Anda di halaman 1dari 28

“SKLERITIS DAN

EPISKLERITIS”
Pembimbing :

dr. Fatin Hamamah, Sp.M


dr. Iqbal Hilmi, Sp.M

Oleh :
Andang Taruna

SMF MATA RSUD JOMBANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
ANATOMI
Sklera merupakan dinding bola mata yang paling
keras dengan jaringan pengikat yang tebal, yang
tersusun oleh serat kolagen, jaringan fibrosa dan
proteoglikan

Plexus koroidalis dibawah sklera dan plexus episkleral


diatasnya

• Foramen sklerasis
• Foramen sklerasis anterior,
posterior atau kanalis
yang berdekatan dengan
sklerasis, merupakan
kornea dan merupakan
pintu keluar nervus
tempat meletaknya kornea
optikus
pada sklera.
sklera terdiri dari banyak pita padat yang sejajar dan berkas-berkas
jaringan fibrosa yang teranyam, yang masing-masing mempunyai
tebal 10-16 µm dan lebar 100-140 µm, yakni episklera, stroma,
lamina fuska dan endotelium. Struktur histologis sklera sangat mirip
dengan struktur kornea.
SKLERITIS
 Definisi
merupakan inflamasi pada sklera yang difus
atau terlokalisir yang ditandai dengan infiltrasi
selular, destruksi kolagen dan remodelling
vascular
ETIOLOGI
Pada banyak kasus, kelainan-kelainan skelritis murni diperantarai oleh proses
imunologi yakni terjadi reaksi tipe IV (hipersensitifitas tipe lambat) dan tipe III
(kompleks imun) dan disertai penyakit sistemik.

Spondilitis ankylosing, Artritis rheumatoid, Poliartritis nodosa,


Polikondritis berulang, Granulomatosis Wegener, Lupus
Penyakit Autoimun
eritematosus sistemik, Pioderma gangrenosum, Kolitis ulserativa,
Nefropati IgA, Artritis psoriatik

Penyakit Tuberkulosis, Sifilis, Sarkoidosis, Lepra, Sindrom Vogt-Koyanagi-


Granulomatosa Harada (jarang)

Gangguan Metabolik Gout, Tirotoksikosis, Penyakit jantung rematik aktif

Onkoserkiasis, Toksoplasmosis, Herpes Zoster, Herpes Simpleks,


Infeksi Infeksi oleh Pseudomonas, Aspergillus, Streptococcus,
Staphylococcus
Fisik (radiasi, luka bakar termal), Kimia (luka bakarasam atau
Lain-lain basa), Mekanis (cedera tembus), Limfoma, Rosasea, Pasca
ekstraksi katarak
GEJALA KLINIK Karakteristik nyeri pada skleritis yaitu nyeri
terasa berat, nyeri tajam menyebar ke dahi, alis,
 rasa nyeri
rahang dan sinus, pasien terbangun sepanjang
malam, kambuh akibat sentuhan atau
 mata berair (sekret (-) mukopurelen) digerakkan
 fotofobia
 Spasme
Penurunan ketajaman penglihatan disebabkan
oleh perluasan dari skleritis ke struktur yang
 Tajaman penglihatan normal berdekatan yaitu dapat berkembang menjadi
keratitis, uveitis, glaucoma, katarak dan fundus
yang abnormal.

Tanda primernya adalah perubahan difus pada sklera yaitu mata merah disertai
pembengkakkan.
Klasifikasi:

A. Skleritis anterior: 1. non nekrotik difus


nodular
2. nekrotik dgn inflamasi
tanpa inflamasi

B. Skleritis posterior

7
 SA non nekrotik difus:
- bentuk paling ringan
- prevalensi 40 %
- Brawny scleritis
- perubahan vaskuler khas& jarang berlanjut
menjadi tipe nodular.

 SA non nekrotik nodular:


- nodul berwarna merah, tdk dpt digerakkan dr
dasarnya & berpindah dr episkleritis diatasnya.
- prevalensi 44 %

 Penatalaksanaan:
- topikal : steroid/ NSAID
- oral : steroid/ NSAID
8
 SA nekrotik:
- bentuk paling banyak dr skleritis
- 60 % menyebabkan kompl. okuler & sistemik
- 40 % kehilangan visus ok komplikasi vaskulitis

 SAN dgn inflamasi:


GK: - kemerahan setempat
- onset perlahan-lahan
- oklusi p.drh dlm episkl
# daerah inflamasi tersebar

9
 SAN tanpa inflamasi:
- disebut juga scleromalacia perforans
- 55% dr kasus dgn long standing Rheumatoid Arthritis

GK : # minimal, tdk nyeri


# sklera nekrotik berwarna kekuning-kuningan
# penipisan sklera, dasar uvea jelasprogressif
# p.drh abnormal besar2 mengelilingi & menutupi
sklera yang hilang
# perforasi spontan jarang

Penatalaksanaan:
1. steroid
2. immunosuppressive
3. kombinasi prednisolone dgn siklofosfamid IV
10
B. Skleritis posterior
- jarang
- dx. dgn CT scan dgn kontras; MRI
- curiga bila: # nyeri di mata (+)
# pergerakan BM terbatas
# proptosis
# Ablasi retina eksudatif, Choroidal
folds, Papil edem, Glaukoma sdt
terbuka sekunder sp
Penebalan koroid, Vitritis

11
DIAGNOSIS

Anamnesa
 Gejala-gejala dapat meliputi rasa nyeri, mata berair, fotofobia,
spasme, dan penurunan ketajaman penglihatan.
 Tanda primernya adalah mata merah.
 Nyeri adalah gejala yang paling sering dan merupakan indikator
terjadinya inflamasi yang aktif
 nyeri terasa berat, nyeri tajam menyebar ke dahi, alis, rahang dan sinus,
pasien terbangun sepanjang malam, kambuh akibat sentuhan
 Riwayat penyakit dahulu
 Penyakit vaskular atau penyakit jaringan ikat
 Penyakit infeksi
 Penyakit Miscellanous ( atopi,gout, trauma kimia, rosasea)
 Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata
 Obat-obatan seperti pamidronate, alendronate, risedronate, zoledronic acid dan
ibandronate.
 Post pembedahan pada mata
 Riwayat penyakit dahulu seperti ulserasi gaster, diabetes, penyaki hati, penyakit
ginjal, hipertensi dimana mempengaruhi pengobatan selanjutnya.
 Pengobatan yang sudah didapat dan pengobatan yang sedang berlangsung dan
responnya terhadap pengobatan
PEMERIKSAAN FISIK
 Daylight
 Sklera bisa terlihat merah kebiruan atau keunguan yang difus. Setelah
serangan yang berat dari inflamasi sklera, daerah penipisan sklera dan
translusen juga dapat muncul dan juga terlihat uvea yang gelap. Area
hitam, abu-abu dan coklat yang dikelilingi oleh inflamasi yang aktif yang
mengindikasikan adanya proses nekrotik.
 Pemeriksaan Slit Lamp
 Pada skleritis, terjadi bendungan yang masif di jaringan dalam episklera
dengan beberapa bendungan pada jaringan superfisial episklera. Pada tepi
anterior dan posterior cahaya slit lamp bergeser ke depan karena episklera
dan sklera edema. Pada skleritis dengan pemakaian fenilefrin hanya
terlihat jaringan superfisial episklera yang pucat tanpa efek yang signifikan
pada jaringan dalam episklera.
 Pemeriksaan Red-free Light
 Pemeriksaan ini dapat membantu menegakkan area yang mempunyai
kongesti vaskular yang maksimum, area dengan tampilan vaskular yang
baru dan juga area yang avaskular total. Selain itu perlu pemeriksaan
secara umum pada mata meliputi otot ekstra okular, kornea, uvea, lensa,
tekanan intraokular dan fundus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 pemeriksaan laboratorium tersebut meliputi:
 Hitung darah lengkap dan laju endap darah
 Kadar komplemen serum (C3)
 Kompleks imun serum
 Faktor rematoid serum
 Antibodi antinukleus serum
 Antibodi antineutrofil sitoplasmik
 Imunoglobulin E
 Kadar asam urat serum
 Urinalisis
 Rata-rata Sedimen Eritrosit
 Tes serologis
 HBs Ag
 Berbagai macam pemeriksaan radiologis yang diperlukan dalam menentukan
penyebab dari skleritis adalah sebagai berikut :10
 Foto thorax
 Rontgen sinus paranasal
 Foto lumbosacral
 Foto sendi tulang panjang
 Ultrasonography ( Scan A dan B)
 CT-Scan
 MRI
 Pemeriksaan lain yang diperlukan antara lain :
 Skin Test dan Tes usapan dan kultur
DIAGNOSA BANDING
 Konjunctivitis alergika
 Episkleritis

 Gout

 Herpes zoster

 Rosasea okular

 Karsinoma sel skuamosa pada konjunctiva

 Karsinoma sel skuamosa pada palpebra

 Uveitis anterior nongranulomatosa


PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
 Obat anti inflamasi non-steroid sistemik.
 Indometasin 100 mg perhari
 Ibuprofen 300 mg perhari
 Apabila tidak timbul respon dalam 1-2 minggu atau
segera setelah tampak penyumbatan vaskular harus
segera dimulai terapi steroid sistemik dosis tinggi
 prednison 80 mg perhari yang diturunkan dengan cepat
dalam 2 minggu sampai dosis pemeliharaan sekitar 10 mg
perhari.
 Kadangkala, penyakit yang berat mengharuskan terapi
intravena berdenyut dengan metil prednisolon 1 g setiap
minggu.
 Bisa juga dengan imunosupresan yaitu dengan Methotrexate 2,5 mg
3dd 1
KOMPLIKASI
 Keratitis
 Uveitis

 Galukoma

 granuloma subretina

 ablasio retina eksudatif

 Proptosis

 Katarak

 hipermetropia
PROGNOSIS
 Prognosis skleritis tergantung pada penyakit
penyebabnya.
 Skleritis pada spondiloartropati atau pada SLE biasanya relatif
jinak dan sembuh sendiri dimana termasuk tipe skleritis difus
atau skleritis nodular tanpa komplikasi
 Skleritis pada penyakit Wagener adalah penyakit berat yang
dapat menyebabkan buta permanen dimana termasuk tipe
skleritis nekrotik dengan komplikasi pada mata.
 Skleritis pada rematoid artritis atau polikondritis adalah tipe
skleritis difus, nodular atau nekrotik dengan atau tanpa
komplikasi pada mata
 Skleritis pada penyakit sistemik selalu lebih jinak daripada
skleritis dengan penyakit infeksi atau autoimun
 Pada kasus skleritis idiopatik dapat ringan, durasi yang pendek,
dan lebih respon terhadap tetes mata steroid.
 Skleritis tipe nekrotik merupakan tipe yang paling destruktif
dan skleritis dengan penipisan sklera yang luas atau yang telah
mengalami perforasi mempunyai prognosis yang lebih buruk
daripada tipe lain
EPISKLERITIS
 Sklera dibungkus oleh lapisan episklera yang
merupakan bagian tipis yang banyak
mengandung pembuluh darah untuk memberi
makan sklera.
 Definisi

reaksi radang jaringan ikat vascular yang


terletak antara konjungtiva dan permukaan
sklera. Umumnya bersifat unilateral
 peradangan pada episklera
 Episkleritis terjadi pada perempuan lebih banyak
daripada laki-laki dan paling sering terjadi antara
usia 30-40 tahun
ETIOLOGI

Hingga sekarang belum diketahui penyebab pasti dari episkleritis.


Kelainan lokal atau sistemik terkait, misalnya rosacea okular, atopi,
gout, infeksi atau penyakit kolagen-vascular

 Rheumatoid arthritis
 Ankylosing spondylitis

 Lupus ( systemic lupus erythematosus)

 Gout
KLASIFIKASI
 Episkleritis Simple
 Episkleritis Nodular
EPISKLERITIS SIMPLE (DIFUS)
 Peradangan biasanya
ringan dan terjadi
dengan cepat. Hanya
berlangsung selama
sekitar 7-10 hari dan
akan hilang sepenuhnya
setelah dua sampai tiga
minggu.
EPISKLERITIS NODULAR
 Sering lebih menyakitkan
daripada episkleritis
simple dan berlangsung
lebih lama. Peradangan
biasanya terbatas pada
satu bagian mata saja dan
mungkin terdapat suatu
daerah penonjolan atau
benjolan pada permukaan
mata. Ini sering berkaitan
dengan kondisi kesehatan,
seperti rheumatoid
arthritis, colitis dan lupus.
GEJALA KLINIS
 Sakit mata dengan rasa nyeri atau sensasi
terbakar
 Mata merah pada bagian putih mata

 Kepekaan terhadap cahaya

 Tidak mempengaruhi visus


 Episkleritis simple (difus) udem lbh luas & rekuren.
 Episkleritis nodular: -terlokalisir dgn satu/> nodul

kemerahandpt digerakkan.
- nodul berukuran 2-3 mm
PENATALAKSANAAN
Episkleritis biasanya akan hilang sendiri dalam waktu
sekitar 10 hari dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan apapun. Air mata buatan (misalnya
hypromellose) dapat berguna dalam menghilangkan
gejala mata kering.
 Non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID)
 flurbiprofen.
 Steroid eye drops
 Dexamethasone
DIAGNOSIS BANDING
 Konjungtivitis
 Skleritis Anterior
KOMPLIKASI

 Sebuah komplikasi episkleritis yang mungkin


terjadi adalah iritis.
 Sekitar satu dari 10 orang dengan episkleritis
akan berkembang ke arah iritis ringan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai