Oleh
NIM 1730912310123
Pembimbing
BANJARMASIN
April, 2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidak
seimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.
Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat
pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai
dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat
pada bintik kuning, akan tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan
malahan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam
melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia bersifat
progresif pada masa anak anak dan cenderung stabil ketika mereka mencapai usia
20 tahun atau akhir remaja. Data WHO memperkirakan bahwa 246 juta orang di
membaca dekat disertai penerangan yang kurang menjadi faktor utama terjadinya
miopia. Faktor gaya hidup mendukung tingginya akses anak terhadap media visual
yang ada.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi miopi
Miopi adalah keadaan refraksi mata di mana dalam keadaan mata istirahat
(tanpa akomodasi), seberkas cahaya sejajar yang berasal dari objek yang terletak
jauh tak terhingga akan difokuskan pada satu titik fokus di depan retina.3
B. Klasifikasi
Pada keadaan miopi, bayangan benda jatuh pada titik fokus di depan retina.
Hal ini dapat disebabkan oleh bentuk bola mata mengalami pemanjangan maupun
kekuatan refraksi yang terlalu besar. Miopia memiliki beberapa bentuk seperti:3
1. Miopia aksial.
anteroposterior lebih dari rata rata dengan kelengkungan kornea dan lensa yang
2. Miopia refraktif.
Miopi ini disebabkan karena kekuatan refraksi mata yang terlalu besar. Hal ini
dapat terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung
menjadi:1
2
3. Miopi berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri
miopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada normal,
2. Miopia progresif, miopia bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
C. Epidemiologi
Miopia bersifat progresif pada masa anak-anak dan cenderung stabil ketika
kasus miopia pada anak anak usia 5-7 tahun, 8% pada anak anak usia 8-10 tahun,
14% pada anak anak usia 11-12 tahun, dan 25% pada kelompok usia 12-17 tahun.
Di Taiwan, prevalensi miopia adalah 12% pada anak usia 6 tahun, dan 84% pada
kelompok penduduk usia 16-18 tahun. Angka prevalensi yang hampir sama
berdasarkan pada kelompok usia dewasa dilaporkan sebesar 18,7 pada anak usia
3
D. Etiologi
2. Secara fisiologik sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga
3. Titik fokus sinar yang datang dari benda yang jauh terletak di depan retina
4. Titik jauh (punctum remotum) terletak lebih dekat atau sinar datang tidak
sejajar
E. Manifestasi klinis
1. Kesulitan melihat objek jauh, seperti saat melihat ke layar televisi atau papan
tulis di sekolah; dan biasanya penyandang miopia akan mampu melihat lebih
jelas ketika objek didekatkan, atau ketika melihat objek objek dekat.
2. Kadang terlihat bakat untuk menjadi juling bila melihat jauh dan mengecilkan
kelopak mata untuk mendapatkan efek pinhole agar dapat melihat jelas.
3. Lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi)
4. Pada segmen anterior mata ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
F. Diagnosis
4
koreksi lensa negatif. Pemeriksaan refraksi subjektif adalah pemeriksaan refraksi
menggunakan optotip Snellen, dan dilakukan pada pasien pasien yang kooperatif
miopia pada anak anak atau pasien yang kurang kooperatif dapat dilakukan
pemeriksaan refraksi objektif yaitu streak retinoscopy. Panjang bola mata pada
miopia tinggi tipe aksial dapat dikonfirmasi dengan biometri yang bekerja
G. Tata laksana
miopia dapat dilakukan dengan memberikan koreksi kacamata, lensa kontak atau
Meskipun banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak, kacamata masih
khusus. Bingkai kacamata haruslah cocok dengan ukuran mata. Bingkainya juga
harus memiliki ukuran lensa yang kecil untuk mengakomodasi resep kacamata yang
tinggi. pengguanaan indeks material lensa yang tinggi akan mengurangi ketebalan
lensa. Semakin tinggi indeks lensa, semakin tipis lensa. Pelapis antisilau pada lensa
5
akan meningkatkan pengiriman cahaya melalui material lensa dengan indeks yang
menurunkan progresifitas miopia 0.2 dioptri lebih kecil dibandingkan orang dengan
demikian, koreksi kaca mata kadang hanya diperlukan pada kegiatan tertentu,
seperti pada saat menonton film bioskop atau saat mengemudikan kendaraan. Untuk
miopia sedang dan berat, koreksi kaca mata mungkin dibutuhkan sepanjang waktu.4
Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa
kontak. Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai
yang sekarang telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri. Lensa kontak ada dua macam
yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak keras (hard lens).
6
Terapi Orthokeratologi merupakan salah satu terapi untuk mengurangi
lebih mendatar sehingga menyebabkan kornea menjadi lebih pipih dan mengurangi
kekuatan refraksi dari mata. Lensa kontak ini digunakan selama minimal 7 jam
perhari dan penggunaannya dapat dilakukan saat malam hari selama tidur. Lensa
kontak ini mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang baik, bisa
dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi
lama, serta memberikan rasa yang kurang nyaman. Efek dari penggunaan lensa
kontak ini juga bersifat sementara sehingga perlu penggunaan setiap malam.8,9
komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan
yang mampu dilewati gas O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient),
semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa mengalirkan oksigen, sehingga semakin
baik bahan tersebut. Penggunaan lensa kontak juga dapat meningkatkan potensi
keratitis yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan keratitis
antara lain Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa. Oleh karena itu,
memberikan efek sikloplegi dan midriasis. Atropin melumpuhkan otot siliar dan
7
pupil, dan menurunkn progresifitas miopi. Selain itu atropin juga memiliki efek
pada mata dengan miopia. Menurut Walline, pemberian atropin (0,01%, 0,1%, dan
1,0%) tetes mata pada anak setiap malam efektif dalam menurunkan progresifitas
mencapai rata rata -0,23 D/tahun dibandingkan tanpa terapi dengan progresifitas
penglihatan jarak dekat kabur. Efek samping ini semakin kuat saat diberikan atropin
progresifitas miopia lebih tinggi pada konsentrasi atropin yang lebih tinggi. Atropin
dapat diberikan mulai dari usia 6 tahun dengan progresifitas miopia mencapa >-0,5
dimulai dengan konsentrasi 0,01% satu tetes tiap malam pada kedua mata dengan
samping yang lebih ringan. Pada orang dengan progresifitas miopia >-1,00 D/tahun
dapat diberikan atropin dengan konsentrasi 0,1%. Atropin akan memberikan efek
telah mencapai <-0,25 D. Tappering off perlu dilakukan pada pemberian atropin
8
4. Radial Keratotomi
Radial keratotomi adalah salah satu terapi bedah refraktif untuk mengoreksi
kelainan rekfraksi pada mata dengan miopia. Pada radial keratotomi kornea diinsisi
secara radial untuk memisahkan fibril kolagen pada stroma pada daerah tepi kornea
dan menyisakan zona optik pada kornea sentral minimal 3 mm. Prosedur ini akan
meninggalkan bekas luka berupa celah pada tepi zona optik kornea. Pada daerah
adalah pada tepi kornea yang diinsisi akan menjadi lebih tebal. Hal ini
menyebabkan zona optik kornea bagian sentral memiliki ketinggian yang hampir
sama dengan tepinya, mengurangi kekuatan refraksi dari kornea dan mengurangi
miopia.13
bulan setelah operasi. Fluktuasi penglihatan dapat terjadi setelah operasi. Hal ini
disebabkan karena edema hipoksik pada daerah insisi saat kelopak mata tertutup
saat tidur. Hal ini menyebabkan terjadinya penebalan kembali pada tepi kornea
(daerah insisi) dan menyebabkan kornea menjadi lebih datar pada pagi hari. Kornea
kekuatan refraksi akan kembali menjadi seperti saat sebelum terjadinya edem
hipoksik saat malam hari. Perubahan kekuatan refraksi dapat mencapai -0,31 D.
Visus dapat mencapai 20/40 hingga 20/20 pada pasien dengan miopia -2,00 D
hingga -8,75 D sepuluh tahun setelah operasi. Pada beberapa kasus, hiperopik 1,00
9
Komplikasi dari radial keratotomi adalah penurunan visus 2 atau lebih baris
pada optotip Snellen. Hal ini karena terjadinya astigmatisme yang muncul karena
penutupan celah insisi berlebih dan insisi yang menyisakan zona optik kurang dari
3 mm. Pasien juga dapat mengeluhkan melihat halo, dan silau saat melihat sumber
cahaya. Efek ini muncul karena pupil yang terbuka melebihi zona optik post operasi
sehingga cahaya yang dibiaskan pada daerah insisi masuk dan menimbulkan efek.
of Radiation. Sinar laser memiliki panjang gelombang tunggal dan cenderung tidak
ikatan molekular. Polimer biologis akan terdegradasi menjadi molekul yang lebih
kecil. Dalam terapi miopia, laser dimanfaatkan untuk mengablasi kornea sehingga
10
a. LASIK
Keratomileusis berasal dari bahasa Yunani yang berarti kornea (kerato) dan
flap hingga stroma kornea anterior dan memanfaatkan laser untuk dilakukan
fotoablasi stroma kornea. LASIK sering dilakukan karena lebih aman, proses
kekuatan refraksi kornea dan ketebalannya, dan ketebalan flap yang dapat dibentuk.
kornea optimal untuk dilakukan bedah refraktif adalah 550um. Apabila ketebalan
kornea kurang dari 480um maka tidak direkomendasikan untuk dilakukan LASIK.
Hal ini berkaitan dengan sisa stroma kornea setelah dilakukan ablasi minimal
250um. Ketebalan flap dapat berkisar 140um dan kedalaman ablasi pada kornea
berkisar 50um. Oleh karena itu, ketebalan kornea minimal 480um untuk
cairan dan darah pada stroma harus dihindari untuk mencegah terjadinya ablasi
ireguler. Setelah dilakukan ablasi, flap kembali diturunkan dan ditaruh diatas
stroma kornea. Apabila flap tidak dapat bertahan pada posisinya, perban lensa
kontak dapat digunakan. Tetes mata antibiotik dan kortikosteroid dapat digunakan
11
setelah operasi selama 3-7 hari. Kacamata pelindung digunakan pada pasien untuk
menghindari trauma pada mata dan menyebabkan flap terlepas dari posisinya.13
superfisial dilakukan pada pasien dengan ketebalan kornea rata rata dibawah 480um
Berbeda dengan LASIK, LASEK, dan Epi-LASIK, PRK tidak membentuk flap
kornea dalam prosesnya. PRK mengablasi permukaan kornea superfisial. PRK akan
12
memberikan efek tidak nyaman dalam beberapa hari hingga epitel mengalami
penyembuhan dan biasanya terjadi corneal haze (warna keputihan pada subepitel
Keratectomy. Pada prosedur LASEK, laser melakukan fotoablasi pada epitel kornea
dengan membentuk flap epitel terlebih dahulu. Dengan adanya flap ini, pengikisan
epitel kornea menjadi lebih terkontrol dengan kedalaman tertentu dan diameter
tertentu. Alkohol digunakan untuk melonggarkan epitel dan mengangkat flap epitel.
terdapat dalam proses pembentukan flap epitel dimana alkohol tidak digunakan
terjadinya corneal haze. Untuk mengatasi komplikasi tersebut, tampon yang telah
direndam dalam mitomycin C (0,02% atau 0,2 mg/mL) dapat ditaruh pada daerah
yang diablasi selama 12 detik hingga 2 menit setelah paparan laser. Setelah
(4-7 hari). Pemberian antibiotik topikal dan kortikosteroid perlu diberikan. Setelah
operasi, pasien dengan miopia -6,00 D atau kurang 56%-86% pasien akan
13
BAB III
PENUTUP
Miopi adalah keadaan refraksi mata di mana dalam keadaan mata istirahat
(tanpa akomodasi), seberkas cahaya sejajar yang berasal dari objek yang terletak
jauh tak terhingga akan difokuskan pada satu titik fokus di depan retina.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, 2018.
4. Walline JJ. Myopia control: a review. Eye & Contact Lens. 2016; 42: 3-8.
9. Nichols JJ, Marsich MM, Nguyen M, Barr JT, Bullimore MA. Overnight
orthokeratology. Optometry and Vision Science. 2015; 77: 252-9.
10. Clark TY, Clark RA. Atropine 0,01% eyedrops significantly reduce the
progresion of childhood myopia. Journal of Ocular Pharmacology and
Therapeutics. 2015; 00: 1-5.
11. Chia A, Lu QS, Tan D. Five yar clinical trial on atropine for the treatment of
myopia 2. American Academy of Ophtalmology. 2015; 1-9.
12. Shih KC, Yan TC, Ng ALK, Lai JSM, Li WW, Cheng AC, et al. use of atropine
for prevention of childhood myopia progression in clinical practice. Eye &
Contact Lens. 2016; 42: 16-23.
13. Hamill MB, Ambrosio R, Berdy GJ, et al. Refractive Surgery. American
Academy of Ophtalmology. 2018.
15
14. Kuryan J, Cheema A, Chuck RS. Laser assisted subepithelial keratectomy
(LASEK) versus laser assisted in situ keratomileusis (LASIK) for correcting
myopia. Cochrane Library. 2018; 2: 1-41.
16