Anda di halaman 1dari 46

Fraktur Grand Case

Femur Oleh :

Risma Anjelina 2040312076


Muhammad Iskandar 2040312076

Pembimbing :
dr. Ardian Riza, SpOT, M.Kes
Daftar Isi

Bab 1 Bab 3
Pendahuluan Laporan Kasus

Bab 2 Bab 4
Tinjauan Pustaka Diskusi
01
Pendahulu
an
Latar Belakang
• Tulang memiliki banyak fungsi, namun fungsi tersebut bisa saja hilang
akibat terjatuh, benturan atau kecelakaan.
• Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas di Indonesia baik dari segi
jumlah pemakai jalan, kendaraan, pemakai jasa angkutan dan
bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas
fraktur adalah akibat kecelakaan lalu lintas.
• Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari
5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan dari 45.987
orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629
orang mengalami fraktur pada tulang femur
Batasan
Metode
Masalah
Makalah ini membahas tentang
Penulisan
anatomi femur, definisi, klasifikasi, Metode penulisan makalah
etiologi, patofisiologi, manifestasi ini adalah menggunakan
klinis, diagnosis, penatalaksanaan metode tinjauan pustaka
fraktur femur, beserta laporan kasus. dengan mengacu kepada
beberapa literatur.
Tujuan
Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang anatomi
femur, definisi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, penatalaksanaan fraktur
femur, beserta laporan kasus.
02
Tinjauan
Pustaka
Anatomi Femur
—Definisi Fraktur
Fraktur merupakan diskontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan baik karena
trauma, tekanan, maupun kelainan
patologis.
—Klasifikasi
—Derajat
1.Fraktur
Berdasarkan etiologi:
a) fraktur traumatik Fraktur
b) fraktur patologis Derajat fraktur terbuka
c) fraktur stress (Gustillo & Anderson) :
1.Derajat I
2. Berdasarkan klinis: 2.Derajat II
a) Fraktur terbuka 3.Derajat III
b) Fraktur tertutup • IIIa
• IIIb
3. Berdasarkan garis fraktur : • IIIc

Derajat fraktur tertutup


(Tscherne dan Oestern) :
1. Derajat 0
2. Derajat 1
3. Derajat 2
4. Derajat 3
—Klasifikasi Fraktur Femur berdasarkan letak
patahannya
a) Fraktur collum femur
b) Fraktur trokanterik
c) Fraktur subtrokanterik
d) Fraktur diafisis
e) Fraktur suprakondiler
f) Fraktur kondiler
Mekanisme cedera: (a) spiral (twisting); (b) oblik pendek
(kompresi); (c) pola ‘butterfly’ segitiga (bending);
(d) transversal (tension).
Proses Penyembuhan
Fraktur
1. Fase Hematoma ( 2-8 jam ssd trauma)
2. Fase Resorbsi hematoma (Sp 1 minggu)
- Hematoma diisi oleh sel-sel tulang baru
3. Fase calus ( tulang muda) (ssd 3 minggu)
-Osteoblasts membentuk spongy bone
4. Fase Konsolidasi ( 6-12 minggu)
- Tulang spongiosa menjadi padat
5. Fase Remodelling  (12-24 bulan)
- Spongy bone berobah jadi tulang normal
- Tak tampak lagi garis fraktur
Diagnosis Fraktur Femur
ANAMNESIS
• Keluhan Utama  Tulang (Organ) PEMERIKSAAN FISIK
bengkak, bengkok, pendek sesudah Umum
trauma • Berat : Bisa shock
• Mekanisme trauma (History of accident) • Trauma penyerta lain
 Langsung / Tidak langsung Lokal
• Riwayat Penyakit dahulu & Peny • Look : Deformitas  udema,
keluarga  Untuk menjelaskan penyakit angulasi, shorthening, Luka / Tidak
dasar • Feel : Nyeri tekan, nyeri sumbu,
bagian acral/ distal (CRT), krepitasi,
pengukuran panjang tungkai ( true
length, appearance length)
• Movement : gerakan aktif dan pasif,
Diagnosis Fraktur Femur
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
• Darah, fungsi hati, fungsi ginjal, GDS, PT/APTT

2. Radiologis
• Rontgen foto ( rule of two : two view, two joint two limbs, two
injuries, two time)
• CT Scan  melihat fragmen fracture kecil
• MRI melihat kelainan jaringan lunak
Tatalaksana Fraktur Femur
Tatalaksana umum :
• Primary survey: airway , breathing, circulation, disability, exposure.
• Secondary survey: evaluasi detail dari kepala hingga ke jari kaki
untuk mengidentifikasi cedera lainnya.
• Tatalaksana definitif: tatalaksana khusus dari cedera yang telah
diidentifikasi

Pengelolaan fraktur (4R) :


• Recognizing,
• Reduction
• Retaining
• Rehabilitation
Tatalaksana Fraktur Femur
• Pengobatan yang dapat diberikan pada fraktur batang femur :
• Terapi konservatif
1. Traksi kulit
2. Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut.
3. Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union
fraktur secara klinis.
• Terapi operatif
1. Pemasangan plate dan screw
2. Mempergunakan K-Nail, AO-nail, atau jenis-jenis lain baik dengan

operasi tertutup ataupun terbuka.


3. Fiksasi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur
komunitif.
Komplikasi Fraktur Femur
Komplikasi dini :
• Infeksi
• Cedera vaskular
• Sindroma kompartemen

Komplikasi lanjut
• Delayed union
• Non union
• Malunion,
• Kaku sendi lutut
03
Laporan
Kasus
Identitas Pasien
Nama : Tn. OD
No.RM : 01103834
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Dusun baru pelokan, kec kota mukomuko, prov Bengkulu
Tanggal Masuk : 19 April 2021
Tanggal Pemeriksaan : 17 Mei 2021
Keluhan Utama
Nyeri pada paha kiri sejak 8 jam sebelum masuk
rumah sakit paska kecelakaan lalu lintas.
Primary Survey
A B C
Airway Breathing Circulation
Paten, tidak ada tanda- Spontan, gerakan dada Akral hangat, tekanan darah
tanda trauma servikal simetris kiri dan 110/71 mmHg, nadi
kanan, RR 20x/menit 88x/menit, CRT <2 detik, tidak
tampak perdarahan aktif

D E
Disability Exposure
GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor Luka terbuka di atas alis dan betis Kiri,
2mm/2mm, reflek cahaya +/+ Swelling dan deformitas pada paha kiri
Secondary Survey
Seorang pasien laki laki berusia 24 tahun datang ke IGD RSUP DR M. Djamil
Padang dengan :

Keluhan Utama
Nyeri pada paha kiri sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit paska kecelakaan
lalu lintas.

Riwayat Penyakit Sekarang


 Nyeri pada paha kiri sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit paska kecelakaan
lalu lintas. Awalnya pasien sedang menaiki mobil dan duduk dikursi sebelah
supir. Kemudian mobil yang dinaiki pasien menghindari mobil yang datang dari
arah berlawanan sehingga sehingga supir mobil pasien membanting stir ke arah
kanan dan menabrak bagian belakang truk yang sedang parkir dipinggir jalan.
 Riwayat mual, muntah, pusing, kejang, sesak nafas setelah kejadian (-)
Secondary Survey
 Riwayat keluar cairan darah dari mulut, telinga, hidung setelah kejadian (-)
 Terdapat luka terbuka di atas alis kiri, betis kiri, dan bengkak di paha kiri atas
 BAK dan BAB tidak ada keluhan
 Setelah kejadian pasien langsung dibawa ke RSUD Mukomuko. Setelah itu
pasien dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk penatalaksaan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat patah tulang sebelumnya tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan


Pasien adalah seorang Mahasiswa
Pemeriksaa
n Fisik
Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
: Sakit sedang
: Komposmentis
kooperatif, GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan Darah : 110/71 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Nafas : 19 kali/menit
Suhu : 36,5 ºC
Status Generalisata
• Rambut : Hitam, tidak mudah rontok Thoraks
• Kulit : Turgor kulit baik Paru
• Kepala : Normocephal, luka terbuka • Inspeksi : Simetris, kiri = kanan, jejas (-)
diatas alis kiri • Palpasi : Fremitus kiri = kanan
• Mata : Konjungtiva tidak anemis,
• Perkusi : Sonor kiri dan kanan
sklera tidak ikterik, pupil isokor,
refleks cahaya +/+
• Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-,
• Telinga : Tampak hematom pada wheezing -/-
telinga kiri Jantung
• Hidung : Tidak ada perdarahan, tidak • Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
ditemukan kelainan • Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari LMCS
• Gigi dan mulut : Tidak ditemukan RIC V
kelainan • Perkusi : Batas jantung dalam batas
• Leher : Tidak ada deviasi trakea, normal
tidak ditemukan pembesaran • Auskultasi : Irama regular, murmur (-),
kelenjar getah bening gallop (-)
Status Generalisata (Regio Cruris Sinistra)

Abdomen Look :
• Inspeksi : Distensi (-), jejas (-) • Vulnus Laseratum, tepi rata, panjang 15
• Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri cm, lebar 8 cm, dasar otot
lepas(-)
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
(Regio Cruris Dextra)
Alat kelamin : Tidak diperiksa Look :
Anus : Tidak diperiksa • Vulnus Laseratum, tepi rata, panjang 15
cm, lebar 8 cm, dasar kulit
Status Lokalis
(Regio Femur Sinistra) (Regio Frontalis)
Look : Look :
• Udema (+) • Vulnus Laseratum, tepi tidak beraturan,
• Deformitas (+) panjang 2 cm, lebar 2 cm, dasar
• Diskrepansi (+)
Status Lokalis
Feel : Movement :
• Nyeri tekan (+) • ROM terbatas nyeri
• Pengukuran : • Pergerakan jari- jari kaki (+)
Cruris Cruris
dextra sinistra
True Leg Length 87 cm 85 cm
Apparent Leg Length 92 cm 90 cm

• NVD (sensorik baik, refilling kapiler <


2 detik). Sensibilitas baik, pulsasi
arteri tibialis posterior dan arteri
Diagnosis Kerja
dorsalis pedis teraba, akral hangat. Fraktur femur 1/3 proximal sinistra
tertutup
Foto Klinis Pasien
Hb 13,8 gr/dl

Pemeriksaan Leukosit
Trombosit
14,79 /mm3
246.000 /mm3

Penunjang Ht 39 %
Eritrosit 4,68 jt
Hitung jenis 0/0/-/82/5/13
GDS 140 mg/dl
Ureum darah 34 mg/dl
Kreatinin 0,8 mg/dl
darah
PT 10,9detik
APTT 24,0 detik
Natrium 136mEq/l
Kalium 4,4 mEq/l
Klorida 107 mEq/l
Kesan Leukositosis dengan neutrofilia
Kesan : Cor dan pulmo dalam batas normal

Pemeriksaan
Kesan : Tampak diskontinuitas tulang
pada 1/3 Proximal femur sinistra, garis
fraktur transversal, displaced, komplit.

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Diagnosis Tatalaksana
Awal
• Fraktur femur 1/3 proximal •Debridement
sinistra tertutup
• Vulnus Laceratum cruris sinistra •Injeksi ATS
dan dextra •Hecting primer
• Vulnus Laceratum regio frontalis •Skeletal Traksi
sinistra

Lanjutan
• IVFD NaCl 20 tpm
Prognosis • Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram
• Quo ad vitam : dubia ad bonam • Inj. Ketorolac 3x30 mg iv
• Quo ad sanam : dubia ad bonam • Inj. Ranitidin 2 x 50 mg iv
• Quo ad functionam : dubia ad • Pasang skeletal traksi 10 kg
bonam • Rencana Terapi: ORIF
04
Diskusi
Anamnesis
• Pasien laki-laki 24 tahun  nyeri pada paha kiri sejak 8
jam sebelum masuk rumah sakit paska KLL
• Awalnya pasien sedang menaiki mobil dan duduk dikursi
sebelah supir. Kemudian mobil yang dinaiki pasien
menghindari mobil yang datang dari arah berlawanan
sehingga sehingga supir mobil pasien membanting stir ke
arah kanan dan menabrak bagian belakang truk yang
sedang parkir dipinggir jalan.
• Riwayat mual, muntah, pusing, kejang, sesak nafas setelah
kejadian (-).
• Riwayat keluar cairan darah dari mulut, telinga, hidung
setelah kejadian (-).
• Terdapat luka terbuka di atas alis kiri, betis kiri, dan
bengkak di paha kiri atas
Pemeriksaan Fisik
• Pasien GCS 15  (E4 )(M6)(V5)

Status lokalis
• Regio femur sinistra,
Inspeksi  edema (+), deformitas (+), diskrepansi (+).
• Palpasi  adanya nyeri tekan, sensibilitas baik, AVN
bagian distal fraktur baik, CRT < 2 detik dan pada
movement didapatkan pergerakan terbatas pada kaki
yang sakit, pergerakan jari-jari kaki (+), ROM sulit dinilai.
Pemeriksaan Fisik
• Pasien mengalami trauma langsung di paha kiri  fraktur
pada paha kiri  high energy trauma (trauma karena
energi yang tinggi)
• Pada pasien ini didapatkan etiologi fraktur femur adalah
akibat kecelakaan lalu lintas. Tungkai atas atau regio
femoris dibentuk oleh suatu tulang terpanjang dan
terkuat pada tubuh yaitu tulang femur. Femur adalah
salah satu tulang ekstremitas bawah yang mudah untuk
terjadi fraktur akibat kecelakaan lalu lintas.
Pemeriksaan Fisik
• Edema  peningkatan permeabilitas dinding kapiler
bertambah, akibatnya protein plasma keluar dari kapiler
 tekanan osmotik koloid darah menurun dan sebaliknya
tekanan osmotik cairan interstisial bertambah hal ini
menyebabkan makin banyak cairan yang meninggalkan
kapiler dan menimbulkan edema.
• Nyeri  kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang
meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan
pergerakan bagian fraktur.
• Pada pasien ditemukan edema, deformitas, dan tidak
terdapat luka yang menghubungkan tulang fraktur
dengan udara luar atau permukaan kulit  fraktur
tertutup.
Pemeriksaan Penunjang
• Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil
leukositosis dengan neutrofilia.
• Terjadinya peningkatan leukosit akibat adanya kerusakan
jaringan sekitar fraktur sehingga merangsang proses
inflamasi dan meningkatkan migrasi leukosit ke daerah
terjadinya jejas.
• Hal ini juga akan meningkatkan produksi leukosit sebagai
respon adanya kerusakan jaringan dan melawan
mikororganisme patogen agar tidak terjadi infeksi.
Pemeriksaan Penunjang
• Dalam menegakkan diagnosis, pada pasien juga
diperlukan pemeriksaan rontgen.
• Prinsip pemeriksaan rontgen adalah rule of two, 2 posisi
yakni AP dan lateral, 2 sendi, 2 tungkai, 2 kesempatan.
• Dari rontgen femur didapatkan gambaran diskontinuitas
tulang pada 1/3 proximal femur sinistra, garis fraktur
transversal, displaced, komplit.
Diagnosis
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, pasien dapat didiagnosis
dengan fraktur 1/3 proximal femur sinistra tertutup ,
vulnus laseratum regio frontalis, cruris dextra dan cruris
sinistra
• Berdasarakan derajat fraktur tertutup menurut Tscherne
dan Oestern jika dinilai berdasarkan keadaan jaringan
lunak sekitar trauma, maka farktur yang dialami pasien
berada pada derajat 2, yaitu fraktur yang lebih berat
dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan adanya
pembengkakan.
Diagnosis
• Berdasarkan Winquist and Hansen Classification fraktur
yang dialamai pasien diklasifikasikan kedalam tipe 4
karena sudah tidak ada hubugan (kontak) bagian
proksimal dan distal pada os.Femur.
Tatalaksana
• Prinsip tatalaksana pada trauma adalah live saving dan
limb saving. Live saving merupakan prioritas utama
dimana kita melakukan primary survey berupa A, B, C, D, E
• Prinsip penanganan fraktur disebut dengan 4R, terdiri
atas Recognizing, Reduction, Retaining, Rehabilitation
• Tatalaksana yang diberikan berupa infus NaCL 0,9%
sebagai terapi cairan pada pasien. Selanjutnya pasien juga
diberikan anti nyeri yaitu ketorolac intravena
Tatalaksana
• Pemberian ketorolac ini dapat menyebabkan iritasi pada
lambung, ulserasi, dan perdarahan akibat efek samping
obat. Oleh karena itu, diberikanlah ranitidin
• Pasien juga diberikan ceftriaxone 2x1 gram sebagai
antibiotik
• Pada pasien dilakukan pemasangan skeletal traksi dengan
beban 10 kg sebelum dilakukan tindakan pembedahan
• Pasien dilakukan tindakan pembedahan ORIF
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai