Anda di halaman 1dari 52

CEDERA KEPALA

Trauma mekanik terhadap kepala baik


secara langsung ataupun tidak langsung
yang menyebabkan gangguan fungsi
neurologis yaitu gangguan fisik,
kognitif, fungsi psikososial baik
temporer maupun permanen.
Perdossi, 2006
Klasifikasi
Klasifikasi trauma kapitis berdasarkan :
1. Patologi
1.1. Komosi serebri
1.2. Kontusio serebri
1.3. Laserasio serebri
2. Lokasi lesi
2.1. Lesi diffus
2.2. Lesi kerusakan vaskuler otak
2.3. Lesi fokal
Perdossi, 2006
2.3.1. Kontusio dan laserasi serebri
2.3.2. Hematoma intrakranial
2.3.2.1. Hematoma ekstradural
(hematoma epidural)
2.3.2.2. Hematoma subdural
2.3.2.3. Hematoma intraparenkhimal
2.3.2.3.1. Hem. Subarakhnoid
2.3.2.3.2. Hem. Intraserebral
2.3.2.3.3. Hem. Intraserebellar
Perdossi, 2006
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
Klinis : CKR, CKS, CKB
Patologis:
1. Cedera kepala primer
a. Kerusakan fokal:
- Perlukaan dan perdarahan ekstra kranial
- Fraktur tulang kepala
- Perdarahan intra kranial
- Kontusio dan lacerasi cerebri
b. Kerusakan difus
- Cedera axonal difusa
- Diffuse vascular injury
2. Cedera kepala sekunder:
gangguan sistemik akibat hipoksia dan hipotensi, edema
cerebral, herniasi jaringan otak, peningkatan TIK, infeksi,
emboli lemak, hidrosefalus, fistula cairan cerebrospinalis.
Derajat kesadaran berdasarkan SKG
Kategori SKG Gambaran Klinik CT Scan otak

Minimal 15 Pingsan (-), defisit Normal


neurologi (-)
Ringan 13-15 Pingsan <10 mnt, Normal
Defisit neurologik (-)
Sedang 9-12 Pingsan >10 mnt s/d 6 Abnormal
jam
defisit neurologik (+)
Berat 3-8 Pingsan >6 jam, Abnormal
Defisit neurologik (+)
Catatan :
1.Pedoman triase di gawat darurat
2.Perdarahan intrakranial (CTscan) --> trauma kapitis berat
KOMPONEN PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
PASIEN CEDERA KEPALA

Status mental :
derajat kesadaran, orientasi, atensi dan
konsentrasi, memori, kalkulasi, bicara dan
bahasa, orientasi spatial/persepsi, afek, mood
dan behavior.
Nervi kranialis
Motorik
Sensibilitas
Koordinasi
Reflek
Postur dan gait
(Ashley, 2004)
1

Gejala Fisik/Somatik 2
Nyeri kepala
Dizzines
Nausea Gejala kognitif
Vomitus
Gangguan memori
Gangguan perhatian,
Gangguan berfikir kompleks
3
Gejala emosional/kepribadian
Kecemasan
Iritabilitas (HOFFMAN DKK., 1996)
MEKANISME FISIK CEDERA KEPALA
A. Beban statik

B. Beban dinamik
1. Beban benturan
a. Jejas lokal: fraktur, hematoma epidural,
kontusio koup
b. Jejas tempat lain: fraktur tempat lain, kontusio
kontra
koup, kontusio intermediate coup
2. Beban goncangan
Cedera akselerasi-deselerasi: diam- diguncang
mendadak, bergerak- berhenti mendadak
Tulang
Cedera Kepala Otak
(Oslon, 2002)

Aksonal

PRIMER : karena benturan/penetrasi langsung


SEKUNDER: hipotensi, hipoksia, kenaikan TIK

(Shepard, 2002)
Types of Damage in Brain Injury (Stamp, 2000)
Mechanism of Cytotoxic edema in brain injury (Stamp, 2000)
Ischemia Trauma

Edema sitotoksik Fe lepas


Ggn membran
Ggn sintesis protein

Energi turun Depolarisasi


Sel Radikal bebas

Disrupsi Ca Glutamat lepas

Destruksi sel
Asidosis

Secondary Brain Injury (Cohadon, 1995)


Hipoksia/ Iskemia/ Trauma

Pelepasan neurotransmiter Penurunan ATP

Depolarisasi sel Kegagalan pompa

Ca intrasel naik Nekrosis

Pembentukan Ca mitokondria naik


Reactive
Oxygen Species
Fx apoptogenik lepas Tranduksi signal abnormal

Apoptosis

Zauner, 2002
Kepala yang sedang bergerak
tiba-tiba berhenti, tetapi otak
tetap bergerak sehingga otak
dapat cedera oleh permukaan
dalam dari kranium
Biomechanics of Traumatic Head Injury

Open Head Injuries

Closed Head Injuries

Pediatric Critical Care Textbook (1998) Lippincott Williams & Wilkins.


Compression Subdural veins
fracture torn as brain
rotates forward

Shearing strains
throughout the
brain

Swelling of
brain stem

Damage to temporal lobes from


rough bones at skull base

Types of Damage in a Closed Head Injury


DEFINISI & JENIS SUB DURAL
HEMATOMA
Adalah perdarahan yang terjadi di antara
lapisan duramater dan araknoidea, akibat
robeknya bridging vein (vena jembatan)
Jenis:
Akut : Interval Lucid 0 5 hari (3-7 hari)
Subacut: Interval Lucid5 hari beberapa minggu
Kronik : Interval Lucid > 3 bulan (> 3
minggu)
(Perdossi, 2006;Scaleta, 2006)
BRIDGING VEIN

Bridging veins (between the cortex and venous sinuses)


dissects the arachnoid away from the dura and layers
out along the cerebral convexity
ACUTE SDH

Note the bright


(white) image
properties of
the blood on
this
noncontrast
cranial CT
scan.
Note also the
midline shift
SUBACUTE SUBDURAL HEMATOMA

The crescent-shaped clot is less


white than on CT scan of acute
subdural hematoma.
Epidural Hematoma

Usually develop from injury to the middle


meningeal artery or one of its branches
Usually temporoparietal in location
Temporal bone fracture is often the cause
The haematoma is confined, giving rise to its
characteristic biconvex shape

Pediatric Critical Care Textbook (1998) Lippincott Williams & Wilkins and Tutorial CT
in Head Injury (Foo, 2001)
TANDA FRAKTUR BASIS KRANII
1. Fraktur basis kranii fossa anterior
- Rhinorea cairan cerebrospinal
- Hematoma periorbital (brill hematoma)
- Hematoma subkonjungtiva
2. Fraktur basis kranii fossa media
- Otorea
- Ekimosis retroaurikuler (battles sign)
- Kelumpuhan N cranialis: N VII dan atau VIII
3. Fraktur basis kranii fossa posterior
- Battles sign.
KRITERIA DILAKUKAN CT SCAN KEPALA PADA
TRAUMA KRANIOSEREBRAL
GCS 14 atau lebih rendah
GCS 15 dengan:
* Dibuktikan pernah hilang kesadaran
* Amnesia untuk trauma
* Defisit neurologik fokal
* Tanda fraktur tulang tengkorak basal
atau kalvaria
(Narayan, 1996)
Manajemen cedera kepala ringan (GCS 14-15)
Riwayat (identitas, mekanisme dan waktu cedera, penurunan kesadaran
mengikuti cedera, derajat kewaspadaan, amnesia, nyeri kepala, kejang
Pemeriksaan umum untuk mengesampingkan cedera sistemik
Pemeriksaan neurologis
Rontgen vertebra cervical dan lainnya atas indikasi
Skrining level alkohol darah dan toksik urin
CT scan kepala pada semua pasien kecuali asimptomatik komplit
dan neurologis normal

Masuk Rumah Sakit:


Tidak tersedia petugas CT scan , Dipulangkan:
CT scan abnormal,
cedera kepala penetrasi, riwayat Tidak memenuhi kriteria
penurunan kesadaran, harus dirawat
perburukan kesadaran, nyeri kepala Dipesan kembali ke RS bila
sedang sampai berat, fraktur terdapat masalah pada
tengkorak, kebocoran LCS melalui Lembar Perhatian
hidung dan telinga, amnesia, Kontrol kembali stelah
intoksikasi obat/alkohol, 1 minggu
tidak ada yang merawat di rumah
Manajemen cedera kepala sedang (GCS 9-13)

Evaluasi awal
Sama dengan cedera kepala ringan
CT scan kepala pada semua kasus
Perintah untuk observasi
Observasi
Pemeriksaan neurologik sering
Follow-up CT scan jika keadaan memburuk atau
sebelum pulang

Jika pasien memburuk


Jika pasien membaik
(10 %)
(90 %)
Diulangi CT scan dan
Dipulangkan pada saat
dimanajemen dengan
yang tepat
protokol cedera kepala
Follow-up ke klinik
berat
Manajemen cedera kepala berat (GCS 3-8)
Penilaian dan manajemen
ABC
Survei primer dan riwayat AMPLE ( alergi, makanan sebelumnya ,
pengobatan yang terbaru, penyakit dahulu,, kejadian/kondisi lingkungan
yang berhubungan dengan cedera
Evaluasi ulang neurologik
Buka mata
Respon motorik
Respon verbal
Reaksi cahaya pupil
Dolls eye phenomen
Tes kalorik
Terapi
Manitol
Hiperventilasi sedang
Antikonvulsan
Tes diagnostik
CT scan kepala pada semua pasien
Jika CT scan tidak tersedia, dilakukan air ventriculogram dan
angiogram
PENANGGULANGAN TRAUMA KAPITIS AKUT
1. Survei primer
A = Airway
B = Breathing (target O2 > 92%)
C = Circulation
- TDS > 90 mmHg
- NaCl 0.9% atau RL
- Hindari cairan hipotonis
- Kalau perlu obat vasopresor & inotropik
--> konsul bedah saraf berdasarkan indikasi
D = Disability ( mengetahui lateralisasi dan kondisi
umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi)
Perdossi, 2006
2. Survei sekunder
E = Laboratorium
- Darah : Rutin, ureum, kreatinin,
GDS, AGD dan elektrolit
- Radiologi : Foto kepala, HCTS dll
F = Manajemen Terapi
- Operasi pasien yang indikasi
- Ruang rawat
- penanganan luka-luka
- terapi obat-obatan sesuai kebutuhan

Perdossi, 2006
INDIKASI OPERASI
1. Epidural hematome
a. >40cc + midline shift dengan fx batang
otak baik
b. >30cc fossa posterior + td penekanan
batang otak atau hidrosefalus dengan
fungsi batang otak baik
c. EDH progresif
d. EDH tipis dengan penurunan kesadaran
bukan indikasi operasi
Perdossi, 2006
2. Subdural hematome
a. SDH luas (>40cc/5mm) dgn GCS>6
fungsi batang otak baik
b. SDH tipis + kesadaran bukan indikasi
operasi
c. SDH + edema serebri/kontusio serebri
disertai midlineshift dengan fungsi
batang otak baik

Perdossi, 2006
3. Perdarahan Intraserebral paska trauma
a. penurunan kesadaran progresif
b. Hipertensi, bradikardi & tanda
gangguan nafas (cushing refleks)
c. perburukan defisit neurologi fokal
4. Fraktur impresi > 1 diploe
5. Fraktur kranii + laserasi serebri
6. Fraktu kranii terbuka
7. Edema serebri berat + TIK
Perdossi, 2006
TATA LAKSANA CEDERA KEPALA
a. Pra rumah sakit
Jaga jalan nafas, kontrol perdarahan, imobilisasi,
cegah syok- komplikasi dan cedera sekunder, saat
pengiriman.

b. UGD
- Primary survey: ingat ABC
- Secundary survey: ingat 5B
- Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
- Pmx penunjang: radiologi, lab darah (rutin, gol
drh, GDS, fx ginjal, AGD, elektrolit)
TATA LAKSANA CEDERA KEPALA
c. Bangsal
Obs. Tanda vital dan status neurologis
Obs: tiap 30 dalam 6 jam I, tiap jam dalam 6
jam II, tiap 2 jam dalam 12 jam berikutnya.
Selanjutnya tiap 4 jam sampai pasien sadar.
d. ICU
- Penanganan peningkatan TIK
- Pencegahan dan terapi infeksi sekunder
e. Aspek bedah saraf.
Penatalaksanaan pasien yang
tidak sadar diri:
Nilai jalan nafasnya (airway), pernafasannya, dan
sirkulasinya ( A B C )
Oksigen, D50 satu ampul IV, thiamine (100 mg
IV), naloxone (0,4 hingga 2 mg IV)
Sampel darah diambil untuk memeriksa natrium,
kalium, kalsium, fosfat, glukosa, blood urea
nitrogen (BUN), kreatinin, serum glutamat-
piruvat transaminase (SGPT), serum glutamat-
oksaloasetat transaminase (SGOT) dan kadar
amoniak; skrining toksikologi
TERAPI CEDERA KEPALA DI BANGSAL

Terapi cairan: NaCl 0,9% atau ringer laktat, untuk dewasa


cukup1500-2000 ml/ hari
Nutrisi: oral tunda bila tak sadar sampai 3 hari pasang NGT,
kebutuhan 1,5- 2,5 kebutuhan normal
Neuroprotektor: citicholin, piracetam sedang nimodipine
untuk SAH
Antasida atau H2 reseptor blocker, sukralfat, proton pump
inhibitor untuk mencegah gastritis erosi karena stres.
Vitamin C
Hemostatik: asam traneksamat
Analgetik murni bila kesakitan, tidak boleh hipnotik sedatif
dan asetosal.
TERAPI CKB DI ICU
Kondisi yang membutuhkan pengawasan khusus:
gangguan pernafasan, syok hipovolemik, gangguan
cairan dan elektrolit, peningkatan tekanan intra
kranial, kejang-kejang, dan gangguan
kardiovaskular.
Komplikasi yang paling berbahaya: peningkatan
tekanan intra kranial dan edema otak.
TERAPI PENINGKATAN TEKANAN INTRA KRANIAL
A. Penanganan awal:
- Kepala elevasikan 20-30o , kec: pada hipovolemia dan cedera
tulang punggung
- Hiperventilasi ringan
- Pengendalian hemodinamik
- Normotermia atau hipotermia ringan
- Atasi kejang: diazepam 10mg iv, fenitoin 3-4x 100 mg /hari
B. Terapi primer:
Drainase eksternal LCS, sedasi, blokade neuromusculer
C. Terapi sekunder:
Manitol 20%, furosemide
D. Terapi tersier:
Terapi supresi metabolik,
E. Pencegahan dan terapi infeksi sekunder
Antibiotik: ampicillin, kloramphenicol, ceftriaxon, vancomicin,
ceftazidime
Post-traumatic seizures
Communicating hydrocephalus
Post-traumatic syndrome
(or post-concussive syndrome)
Hypogonadotropic hypogonadism
Chronic traumatic encephalopathy
Alzheimers disease
Outcome 1 thn CKR & CKS
(Nee dkk, 1999)

73% Kembali Bekerja


84% Keluhan Masih
32% Nyeri Kepala
34% Mudah Lupa
42% Konsentrasi Buruk
45% Kelelahan
GCS Saat Masuk dan Outcome
(Stein, 2000)

GCS at 24 hours Good Recovery or Vegetative or


moderate disability dead
11-15 91% 6%
8-10 59% 27%
5-7 28% 54%
3-4 13% 80%
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai