Anda di halaman 1dari 14

INSPEKSI ORIFISIUM DUKTUS

LAKRIMALIS DAN ANEL TEST

Pembimbing: dr. Cut Putri Samira Sp.M


ANATOMI KELENJAR & DUKTUS LAKRIMALIS

Glandula lakrimal utama


• Bagian orbita
• Bagian palpebra

Glandula lakrimalis aksesori (glandula


Karause dan Wolfring) identik dengam
kelenjar lakrimais utama tetapi tidak
memiliki system saluran. Kelenjar-kelenjar
ini terletak di dalam substantia propia di
konjungtiva palpebra
Fungsi Air Mata

• Menjaga kelembaban kornea dan


konjungtiva
• Membasuh debris dan bahan iritan
• Mencegah infeksi melalui substansi
anti bakterinya (lisozim)
• Memfasilitasi pergerakan palpebra
pada bola mata
Pemeriksaan fisik

• Pada inspeksi akan tampak aliran air mata berlebih, terkadang tampak pula
discharge mukoid atau purulen.
A. Punctal stenosis;
B. Punctal ektropion dan stenosis;
C. Konjungtivokalasis,
D. Obstruksi punctum akibat bulu
mata;
E. Karunkel;
F. Pouting punctum
• Pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa ada tidaknya obstruksi pada
duktus nasolakrimalis adalah dye dissapearence test, fluorescein clearance test
dan John's dye test. Ketiga pemeriksaan ini menggunakan zat warna fluorescein
2% sebagai indikator. Sedangkan untuk memeriksa letak obstruksinya dapat
digunakan anel test.
Dye dissapearence test (DDT)

• Dye dissapearence test (DDT) dilakukan dengan


meneteskan zat warna fluorescein 2%pada
kedua mata, masing-masing 1 tetes.
• Kemudian permukaan kedua mata dilihat
dengan slit lamp.
• Pewarnaan yang tidak hilang dalam 5 menit Dye disappearance test menunjukkan
marginal tear strip dan hiperlakrimasi di
menunjukkan penurunan aliran air mata.
konjungtiva margin
Fluorescence clearance test (FCT)

• Fluorescein clearance test dilakukan untuk melihat fungsi saluran ekskresi


lacrimal. Uji ini dilakukan dengan meneteskan zat warna fluorescein 2% pada
mata yang dicurigai mengalami obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya.
• Pasien diminta berkedip beberapa kali dan pada akhir menit ke-6 pasien diminta
untuk beringus (bersin) dan menyekanya dengan tissue.
• Jika pada tissue didapati zat warna, berarti duktus nasolakrimalis tidak
mengalami obstruksi.
Jones Test I

• Mata pasien yang dicurigai mengalami obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya


ditetesi zat warna fluorescein 2% sebanyak 1-2 tetes.
• Kemudian kapas yang sudah ditetesi pantokain dimasukkan ke meatus nasal
inferior dan ditunggu selama 3 menit.
• Hasil positif, jika kapas yang dikeluarkan berwarna hijau berarti tidak ada
obstruksi pada duktus nasolakrimalisnya
• Hasil negatif (tidak ada pewarnaan pada kapas) menunjukkan adanya obstruksi
secara anatomis ataupun gangguan fungsi sistem lakrimal.
Jones Test II

• Caranya hampir sama dengan JonesTest I, akan tetapi jika pada menit ke-5 tidak
tidak didapatkan kapas dengan bercak berwarna hijau maka dilakukan irigasi
pada sakus lakrimalisnya.
• Hasil positif bila keluar fluoresen melalui hidung tanpa regurgitasi. 
• Hasil negatif, ketika tidak ada cairan pewarna yang keluar dari hidung, yang
menunjukkan obstruksi total sistem nasolakrimal.
ANEL TEST

• Tes Anel untuk menilai fungsi ekskresi air mata melalui


sistem drainase nasolakrimal. 
• Tes ini dilakukan dengan induksi anestesi lokal. Kemudian
pungtum mata diperlebar menggunakan dilatator lalu cairan
garam fisiologis (NaCl) diinjeksikan dengan jarum anel
melalui kanalis lakrimalis hingga ke dalam sakus lakrimal.
• Tes Anel (+), bila terasa asin di tenggorokan. Berarti
salurannya berfungsi baik.
• Tes Anel (-), bila tidak terasa asin, berarti ada kelainan
dalam saluran tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai