Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN

TRAUMA KEPALA
PENDAHULUAN

 Trauma kepala (cedera kepala) = trauma kapitis.


 Cedera kepala secara umum diartikan sebagai cedera
yang melibatkan scalp (kulit kepala), tulang
tengkorak, dan tulang-tulang yang membentuk wajah
dan otak.
 Trauma kepala merupakan suatu kegawatan yang
paling sering dijumpai di unit gawat darurat suatu
rumah sakit.
 setiap tahun di Amerika serikat mencatat 1,7 juta
kasus trauma kepala, 52.000 pasien meninggal dan
selebihnya di rawat inap.
 Trauma kepala merupakan penyebab utama kematian
dan kecacatan diseluruh dunia dimana kecelakaan
lalu lintas merupakan penyebab utama sekitar 40% -
50% (Ruslan , 2014).
Etiologi

cedera kepala dibagi menjadi cedera primer dan cedera skunder.


1. Cedera primer  cedera yang terjadi akibat banturan langsung
maupun tidak langsung.
2. Cedera Skunder  cedera yang terjadi akibat cedera saraf
melalui akson meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia,
hiperkapnea / hipotensi sistemik.
Distribusi cedera kepala pada usia produktif
(14-45 tahun). Laki > perempuan.
Kecelakaan lalu lintas ( terbanyak)
Jatuh (terutama pada anak-anak dan pada
lanjut usia)
Keselamatan dan kecelakaan kerja (K3)
Korban kekerasan
Peperangan merupakan penyebab terbanyak
untuk trauma kepala (penetrans=cedera
kepela tembus)
KLASIFIKASI

Klasifikasi cedera kepala dibagi atas :


Berdasarkan mekanisme cedera
- Cedera kepala tumpul
- Cedera kepala tempus (penetrans)
Berdasarkan berat ringannya cedera
- Cedera kepala ringan (GCS 14-15)
- Cedera kepala sedang (GCS 9-13)
- Cedera kepala berat (GCS 3-8)
Berdasarkan morfologi dan anatomi kepala
KLASIFIKASI

Berdasarkan advanced trauma Life Support


(ATLS) klasifikasi berdasarkan mekanismenya,
cedera kepala dibagi menjadi :
1. Cedera kepala tumpul, biasanya oleh
kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh
ataupun terkena pukulan benda tumpul.
2. Cedera kepala tembus, biasanya disebabkan
oleh luka tusukan, atau luka tembak.
Berdasarkan Berat Ringannya Cedera
Respon Membuka Mata / Eye (E) Nilai
Spontan 4
Terhadap perintah 3
Terhadap rangsangan nyeri 2
Tidak ada 1
Respon Motorik (M) 6
Ikut perintah 5
Melokalisir nyeri 4
Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang) 3
Fleksi abnormal (dekortikasi) 2
Ekstensi abnormal (deserebrasi) 1
Tidak ada
Respon Verbal (V) 5
Berorientasi baik 4
Berbicara mengacau (bingung) / dapat menyusun kalimat 3
Kata-kata tidak jelas 2
Suara tidak jelas 1
Tidak ada
Penilaian
Trauma Ringan : GCS 14 - 15
Trauma Sedang : GCS 9 - 13
Trauma Berat : GCS 3 - 8
Cedera kepala berdasarkan GCS
Cedera Kepala Ringan Cedera Kepala Sedang Cedera Kepala Berat
(CKR) (CKS) (CKB)

GCS 14-15 GCS 9-13 GCS 3-8

Tidak ada kehilangan Pingsan > 10 menit Gejala serupa dengan


kesadaran, jika ada < 10 CKS hanya lebih berat
menit

Pusing (+) / sakit kepala Sakit kepala, mual, Penurunan kesadaran


(+) muntah, kejang, amnesia secara progresif
retrogad
Muntah, amnesia Pemeriksaan neurologis: Ada Fraktur tulang
retrogad, kelainan kelumpuhan saraf dan tengkorak dan jaringan
neurologis (-) anggota gerak otak yang lepas
KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologi dan anatomisnya
Trauma SCALP
- Abrasi (excoriasi) ; luka yang terbatas pada lapisan kulit (S)
- Laserasi ; luka yg melebihi ketebalan kulit tanpa disertai
pemisahan lapisan SCALP
- Memar pada SCALP  Hematoma subgaleal
- Abulsi ; luka yang disertai pemisahan lapisan SCALP
Fraktur Tulang Tengkorak
Berdasarkan Gambaran Fraktur
- Fraktur linier  garis fraktur tunggal
- Fraktur diastase  fraktur yg terjadi pada sutura  pemisahan sutura
- Fraktur comminuted  fraktur 2 atau lebih segmen fraktur
Berdasarkan Anatomisnya
- Fraktur konveksitas (fraktur kubah tengkorak)  fraktur pada tulang
yang membentuk dasar tengkorak (os.frontalis, os.parietalis, dll)
- Fraktur basis kranii (fraktur basis kranii anterior, media, posterior)
Cedera Otak
Komosio, kontusio, perdarahan epidural, perdarahan subdural,
perdarahan intraserebral (PIS), perdarahan subarakhnoid (PSA).
KLASIFIKASI

Fraktur Basis Kranii


Fraktur basis kranii fossa anterior
- Ecchymosis periorbita atau raccoon eyes/brill
hematoma
atau biasa disebut perdarahan kacamata.
- Anosmia  cedera melibatkan N.olfaktorius (N.I)
- Rhinorea  rembesan cairan serebrospinalis atau
darah
Fraktur basis kranii fossa media dan posterior
- Ecchymosis pada mastoid atau battle sign.
- Otorrhea
- Herniasi  penekanan batang otak (fraktur basis kranii
fossa
posterior.
KLASIFIKASI

Brill hematoma Battle sign


KOMUSIO SEREBRI

DEFINISI
Komosio serebri (geger otak/goncangan otak) yang
menimbulkan gangguan fungsi otak, terjadi setelah
trauma berupa pingsan (berlangsung tidak lebih dari
10 menit) dan mempunyai tendensi untuk sembuh
sempurna
GAMBARAN KLINIS
 Derajat kesadaran dipengaruhi oleh integritas
ARAS, lintasan tersebut bisa tidak berfungsi tanpa
mengalami kerusakan yang ireversibel
 Blokade reversibel pada formatio retikularis 
pingsan
 Hilangnya blokade terhadap lintasan tersebut,
disusul dengan pulihnya kesadaran.
 Mual, muntah, pusing dan sakit kepala
 Amnesia retrograd
 Defisit neurologis (-)
KOMUSIO SEREBRI

TRAUMA

Amnesia Retrograd Amnesia Antegrad


DIAGNOSIS

 Berdasarkan anemnesis dan gejala klinik


 Amnesia retrograd  terhapusnya rekaman kejadian di lobus
temporalis
 Pemeriksaan foto polos menunjukkan tidak ada kelainan
KONTUSIO SEREBRI

DEFINISI
Perdarahan petechie jaringan otak tanpa mengganggu konttinuitas
jaringan otak.
GAMBARAN KLINIS
 Lesi terjadi pada daerah benturan (coup) dan kontralateral dari tempat
benturan sesuai dengan garis arah benturan (contra coup).
 Besarnya lesi coup/contra coup tergantung kuatnya benturan
 Kepala dalam keadaan diam  lesi benturan coup >> Kepala dalam
keadaan bergerak  lesi contra coup>>
 Defisit neurologis (+)  penurunan kesadaran yg lbh lama (apati
sampai koma) refleks patologis (+), refleks cahaya menghilang
 Mual dan muntah
 Pergerakan bola mata tidak teratur  doll eyes sign
phenomeen
PERDARAHAN EPIDURAL

DEFINISI
Kondisi ketika darah masuk dan menumpuk pada ruang yang ada di
antara tulang tengkorak dan lapisan yang menyelimuti otak. Lapisan
yang menyelimuti otak ini disebut Dura. Masuknya darah ke ruang
tersebut biasnaya disebabkan oleh cedera kepala yang menimbulkan
keretakan tulang tengkorak, robeknya lapisan dura atau pembuluh
darah otak.

Gejala perdarahan epidural


Gejala pada epidural hematoma bisa dirasakan beberapa menit atau
beberapa jam setelah kecelakaan terjadi.
Sakit kepala, mual dan muntah pusing, linglung, mengantuk, kejang,
teras lemas pada salah satu bagian tubuh, sesak nafas, pupil salah
satu mata membesar, serta mengidap gangguan penglihatan disalah
satu mata.
Beberapa orang yang menderita kondisi ini juga mengalami gejala
yang berpola, seperti kehilangan kesadaran, lalu sadar, dan beberapa
saat kemudian kesadarannya kembali hilang.
PERDARAHAN EPIDURAL

DIAGNOSIS
Anamnesis  Lusid interval (perbaikan sementara pada
pasien dengan cedera otak traumatis, setelah itu kondisinya
memburuk. Lisid interval menunjukkan hematoma epidural.
Gejala klinik  Defisit neurologis
Pemeriksaan radiologik
a. Foto polos kepala  adanya fraktur didaerah temporal
yakni pada daerah sulcus a.meningea media
b. CT-Scan  bentuk lensa cembung bikonveks
berdensitas tinggi
PERDARAHAN SUBDURAL

DEFINISI
Perdarahan yang terjadi antara duramater dan
arakhnoidea. Kondisi inbi bisa saja menjaid akut secara
tiba-tiba. Hematoma atau kumpulan yang sangat besar
bisa menyebabkan tekanan tinggi di dalam tengkorak.
Kondisi ini bisa mengakibatkan kerusakan pada jaringan
otak dan dapat membahayakan nyawa.
GEJALA KLINIK
Gejala muncul pada perdarahan subdural biasanya
muncul beberapa minggu setelah cedera terjadi. Gejala
yg muncul biasanya meliputi pusing, sakit kepala parah,
mual dan muntah, bicara yang melantur, amnesia, mati
rasa, kehilangan kesadran atau koma, perubahan prilaku,
mengantuk, serta kebingungan dan linglung.
DIAGNOSIS
a. Anamnesis dan gejala klinis
b. CT-Scan  daerah hiperdens bentuk bulan sabit
PERDARAHAN INTRASEREBRAL

DEFINISI
Perdarahan yang terjadi secara langsung pada bagian atau
substansi otak.
GAMBARAN KLINIS
Gejala hampir sama dengan PSA
Kesadaran menurun sampai dengan koma
DIAGNOSIS
Berdasarkan gambaran klinis
Tanda rangsang menings (+)  kaku kuduk & kernig sign
CT-Scan  perdarahan pada korteks serebri
PERDARAHAN SUBARAKHNOID

DEFINISI
Perdarahan yang terjadi dalam ruang subarakhnoid (diantara ruang
arakhnoid dan piamater). PSA dapat juga terjadi tanpa adanya trauma
karena aneurisma dari pembuluh darah.

GAMBARAN KLINIS
Sering akibat kontusio serebri
Tanda rangsang menings (+)  kaku kuduk dan kernig
sign akibat adanya darah dalam liquor serebri.
Kesadaran up and down

DIAGNOSIS
Gambaran klinis
Tanda rangsang menings (+) dan adanya lateralisasi
Pemeriksaan CT-Scan
PENATALAKSANAAN

FASE PRA RUMAH SAKIT


AIRWAY. Amankan jalan nafas dan kontrol servikal.
- Hati-hati terhadap fraktur servikal khususnya pada penderita
multitrauma  penurunan kesadaran dan jejas diatas klavikula
- Pertahankan tulang servikal segaris dgn badan. Pasang servikal
kollar.
- Bersihkan jalan nafas dari sumbatan  benda asing, muntahan,
darah, gigi palsu yang lepas, patahan gigi dan lain-lain.
- Pasien tidak sadar dan lidah jatuh kebelakang  pasang pipa
orofaring.
- Penderita sadan dan berbicara  airway aman.
BREATHING. Ventilasi yang baik.
- Hitung frekuensi pernafasan.
- Evaluasi fungsi ventilasi (paru-paru, dinding dada dan difragma)
- Inspeksi : # Bentuk dan pergerakan dada
# Tentukan pernafasan spontan atau tidak
- Palpasi : # Ada tidaknya nyeri tekan pada dinding dada
(khususnya pada penderita multitrauma)
PENATALAKSANAAN

FASE PRA RUMAH SAKIT


CIRCULATION.
- Hentikan perdarahan pada tempat lain (kasus
multitrauma) 
dengan bebat tekan dan pasang balutan.
- Ukur frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.
- Pasang jalur intravena (bila memungkinkan)
DISABILITY.
- Hitung GCS skor untuk menilai beratnya cedera
- Pemeriksaan neurologis :
# Refleks cahaya langsung dan tidak langsung
# Bandingkan kedua pupul, isokor atau anisokor
# Pemeriksaan adanya lateralisasi
PENATALAKSANAAN

FASE RUMAH SAKIT


PENTALAKSANAAN BERDASARKAN BERAT CEDERA
- Cedera kepala ringan (GCS 13-15)
- Cedera kepala sedang (GCS 9-12)
- Cedera kepala berat (GCS 3-8)
MEDIKAMENTOSA
- Cairan intravena  Ringer Laktat
- Manitol  untuk menurunkan TIK
- Furosemide  diberikan bersama manitol untuk
menurunkan TIK
- Anti Konvulsan  untuk komplikasi kejang
(Phenobarbital dan phenytoin)
Tata laksana Kasus
Ringan

• Pemeriksaan status umum dan neurologi.


• Perawatan luka-luka.
• Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga
selama 48 jam.
• Edukasi :
a. Pasien kembali ke RS bila di rumah terjadi hal-hal berikut :
1. Pasien cenderung.
2. Sakit kepala yang semakin berat.
3. Muntah proyektil.

b. Dirawat apabila :
4. Ada gangguan orientasi.
5. Sakit kepala dan muntah.
6. Tidak ada yang mengawasi di rumah.
7. Letak rumah jauh dan sulit kembali dari RS.
Tata laksana Kasus sedang dan
berat

Lanjutkan penanganan ABC


•Pantau tanda vital (TNSP), pupil, GCS, gerakan
ekstremitas, sampai pasien sadar. Pantauan tiap 4 jam 
GCS 15
•Perhatian khusus  mencegah terjadinya hipotensi.

Hindari terjadi kondisi sebagai berikut:


Tekanan darah sistolik < 90 mm Hg
Suhu > 38 derajat Celcius
Frekuensi nafas > 20 x / menit
Cegah kemungkinan terjadinya tekanan tinggi intrakranial

• Posisi kepala ditinggikan 30.


• Bila perlu dapat diberikan Manitol 20 %.
• Berikan analgetika, dan bila perlu dapat diberikan
sedasi jangka pendek.

Atasi komplikasi :
• Kejang dengan pemberian profilaksis OAE selama 7
hari untuk mencegah immediate dan early seizure.
• Pada kasus risiko tinggi infeksi akibat fraktur basis
kranii / fraktur terbuka berikan profilaksis antibiotika,
sesuai dosis infeksi intrakranial selama 10-14 hari.
• Pemberian cairan dan nutrisi adekuat .
• Roboransia, neuroprotektan (citicoline), nootropik
sesuai indikasi.
PROGNOSIS

Faktor yang memperburuk prognosis yaitu :


Terlambatnya penanganan awal berupa
pemberian resusitasi. 20% penderita mati
sebelum sampai di Rumah Sakit oleh karena
tidak mendapatkan resusitasi awal
Pengangkutan/transport yang tidak memadai
Pengiriman penderita bukan ke pusat trauma
yang mempunyai fasilitas lengkap
Terlambatnya dilakukan tindakan bedah
Adanya cedera multipel yang lain

Anda mungkin juga menyukai