Midbrain (mesenfalon)
CAIRAN SEREBROSPINAL
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma)
yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan
struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak
Mengapa Terjadi Penurunan Kesadran?
-
Tingkat
GCS
Gambaran Klinik
CT - Scan
Minimal
15
Normal
Ringan
13-15
Normal
Sedang
9-12
Abnormal
Berat
3-8
Abnormal
Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan langsung atau tanpa benturan
langsung pada kepala. Kelainan dapat berupa cedera otak fokal
Dari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah. Gelombang
ini mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan
jaringan otak di tempat benturan yang disebut coup atau ditempat yang
berseberangan dengan benturan (contra coup)
Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga
kepala . Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian
dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun
otak itu sendiri
saja
pada
orang-orang
yang
mengalami
percepatan
(22)
.;
(22)
Tekanan
intrakranial
(TIK)
dipengaruhi
oleh
volume
darah
(8)
(3)
(3)
yang cukup
(8)
orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram jaringan otak per
menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar tergantung pada usainya
(3,12)
cedera pada keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan
meningkat dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada penderita yang
tetap koma ADO tetap di bawah normal sampai beberapa hari atau
minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan perfusi otak/TPO
(MAP-TIK) pada level 60-70 mmHg sangat rirekomendasikan untuk
meningkatkan ADO
(3)
OTORRHEA
Rinorhoe Karena duramter dan arachnoid terobek sedikit oleh fraktur
os.kribiformis .
Ortorhoe jika fraktur os petrostum merobek selaput otak likwor bisa
merembes keluar melalui liang telinga
Neurologi klinis Dasar
Fraktur impresi dan linier pada tulang parietal, frontal dan temporal
(Dikutip dari kepustakaan 7)
2 Hematoma Subarachnoid
Perdarahan subarakhnoid terjadi karena robeknya pembuluh-pembuluh
darah di dalamnya.(10)
Tekanan Intrakranial
Tekanan intrakranial merupakan jumlah total dari tek. Volume jaringan
otak, volume LCS dan volume darah intrakranial. Sehingga ke 3
komponen diatas harus dipertahankan volumenya masing2.
Ada 2 macam tekanan pada intrakranial:
1. tekanan positif contohnya: deformasi lokal, pergeseran otak karena
dipukul atau jatuh, akselerasi (gerakan celpat yang terjadi spontan
pukulan dari belakang). Akibatnya kompresi terhadap jaringan otak.
2. tekanan negatif contohnya: de-akselerasi (penghentian akselerasi
secara mendadak jatuh terlentang). Akibtnya terjadi penyedotan udara
dari darah atau cairan LCS.
Neurologi Klinis Dasar.
Hk.monroe -kellie
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera
kepala diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak,
deformasi tengkorak, pergeseran otak dan rotasi otak (6).
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup
dan coup.Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi
kapan saja pada orang-orang yang mengalami percepatan
pergerakan kepala.Cedera kepala pada coup disebabkan hantaman
pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan contre
coup terjadi pada sisi yang berlawanan dengan daerah benturan (22).
Kejadian coup dan contre coup dapat terjadi pada keadaan (22).;
Hk.monroe kellie
KOMPONEN :
LCS
Volume darah intracranial
Volume jar otak
Tek intracranial naik ketika trjdi ketidakseimbangan ketiga unsur ini.
Tulang tengkorak tidak dapat meluas sehingga bila salah satu dari
ketiga ruangannya meluas,dua ruangan yang lainnya harus
mengompensasi dengan mengurangi volumenya(apabila ICP masih
konstan). Mekanisme kompensasi intrakranial terbatas , tetapi
terhentinya fungsi neural dapat menjadi parah bila mekanisme ini
gagal.
Kompensasi:
peningkatan aliran LCS dlm kanalis spinalis dan adaptasi otak
thd peningkatan tekanan tanpa meningkatkan ICP
Pathofisiologi TIK
jaringan otak menjadi asidosis. Ketika 60% darah otak hilang, gambaran
EEG mulai berubah.Kompensasi ini mengubah metabolisme otak, sering
mengarah pada hipoksia jaringan otak dan iskemia (Black&Hawks, 2005).
Kompensasi tahap akhir dan paling berbahaya adalah pemindahan
jaringan otak melintasi tentorium dibawah falx serebri, atau melalui
foramen magnum ke dalam kanal spinal. Proses ini dinamakan herniasi
dan sering
(Black&Hawks, 2005).
a.
b.
c.
d.
e.
Trauma Kapitis
1.
Definisi
Trauma kapitis adalah cidera pada kepala yang dapat menyebabkan
kerusakan yang kompleks di kulit kepala, tulang tempurung kepala,
selaput otak, dan jaringan otak itu sendiri.
2.
Etiologi trauma
Benturan dari benda yang bergerak orang diam, orang bergerak
benda diam, dan orang dan benda sama-sama bergerak.
Trauma mekanik dan non mekanik
Neurologi klinis dasar, Prof.DR.Mahar
Mardjono,Prof.DR.Priguna Shidarta
3.
Klasifikasi
Berdasarkan mekanisme
- Trauma tumpul kec tinggi(tabrakan mobil) dan kec rendah
(dipukul, jatuh)
- Trauma tembus peluru
Berdasarkan patologi
- Kontusio serebri kerusakan jaringan parenkim berdarah, min.
pingsan > 10 menit
- Komosio serebri gegar otak (tidak ada kerusakan jaringan), <
10 menit
- Laserasio serebri adanya bangunan otak yg hilang
Berdasarkan lokasi lesi
- lesi difus kerusakan akibat akselerasi / deaselerasi
(mengakibatkan kerusakan akson)
- lesi kerusakan vascular otak
- lesi fokal kontusio dan laserasi serebri, hematoma ekstradural
atau epidural, hematoma subdural, hematoma
intraparenkimal(hematoma subarachnoid, intraserebral,dan
intraserebellar)
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan
mekanisme, keparahan dan morfologi cedera.
1)
2)
3)
a. perdarahan epidural
perdarahan arteriil, antara dura mater dan tabula interna
tulang tengkorak
nyeri kepala hebat
lusid interval : beberapa menit beberapa jam
kesadaran menurun
tanda TIK meningkat
tanda lateralisasi
b. perdarahan subdural
perdarahan terjadi antara duramater dengan arakhnoid
akut ( sampai 24 jam), subakut ( 1 10 hari), kronik ( lebih
dari 10 hari)
nyeri kepala
mual
muntah
iritabel / gelisah
kesadaran menurun
defisit neurologis
c. perdarahan subarakhnoid
nyeri kepala hebat
kesadaran menurun
tanda rangsang meningeal meningkat
hemiparese, hemianopsia, parese saraf otak
d. perdarahan intra serebri
penurunan kesadaran yang lama
kejang fokal
defisit neurologisakibat penekana bekuan darah
iii. Klinis
1. Cedera Kranioserebral Ringan : SKG 13-15,
gambaran klinis pingsan tidak ada atau kurang
dari 10 menit, defisit neurologik (-), skening otak
normal.
2. Cedera Kranioserebral Sedang : SKG 9-12,
gambaran klinis >10 menit s/d 6 jam, terdapat
defisit neurologik, skening otak abnormal.
3. Cedera Kranioserebral Berat : SKG 3-8, gambaran
klinis terdapat pingsan >6 jam dan defisit
neurologik, skening otak abnormal.
manifestasi klinis
Tingkat
GCS
Gambaran Klinik
CT - Scan
Minimal
15
Normal
Ringan
13-15
Normal
Sedang
9-12
Berat
3-8
Abnormal
Abnormal
5.
penegakan diagnosis
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Diagnosis cedera kepala biasanya tidak sulit ditegakkan : riwayat
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja atau perkelahian hampir selalu
ditemukan. Pada orang tua dengan kecelakaan yang terjadi di rumah,
misalnya jatuh dari tangga, jatuh di kamarmandi atau sehabis bangun
tidur, harus dipikirkan kemungkinan gangguan pembuluh darah otak
(stroke) karena keluarga kadang-kadang tak mengetahui pasti urutan
kejadiannya : jatuh kemudian tidak sadar atau kehilangan kesadaran lebih
dahulu sebelum jatuh.
Anamnesis yang lebih terperinci meliputi :
1.
2.
Sifat kecelakaan.
Saat terjadinya, beberapa jam/hari sebelum dibawa ke rumah
sakit.
3.
Ada tidaknya benturan kepala langsung.
4.
Keadaan penderita saat kecelakaan dan perubahan kesadaran
sampai saat diperiksa. Bila si pasien dapat diajak berbicara,
tanyakan urutan peristiwanya sejak sebelum terjadinya
kecelakaan, sampai saat tibadi rumah sakit untuk mengetahui
kemungkinan adanya amnesia retrograd. Muntah dapat
disebabkan oleh tingginya tekanan intrakranial. Pasien tidak
selalu dalam keadaan pingsan (hilang/ turun kesadarannya), tapi
dapat kelihatan bingung/disorientasi (kesadaran berubah).
B. Indikasi Perawatan
Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit bila terdapat gejala atau tanda
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
e. Kejang, pingsan.
f. Keluar darah/cairan dari hidung, telinga
A. Pemeriksaan fisik
Hal terpenting yang pertama kali dinilai ialah status fungsi vital dan status
kesadaran pasien. Ini tiaras dilakukan sesegera mungkin bahkan
mendahului anamnesis yang teliti.
1. Status fungsi vital
Seperti halnya dengan kasus kedaruratan lainnya, hal terpenting yang
dinilai ialah :
a. Jalan nafas airway
b. Pernafasan breathing
c. Nadi clan tekanan darah cireulation
Jalan nafas harus segera dibersihkan dari benda asing, lendir atau darah,
bila perlu segera dipasang pipa naso/orofaring; diikuti dengan pemberian
oksigen. Manipulasi leher hams berhati-hati bila ada riwayat/dugaan
trauma servikal (whiplash injury), jamb dengan kepala di bawah atau
trauma tengkuk. Gangguan yang mungkin ditemukan dapat berupa :
o Pernafasan Cheyne Stokes.
o Pernafasan Biot/hiperventilasi.
o Pernafasan ataksik. yang menggambarkan makin
memburuknya tingkat kesadaran.
Pemantauan fungsi sirkulasi dilakukan untuk menduga adanya
shock, terutama bila terdapat juga trauma di tempat lain, misalnya
trauma thorax, trauma abdomen, fraktur ekstremitas. Selain itu
peninggian tekanan darah yang disertai dengan melambatnya frekuensi
nadi dapat merupakan gejala awal peninggian tekanan intrakranial, yang
biasanya dalam fase akut disebabkan oleh hematoma epidural.
2. Status kesadaran
secara kualitatif
1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon
sumber : http://faqudin.staff.umm.ac.id/files/2011/09/PEMERIKSAANNEUROLOGIS.pdf
CARA PEMERIKSAAN RANGSANG
MENINGEAL .
. KAKU KUDUK.
Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb:
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang
berbaring, kemudian kepala ditekukan ( fleksi) dan diusahakan agar dagu
mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila
terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat
mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat
KERNIG SIGN.
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya
pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu
tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk
sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan
rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135 derajat , maka dikatakan
kernig sign positif
Penatalaksanaan
PENGOBATAN
1. Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital
Usahakan agar jalan nafas selalu babas, bersihkan lendir dan darah yang
dapat menghalangi aliran udara pemafasan. Bila perlu dipasang pipa
naso/orofaringeal dan pemberian oksigen. Infus dipasang terutama untuk
membuka jalur intravena : gunakan cairan NaC10,9% atau Dextrose in
saline.
2. Mengurangi edema otak
Beberapa cara dapat dicoba untuk mengurangi edema otak:
a.Hiperventilasi.
b.Cairan hiperosmoler.
c.Kortikosteroid.
d.Barbiturat.
a.Hiperventilasi
Bertujuan untuk menurunkan peO2darah sehingga mencegah vasodilatasi
pembuluh darah. Selain itu suplai oksigen yang terjaga dapat membantu
menekan metabolisme anaerob, sehingga dapat mengurangi
kemungkinan asidosis. Bila dapat diperiksa, paO2dipertahankan > 100
mmHg dan paCO2di antara 2530 mmHg.
b.Cairan hiperosmole
Umumnya digunakan cairan Manitol 1015% per infus untuk "menarik" air
dari ruang intersel ke dalam ruang intravaskular untuk kemudian
dikeluarkan melalui diuresis. Untuk memperoleh efek yang dikehendaki,
manitol hams diberikan dalam dosis yang cukup dalam waktu singkat,
umumnya diberikan : 0,51 gram/kg BB dalam 1030 menit.
Cara ini berguna pada kasus-kasus yang menunggu tindakan bedah. Pada
kasus biasa, harus dipikirkan kemungkinan efek rebound; mungkin dapat
dicoba diberikan kembali (diulang) setelah beberapa jam atau keesokan
harinya.
c.Kortikosteroid
komplikasi
Epilepsi Pasca Trauma
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi
beberapa waktu setelah otak mengalami cedera karena benturan di
kepala.
Kejang merupakan respon terhadap muatan listrik abnormal di dalam
otak.
Kejang terjadi padda sekitar 10% penderita yang mengalami cedera
kepala hebat tanpa adanya luka tembus di kepala dan pada sekitar 40%
penderita yang memiliki luka tembus di kepala.
Kejang bisa saja baru terjadi beberapa tahun kemudian setelah terjadinya
cedera.
Obat-obat anti-kejang (misalnya fenitoin, karbamazepin atau valproat)
biasanya dapat mengatasi kejang pasca trauma.
Obat-obat tersebut sering diberikan kepada seseorang yang mengalami
cedera kepala yang serius, untuk mencegah terjadinya kejang.
Pengobatan ini seringkali berlanjut selama beberapa tahun atau sampai
waktu yang tak terhingga.
Afasia
Afasia adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa karena
terjadinya cedera pada area bahasa di otak.
Penderita tidak mampu memahami atau mengekspresikan kata-kata.
Bagian otak yang mengendalikan fungsi bahasa adalah lobus temporalis
sebelah kiri dan bagian lobus frontalis di sebelahnya. Kerusakan pada
bagian manapun dari area tersebut karena stroke, tumor, cedera kepala
atau infeksi, akan mempengaruhi beberapa aspek dari fungsi bahasa.
Gangguan bahasa bisa berupa:
- Aleksia, hilangnya kemampuan untuk memahami kata-kata yang tertulis
- Anomia, hilangnya kemampuan untuk mengingat atau mengucapkan
nama-nama benda. Beberapa penderita anomia tidak dapat mengingat
kata-kata yang tepat, sedangkan penderita yang lainnya dapat mengingat
kata-kata dalam fikirannya, tetapi tidak mampu mengucapkannya.
Disartria merupakan ketidakmampuan untuk mengartikulasikan kata-kata
dengan tepat.
Penyebabnya adalah kerusakan pada bagian otak yang mengendalikan
otot-otot yang digunakan untuk menghasilkan suara atau mengatur
gerakan dari alat-alat vokal.
Afasia Wernicke merupakan suatu keadaan yang terjadi setelah adanya
kerusakan pada lobus temporalis.
Penderita tampaknya lancar berbicara, tetapi kalimat yang keluar kacau
(disebut juga gado-gado kata).
Penderita menjawab pertanyaan dengan ragu-ragu tetapi masuk akal.
Pertanyaan : Ini gambar apa? (anjing mengonggong)
Jawaban : A-a-an-j-j-, eh bukan, a-a..aduh..b-b-bin, ya binatang,
binatang..b-b..berisik
Pada afasia Broca (afasi ekspresif), penderita memahami arti kata-kata
dan mengetahui bagaimana mereka ingin memberikan jawaban, tetapi
mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata.
Kata-kata keluar dengan perlahan dan diucapkan sekuat tenaga,
seringkali diselingi oleh ungkapan yang tidak memiliki arti.
Penderita menjawab pertanyaan dengan lancar, tetapi tidak masuk akal.
Pertanyaan : Bagaimana kabarmu hari ini?
Jawaban : Kapan? Mudah sekali untuk melakukannya tapi semua tidak
terjadi ketika matahari terbenam.
Apraksia
Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang
memerlukan ingatan atau serangkaian gerakan.
Kelainan ini jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh kerusakan pada
lobus parietalis atau lobus frontalis.
Ingatan akan serangkaian gerakan yang diperlukan untuk melakukan
tugas yang rumit hilang; lengan atau tungkai tidak memiliki kelainan fisik
yang bisa menjelaskan mengapa tugas tersebut tidak dapat dilakukan.
Pengobatan ditujukan kepada penyakit yang mendasarinya, yang telah
menyebabkan kelainan fungsi otak.
Agnosia
Agnosia merupakan suatu kelainan dimana penderita dapat melihat dan
merasakan sebuah benda tetapi tidak dapat menghubungkannya dengan
peran atau fungsi normal dari benda tersebut.
Penderita tidak dapat mengenali wajah-wajah yang dulu dikenalnya
dengan baik atau benda-benda umum (misalnya sendok atau pensil),
meskipun mereka dapat melihat dan menggambarkan benda-benda
tersebut.
Penyebabnya adalah kelainan fungsi pada lobus parietalis dan temporalis,
dimana ingatan akan benda-benda penting dan fungsinya disimpan.
Agnosia seringkali terjadi segera setelah terjadinya cedera kepala atau
stroke.
Tidak ada pengobatan khusus, beberapa penderita mengalami perbaikan
secara spontan.
Amnesia
Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk
mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah
lama berlalu.
Penyebabnya masih belum dapat sepenuhnya dimengerti.
Cedera pada otak bisa menyebabkan hilangnya ingatan akan peristiwa
yang terjadi sesaat sebelum terjadinya kecelakaan (amnesi retrograd)
atau peristiwa yang terjadi segera setelah terjadinya kecelakaan (amnesia
pasca trauma).
Amnesia hanya berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa
jam (tergantung kepada beratnya cedera) dan akan menghilang dengan
sendirinya. Pada cedera otak yang hebat, amnesi bisa bersifat menetap.
Jenis ingatan yang bisa terkena amnesia:
- Ingatan segera : ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa detik
sebelumnya
- Ingatan menengah : ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa detik
sampai beberapa
hari sebelumnya
- Ingatan jangka panjang : ingatan akan peristiwa di masa lalu.
Mekanisme otak untuk menerima informasi dan mengingatnya kembali
dari memori terutama terletak di dalam lobus oksipitalis, lobus parietalis
dan lobus temporalis.
Amnesia menyeluruh sekejap merupakan serangan lupa akan waktu,
tempat dan orang, yang terjadi secara mendadak dan berat.
Serangan bisa hanya terjadi satu kali seumur hidup, atau bisa juga
berulang.
Serangan berlangsung selama 30 menit sampai 12 jam atau lebih.
Arteri kecil di otak mungkin mengalami penyumbatan sementara sebagai
akibat dari aterosklerosis. Pada penderita muda, sakit kepala migren
(yang untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah
ke otak) bisa menyebabkan anemia menyeluruh sekejap. Peminum alkohol
atau pemakai obat penenang dalam jumlah yang berlebihan (misalnya
barbiturat dan benzodiazepin), juga bisa mengalami serangan ini.
Penderita bisa mengalami kehilangan orientasi ruang dan waktu secara
total serta ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa tahun
sebelumnya.
Setelah suatu serangan, kebingungan biasanya akan segera menghilang
dan penderita sembuh total.
Alkoholik dan penderita kekurangan gizi lainnya bisa mengalami amnesia
yang disebut sindroma Wernicke-Korsakoff.
Sindroma ini terdiri dari kebingungan akut (sejenis ensefalopati) dan
amnesia yang berlangsung lama.
Kedua hal tersebut terjadi karena kelainan fungsi otak akibat kekurang
vitamin B1 (tiamin). Mengkonsumsi sejumlah besar alkohol tanpa
memakan makanan yang mengandung tiamin menyebabkan
berkurangnya pasokan vitamin ini ke otak. Penderita kekurangan gizi yang
mengkonsumsi sejumlah besar cairan lainnya atau sejumlah besar cairan
infus setelah pembedahan, juga bisa mengalami ensefalopati Wernicke.
Penderita ensefalopai Wernicke akut mengalami kelainan mata (misalnya
kelumpuhan pergerakan mata, penglihatan ganda atau nistagmus),