orbita mengalami
disebabkan oleh frakturnya tulang tipis teardrop memasuki batas medial cavum dislokasi ke dalam antrum,
pembungkus cavum orbita. Lemak dan otot orbita menuju ke sinus ethmoidalis. Ini 4= bayangan hitam pada alis
terjadi herniasi ke sinus ethmoidalis. sulit dideteksi pada foto radiologi. mata,
5= sinus ethmoid tampak
opak karena terisi darah.
TRAUMA THORAX
BATASAN
Trauma thoraks merupakan suatu keadaan dimana terjadi rudapaksa pada
daerah thoraks baik oleh karena trauma benda tajam maupun trauma benda
tumpul.
ANATOMI
FOTO THORAX NORMAL, PROYEKSI PA FOTO THORAX NORMAL, PROYEKSI LATERAL
ETIOLOGI
Trauma thoraks dapat terjadi oleh karena: Trauma tersebut dapat mengenai:
• Trauma tumpul akibat kecelakaan lalu • Struktur tulang
lintas • Struktur dalam, antara lain:
• Trauma tembus akibat peluru, tombak, – Paru
anak panah, atau trauma benda tajam – Jantung
yang lain. – Pembuluh darah
– Organ-organ disekitar nya.
PNEUMOTHORAX

Keterangan :
1. Udara pada jaringan subcutan
(emfisema subcutis) yang menyertai
luka karena peluru (panah lebar)
2. Perdarahan paru traumatik karena
peluru
3. Peluru bersarang pada bagian posterior
dinding thorax
PNEUMOTHORAX
• Yaitu terdapat nya udara pada rongga intrapleura yang terjadi akibat trauma
tumpul atau tajam. Bila karena suatu trauma, dinding thorax terbuka maka,
tekanan intrapleura akan menyedot udara masuk dan baru akan collaps.
• Dan selama luka dinding thorax ini terbuka, dimana udara bisa keluar
masuk disebut OPEN PNEUMOTHORAX.
CLOSED PNEUMOTHORAX
Bila yang robek hanya pleura
viseralis dan menyebabkan patah
tulang costa, maka udara
pernafasan akan masuk ke rongga
intrapleura. Penekanan yang keras
pada dinding thorax bisa
mengakibatkan perdarahan paru
ada atau tanpa adanya fraktur
costa. Karena dinding thorax
tertutup maka disebut CLOSED
PNEUMOTHORAX.
TENSION PNEUMOTHORAX
DENGAN FRAKTUR COSTAE

Dimana luka pada dinding thorax


ini terbuka, sehingga udara bisa
di sedot masuk tapi keluarnya
terhambat karena mekanisme
luka, maka secara perlahan-
lahan akan timbul tekanan yang
semakin lama semakin hebat
dan menekan mediastinum ke
arah kontra lateral.
TRAUMATIC TENSION PNEUMOTHORAX
+
FRAKTUR COSTA DEXTRA
+
MEDIASTINAL SHIFT TO THE LEFT
PNEUMOTHORAX
DEKSTRA
HEMATOTHORAX
Bila terdapat penumpukan darah dalam rongga thorax karena robeknya pembuluh
darah dalam cavum thorax,maka darah ini akan mengisi paru.paru akan terdesak dan
ekspansinya terhambat.

Gejala klinis:
• Nyeri dada
• Dispneu atau sesak nafas
• Batuk
• Dapat terjadi emfisema cutis
• Pucat, anemi, syok

Hemato-Pneumothorax
MULTIPEL FRAKTUR COSTA
+
CONTUSIO PULMONUM MENJADI
HEMATOTHORAX
FLAIL CHEST
 Bergeraknya suatu segmen rongga dada
berlawanan dengan gerakan nafas. Gerakan
paradoksal karena floating dari dinding thorax,
karena segmen tersebut tidak lagi mempunyai
continuitas dengan keseluruhan dinding thorax.
Hal ini terjadi karena fraktur tulang costa
multiple.

Gejala klinis:
• Gangguan pernafasan
• Dinding thorax asimetris
• Nyeri dada
• Pergerakan dada terhambat pada saat
bernafas

Multiple left rib fractures, pulmonary contusion,


and hemothorax after a motor vehicle accident
KLASIFIKASI
FRAKTUR COSTAE Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat
dibedakan:
• Hilangnya kontinuitas • Fraktur simple
jaringan tulang costae karena • Fraktur multiple
ruda paksa atau penyakit. Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat:
• Bisa mengakibatkan nyeri • Fraktur segmental
dada akibat gerakan dari • Fraktur simple
thorax. • Fraktur comminutif
• Gejala Klinis Menurut letak fraktur dibedakan :
– Deformitas • Superior (costa 1-3 )
– Nyeri tekan • Median (costa 4-9)
– Nyeri tekan sumbu • Inferior (costa 10-12 ).
– Krepitasi fragmen tulang yang Menurut posisi :
patah
– Gerakan dada asimetris • Anterior
• Lateral
• Posterior.
FRAKTUR PADA UJUNG
ANTERIOR COSTA KIRI
FRAKTUR STERNUM
Fraktur sternum merupakan jejas yang jarang,
biasanya terjadi setelah trauma langsung,
misalnya dari kecelakaan berkendara. Ini
paling sering terjadi di dekat sambungan
corpus sternum dengan manubrium,
terkadang fraktur sternum pada trauma
biasanya disertai fraktur dari corpus vertebral
thoracalis.

Gejala Klinis
• Nyeri dada
• Dyspnea

Fraktur Sternum Complete, Proyeksi Lateral


CONTUSIO PULMONUM
Suatu keadaan dimana terdapat
kerusakan jaringan paru yang
menyebabkan perdarahan dari
jaringan paru tersebut. Umumnya
terjadi akibat trauma tumpul.

Gejala klinis
• Sesak nafas
• Suara nafas menurun
• Batuk darah sebentar
• Ada trauma

Left pulmonary contusion


TRAUMA DIAFRAGMA
Ruptur diafragma traumatik dapat terjadi karena cedera tajam atau cedera
tumpul. Hernia karena trauma tumpul kebanyakan terjadi di baguan
tandineus kiri karena di sebelah kanan dilindungi oleh hati. Visera seperti
lambung dapat masuk ke dalam thorax segera setelah trauma, atau
berangsur-angsur dalam waktu berbulan-bulan.
TAMPAK GAMBARAN
LAMBUNG MASUK KE
THORAX PADA
RUPTUR DIAFRAGMA
DIAGNOSA TRAUMA ABDOMEN

• Tujuan awal evaluasi abdomen adalah untuk mengidentifikasi secara cepat pasien-
pasien yang membutuhkan laparotomi. Focused Abdominal Sonography for
Trauma (FAST) yang dilakukan oeleh dokter, atau tenaga medis, merupakan yang
pemeriksaan yang paling sering digunakan.
• FAST dikaitkan dengan adanya positif palsu dan negatif palsu, sehingga hasil dari
pemeriksaan menggunakan FAST harus selalu dihubungkan dengan gejala-gejala
klinis yang ditemukan.
• Prinsip FAST adalah untuk melihat secara cepat dan spesifik adanya cairan bebas
dalam cavum abdomen.
USG FAST
Gambar = Laserasi Lien
dan adanya cairan
bebas di RUQ. Pasien
ini membutuhkan
tindakan splenectomy. C
= Kista ginjal, L = Hepar
Gambar : Cairan
bebas (panah)
pada abdomen
Right Lower
Quadrant
TRAUMA TUMPUL DIAFRAGMA
Fase Ruptur Diafragma :
• Fase akut, yaitu tepat setelah
terjadinya trauma pada
diafragma.
• Fase delayed yaitu fase yang
berhubungan dengan herniasi
dari visera yang tidak
memiliki gejala atau memiliki
gejala yang non spesifik.
• Fase obstruksi, ditandai
dengan komplikasi dari
herniasi yang lama dengan
gejala obstruksi, strangulasi
dan ruptur.

Gambar : Topografi diafragma pada rongga


thorax dan abdomen
RUPTUR
DIAFRAGMA
Gambar 2 : CT scan dengan kontras IV dalam
potongan axial, gambaran rongga toraks bagian
Gambar 1 : Foto polos abdomen. tidak terlihatnya bawah dan abdomen bagian atas, menunjukkan
hemidiafragma kiri dan gas usus pada dasar paru gambaran herniasi usus melewati robekan dari
kiri. diafragma.
TRAUMA ABDOMEN
Kerusakan yang terjadi terhadap struktur yang terletak diantara
diafragma dan pelvis
ANATOMI
TRAUMA HEPAR
GRADING TRAUMA HEPAR

Injury Description
I
Hematoma: Subcapsular, < 10 % surface area.
Laceration: capsular tear,, < 1 cm parenchymal depth
II
Hematoma: Subcapsular, 10±50 % surface area; intraparenchymal, < 10 cm
in diameter
Laceration:1±3 cm parenchymal depth, < 10 cm in length
III
Hematoma: Subcapsular, > 50 % surface area or ex- panding or ruptured;
intraparenchymal, > 10 cm or expanding or ruptured
Laceration: > 3 cm parenchymal depth
IV
Laceration:Parenchymal disruption involving 25±75 % of hepatic lobe or 1±3 or
Couinaud's seg- ments within a single lobe
V
Laceration: Parenchymal disruption involving > 75 % of hepatic lobe or > 3 of
Couinaud's segments within a single lobe
Vascular: Juxtahepatic venous injuries, i. e., retrohe- patic vena cava/central
major hepatic veins
VI
Vascular:Hepatic avulsion
LIVER LACERATION & HAEMATOMA

Laceration
Free fluid

Haematoma
TRAUMA LIEN
TRAUMA TUMPUL LIEN
Grading Trauma Lien
a. Grade I : - hematoma subcapsular < 10 %
- Laserasi dengan kedalaman < 1 cm

b. Grade II : - hematoma subcapsular 10-15 %


- Laserasi dengan kedalaman 1-3 cm

c. Grade III : - Subcapsular hematoma > 50 %


- Hematoma intra parenkim > 5 cm

d. Grade IV : - Laserasi mengenai daerah segmental atau pembuluh darah hilus.

e. Grade V : - Limpa hancur


- Penurunan vaskularisasi pada hilus
GAMBAR : ANATOMI DARI LIMPA
NORMAL
FOTO POLOS
GAMBAR : 1: LIMPA, TRAUMA.
FOTO TORAKS MENUNJUKKAN
MASSA PERIFER KALSIFIKASI DI
KUADRAN KIRI ATAS DI BAWAH
DIAFRAGMA. MASSA MERUPAKAN
HEMATOMA LIENALIS KALSIFIKASI.
Gambar 1 : Limpa, trauma. Gambar 2 : Limpa, trauma. Gambar 3 : Limpa,
Contrast-enhanced CT scan Contrast-enhanced CT scan trauma. Contrast-
abdomen menunjukkan menunjukkan area lokal enhanced CT scan
koleksi cairan perisplenic koleksi kontras padat di hilus abdomen menunjukkan
dengan redaman internal limpa, dengan jumlah besar koleksi cairan besar di
meningkat. Perbatasan cairan/darah di sekitarnya abdomen bagian atas. Ini
lienalis dipindahkan oleh Temuan di sini adalah indikasi adalah hematoma kronis
efek massa. Ini adalah dari ekstravasasi aktif kontras lienalis subcapsular dan
hematoma subcapsular pada pasien dengan cedera grade III
subakut. Ini adalah cedera autospleneCTomy traumatik.
grade I Ini adalah cedera grade V.
TRAUMA GINJAL

ANATOMI GINJAL NORMAL


TRAUMA TUMPUL PADA GINJAL
Grading Trauma Ginjal Menurut AAST (Association for the Surgery of
Trauma) :
Grade 1
• Hematuria dengan gambaran radiology normal
• Adanya kontusio
• Subcapsular hematom yang tidak meluas
Grade 2
• Hematom perinephric yang tidak menjalar terbatas pada retro-peritoneum
• Laserasi korteks superfisial yang kedalamannya kurang dari 1cm dan tidak
diikuti dengan cedera collecting system
Grade 3
• Laserasi ginjal yang kedalamanya lebih dari 1cm dan tidak diikuti dengan cedera
collecting system
Grade 4
• Laserasi ginjal yang meluas dari ginjal sampai ke collecting system
• Cedera termasuk arteri dan vena utama ginjal dengan adanya perdarahan
• Infark segmental tidak disertai dengan laserasi
• Perluasan subcapsular hematom yang menekan ginjal
Grade 5
• Ginjal dengan vaskuler yang hancur atau tidak ada vaskularisasinya
• Avulsi uretropelvik
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4
Gambar 1 : gambaran grade 1 trauma tumpul pada ginjal, yaitu dengan hematome subkapsular
Gambar 2 : gambaran grade 2 trauma tumpul pada ginjal, yaitu dengan Laserasi superficial ginjal
(panah kecil) dengan pendarahan perirenal (panah besar)

Gambar 3 : gambaran grade 3 trauma tumpul pada ginjal, yaitu dengan laserasi lebih dalam tanpa
ada perluasan sampai ke sistem ginjal.

Gambar 4 : gambaran grade 4 trauma tumpul pada ginjal, yaitu dengan Cedera parenkim ginjal,
laserasi lebih dalam sampai melibatkan sistem dari ginjal.
Gambar 5 : Gambaran grade 4 trauma tumpul pada ginjal, yaitu dengan cedera pembuluh darah, trombosis pada
bagian segmental dari arteri ginjal dengan infark ginjal.
Gambar 6 : Gambaran grade 5 trauma tumpul pada ginjal, yaitu dengan cedera vaskuler : adanya traumatic
occlusion pada arteri renalis utama karena intimal injury (panah padat) dengan trombosis arteri distal
(panah berongga)
Gambar 7 : Gambaran grade 5 trauma tumpul pada ginjal, yaitu dengan cedera pembuluh darah, dan arteri ginjal
yang terputus (panah padat).
Gambar 1 : Cairan bebas antara Gambar 2 : Trauma tumpul abdomen,
limpa dan ginjal dalam keadaan tetapi pada Morison Pouch tidak
istirahat, akibat trauma tumpul didapatkan cairan
abdomen.
GAMBAR :CT-SCAN KONTRAS ENHANCED (A) REKONSTRUKSI 3 DIMENSI MENUNJUKKAN FRAKTUR
PARENKIM DARI GINJAL KIRI SAMPAI PANGGUL DISERTAI DENGAN HEMATOM PERIRENAL. (B)
MENUNJUKKAN EKSTRAVASASI URINE YANG MINIMAL (PANAH) DAN URETER YANG YANG TERPECAH
MENJADI DUA (PANAH MELENGKUNG).
TRAUMA BLADDER

Bladder Rupture
Extravasasi kontras (+)

VU
TRAUMA PELVIS
• ANATOMI
PELVIC RING
TRAUMA PELVIS
SYMPHIOLISIS
ACETABULAR
FRACTURE
TRAUMA THORACO-LUMBAR SPINE
CHARACTERISTICS :
• Thoraco-lumbar junction is the transition between the stiff thoracic kyphotic
spine and the mobile lumbar lordotic spine.
• 50% of vertebral fractures and 40% spinal-cord injuries occur at T10-L2.
MECHANISM OF INJURY:
• Axial compression – burst fractures.
• Flexion – anterior compression and posterior distraction.
• Lateral flexion – lateral compression injuries.
• Flexion/rotation.
• Translation – antero-posterior or medio-lateral shear forces.
• Flexion-distraction injuries – Chance fractures – bony or soft tissue.
• Extension – anterior distraction with posterior compression.
POST TRAUMA KOMPRESI L-2
TRAUMA EXTRIMITAS
FRACTURE
FRACTURE atau patah tulang
ada garis fraktur , menyebabkan bone discontinuity.

Macam-macam fraktur :
• Complete fracture
• Incomplete fracture
Complete fracture : Patah tulang yang Incomplete fracture : bila hanya satu sisi
mengenai kedua sisi cortex tulang shg cortex dari tulang yang patah, sehingga
ada displacement dari fragmen fracture displacement (- )
Dislokasi : bila ada robek pada sendi , Subluxatio : hanya sebagian
sehingga permukaan tulang keluar dari permukaan tulang yang keluar dari
celah sendi celah sendi
RADIOLOGI SEBAGAI PENUNJANG DIAGNOSA
X Ray, CT Scan, MRI.

Fungsi :
• Membuat diagnosa fractur
• Follow up, monitoring terapi fractur.

Untuk membuat diagnosa fractur pada suatu tulang maka dari foto tsb harus
memperlihatkan 2 sendi yang berhubungan
CARA MENDIAGNOSA FRACTUR DAN DISLOKASI SECARA
RADIOLOGI :

- Direct Sign -

1. Letak tulang yang mengalami


fractur atau dislokasi
2. Complete atau
incomplete
fracture
3. Alignment
fragmen fractur :
medial – lateral
displacement,
medial-lateral
angulasi , medial-
lateral rotasi ; cum
contractionum-
distractionum
4. Menilai
garis fractur
5. Special fractur :
impaction ,
depression.
compression
6. Fractur disertai dengan
dislokasi atau diastasis
7. Garis Fractur
yang melalui garis
pertumbuhan (
grow plate )
8. Stress fractur dan
Pathologic fractur
FRAKTUR GALEAZZI
COLLES FRACTURE
SMITH’S TYPE FRACTURE
- INDIRECT SIGN -
• Sering pada trauma skeletal garis fractur tidak jelas, atau pada keadaan
nondisplaced fragmen fractur , maka melihat tanda2, disebut indirect sign
- INDIRECT SIGN -
1. Soft tissue swelling
2.Obliterasi atau displacement of Fat stripe
ANY QUESTION???
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai