Anda di halaman 1dari 77

ASUHAN KEPERWATAN

SISTEM NEUROLOGI
(CEDERA KEPALA)
Ns.ZAIKAR FAIZAL, S.Kep., M.Kep., CWCS
PENDAHULUAN

Merupakan satu diantara bahaya


yang dapat menimbulkan kematian
Ditemukan paling sering pada usia
15-24 tahun
2:1 pada pria dibanding wanita
Dua jenis cedera kepala (terbuka dan
tertutup)
Pendahuluan lanjt…

Cedera kepala dapat melibatkan


setiap komponen yang ada;
- Jaringan Lunak Kepala (SCALP)
- Intrakranial (Fraktur tlg tengkorak,
dasar tengkorak, cedera otak)
Anatomi

Lapisan
Kulit Kepala Pelindung
Otak

Tulang
Otak
Tengkorak
27/09/2020 5
27/09/2020 6
ANATOMI

Kulit kepala
Luka kecil banyak berdarah
Luka dalam : kontraksi otot, kontraksi
pembuluh darah, perdarahan akan
kurang

27/09/2020 7
Kepala
Tulang kepala
Dasar tengkorak
Patah retak
Terbuka  perlu segera operasi /
debridemant
Bisa
– Linier (berupa garis lurus)
– Non impressi (tidak tertekan)
– Impressi (tertekan)

27/09/2020 8
ISI TENGKORAK

Lapisan pelindung
Duramater
Arachnoid mater
Piamater
Otak & cairan otak

27/09/2020 9
KERUSAKAN OTAK
Cidera primer
Contusio (memar)
Laserasi (lecet)
Perdarahan
Cidera sekunder
Hipovolemia (volume menurun)
Hipoxia (kekurangan oksigen)
Hiperkabia (kelebihan Co2 & Hipokarbia
(kekurangan Co2

27/09/2020 10
JENIS TRAUMA KEPALA
Mekanisme trauma
Tumpul
Tajam
Berat ringan
Ringan
Sedang
Berat
Morfologi trauma

27/09/2020 11
KELAINAN MORFOLOGI

Retak tulang kepala


Kalvaria
Linier (garis lurus)
Impressi (tertekan)
Dasar tengkorak
Selaput otak
Epidural
Subdural

27/09/2020 12
OTAK

Diffuse
Lokal

27/09/2020 13
S-C-A-L-P
S : skin
- Caput succedaneum merupakan
edema yang terutama terjadi pada
lapisan ini.
C ; connective tissue
merupakan jaringan ikat lemak yang
memiliki septa-septa, kaya akan pembuluh
darah terutama diatas galea
A ; Aponeurosis Galea, lapisan ini
merupakan lapisan terkuat, berupa fascia
yang melekat pd tiga otot.
L : Loose areolar tissue
- Lapisan ini banyak mengandung vena
- jika terjadi infeksi pd lapisan ini paling
mudah menyebar ke intrakranial
- Avulsi SCALP biasa palingsering terjadi
pada lapisan ini.
- Hematome yg terbentuk disebut
subgaleal hematome, dan paling sering
ditemukan pada cedera kepala.
P : Perikranium
merupakan periosteum yang melapisi
tulang tengkorak
- Hematome diantara lapisan perikranium
dan tulang tengkorak disebut cephal
hematome (subperiosteal hematome)
- Biasa terjadi pada neonatus
- Biasanya hanya terjadi pd satu tulang dan
terfiksir pada perabaan dari luar.
Trauma pada SCALP meliputi:
Abrasi (excoriasi), berupa luka yang
terbatas pada lapisan S
Laserasi ; luka telah melebihi lapisan S,
dan dapat mencapai ketulang tanpa
disertai pemisahan lapisan SCALP.
Kontusio ; memar pada SCALP, bisa
disertai subgaleal hematome dan cephal
hematome
Avulsi ; yaitu luka pada SCALP dan disertai
dengan pemisahan, biasanya terjadi pada
lapisan L
FRAKTUR TULANG TENGKORAK

Tulang tengkorak terdiri dari 3 lapisan


1. Tabula eksterna
2. Diploe
3. Tabula Interna
Luas dan tipe fraktur ditentukan oleh
Besarnya energi yang membentur kepala
Arah benturan
Bentuk 3 dimensi objek yang membentur
Lokasi anatomis tempat benturan terjadi
KLASIFIKASI FRAKTUR TULANG
TENGKORAK

Gambaran fraktur dibedakan atas:


a. Linier
b. Diastase
c. Communited
d. Depresan
Lokasi Anatomis:
a. Konveksitas (kubah tengkorak)
b. Basis cranii (dasar tengkorak)
Fraktur Linear Fraktur Impresi

Fraktur Depresi
Fraktur Basis Cranii

Yaitu fraktur yang terjadi pada tulang-


tulang yang membentuk dasar
tengkorak.
- Fosa anterior
- Fosa media
- Fosa posterior
Manifestasi :
Fosa anterior
- Ecchyymosis periorbital, bisa bilateral dan
disebut ‘brill hematoma’ atau ‘ raccon eyes’
ciri-ciri brill hematoma
- Ecchymosis periorbita memiliki batas tegas
- Selalu terletak dibawah tepi orbita
- Manifestasi perlahan, membutuhkan waktu 12-24
jam untuk lebih jelas
- Biasanya tidak disertai dg tanda-tanda cedera
lokal disekitarnya.
- Hematoma subkonjungtiva yang timbul tidak
memiliki tepi yang jelas ke arah posterior.

- Rhinorea
Fraktur Basis Cranii Fosa Media
- Ecchymosis pada mastoid (battle’s sigh)
- Ottorhea
- Hemothympanum
- Kelumpuhan pada nervus VII dan VIII
- Gangguan visus, sakit kepala,
exopthalmus yang berdenyut mengikuti
irama jantung.
Fraktur Basis Cranii Fossa posterior
- Tidak memiliki manefestasi yang
jelas, kadang-kadang terdapat battle’s
sign, namun dapat segera
menimbulkan kematian karena
penekanan terhadap batang otak.
8/31/2020 12
8/31/2020 13
Tekanan Intra Kranial
 Dalam keadaan konstan
 Perdarahan 100 cc dapat menyebabkan
kematian
 Tanda – tanda TIK : Muntah proyektil,
Nyeri kepala hebat, Papiledema dan
Cushing’s Triad : Hypertension,
Bradycardia, irregular respiratory
14
DOKTRIN MONROE-KELLIE
Aspek fisiologis pada kepala
• Hukum Monroe – Kellie
V ic = V br + V csf + V bl
V ic : Volume intra cranial (1500 ml)
V br : Volume otak (85 – 90%)
V csf : Volume cairan cerebrospinal (< 3%)
V bl : Volume darah ( 10% )

• Tekanan Perfusi Cerebral


CPP = MAP – ICP
CPP : Cerebral Perfusion Pressure
MAP : Mean Arterial Pressure
ICP : Intra cranial Pressure
CBF (Cerebral Blood Flow) konstan apabila MAP 50 – 150 mmHg
• MAP = (S+2D) / 3
S : Sistole 16
D : Diastole
Cedera otak
Dibedakan berdasarkan kerusakan :
a. Kerusakan Primer
b. Kerusakan Sekunder
Cedera Otak dikelompokan menjadi:
1. Ringan : GCS 15-13 & kehilangan
kesadaran 0-15’ pertama
2. Sedang : GCS 12-9 & kehilangan
kesadaran s.d 6 jam
3. Berat : GCS 8-3 dan kehilangan
kesadaran > 6 jam.
Glasgow Coma Scale
Membuka Mata (4)
Spontan (4)
Dengan perintah (3)
Dengan nyeri (2)
Tidak berespon (1)
Respon Motorik (6)
Sesuai perintah (6)
Melokalisir nyeri (5)
Menarik area nyeri (4)
Decortikasi (3)
Deserebrasi (2)
Tidak berespon (1)
Respon Verbal (5)
Orientasi Baik (5)
Bicara bingung (4)
Kata tak beraturan (3)
Menggumam (2)
Tidak berespon (1)
Kerusakan primer
Kerusakan yang timbul pada saat cedera,
sebagai akibat dari kekuatan mekanik yang
menyebabkan deformasi jaringan oleh
karena trauma terbuka atau tertutup.
Kerusakan ini dapat bersifat fokal ataupun
diffuse
Kerusakan fokal
Merupakan kerusakan yang melibatkan bagian-
bagian ttt dari otak, bergantung kepada
mekanisme cedera yang terjadi.
Kerusakan fokal yang terjadi dpt berupa :

- Kontusio serebri
Diartikan sebagai kerusakan jaringan
otak tanpa disertai robeknya piamater.
Kerusakan tersebut berupa gabungan
antara daerah perdarahan (kerusakan
pembuluh darah kecil seperti kapiler, vena,
arteri), nekrosis dan infark. Terutama
melibatkan puncak-puncak gyrus karena
bagian ini akan bergesekan dengan
penonjolan dan lekukan tulang saat terjadi
benturan. Mekanisme benturan “coup’ dan
‘kontracoup’
- Kontusio ‘intermediet coup’
Paling sering timbul herniasi. Lesi
kontusio sering berkembang seiring
waktu.
- Laserasi
Jika kerusakan disertai dengan
robeknya piamater. (laserasi
dibedakan laserasi langsung dan
tidak langsung)
Perdarahan Intrakranial
MENCAKUP PERDARAHAN EXTRADURA DAN
INTRADURA

- Hematoma Epidural (Perdarahan Extradura)


Adalah penimbunan darah diatas duramater.
Terjadi secara akut dan biasanya perdarahan
karena arteri yang mengancam nyawa.

Perjalanan klini, dapat salah satudari yg berikut ;


1 . Tetap sadar
2. Tetap tidak sadar
3. Mula-mula sadar lalu menjadi tidak sadar
4. Mula-mula tidak sadar lalu menjadi sadar
5. lucid Interval
Perdarahan Intradura
Mencakup perdarahan subdural,
subarachnoid, intraserebral,
intraserebellar, basal ganglia, dan
intraventrikuler.
Perdarahan Subdural
lebih lazim disebut Subdural Hematoma
(SDH), diartikan sebagai penumpukan
darah diantara duramater dan arachnoid.
Hematome epidural pada umumnya
berasal dari arteri, subdural berasal dari
vena. Terjadi karena laserasi arteri/vena
pada saat berlangsungnya akselerasi dan
deselerasi.
Perdarahan
Epidural
Lapisan
Pelindung
Duramater Otak
Perdarahan
Subdural

Arachnoid

Perdarahan
Subarakhnoid

Piamater

Perdarahan
Intraserebral
Perdarahan Epidural Perdarahan Subdural

Perdarahan Subarakhnoid Perdarahan Intraserebral


Berdasarkan waktu perkembangan
lesi hingga menimbulkan gejala klinis,
dibedakan atas :
1. Akut, gejal timbul setelah 3 hari
timbul cedera
2. Sub akut, gejala timbul antara hari
ke 4 s.d hari ke 20.
3. Kronis, gejala timbul setelah 3 mg.
sering timbul pada usia lanjut,
Gejala lain yang timbul antara lain,
penurunan kesadaran, pupil anisokor,
deficit neurologis, gangguan motorik.
Lesi biasanya terletak ipsilateral
terhadap pupil dan kontralateral
terhadap deficit neurologik.
Kadang-kadang disertai dengan defisit
neurologis nervus III.
Perdarahan Subarachnoid traumatika
perdarahan terletak diantara arachnoid dan
piamater, mengisi ruang sub arachnoid.
Perdarahan Intracerebral
Lebih dikenal dg intracerebral hematoma
(ICH), perdarahan pada jaringan otak
sebagai akibat robeknya pembuluh darah.
Perdarahan Intraserebellar
Merupakan perdarahan yg terjadi pada
serebellum
Perdarahan basal ganglia traumatik
Timbul akibat kekuatan akselerasi dan
deselerasi sehingga merobek pembuluh
darah yang terletak pada struktur yang
dalam
Kerusakan yang diffuse
Diartikan sebagai suatu keadaan
patologis penderita koma, tanpa
gambaran SOL pada CT-Scan atau
MRI
Terjadi akibat mekanisme akselerasi
dan deselerasi, rotasi, angulasi dan
peregangan yang menyebabkan
robekan serabut syaraf di berbagai
tempat.
KERUSAKAN SEKUNDER

Kerusakan otak yang timbul sebagai


komplikasi dari kerusakan primer,
termasuk kerusakan oleh hipoksia,
iskemia, pembengkakan otak, TTIK,
hydrosephalus, dan infeksi.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan yang harus segera dilakukan
terhadap cedera kepala :
1, tingkat Kesadaran
2. Pupil dan pergerakan bola mata,
termasuk Syaraf kranial
3. Reaksi motorik terhadap rangsangan
dari luar
4. Reaksi motorik terbaik
5. Pola pernafasan.
Pengkajian Fisik

1. Jalan nafas dan Pola nafas


- Merupakan prioritas utama
- Observasi langsung pergerakan
dinding dada dan auskultasi paru.
- Cedera batangotak dapat
menimbulkan perubahan pola nafas
seperti Chyne stoke, hyperventilasi
neurogenik dan atau apnoe.
2. TTV
- Monitor TD, Nadi.
- Peningkatan TIK awlnya dimanfestasikan
dengan Chusing refleks ; HT berat dan Bradikardi
- Seiring dengan peningkatan TIK, nadi
memanjang, ierguler, dan cepat.
- Aliran darah cerebral berespon terhadap
intervensi menyebabkan pedema vasogenik
sehingga peningkatan TIK bertambah parah
- Hipotensi dan Tachikardi adalah tanda-tanda dari
syok hyvovolemik.
- Dysritmia jantung bisa terjadi akibat trauma
dada, kebocoran jantung, dapat juga terjadi
karena TTIK berat dan tekanan pada batang otak.
3. Neurologi
- Bisa menggunakan GCS atau TK
kesadaran kwalitatif.
- Perubahan pada kesadaran atau orientasi
berhubungan dengan cedera pada corteks
cerebral dan bisa juga akibat kerusakan
formatio retikularis.
- Peningkatan tidur dan koma disebabkan
oleh tekanan pada RAS pada batang otak.
- Indikator awal adanya perubahan
kesadran berupa perubahan perilaku
(misal, iritabilitas)
4. Mata
- cek ukuran pupil dan reaksinya terhadap
cahaya.
- Perubahan pupil atau tanda-tanda pada
mata bervariasi tergantung pada area otak
yang rusak.
- pinpoint dan pupil non responsip
mengindikasikan disfungsi batang otak
pada level pons.
- Ovoid pupil ukurannya diantara pupil
normal dan pupil yang mengalami dilatasi
mengindikasikan TTIK.
- Pupil yang terfiksasi dan dilatasi
merupakan tanda prognosis yang buruk
hasil dari TTIK
5. Motorik
- Kaji respon motorik bilateral,
kontralateral, lateralisasi.
- Deserebrasi, decortikasi
mengindikasikan peningkatan TTIK.
- Cedera batang otak atau serebelar
dapat menyebabkan afasia,
penurunan atau peningkatan tonus
otot, dan kelemahan.
6. Neurologi tambahan
- yang di kaji adalah nervus I, V, VII, IX dan X.
- Nervus I rusak bila, lobus frontalis melewati
cranium yang ireguler dibagian anterior dan midle
fosa. Akibatnya kehilangan penghidu (anosmia)
- Nervus V, VII, IX, dan X penting untuk
mengunyah, menelan, dan suara.
- Afasia disebabkan oleh cedera kortek serebral.
- Kerusakan nervur cranialis bisa disebabkan
trauma langsung atau kompresi yang diikuti
dengan tekanan dan hemoragig perdarahan.
- Pupil edema merupakan tanda dari TTIK.
- Kaku kuduk mengindikasikan infeksi atau darah
ada didaerah CSS.
7. Psikososial
Klien yang mngalami cedera kepala
berat sebagian besar mengalami
perubahan keperibadian, misalkan
tempramen, depresi, perilaku
eroboh dan denail atas keterbatasan
diri. Memori cepat lupa, kesulitan
menerima informasi baru dan
konsentrasi.
LABORATORIUM

Tidak ada pemeriksaan laboratorium


yang pasti hanya sebagai penunjang
data saja.
AGD ; co2 dan o2
Electrolit dan glukosa serum
Leucosit
RADIOGRAFI

Radiologi
- CT-Scan : mengindikasi adanya
hematoma epidural/subdural.
- CT-Scan servikal : fraktur, dislokasi,
pendarahan.
MRI
Penanganan Cedera Kepala
Selalu A – B – C dulu, untuk menghindari
kerusakan otak sekunder
1.Airway
Selalu agresip, jika koma lakukan
intubasi

30
Penanganan Cedera Kepala
2.Breathing
Selalu agresip, cegah hypoksia atau
hyperkarbia
3.Circulation
Selalu agresip, cegah dan kelola syok
4.Disability
Selalu nilai GCS
31
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul ;
- Bersihan jalan nafas dan ventilasi tidak efektif
berhubungan dengan hipoksia.
- Kekurangan volume cairan yang berhubungan
dengan gangguan kesadaran dan disfungsi
hormonal.
- Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan perubahan
metabolisme, pembatasan cairan, dan asupan
tidak adekuat.
- Resiko terhadap kecelakaan (yang diarahkan
terhadap diri sendiri atau orang lain) yang
berhubungan dengan disorientasi, gelisah dan
kerusakan otak.
- Perubahan proses pikir (defisit fungsi
intelektual, komunikasi, ingatan, proses
informasi) yang berhubungan dengan
cedera otak.
- Potensial terhadap koping keluarga tidak
efektif yang berhubungan dengan pasien
tidak responsif, hasil yang tidak jelas,
periode pemulihan yang lama, sisa
kemampuan fisik pasien dan defisit emosi.
- Kurang pengetahuan terhadap proses
rehabilitasi.

Diagnosa Keperawatan untuk pasien tidak


sadar dan peningkatan TIK juga berlaku.
INTERVENSI
Bedah
- Monitor TTIK
- Craniatomi
Non Bedah
- Pengkajian TTV setiap 1-2 jam
- Posisi , hindari posisi fleksi atau extensi yang
extrim terhadap leher. Kepala netral juga pada
garis midline
- Bila akan membalik klien (mika/miki) gunakan
tehnil logroll
- Tinggikan kepala 30 derajat dari tempat tidur
atau sesuai dengan yang direkomendasikan.
Ventilasi Pulmonal Management
- Pertahankan Ventilasi Paco2 35mmhg , untuk
mencegah hiperkarbia.
- Pa02 di pertahankan antara 80-100 mmHg untuk
mencegah vasodilatasi cerebral akibat
hipoksemia.
- AGD diperiksa paling tidak 2x dlm sehari.
- Sekresi paru yang kental akibat dari penurunan
kesadaran, batuk tidak efektif, dan perubahan pola
nafas, obat-obat diuretik dan pengawasan cairan.-
--- penanganan dengan fisioterapi dada dan
mobilisasi pasif mika/miki secara rutin namun hati-
hati pd pasien yang TTIK.
- Klien yang menderita TTIK hati-hati saat di
suction.
- beri 02 100 % sebelum melakukan sectioning.
Terapi Obat
- Manitol (deuretik osmotik)
- Furosemide
- Opioid (seperti morpin) utk
menghilangkan agitasi yang disebabkan
oleh nyeri
- Obat-obat sedatif utk menghilangkan
agitasi
- Pentobarbital sodium. Untuk mengurangi
edema cerebral
Management Cairan dan Electrolite
- Klien bisa mengalami SIADH, karena
kelenjar pituitari cedera atau terkompresi
dari edema cerebral.
- Balance cairan yang sesuai harus tetap
dipertahankan untuk menjaga stabilitas
hemodinamik tubuh.
- Pemeriksaan serial elektrolit darah dan
urine dan osmolaritas yang dihasilkan
akibat cedera kepala.
- Kaji BB perhari bila memungkinkan.
Cedera Spinal
/ Vertebra
Anatomi
7 Servikal

12 Torakal
Anterior Posterior

5 Lumbal

Sakral
Anatomi Posterior

Anterior
Motorik

Cedera Spinal Sensorik

Otonom
Susunan Syaraf Perifer
Nervi Craniales (I-XII)

Plexus Brachialis
C5-Th1
(Mot-Sens-Otonom)

Plexus Lumbosacralis
L2-S1
(Mot-Sens-Otonom)
Susunan Syaraf ke Ekstremitas

Plexus Lumbo sacralis L2-S1


Sensorik tubuh
Susunan Syaraf Otonom : Pernafasan reguler

Nervi
Intercostales
(Th 1-12)
N.phrenicus
(C 3-4-5)
Diafragma
Susunan Syaraf Otonom : Vesica Urinaria

Cerebrum

SSP

Med.Spinalis

V.Urinaria

Syaraf
Sfinkter ke VU
Cedera Spinal / Vertebra
 M  jatuh terduduk, kaca mobil
Bulls Eye, motor ditabrak dari
belakang
 I  Fraktur vertebra
 S  Nyeri,Tungkai semutan,
lemah, lumpuh, Syok Neurogenik
Kencing, Bab, Ereksi  Pasti
Cedera Vertebra
 T  Perlakukan spt Cedera Vertebra
sampai di buktikan
Cedera Spinal level C1

Motorik :
Tetraparesis

Sensorik :
An-estesi seluruh tubuh
(termasuk leher)
Otonom :
Pernafasan : apnu
Retensio Urinae
Neurogenic shock ?
Cedera Spinal level

C6
Motorik :
Tetraparesis

Sensorik :
An-estesi seluruh tubuh
(bag.medial lengan +)
Otonom :
Pernafasan : abdominal
Retensio Urinae
Neurogenic shock ?
Cedera Spinal level L1

Motorik :
Paraparesis
Inferior

Sensorik :
An-estesi tungkai

Otonom :
Pernafasan : biasa Retensio
Urinae Neurogenic shock (-)
Pengananan Cedera Spinal (Pra-RS)

Survei Primer
• Airway dengan kontrol servikal
• Breathing dengan oksigenasi dan
ventilasi
• Circulation dengan kontrol perdarahan
• Disability
Penanggulangan Cedera Spinal (Pra-
RS)

Survei Sekunder
• Kenali adanya cedera spinal
• Bila tidak ada kelainan neurologis :
belum tentu tidak ada cedera spinal
• Imobilisasi penderita :
* Pegang kepala
* Pasang kolar servikal
* Strapping di atas LSB

Do No Further Harm
TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai