Anda di halaman 1dari 26

DIFTERI

Difteri
Etiologi
Corynebacterium diphteriae

Epidemiologi
Manusia host tunggal
Didunia padat penduduk, cakupan imunisasi rendah
Perumahan tak memenuhi syarat
Penularan doplet (terbanyak)
Sumber penularan  carrier
Usia pra sekolah 80 %
Kuman Difteri
Batang, drumstick appearance

CORYNEBACTERIUM DIPHTERIA , KUMAN


GRAM POSITIP
BATANG
SPORA - , KAPSUL - , FLAGELLA –
2 – 6 µM X 0.5 – 1.0 µM
OBLIGAT AEROBE
Patogenesis Toksin (Lokal)
• Toksin : diproduksi pada tempat infeksi  fragmen b untuk melekat pada
sel  fragmen a masuk sel  hambatan translokasi protein  sintesis
protein terhenti  sel mati

• Pelepasan eksotoksin Corynebacterium Diphteria  lokal nekrosis


jaringan  Media favorabel tumbuhnya coryne bacterium diphteria
produksi toksin semakin meningkat

• Terbentuk pseudomembran , terdiri dari:


– Eksudat
– materi nekrotik jaringan
– sel erythrosit Lokal pseudomembran 
– sel leukosit penyumbatan saluran
– Fibrin nafas atas
– bakteri
Gejala klinis  tergantung lokasi infeksi

Klinis Anatomis

Ringan D hidung, tonsil

Sedang D faucial, faring, laring

Berat D faucial, faring & bullneck


D faucial & miokarditis

Jarang D kulit, konjungtiva, vagina


Difteri Nasal
Pilek berkepanjangan
Sekret mukopurulen , serosanguinus
Epistaksis
Ekskoriasi daerah nasolabial
Pseudomembran pada septum nasi
Ringan dan berlangsung lama
Difteri Faring-Tonsil (Faucial)
• Malaise
• Sumer / febris tinggi
• Nyeri menelan
• Anoreksia
• Tidur ngorok
• Napas bau
• Pseudomembran
– Putih keabuan
– Bintik-bintik perdarahan
– Melekat erat ditempatnya
• Penyumbatan saluran napas atas
• Tampak toksik , kesadaran menurun , pucat, nadi cepat dan berakhir
dengan kematian
• Lymphadenitis submandibula  oedem jaringan sekitar kelenjar 
“ bullneck “
Difteri Faucial
Psedomembran
pd.Tosil,Faring,uvula
Bullneck pd. Difteri
Difteri Laring
• Subfebris
• Suara parau
• Batuk menggonggong
• Obstruksi saluran napas atas
• Inspiratoir stridor
• Dyspnea
• Gangguan oksigenasi
• Cyanosis
• Fatigue
• Kesadaran menurun
• Kematian
Diagnosa
Gejala klinis  tx sebagai difteri segera dengan ADS

Lab : pengecatan & kultur swab tenggorok dan hidung

Diagnosa Deferensial
D hidung

Corpus alienum

Rhinorrhea (rhinitis, sinusitis, adenoitis)


Diagnosa deferential

D tonsil & faring


Tonsilitis akuta / follikularis
Mononukleosis infeksiosa
Tonsilitis herpes
Penyakit darah (leukemia, agranulositosis)
Agina plaunt vincent
D laring
Laringitis akut
Angioneurotic edema
Spasmodic croup
Corpus alienum
Infeksi Grup A Streptokok Hemolitikus
Limfadenitis cervikal bilateral ≈ Bullneck
Tonsilitis akuta dng bercak keputihan
Mononukleosis infeksiosa
(Ebstein barr virus)
Pengobatan :
Isolasi

Anti difteri serum (ADS),

Mematikan kuman
Pengobatan :
Isolasi : mencegah penularan droplet

Anti difteri serum (ADS),

Mengikat toksin dalam darah

Serum heterolog (serum kuda)

Diuji / test kulit > mata

Positif  besredka

Dosis tergantung dari klinis

Komplikasi : Akut (anafilaktik dan syok); Delayed (serum sickness)


ADS
• Uji kulit terlebih dahulu
• Ads 1 / 1000 0.1 ml , KONTROL SALINE , INTRA DERMAL
• 20 menit baca  indurasi  1 cm  positip
• Kalau negatip , ads iv larutkan 1 / 20 dalam larutan d5 1 / 4
saline , kecepatan  1 ml / menit .
• Kalau positip pemberian ads harus di evaluasi secara
seksama , sebab ada resiko komplikasi .
• Kalau diputuskan diberi lakukan dengan cara desensitisasi
Klinis ADS (unit)

Difteri hidung 20.000

Difteri tonsil & faring 20.000 – 40.000

Difteri larynx & trachea 20.000 – 40.000

Difteri kombinasi 40.000 – 60.000

Difteri & bullneck 80.0000 – 100.000

Kontak asimtom & susceptibel Tanpa (10.000)


DESENSITISASI ADS INTRADERMAL, SUBKUTAN ,INTRA MUSKULER

SUNTIK KE RUTE PENGENCERAN DOSIS


1 ID 1 / 1000 0.1
2 ID 1 / 1000 0.3
3 SC 1 / 1000 0.6
4 SC 1 / 100 0.1
5 SC 1 / 100 0.3
6 SC 1 / 100 0.6
7 SC 1 / 10 0.1
8 SC 1 / 10 0.3
9 SC 1 / 10 0.6
10 SC UNDILUTED 0.1
11 SC UNDILUTED 0.3
12 IM UNDILUTED 0.6
13 IM UNDILUTED 1.0

INTERVAL WAKTU SUNTIK 15 MENIT


ID  INTRADERMAL; SC  SUBKUTAN; IM INTRAMUSKULER
ADA TANDA ANAPHILAKSIS , ADRENALIN 1 / 1000 , DOSIS
0.2 – 0.5 ML INTRAVENA
Mematikan kuman
Penicillin procain

50 mg/kgBB selama 10 hari berturut-turut

Dihentikan  kultur & biakan negatif  tak carrier

PPC plus kloramfenikol 75 mg/kgBB/hr

Eritromicin 40 mg/kgbb/hari  bila alergi penicillin

Kortikosteroid

Berat atau miokarditis

Tracheostomi : sumbatan jackson II

Prednison 2 mg/kgBB
Komplikasi :
Sumbatan saluran napas atas
Bronchopneumonia, ateletakse
Tracheostomi jika sumbatan jackson II
Miokarditis (yang reversibel)
Makin awal muncul prognosa makin jelek
Difteri berat dan terapi ads terlambat
Komplikasi fatal hari 7-14 (hari ke-4 kematian> 70 %)
Suara jantung melemah, aritmia, decompensatio cordis
EKG abnormal : elevasi st, pr interval memanjang
Bila ada blokade :
Carnitine 100 mg/kgBB/hari selama 4 hari
Berat lebih baik d/p kortikosteroid
Tirah banding sempurna (mutlak)
Jangan mengejan pada saat bab  laksantia
Neuritis
Minggu ke 2-6 rata-rata 4 minggu
Reversibel, tidak ada gejala sisa
Paralisis palatum (tersering)
Sulit menelan, tersedak saat makan dan minum
Suara nasal,serak / sengau
Lain : otot mata (jarang), diafragma, tungkai
Otot diafragma / pernapasan  respirator
Vitamin B 1 dan striknin

Nefritis
Jarang, sulit terdiagnosa
Proteinuria dan gangguan faal ringan
Komplikasi jika teratasi tidak ada sequale, sembuh sempurna
Prognosa
Mortalitas
Pra antibiotik, ads dari 30-50 % jadi < 5 %
Yang memperjelek prognosa
Usia muda
Terapi terlambat
Stadium penyakit lanjut
Lokasi lesi luas  eksotoksin banyak
Status gizi buruk
Terutama usia < 4 th
Kematian
Sumbatan saluran napas, miokarditis
“Convalescen carrier” terjadi pada 5-10 thn
Pencegahan
Vaksinasi DPT

Klinis Tak imunisasi (%) Imunisasi (%)

Ringan 81,3 19,0


Sedang 16,4 21,5
Berat 2,3 90

Pengelolaan Kontak Praktis :


• Pemeriksaan klinik dan hapusan tenggorok ( k )dan hidung ( n )
kultur hapusan + , klinik –  eritromisin per oral 5 hari, kultur ulang
• Klinik +  diagnosis diphteria , mrs

Anda mungkin juga menyukai