retina2,5,7,11,12,20
PVR bisa juga terjadi setelah pneumatik retinopeksi, krioterapi, laser retinopeksi
vitrektomi, operasi pada mata yang sedang infeksi, bersamaan dengan Proliferative
pertumbuhan dan kontraksi dari membran seluler di dalam rongga vitreous dan kedua
Pada PVR, sel Retinal Pigmen Epitelium ( RPE ), sel glia dan sel-sel lainnya
masuk dan berkembang pada kedua permukaan retina (inner dan outer) dan pada
akan terjadi lipatan retina (deformitas pada permukaan retina), traksi, ablasio dan
penyusutan retina secara keseluruhan akibatnya terjadi robekan baru dan retina lepas
kembali2,5,13.
Insiden kira-kira 5 10 % dari seluruh kasus ablasio retina, tidak ada predileksi
paling banyak dilakukan adalah vitrektomi pars plana. ( ). Angka kesembuhan berkisar
antara 50-90 %.
1
PROLIFERATIVE VITREO RETINOPATHY
Definisi
PVR adalah pertumbuhan dan kontraksi dari membran seluler didalam rongga
vitreus dan pada kedua permukaan retina, setelah terjadinya ablasio retina regmatogeno-
Nosa12.
Retina adalah lapisan dengan struktur yang transparan yang berkembang dari
lapisan dalam dan luar dari optic cup . Retina tersusun berlapis yang dari luar dimulai
dari RPE dan lamina basalis, paling akhir adalah membran limitan interna. Sebagian
fungsi RPE adalah memelihara barier darah retina dan transpor aktif material dari dan
keluar retina.Salah satu strukrur neurosensorik retina adalah sel glia, yang berfungsi
Korpus vitreum mengisi 4/5 bagian bola mata dengan struktu gel yang transparan
yang terdiri dari 99 % air, mukopolisakarida dan hyaluronic acid. Ultra struktur terdiri
atas fibril kolagen yang halus yang fungsinya belumdiketahui persis. Vitreous base adalah
daerah 2.0 mm anterior ora serrata sampai kira-kira 4.0 mm posterior ora serrata.
Kekentalan vitreous bisa berkurang seiring bertambah umur dan sering menyebar dari
2
Patofisiologi PVR
dan perpendikular. Pada awalnya terdapat proliferasi RPE dan sel glia dalam vitreous,
kemudian terbenruk kolagen dari sel-sel ini yang merupakan awal dari pemendekan dan
lipatan retina yang sirkumferensial sejajar pertengahan bola mata. Kemudian secara
progresif terjadi kontraksi 360 derajat didalam vitreous yang menyebabkan traksi secara
vitreous8.
3
Jalur terjadinya PVR
PVR diawali oleh adanya ablasio retina regmatogenosa, jalur sebelah kanan yang
dicetak tebal merupakan lebih dari 90 % keadaan post operasi ablasio retina, menem-
pelnya retina kembali dan pengembalian pada keadaan post mitosis. Sebagian besar
proliferasi sel RPE dan sel glia terjadi pada area makula, yang perperanan besar pada
pemulihan penglihatan. Jalur tengah kurang dari 10 % untuk terjadinya PVR. Sering pada
awalnya retina menempel kembali, namun akibat proliferasi dan migrasi terus berlanjut
maka terbentuklah membran di vitreous dan epiretinal, hal ini juga bisa hilang sendiri dan
kembali tenang atau bisa berkembang terjadi robekan retina kembali sehingga terjadi
ablasio retina traksi regmatogenosa merupakan keadaan awal yang harus diwaspadai oleh
seorang ahli bedah mata terhadap akan timbulnya PVR. Operasi vitreous dianjurkan
untuk melepaskan traksi dan menempelkan retina kembali, namun dapat menyebabkan
rusaknya blood retinal barrier ( BRB ) dan proses inflamasi akan meningkatkan
4
proliferasi dan ablasio kembali. Sekali terbentuk membran epiretinal merupakan
perlindungan sendiri dengan adanya autocrin loops. Jalur sisi sebelah kiri
berulang, operasi, penempelan retina kembali, proliferasi lagi, kemudian operasi lagi dan
seterusnya. Biasanya siklus dapat beralih kekeadaan tenang (panah sebelah bawah), tapi
penyembuhan visus biasanya jelek, akibat parut pada sebagian RPE dan sel glia di
makula. Obat-abatan bisa membantu dan menguntungkan dalam siklus tersebut dan
mengurangi perubahan akibat proses proliferasi pada makula. PDGF = platelet derived
growth factor ; VEGF = vascular endothelial growth factor ; EGF = epidermal growth
Klasifikasi
tan keparahan penyakit. Kontraksi pada bagian anterior dan posterior saat ini diklasifika-
sikan berdasarkan ; fokal dan difus , sub retinal dan sirkumferensial, serta anterior
5
Update PVR Grade Classification
dengan daerah ablasio retinanya, bayangan gelap, terhalangnya pandangan seperti ti-
rai jatuh atau kilatan-kilatan cahaya. Pemeriksaan oftalmoskop indirek dan slit lamp
akan tampak gambaran ablasio retina, star fold, fixed fold, proliferasi sub retina dan
kontraksi vitreous5.
Trauma
6
Uveitis
Endoptalmitis
Retinitis
Diagnosa
pada klasifikasinya. Pemeriksaan penunjang berupa USG mata terutama bila terdapat
kekeruhan kornea, COA, lensa atau adanya membran pada pupil, membran pada pa-
Penatalaksanaan
Pembedahan
1. Bila harapan masih ada untuk segera dapat melindungi fungsi makula dengan
baik
Scleral buckling
Tamponade
7
Membran Peeling
Instrumen Peeling
Tacks
Setelah operasi diawasi TIO, penyempitan COA, keracunan / toksik dan en-
sikloplegik 2-3 kali sehari selama 2-3 minggu dan steroid sub konjungtiva 4 kali
sehari.5
Komplikasi5
Katarak
Uveitis
Glaukoma
Prognosa
Tergantung pada keadaan pasien dan teknik operasi yang digunakan. Angka
kesembuhan 50-90 %, terhadap visus tergantung pada lama dan luasnya ablasio yang
8
DAFTAR PUSTAKA
9
12. Lean , J.S : Proliferative Vitreoretinopathy, in Principles and Practice of
Ophthalmology, Clinical Practice, Albert, D.M, M.D, Jacobiec, F.A, M.D : Vol
2:1110-1119.
13. Mailey, C.O, M.D : Corpus Vitreum in, General Ophthalmology, Vaughan,
D.G,Asbury, T, Riordan, P Eva : Prentice Hall : Appleton & Lange : 1995 :
14 : 9 : 193-196.
14. Mitamora, Y, Takenchi, S, Ohtsuka, K et all, Tenascin C Levels in the
Vitreous of Proliferative Vitreoretinopathy : Departement of Ophthalmology
Medical University, Sapporo : 2003 : Diakses dari : www.karger.com/oph.
15. Pastor, J.C, Rua, E.R, Martin, F : Proliferative Vitreoretinopathy, risk factor
and Pathobiology, in Progresses in Retinal and Eye Research : Vol:21;Issue
1:/2002/127-144.
16. Proliferative Vitreoretinopathy ( PVR ), Classification in : On Line Journal
Ophthalmology, American Journal of Ophthalmology : 1991: 112 : 159-165
Diakses dari : http ;//www.onjoph.com/cgi-bin/modo.p?id.
17. Proliferative Vitreoretinopathy Treatment, Eye Procedure. Diakses dari :
http:// www.dr.levitan.eyemdlink.com/ eye procedure.asp?eyeprosedure.id.
18. Scott,J.D : Proliferative Vitreoretinopethy in Surgery for Retinal Vitreous
Disease : Butterworth- Heinemann, Oxford :1998 : 25 : 243-273.
19. Seal, G.N : Disease of the Retina, in Text book of Ophthalmology : Currents
Books International, Calcutta : 1993 : 23 : 298-303.
20. Sebag, J : Vitreous Pathobiology in Clinical Ophthalmology, Tasman, W,
M.D, Jaeger, E.D, M.D : Lippincott- Raven, Pholadelphia : 1997 : 3 ; 39 :17-
21.
21. Soliman, M.M, Ali, K.G : The Potential Role Of Mitomycin C in the
Management of Proliferative Vitreoretinopathy ; A Pilot Study : Bull
Egypth. Opth, Departement of Ophthalmology, Cairo University : 2000 :93 :
4, Diakses dari : http://www.eyegypt.com/2001/files/ro1b.html.
22. Thompson, J.T : Proliferative Vitreoretinopathy in : Retina, Ryan, S.J, M.D :
Third edition : Vol 3 : 138 : 2287-2314.
10