Anda di halaman 1dari 31

TUTORIAL

CEDERA KEPALA
Pembimbing :
Dr. Jofizal Jannis, Sp. S

Disusun oleh :
Ari Aripin (2016730014)
Citra Putri Irawan (2015730024)
Muhammad Basri (2013730062)
Rahmatanti Hasanudin (2013730107)
Rina Wulandari (2015730112)
Sri Jayanti (2013730103)
ANATOMI

KULIT KEPALA
1. Skin atau kulit

2. Connective Tissue

3. Aponeurosis atau galea


aponeurotika

4. Loose areolar tissue

5. Perikranium
TULANG TENGKORAK

 Tulang tengkorak terdiri dari kubah (calvaria)


dan basis cranii.
 Lantai dasar rongga tengkorak dibagi atas 3
fossa, yaitu:
 fossa anterior tempat lobus frontalis
 fossa media
 fossa posterior
MENINGENS

 Duramater merupakan selaput yang kuat, terdiri atas


jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan
dalam kranium.
 Di bawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen,
yang tipis dan tembus pandang yang disebut selaput
arakhnoid
 Lapisan ketiga adalah piaamater yang melekat erat pada
permukaan korteks serebri.
OTAK

 Terdiri dari cerebrum,


batang otak dan cerebellum.
FISIOLOGI
Doktrin Monro-Kellie

 Konsep utama doktrin Monro-Kellie


adalah  volume intrakranial selalu
konstan, karena rongga kranium
merupakan rongga yang tidak mungkin
terekspansi.
 TIK yang normal tidak berarti tidak
adanya lesi massa intrakranial, karena
TIK umumnya tetap dalam batas normal
sampai kondisi penderita mencapai titik
dekompensasi dan memasuki fase
ekspansional kurva tekanan-volume.
 Aliran darah otak (ADO) normal pada dewasa antara 50-55
mL per 100 gr jaringan otak per menit,
 Vaskularisasi ke otak normalnya dapat vasokonstriksi dan
vasodilatasi bergantung pada perubahan mean arterial
blood pressure (MAP). Nilai MAP normal adalah 50-150
mmHg
 Pada keadaan trauma kepala, autoregulasi dari MAP ini
dapat terganggu dan menyebabkan aliran darah ke otak
terganggu.
DEFNISI CEDERA KEPALA
 Cedera (injury) merupakan suatu keadaan yang
ditandai adanya stimulus patologis yang melampaui
kemampuan pemulihan (recovery) suatu sel atau
jaringan
 Cedera kepala adalah perubahan fungsi otak atau
terdapat bukti patologi pada otak yang disebabkan oleh
kekuatan mekanik eksternal yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung
DEFNISI CEDERA KEPALA
(Brain Injury Assosiation of America)
Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan
bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi
fisik.
EPIDEMIOLOGI

 Di Amerika Serikat sebanyak 1,7 juta orang mengalami cedera kepala


setiap tahun
 Prevalensi nasional cedera kepala menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,
meningkat 0,7% dibandingkan tahun 2007. Sebanyak 40,6% cedera kepala
diakibatkan oleh kecelakaan motor.
 Menurut sebaran kelompok usia, cedera kepala lebih banyak terjadi pada
pasien dengan usia produktif.
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA

1. Translasi.
 Akselerasi.
Bila kepala yang bergerak kesatu arah tiba-tiba mendapat gaya yang kuat
searah dengan gerakan kepala maka kepala akan mendapat percepatan
(akselerasi) pada arah tersebut
 Deselerasi.
Bila kepala bergerak dengan cepat ke satu arah tiba-tiba dihentikan oleh suatu
benda, misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba akan terhenti
gerakannya. Kepala mengalami deselerasi (perlambatan) secara mendadak.
2. Rotasi.
Bila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak, misalnya pada bagian depan
(frontal) atau pada bagian belakang (oksipital), maka otak akan terputar pada
“sumbu”nya.
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA

 2 tahapan kerusakan didalam terjadinya kerusakan


jaringan otak (brain damage) setelah trauma kepala :
 Cedera Primer
 Cedera Sekunder
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
Klasifikasi Cedera Kepala
Mekanisme  
- Tumpul - Kecepatan tinggi (kecelakaan lalu lintas)
  - Kecepatan rendah (jatuh,dipukuli)
 
- Tajam/Tembus - Luka tembak
- Cedera tajam/tembus lainnya

Berat-ringannya cedera  
- Minimal - GCS 15
- Ringan - GCS 13-15
- Sedang - GCS 9-12
- Berat - GCS 3-8
Morfologi  
 Fraktur tulang - Depresi/ non depresi
- Dasar tengkorak - Terbuka/tertutup
 Lesi Intrakranial - Perdarahan Epidural
- Fokal - Perdarahan Subdural
- Difus - Perdarahan Intraserebral
- Kontusio
MEKANISME CEDERA KEPALA

 Cedera kepala tumpul, biasanya berkaitan dengan


kecelakaan mobil-motor, jatuh, atau pukulan benda
tumpul.
 Cedera kepala tembus, disebabkan oleh peluru atau
tusukan. Adanya penetrasi selaput dura menentukan
apakah suatu cedera termasuk cedera tembus atau
cedera tumpul.
MORFOLOGI CEDERA

FRAKTUR CRANIUM

a. Fraktur linier
b. Fraktur diastasis
c. Fraktur depressed
d. Fraktur basis kranii
Fraktur Linier

 fraktur dengan bentuk garis tunggal atau stellata pada tulang


tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan tulang kepala.
Fraktur lenier dapat terjadi jika gaya langsung yang bekerja
pada tulang kepala cukup besar pada permukaan yang lebar
dan tidak terdapat fragmen fraktur yang masuk kedalam
rongga intrakranial.

Fraktur Diastasis
• Jenis fraktur yang terjadi pada sutura tulang tengkorak yang
menyebabkan pelebaran sutura-sutura tulang kepala. Jenis
fraktur ini sering terjadi pada bayi dan balita karena sutura-
sutura belum menyatu dengan erat.
Fraktur depressed

• Gaya yang terlokalisir pada satu tempat di kepala.


Ketika gaya tersebut cukup besar, atau terkonsentrasi
pada daerah sempit, tulang terdesak ke bawah,
sehingga menghasilkan fraktur depressed.
Fraktur Basis Kranii

 Suatu fraktur linier yang terjadi pada dasar tulang


tengkorak, sering diertai robekan pada durameter.
 Dapat menyebabkan kebocoran cairan cerebrospinal
yang menimbulkan resiko terjadinya infeksi
 Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan rhinorrhea
dan raccon eyes sign (fraktur basis kranii fossa
anterior), atau ottorhea dan batle’s sign (fraktur basis
kranii fossa media).
MORFOLOGI CEDERA

LESI INTRAKRANIAL
 Diklasifikasikan  fokal dan difusa,
 Lesi fokal : hematoma epidural,
hematoma subdural, kontusio dan
hematoma intraserebral
 Cedera lesi difusa : aksonal dan vaskular
Epidural Hematoma (EDH)
 Pengumpulan darah antara tulang
tengkorak dan duramater ( Ruang
Epidural )
 Gejala Khas : lucid interval, pupil
midriasis
 CT Scan akan tampak area hiperdens
biconvex
 Gejala  sakit kepala, mual, muntah,
penurunan kesadaran, pupil mata
anisokor, yaitu pupil ipsilateral
melebar, hemiparesa.
Subdural Hematom (SDH)

 Perdarahan yang terjadi di antara duramater dan


arakhnoid.
• Perdarahan ini sering terjadi akibat robeknya vena-
vena bridging yang terletak antara kortek cerebri
dan sinus venous tempat vena bermuara, dapat juga
terjadi akibat laserasi pembuluh arteri pada
permukaan otak. Robekan pembuluh darah/ vena-
vena kecil di permukaan korteks serebri.
• Biasanya mengikuti dan menutupi hemisfer otak
• Gejala: kejang, sakit kepala, mual, muntah,
papiledema, pupil anisokor, sampai penurunan
kesadaran.
PERDARAHAN INTRASEREBRAL

• Pengumpulan darah fokal diakibatkan oleh


cedera regangan atau robekan pembuluh-
pembuluh darah intraparenkimal otak.
• Kebanyakan dihubungkan dengan kontusio
serebri
• Gejala  defisit neurologis, sakit kepala,
muntah, papiledema
BERATNYA CEDERA

Kategori GCS Gambaran Klinik CT Scan


Otak
Minimal 15 Pingsan (-), defisit neurologik (-) Normal
Ringan 13-15 Pingsan <10 menit, defisit neurologik (-) Normal
Sedang 9-12 Pingsan >10 menit s/d 6 jam, Abnormal
defisit neurologik (+)
Berat 3-8 Pingsan > 6 jam, defisit neurologik (+) Abnormal
Penatalaksanaan Cedera Kepala

Penatalaksanaan Awal
 Primary Survey
 Airway
 Breathing dan Ventilasi
 Circulation dengan Kontrol Perdarahan
 Disability (Neurologic Evaluation)
 Exposure
Penatalaksanaan Cedera Kepala

 Secondary Survey
 Pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe
examination), termasuk reevaluasi tanda vital.
 Pada bagian ini dilakukan pemeriksaan neurologis
lengkap yaitu GCS jika belum dilakukan pada primary
survey.
 Dilakukan pemeriksaan foto rontgen
PEMERIKSAAN IMAGING

Rontgen Kepala

CT Scan

MRI
TERAPI DIURETIK

Diuretik
• 1-2 g/kgBB dalam 30-60 menit tetess cepat, setelah 6
osmotik jam dilanjutkan 0,5g/kgBB dalam 30-60 menit tetes
(manitol cepat, selanjutnya 12 jam dan 24 jam kemudian
diberikan 0,25g/kkgBB selama 30-60 menit tetes cepat.
20%)

Loop diuretik • Pemberian bersama manitol memiliki efek sinergik dan


memperpanjang efek osmotik serum oleh manitol.
(furosemid) Dosis: 40mg/hari
operatif

Indikasi operasi penderita cedera kepala


1. EDH (epidural hematoma):
 a. > 40cc dengan midline shifting pada daerah temporal/frontal/parietal
dengan fungsi batang otak masih baik.
 b. >30cc pada daerah fossa posterior dengan tanda-tanda penekanan
batang otak atau hidrosefalus denagn fungsi batang otak atau
hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik
 c. EDH progresif
 d. EDH tipis dengan penurunan kesadaran indikasi operasi
2. SDH (subdural hematoma)
 a. SDH luas (>40cc/>5mm)dengan GCS >6, fungsi batang otak masih
baik
 b. SDH tipis dengan penurunan kesadran bukan indikasi operasi.
 c. SDH dengan edema serebri/kontusio serebri disertai midline shift
dengan fungsi batang otak masih baik
  
3. ICH (perdarahan intraserebral) pasca trauma
 a. Penurunan kesadaran progresif
 b. Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda gangguan nafas (cushing
reflex)
 c. Perburukan defisit neurologi fokal
4. Fraktur impresi
5. Fraktur kranii dengan laserasi serebri
6. Fraktur kranii terbuka (pencegahan infeksi intra-kranial)
7. Edema serebri berat yang disertai tanda peningkatan TIK,
dipertimbangkan operasi dekompensasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai