Anda di halaman 1dari 11

PROSEDUR OPERASIONAL MADDOX ROD

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

RSMH UK.01.09/II/8860/2016 1 1/1


Tanggal Terbit Ditetapkan di Palembang
Direktur Utama,
Standar Prosedur
Operasional
dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH
NIP 196207231990011001

PENGERTIAN Maddox Rod alat untuk mengukur deviasi pada strabismus

TUJUAN Untuk mengukur besarnya deviasi pada deviasi yang kecil

1. Keputusan Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang No.


KEBIJAKAN OT.01.01.063 tahun 2007 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur
Operasional.

 Persiapan Alat :
1. Kamar yang gelap
PROSEDUR 2. Trial frame
3. Filter Maddox dipasang pada satu mata
4. Maddox wing
- Tehnik Pemeriksaan :
1. Pasien menggunakan kacamata koreksi terbaik
2. Filter Maddox rod dipasang pada satu mata
3. Dengan kedua mata terbuka, pasien berfiksasi pada lampu
4. Bila garis pada Maddox vertikal, maka garis cahaya akan terlihat
horizontal. Begitupun sebaliknya.
5. Pasien diminta menerangkan letak garis dibandingkan dengan letak
lampu

UNIT KERJA 1. Departemen Mata


PROSEDUR TINDAKAN RESES DAN RESEK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

RSMH UK.01.09/II/8861/2016 1 1/2


Tanggal Terbit Ditetapkan di Palembang
Direktur Utama,
Standar Prosedur
Operasional
dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH
NIP 196207231990011001

PENGERTIAN Pelemahan dan atau penguatan otot – otot luar bola mata

Meluruskan kedudukan kedua bola mata dengan melemahkandan atau


TUJUAN menguatkan otot – otot luar bola mata pada keadaan mata yang juling/
berdeviasi
1. Keputusan Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang No.
KEBIJAKAN OT.01.01.063 tahun 2007 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur
Operasional.

1. (Reses otot Rektus Medial dan Resek Otot Rektus Lateral)


1. Persiapan Pasien :
PROSEDUR a. Inform consent
b. Menandatangani Surat Ijin Operasi
2. Tindakan Anestesi Umum
3. Aseptik dan antiseptik pada mata yang akan dilakukan tindakan
reses - resek dengan povidon iodine 10%, lapangan operasi
dipersempit dengan doek steril bolong
4. Fiksasi palpebra superior and inferior dengan benang silk 4.0
5. Dilakukan fiksasi bola mata dengan menarik konjungtiva superior
dan inferior ke arah nasal dengan menggunakan benang assucryl
6.0 untuk memperluas lapang pandang medial
6. Peritomi konjungtiva pada daerah nasal sekitar 5 mm dari limbus,
kemudian dilakukan eksplorasi dan identifikasi otot rektus medial
7. Fiksasi pada otot rektus medial dilakukan penjahitan dengan
teknik joko sarwono dengan benang vicryl 6.0 dua jarum
kemudian dilakukan pelepasan insersi otot tersebut
8. Dilakukan tindakan resesi otot rektus lateral dengan teknik
adjustable hang-backsuture dengan mengulur benang 6 mm ke
belakang insersi menggunakan kaliper, kemudian simpul benang
dijahitkan pada setengah ketebalan sklera di insersi awal
9. Dilakukan penjahitan pada konjungtiva untuk menutup peritomi
yang sudah dilakukan dan menutup otot yang sudah diresesi
menggunakan vicryl 8.0
10. Peritomi konjungtiva daerah temporal sekitar 5 mm dari limbus
untuk mengeksplorasi dan identifikasi otot rektus lateral
PROSEDUR TINDAKAN RESES DAN RESEK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSMH UK.01.09/II/8861/2016 1 2/2
PROSEDUR 11. Dilakukan tindakan reseksi otot rektus lateral dengan terlebih
dahulu menjahit otot secara joko sarwono 8 mm di belakang
insersi lalu dilakukan pelepasan insersi otot. Otot yang telah
dijahit, kemudian dijahitkan horizontal ke insersi awal. Dilakukan
pemotongan otot di depan insersi baru.
12. Penjahitan konjungtiva untuk menutup peritomi dan otot yang
sudah direseksi menggunakan vicryl 8.0
13. Benang fiksasi pada konjungtiva dilepaskan dan benang fiksasi
palpebra dilepaskan
14. Diberikan salep mata kloramfenikol dan mata ditutup dengan
kassa steril

UNIT KERJA 1. Departemen Mata


PROSEDUR OPERASIONAL SYNOPTHTOPHORE

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSMH UK.01.09/II/8862/2016 1 1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan di Palembang
Direktur Utama,
Standar Prosedur
Operasional
dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH
NIP 196207231990011001

PENGERTIAN Alat untuk menilai derajat kemampuan penglihatan binokular

Untuk memeriksa kedudukan bola mata dan melihat derajat kemampuan


TUJUAN
penglihatan binokular
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Kosumen
4. SK Menkes No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
5. PERMENKES RI No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
6. PERMENKES RI No. 1691/Menkes/PER VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
7. Keputusan Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang No.
OT.01.01.063 tahun 2007 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur
Operasional.

- Tehnik Pemeriksaan :
1. Alat dalam posisi standby
PROSEDUR 2. Diatur jarak pupil
3. Pada ujung tabung diletakkan sepasang target slide
4. Kedua tabung digerakkan sehingga kedua target target terletak
dalam keadaan yang sesuai
5. Dibaca kedudukan tabung
- Nilai :
1. Pada Ortoforia sudut proyeksi Nol
2. Pada heteroforia :
a. Bila sudut pemeriksaan objektif = pemeriksaan subjektif berarti
korespondensi retina normal
b. Bila sudut pemeriksaan objektif tidak sama dengan sudut
subjektif berarti korespondensi retina abnormal

UNIT KERJA 1. Departemen Mata


PROSEDUR OPERASIONAL UJI FORCED DUCTION

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

RSMH UK.01.09/II/8863/2016 1 1/2


Tanggal Terbit Ditetapkan di Palembang
Direktur Utama,
Standar Prosedur
Operasional
dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH
NIP 196207231990011001
Suatu tehnik pemeriksaan dalam strabismus inkomitan untuk menilai ada
PENGERTIAN
tidaknya tahanan pada gerakan bola mata

Untuk mengetahui apakah juling disebabkan karena otot lumpuh atau


TUJUAN
ada jaringan yang menghambat gerakan otot
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Kosumen
4. SK Menkes No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
5. PERMENKES RI No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
6. PERMENKES RI No. 1691/Menkes/PER VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
7. Keputusan Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang No.
OT.01.01.063 tahun 2007 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur
Operasional.

- Persiapan Pasien : Inform consent


- Persiapan Alat :
PROSEDUR 1. Pinset konjungtiva
2. Anestesi topical tetes mata : Lidocaine
- Tehnik Pemeriksaan :
1. Pasien dalam posisi berbaring
2. Mata yang akan diperiksa diteteskan anestesi topical
3. Pinset bergigi dipakai untuk memegang tenon dan konjungtiva
dekat pada insersi otot yang akan diperiksa
4. Pasien diminta melihat kea rah berlawanan dengan letak otot yang
akan diperiksa, misalnya dipegang dekat insersi rektus inferior
maka mata melihat ke atas
5. Waktu pasien melihat ke atas, pinset pemeriksa membantu
pergerakan mata ke atas
6. Lakukan gerakanyang sama untuk otot lainnya
1.
PROSEDUR OPERASIONAL UJI FORCED DUCTION

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

RSMH UK.01.09/II/8863/2016 1 2/2


PROSEDUR - Nilai :
1. Bila tidak terdapat tahanan pada gerakan dengan bantuan
pinset, berarti otot yang berlawanan mengalami paresis
2. Bila terdapat tahanan pada gerakan brati otot yang dipegang
kaku dan tertahan oleh sesuatu (jaringan fibrosis atau lainnya)

UNIT KERJA 1. Departemen Mata


PROSEDUR OPERASIONAL UJI METODE KRIMSKY

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSMH UK.01.09/II/8864/2016 1 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan di Palembang
Direktur Utama,
Standar Prosedur
Operasional
dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH
NIP 196207231990011001
suatu tehnik pemeriksaan dalam strabismus , dengan melihat reflex sinar
PENGERTIAN
pada kornea mata yang juling

TUJUAN untuk mengukur besarnya derajat deviasi pada mata

1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


KEBIJAKAN 2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Kosumen
4. SK Menkes No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
5. PERMENKES RI No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
6. PERMENKES RI No. 1691/Menkes/PER VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
7. Keputusan Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang No.
OT.01.01.063 tahun 2007 tentang Pemberlakuan Standar
Prosedur Operasional.

Prosedur :
- Persiapan Alat :
PROSEDUR 1. Susunan prisma
2. Senter (penlight)

- Tehnik Pemeriksaan :
1. Senter setinggi mata disinarkan pada mata penderita dengan
jarak 30 cm
2. Pada mata yang berdeviasi :
a. Eso : gunakan base out ( dasar prisma ke arah luar)
b. Ekso : gunakan base in ( dasar prisma ke arah dalam)
3. Pasien diminta fiksasi dengan mata dominan
4. Prisma diubah- ubah kekuatannya sampai letak sinar pada
mata yang berdeviasi (dengan prisma) dan mata fiksasi sama
yaitu di sentral
PROSEDUR OPERASIONAL UJI METODE KRIMSKY

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

RSMH UK.01.09/II/8864/2016 1 2/2


PROSEDUR - Nilai :
1. Derajat deviasi dapat diukur berdasarkan kekuatan prisma
yang dipakai sehingga letak kedua sinar pada kornea sama
(sentral)

UNIT KERJA 1. Departemen Mata


PROSEDUR OPERASIONAL WORTH FOUR DOT TEST

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

RSMH UK.01.09/II/8865/2016 1 1/2


Tanggal Terbit Ditetapkan di Palembang
Direktur Utama,
Standar Prosedur
Operasional
dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH
NIP 196207231990011001

PENGERTIAN Alat untuk menilai adanya supresi, diplopia dan fusi

Untuk mengetahui adanya supresi pada salah satu mata dan diplopia
TUJUAN
binokular
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
KEBIJAKAN 2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Kosumen
4. SK Menkes No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
5. PERMENKES RI No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
6. PERMENKES RI No. 1691/Menkes/PER VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
7. Keputusan Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang No.
OT.01.01.063 tahun 2007 tentang Pemberlakuan Standar Prosedur
Operasional.
- Persiapan Alat :
1. Trial frame
PROSEDUR 2. Filter berwarna merah dan hijau
3. Kotak Hitam dengan 4 gambar bangun datar ( 2 persegi dan2 bulat)

- Tehnik Pemeriksaan :
1. Pasien menggunakan kacamata koreksi terbaik
2. Filter merah dipasang pada mata kanan dan filter hijau dipasang
pada mata kiri
3. Pasien diperiksa pada jarak 6 meter atau 30 cm
4. Pasien diminta menerangkan apa yang dilihat dengan kedua mata
sewaktu melihat kotak hitam
- Nilai :
Bila yang terlihat :
1. 4 sinar berarti ada fusi
2. Bila 2 lampu merah atau 3 lampu hijau berarti ada supresi salah
satu mata
PROSEDUR OPERASIONAL WORTH FOUR DOT TEST

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSMH UK.01.09/II/8865/2016 1 2/2
PROSEDUR 3. Bila tampak sumber cahaya putih bergantian hijau atau merah berarti
adanya supresi berganti
4. Bila tampak 5 sinar atau lebih berarti diplopia

UNIT KERJA 1. Departemen Mata


STRABISMUS

Anda mungkin juga menyukai