Anda di halaman 1dari 85

Cedera Kepala

&
Cedera Medulla Spinalis
(traumatic brain injury & spine injury)

dr. Listyo Assist Pujarini, M.Sc, SpS


Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)

setiap perubahan fungsi mental


atau fisik yang diakibatkan oleh
benturan pada kepala
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)

Comotio cerebri =
pingsan sejenak, dengan atau tanpa amnesia
retrograd, tanpa defisit neurologis

Contusio cerebri =
Perdarahan permukaan otak, berupa bintik
perdarahan besar atau kecil, tanpa
kerusakan duramater, dengan defisit
neurologis yang reversibel
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)

mekanisme severitas morfologi

Tertutup Ringan : GCS 13-15


Terbuka / Penetrans Sedang : GCS 9-12
Berat : GCS <= 8

Fraktura tengkorak Lesi intrakranial

Kalvaria Basilar Fokal Difusa


- Linear / Stelata - Epidural - Konkusi ringan
- Depressed / - Subdural - Konkusi klasik
Non-depressed - Intraserebral - Cedera aksonal difusa
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)

mekanisme
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)

mekanisme
severitas

• GCS 13 - 15 : Mild Traumatic Brain Injury (CKR)


LOC ≥ 5’ ; FND; • GCS 9 - 12 : Moderate Traumatic Brain Injury (CKS)
PTA ≥ 30’ • GCS ≤ 8 : Severe Traumatic Brain Injury (CKB)
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)

GCS dan Outcome (Stein, 2000)

GCS Good Recovery or Vegetative or


at 24 hour moderate disability dead

11-15 91% 6%
8-10 59% 27%
5-7 28% 54%
3-4 13% 80%
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)

Tanpa memperdulikan nilai GCS, pasien


digolongkan sebagai penderita cedera
kepala berat bila:
1. Pupil tak ekual
2. Pemeriksaan motor tak ekual
3. Cedera kepala terbuka dengan
bocornya CSS atau adanya jaringan
otak yang terbuka.
4. Perburukan neurologik.
5. Fraktura tengkorak depressed.
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)
morfologi
fraktura tengkorak

Nyeri kepala disertai muntah = # linear


# depressed = indikasi elevasi :

depresi > 8-10 mm (> ketebalan tulang


tengkorak), defisit neurologis,
bocornya LCS, open depressed
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)
morfologi
fraktura tengkorak

# basis kranii =
LCS otorrhea atau rhinorrhea,
hemotympanum atau lacerasi CAE, battle’s
sign, racoon’s eyes, paresis n.VII-VIII, n.I,
n.VI
- Hati-hati pemasangan NGT
- Harus diberikan antibiotika profilaksis
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)
morfologi
fraktura tengkorak

Standar Foto Kepala


• Rutin : AP + Lateral
• Occipital : Towne
• Orbita : Caldwell
• Viscerocranium : Waters
• Zygomaticum : Axial
• Basis Cranii dan os petrosum
: Stanver bilateral
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)
morfologi
Lesi intrakranial

Hematoma epidural (EDH) =


regio temporal atau temporal-parietal
robeknya pembuluh meningeal media (darah arterial, atau sekunder dari
vena (1/3 kasus) akibat robeknya sinus vena t.u parietal-oksipital -
fossa posterior)
0.5% dari keseluruhan atau 9% dari pasien koma cedera kepala
menegakkan diagnosis harus ditindaklanjuti segera 
interval lucid
kelemahan anggota gerak (& defisit neurologis) yang tidak ekual
dilatasi pupil ipsilateral
Outcome langsung bergantung pada status pasien sebelum operasi.
Mortalitas dari hematoma epidural sekitar 0% pada pasien tidak
koma, dan 20% pada pasien koma dalam
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)
morfologi
Lesi intrakranial

Hematoma subdural (SDH) =


Jauh lebih sering dari hematoma epidural,
sekitar 30% penderita dengan CKB
Paling sering akibat robeknya vena bridging antara korteks
serebral dan sinus draining., dapat berkaitan dengan laserasi
permukaan atau substansi otak.
Umumnya lebih berat dan prognosisnya lebih buruk
nyeri kepala terus memberat disertai penurunan kesadaran
Mortalitas 60%, diperkecil oleh tindakan operasi yang sangat
segera dan pengelolaan medis agresif
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)

Types of Damage in Brain Injury (Stamp, 2000)


Diffuse Axonal Injury
• Shearing injury of axons
• Deep cerebral cortex, thalamus, basal ganglia
• Punctate hemorrhage and diffuse cerebral edema
DIFFUSE AXONAL SHEARING

• When axons are torn or


stretched as a result of the
different layers moving at
different speeds, this called
SHEARING.
• Shear damage is microscopic
• This is a common cause of
brain damage after TBI
Ischemia Trauma

•Edema sitotoksik Fe lepas


•Ggn membran
•Ggn sintesis protein

Energi turun Depolarisasi


Sel Radikal bebas

Disrupsi Ca Glutamat lepas

Asidosis Destruksi sel

Secondary Brain Injury (Cohadon, 1995)


Hipoksia/ Iskemia/ Trauma

Pelepasan neurotransmiter Penurunan ATP

Depolarisasi sel Kegagalan pompa

Ca intrasel naik Nekrosis

Pembentukan Ca mitokondria naik


Reactive
Oxygen Species
Fx apoptogenik lepas Tranduksi signal abnormal

Apoptosis

Zauner, 2002
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)

Monroe-Kellie Principle

Brain Blood

CSF Mass
Bone
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)
Managemen di Unit Gawat Darurat
Pemeriksaan Fisik secara umum
• Tanda vital:
– TD, N, RR, temperatur, tipe pernafasan (cheyne-
stokes, cluster, apneustic, ataxic)
• Inspeksi kelainan sistemis
• Inspeksi kranium
– Tanda2 # basis kranii
– Tanda2 # kranium lain, # facial, dll
– Periorbital edema, proptosis
• Cranio-cervical auscultation
– Bruit a. carotis = diseksi a. carotis
– Bruit pada mata = fistula traumatis carotis-cavernosus
• Tanda-tanda trauma medulla-spinalis
• Adanya kejang = tunggal, multiple, status
Manajemen dan Terapi

• Di Unit Gawat Darurat:


– Riwayat: jenis dan saat kecelakaan, kehilangan
kesadaran, amnesia, nyeri kepala
– Pemeriksaan umum menyingkirkan cedera
sistemik
– Pemeriksaan neurologis
– Radiograf tengkorak
– Radiograf tulang belakang leher dan lain-lain bila
ada indikasi
– Kadar alkohol darah dan skrining toksik dari urin
(terutama suspected)
– Contoh darah untuk penentuan golongan darah
– Tes darah dasar dan EKG
– CT scan kepala (bila memungkinkan)
– Rawat untuk pengamatan bahkan bila CT scan
normal
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)
Managemen di Unit Gawat Darurat
Pemeriksaan Neurologis
• Status kesadaran:
– GCS, tipe pernafasan, pupil, refleks
cahaya, refleks kornea, doll’s eye
phenomena, deviasi conjugae
 tanda herniasi
• Saraf kranial:
– t.u n.II, III, IV, VI, VII, & funduskopi
• Pemeriksaan motorik
• Pemeriksaan refleks patologis, clonus,
& refleks fisiologis
• Pemeriksaan sensoris
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)
Managemen di Unit Gawat Darurat
Cedera Kepala Ringan (CKR)

• BR dengan HOB elevasi 30-45 derajat


• Pemeriksaan neurologis tiap 2 jam
• Oksigenasi
• IVFD isotonik (misal: NS, RL,
Assering)
• Analgetika ringan PO atau PR
• Anti-emesis (k/p)
MANAGEMENT OF MILD HEAD
INJURY

HISTORY :
• NAME, AGE, SEX, RACE, OCCUPATION
• MECHANISM OF INJURY
• TIME OF INJURY
• LOSS OF CONSCIOUSNESS
IMMEDIATELY AFTER INJURY
• SUBSEQUENT LEVEL OF ALERTNESS
• AMNESIA : RETROGRADE,
ANTEROGRADE
• HEADACHE : MILD, MODERATE, SEVERE
• SEIZURE
MANAGEMENT OF MILD HEAD
INJURY

• GENERAL EXAMINATION TO EXCLUDE


SYSTEMIC INJURY
• LIMITED NEUROLOGICAL
EXAMINATION
• CERVICAL SPINE AND OTHER
RADIOGRAPHS AS INDICATED
• BLOOD ALKOHOL LEVEL AND URINE
TOXIC SCREEN
• CT SCAN OF THE HEAD IN ALL PATIENT
EXCEPT COMPLETELY ASYMPTOMATIC
AND NEUROLOGICALLY NORMAL
PATIENT IS IDEAL
Cedera Kepala
(traumatic brain injury)
Managemen di Unit Gawat Darurat
Cedera Kepala Sedang (CKS)

• Sama dgn CKR


• GCS = 9-12  ICU
• Head CT-scan

CKB  Intubasi & Hiperventilasi


SECARA UMUM …
• A, B, C’s
• Major early risk is hypotension
– Adequate fluid resuscitation to
restore normal BP does NOT worsen
neurologic outcome
– Avoid hypotonic fluids
• Emergent airway control for
– GCS 8 or less
– GSC 10 or less with abnormal head CT
– Rapid neurologic deterioration
– If needed for other injuries
Late complications from head injury

 Post-traumatic seizures
 Communicating hydrocephalus
 Post-traumatic syndrome
(or post-concussive syndrome)
 Hypogonadotropic hypogonadism
 Chronic traumatic encephalopathy
 Alzheimer’s disease
CEDERA MEDULA SPINALIS
Pendahuluan

Cedera Medula Spinalis (CMS) adalah cedera


karena tekanan mekanik pada medula spinalis.

CMS akan menimbulkan :


- CMS Primer
- CMS Sekunder
• MEKANISME TERSERING :

• GAYA TRANSLASIONAL VETEBRA


- HIPEREKSTENSI
- FLEKSI
- ROTASI
- FLEKSI-ROTASI

• EFEK KOMPRESI
GAMBAR MEKANISME
CEDERA MS
GAMBAR MEKANISME
CEDERA MS
• CEDERA LANGSUNG :
- EFEK PELURU
- BENDA ASING
- PECAHAN VETEBRA
- TIKAMAN BENDA TAJAM
• CEDERA MEDULA SPINALIS TANPA
KERUSAKAN TUALANG ( SCIWORA)
MEKANISME TRAUMA
• KECELAKAAN LALU LINTAS DENGAN
KECEPATAN TINGGI
• JATUH DARI KETINGGIAN
• BEBAN AKSIAL TINGGI (MENYELAM)
• KEKERASAN; TIKAMAN,TEMBAKAN
• KECELAKAAN OLAH RAGA
• IMPAK BERAT LAIN PADA M S
CMS merupakan keadaan darurat neurologi yang
perlu tindakan cepat, tepat dan cermat untuk

mengurangi kecacatan

Prognosa tergantung dari 2 faktor :


1. Beratnya defisit neurologi yang timbul
2. Lamanya defisit neurologi sebelum dilakukan tindakan
dekompresi.
EPIDEMIOLOGI

- Insidensi : 30-40/juta
Per tahun dengan kisaran 8.000-10.000 kasus
pertahun
Prevalensi : 200.000
Rasio pria : Wanita : 4:1
Usia rata-rata 32 tahun
PENYEBAB

• Penyebab utama : Trauma (55%)

Cedera Servikal
- KLL : 40-50%
- Terjatuh : 20%
- Berkelahi : 10-25%
- Kecelakaan Kerja ; 10-20%
• Penyebab lain :
- penyakit degeneratif tulang belakang
- Iskemik, Demielinisasi, Inflamasi
- Tumor, Pendarahan, Abses
Angka kematian diperkirakan 48% dalam 24 jam pertama dan 80%
meninggal di tempat kejadian.

CMS disebabkan trauma Vetebra Cervikal memiliki resiko utama


yang paling berat dengan level tersering C5, C4, C6

Cedera Medula Spinalis Primer adalah cedera mulai pada awal


tekanan mekanik kerusakan maksimal berjalan selama proses tekanan.

Cedera Medula Spinalis Sekunder adalah komplikasi akibat CMS


Primer mempengaruhi sirkulasi ( Tensi, Cardiac Output dan Oksigen )
CMS Sekunder menimbulkan

- Gangguan Vaskuler
permeabilitas meningkat, Vaso Spasme, Trombosis dan Pendarahan.
- Gangguan Inflamasi
pelepasan mediator sistemik lokal, Adhesi Molekul sel lebih cepat dan
Infiltrasi sel leukosit.
- Disfungsi sel, ATP menurun, Kerusakan sel, terbentuk radikal bebas, Ca
sel meningkat dan disfungsi mitokondria.
Jenis cedera medula spinalis
• Cedera primer
- akibat langsung , hematoma .
- pada 4 jam pertama terjadi infark pada
massa putih
- pada 8 jam terjadi infark pada massa
kelabu dan paralisis irreversibel
• Cedera sekunder diakibatkan :
- Hipoksia
- Hipoperfusi
-Syok neurogenik
- syok spinal
- kerusakan digframa
- paralisis saraf dan otot intrerkostal
Gejala dan tanda
• Waspada kemungkinan cedera medula spinalis :
- luka pada dahi/ bagian depan kepala;
akibat hiperektensi.
- Memar lokal
- Deformitas pada vetebra ; gibus dan
pergeseran.
- Umbilikus`dan otot perut tegang.
Kelompok cedera medula
spinalis
• Servical
• Thorakal
• Lumbosacral :
- sindroma meduls spinslis snterior
- sindroma medula spinalis posterior
- sindroma medula spinalis sentral
- sindroma hemilesi Brown-sequard
• Sindrama konus
• Sindroma kauda
• Sindroma radikuler
• Kompresi medula spinalis
• Transeksi medula spinalis komplit
• Hematomyelia
• Sirigomielia pasca trauma
CEDERA CERVICAL

Curiga bila :
• Ada cedera kepala / atas clavicula
• Pernafasan paradoksal (diafragma)
• Kelumpuhan tangan / kaki
• Refleks lutut (-) --- periksa sphinkter ani
• Hipotensi (+ bradikardia)
CMS NEURO-EMERGENSI ?

CMS Emergensi karena komplikasi hiper-akut yaitu,


a. Hipotensi/Shock
- effek simpatektomi
b. Bradycardia
- dengan atau tanpa hipovolemia
c. Komplikasi Iatrogenik Dislokasi CMS karena cedera Sekunder Medula
Spinalis (tindakan)
CMS NEURO-EMERGENSI ? .. (2)
e. Hipoventilasi/kegagalan nafas
- Oksiput-C2 : fungsi nafas (-) , nn. Kranialis bag bawah
lumpuh
- C3-C4 : gerakan diafragma & intercostal (-).
fungsi faring/laring baik.
- C5-T1 : fungsi diafragma masih baik, gerakan intercostal (-).
f. Pendarahan lambung dengan atau tanpa steroid
g. Ileus : Distensi abdominal/muntah, aspirasi.
Mekanisme CMS

1. Whiplash (Hiperekstensi – hiperefleksi )


2. Traume hiper-fleksi rotasi
3. Trauma Longitudinal
4. Trauma Hiperekstensi
Jenis cedera akibat trauma
Fraktur
Dislokasi
Luka tembus
Perdarahan epidural
Hematom subdural spinalis
Cedera tidak langsung
Cedera intermeduler

Trauma hiperfleksi-rotasi
Menyebabkan fraktur dan dislokasi, sering didaerah C5-6 dan T12-L1
menimbulkan kerusakan yang luas pada medula spinalis
Whiplash
Gerakan tiba-tiba hiperekstensi Kemudian diikuti hiperfleksi servikal,
menyebabkan cedera jaringan lunak spinal jarang menimbulkan
kerusakan medula spinalis.
Cedera whiplash I : nyeri dan kekakuan leher
Cedera whiplash II : terbatasnya ROM dan nyeri

Gejala whiplash
Nyeri leher yang bertambah pada 24 jam
Nyeri kepala,nyeri menjalar pundak dan lengan
Gerak fleksi lateral berkurang
Difagia
Jenis cedera akibat trauma
Fraktur
Dislokasi
Luka tembus
Perdarahan epidural
Hematom subdural spinalis
Cedera tidak langsung
Cedera intermeduler

Trauma hiperfleksi-rotasi
Menyebabkan fraktur dan dislokasi, sering didaerah C5-6 dan T12-L1
menimbulkan kerusakan yang luas pada medula spinalis
Trauma Longitudinal
Terjadi kompresi yang lebih stabil, misal fraktur Jefferson (C1), kepala daerah
Vertex membentur tanah waktu terjun/menyelam.

Trauma Hiperekstensi
Sering menyebabkan ligamentum spinalis anterior robek, lokasi umumnya di
C4-5.
Gambaran Klinis CMS Komplit

1. Spinal Shock : mula-mula parese flaksid, sensibilitas dibawa lesi (-


), berlangsung selama 3-6 minggu atau lebih.
2. Aktivitas reflek meningkat – setelah fase shock. Lesi servikal : jika
stimuli internal (dekubitus, uretritis, cystitis) timbul fleksor spasme.
3. Nyeri radikuler mungkin timbul untuk beberapa minggu atau bulan
karena lesi radik.
4. Gangguan Otonom yaitu,
a. pengaturan suhu :
- lesi setinggi C8, termoregulasi (-)
- lesi setinggi T9-T10, keringat berkurang (-).
Gangguan Klinis CMS Komplit .. 2

4.Gangguan Otonom (lanjutan)


b. Pengaturan tekanan darah :
- Hipotensi Ortostatik, gagalnya reflek kontraksi pembuluh
darah pada perubahan posisi, penderita dapat pingsan.
- kadang Hipertensi Paroksismal karena distensi
kandung kemih atau rektum.
c. Disfungsi buli-buli : akan menimbulkan CRF, salah satu
kausa kematian CMS.
Gambaran Klinis CMS Komplit .. 3

c. Disfungsi Buli-buli, ada 3 stadium :


stad. 1 : Segera pasca cedera CMS reflek buli-buli (-),
atoni dan over distensi buli-buli karena fase
shock berlangsung beberapa hari sampai minggu.
stad. 2 : tergantung letak lesi jika lesi, diatas
lumbosacral – reflek bladder pulih.
*conus medularis/cauda equina-timbul otonomik
bladder.
stad. 3 : penderita otonomik bladder dapat mengenal
tanda distensi bladder, sehingga pengosongan
buli-buli dapat dilakukan dengan cara kompressi
abdominal.
Gambaran Klinis CMS Komplit .. 4
d. Disfungsi Rektum
stad. 1 : rektum distensi, antoni dan peristaltik (-) selama fase 1
secara dramatis dapat timbul gastrik atonia, untuk cegah
perforasi gaster pasang NGT.

stad. 2 : bising usus (+), flatus (+), evakuasi tinja (+)


jika diberi obat stool softener, reflek evakuasi dipicu oleh
kompresi abdominal. Rekondisi disfungsi rektum > mudah
daripada buli-buli.

stad. 3 : otonomik rektum : Rektum Inkontinen.

e. Disfungsi seksual : bervariasi tergantung ringan atau beratnya


proses CMS.
Tipe dan Lokasi CMS

• Complete CMS (Grade A)


- Uni level
- Multi level
• Incomplete CMS (Grade B, C, D)
- Cervico medullary syndrome
- Central cord syndrome
- Anterior cord syndrome
- Posterior cord syndrome
- Brown sequard syndrome (Hemicord syndrome)
- Conus medullary syndrome
• Complete Cauda equina injury (Grade A)
• Incomplete cauda Equina injury (Grade B, C, D)
Diagnosis
Penegakkan Diagnosis :
- Anamnesis riwayat trauma
- Berdasarkan Gejala dan Tanda Klinis
(ASIA scale)
- Gambaran klinis tergantung letak dan
luas lesi
Klasifikasi
1. ASIA/IMSOP
Klasifikasi tingkat dan keparahan trauma medula spinalis ditegakkan pada
saat 72 jam sampai 7 hari setelah trauma.

a. berdasarkan impairment scale :


Grade Tipe Gangguan medula spinalis ASIA/IMSOP
A Komplit Tidak ada fungsi motorik dan sensorik sampaii S4-S5

B Inkomplit Fungsi sensorik masih bik tapi motorik terganggu sampai segmen
sakral S4-S5
C Inkomplit Fungsi motorik terganggu dibawah level, tapi otot-otot motorik
utama masih punya kekuatan < 3

D Inkomplit Fungsi motorik terganggu dibawah level, otot-otot motorik utama


punya kekuatan > 3
E Normal Fungsi motorik dan sensorik normal

ASIA : American spinal injury association/International medical society of Paraplegia


(IMSOP)
b. berdasarkan tipe dan lokasi trauma :
i) Complete spinal cord injury (Grade A)
(a) Unilevel
(b) Multilevel
ii) Incomplete spinal cord injury (Grade B, C, D)
(a) Cervico medullary syndrome
(b) Central cord syndrome
(c) Anterior cord syndrome
(d) Posterior cord syndrome
(e) Brown Sequard Syndrome
(f) Conus Medullary Syndrome
iii) Complete Cauda Equina Injury (Grade A)
iv) Incomplete Cauda Equina Injury (Grade B, C,D)
Penatalaksanaan CMS

• Tujuan
– Pemulihan maksimal defisit neurologi
– Medula spinalis stabil
– Mobilisasi dan rehabilitasi

• Penatalaksanaan
– Prehospital
– Hospital atau UGD
– Pengiriman (transportasi)
– Penilaian awal dan lanjutan
– Perawatan konsevatif dan tindakan bedah
– Pasca perawatan dan rehabilitasi medis
Tujuan Pengobatan pada Trauma Medula Spinalis

• Menjaga sel yang masih hidup agar terhindar dari kerusakan lanjut.
• Eliminasi kerusakan akibat proses Patogenesis sekunder.
• Mengganti sel saraf yang rusak
• Menstimulasi pertumbuhan akson dan koneksinya.
• Memaksimalkan penyembuhan defisit neurologis.
• Stabilisasi vertebra
• Neurorestorasi dan neurorehabilitasi untuk mengembalikan fungsi tubuh.
Penatalaksanaan Prehospital

Umum
– 10-25% defisit neurologistik karena tindakan pre hospital tidak adekuat.
– jika ada fraktur or dilokasi vertebra servikalis fiksasi leher pasang coller,
kepala dan leher jangan digerakkan.
– cek ABC, jika ada gangguan kardiopulmonal RJP, intubasi nasogastrik atau
tracheostomi.
– jika ada fraktur vertebra torakalis, angkut pasien dalam keadaan
tertelungkup, fiksasi torakal dengan korset.
– fraktur vertebra lumbalis fiksasi dengan korset.
Neck Collar / Collar Brace

- Servikal difiksasi pada posisi netral / ekstensi ringan.


- Pasang cervical collar cara tanpa menggerakkan leher (terlalu
banyak), kepala harus dipegang “in-line’ fixasi dibantu
sandbags (bantal pasir)
Penatalaksanaan Prehospital .. 2

Medikamentosa
– CMS dapat menyebabkan tonus pembuluh darah turun karena paralisis
fungsi sistem ortosimpatik sehingga hipotensi Berinfus bila mungkin
dengan darah atau plasma, dextran 40% atau ekspafusin. Jangan berikan
Dx bila perlu berikan 0.2 mg adrenalin s.c. boleh diulang 1 jam kemudian.
– bila denyut nadi < 44 kali/menit beri SA 0,25 mg iv
– Hipotensi : beri cairan NaCl 0.9% atau supressor phenilephrine
10mg/500ml, or dopamine 400mg per 250ml.
Tranportasi
• Dilakukan hati hati,pertimbangkan moda anggutan
memadai ke RS yang memiliki sarana optimal.
• Imobilisasi cervical dan thorakal
• Posisi tubuh terlentang kepala sedikit hiperektensi.
• Fraktur dislokasi vetebra thorakal bawah dan
lumbal punggung ekstensi.
Penatalaksanaan Hospital

Penatalaksanaan Umum
1. Tentukan apakah cedera tersebut CMS akut
2. Terapi CMS akut dengan methylprednisolon
a. methylprednisolon 30mg/kg BB selama 1 jam

b. methylprednisolon 5,4 mg/kgbb/hari iv selama 23


jam.
3. Foto vertebra sesuai algoritma.
4. MRI
5. Myelografi
Tindakan bedah
• Indikasi operasi :
1. stabilisasi spinal
2. pengangkatan intrumentasi
3 dekompresi radiks
4. dekompresi suatu rongga (syrinx)
5. ada fraktur atau dislokasi yang labil.
6. pecahan tulang menekan medula spinalis
7. gambaran neurologi progresif memburuk
8. herniasi diskus intrervertebrali menekan ms
NEURORESTORASI DAN NEUROREHABILITASI

Tujuan :
1. Memberikan penerangan dan pendidikan kepada pasien dan keluarga mengenai
trauma medula spinalis
2. Memaksimalkan kemampuan mobilisasi & self-care (latihan mandiri) dan atau
latih langsung jika diperlukan.
3. Mencegah komorbiditi (Kontraktur, dekubitus, infeksi paru, dll).

Tindakan :
1. Fisioterapi
2. Terapi Okupasi
3. Latihan miksi dan defakasi rutin
4. Terapi psikologis.
Rehabilitasi cedera spinal servikal
Suatu kegiatan rehabilitasi dari hanya berbaring
ditempat tidur menuju kehidupan berkomunitas
(‘rehabilitation from beside to community”)

1. Penyembuhan (Recovery)
a. penyembuhan dapat terjadi karena adanya neuroplastisitas
b. Penyembuhan fungsi dinilai dengan FIM (“Functional
Independence Measure”)

2. Rehabilitasi
Definisi WHO : Rehabilitasi ialah suatu proses progresif, dinamis, dalam
waktu yang terbatas bertujuan untuk meningkatkan kualitas individu
yang mengalami gangguan secara optimal dalam bidang mental, fisik,
kognitif dan sosial.
Pelayanan khusus selama fase sub-akut meliputi :

- Perawatan
- Terapi fisik
- Terapi kerja
- Menjaga pernafasan dan obat-obatan
- Istirahat dan rekreasi
- Psikologi
- Latihan mengendarai mobil
- Pelayanan nutrisi
- Latihan wicara
- Pekerja sosial
- Konseling kesehatan seksual

Supaya pasien dapat kembali ke lingkungan komunitasnya dan dapat berperan


sesuai keadaan fisiknya yang baru.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai