Anda di halaman 1dari 21

Hidradenitis

Suppurativa
Pembimbing :
dr. Andri Catur Jatmiko, Sp. KK

Dessy Dwi Helmy S.


201720401011133
Definisi

 Hidradenitis Suppurativa (HS) adalah penyakit kronis yang ditandai


dengan pembentukan abses berulang, terutama di area yang
terlipat kulit yang mengandung terminal rambut dan kelenjar
apokrin (James WD, Elston DM, Berger TM, 2011).

 Hidradenitis Suppurativa yang lebih dikenal dengan Acne inversa


dan Verneuil disease, adalah penyakit inflamasi kronis yang berasal
dari kelenjar apokrin kulit (Jones JM, 2014).

 Predileksi dari HS meliputi daerah lipatan kulit (intetriginous area)


termasuk axilla, inguinal, perineal, perianal, mammary dan
inframammary, bokong, dada, kulit kepala, dan kelopak mata.
Daerah axillae, inguinal, dan perineal merupakan daerah yang
paling sering terkena (Zouboulis CC, Tsatsau F, 2008).
Epidemiologi

 PrevalensiHS di USA : 1-2%, Dunia 1% dari populasi umum


 Wanita (2,7) : Pria (1)
 Timbul pada usia Produktif, rata-rata usia 20an dan 30an
Etiologi

 Studi histologic
 Hiperkeratosis folikular yg diikuti rupture, dilatasi dan oklusi
 Infeksi sekunder S. Aureus, Streptococcus pyogenes, bakteri
gram (-) lain.

 Faktor resiko HS:


 Struktur adnexal : gangguan pada folikel epithelium
 Genetik : riwayat keluarga HS (26%), autosomal dominan
 Hormonal : pengaruh androgen
 Obesitas : memperberat HS
 Infeksi Bakteri : keterlibatan sekunder
 Merokok : 70% dari 43 px HS perineal adalah perokok.
Patofisiologi
 Multifaktorial (genetic, infeksi,
hormonal, factor imunologi)

 Hiperkeratinisasi folikuler
infundibulum  oklusi folikel &
kel. apokrin  dilatasi duktus 
bakteri masuk melalui folikel
rambut ke kel. Apokrin 
multiplikasi  rupture 
infeksi/inflamasi kel. Sekitar
(infeksi sekunder)  terbentuk
nanah (Abses)/ kerusakan
jaringan  pembentukan ulkus
dan fibrosis, serta pembentukan
saluran sinus.
Gejala klinis

 Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada


usia pubertas . Sering didahului oleh trauma dan mikrotrauma.
 Lesi berupa nodul (0,5-2 cm).
 Dengan kelima tanda inflamasi akut (rubor, dolor, kalor, tumor,
fungsiolesa).
 Pada peradangan yang menahun dapat terbentuk abses, fistel,
dan sinus yang multipel.
 Proses penyembuhan  sikatriks dgn fibrosis, kontraktur dan
peninggian kulit, double ended comedones
 Tempat predileksi paling sering mengenai daerah ketiak, lipat
paha & perianal.
luka parut, inflamasi nodul dengan Hidradenitis supurativa perigenital
fistula pada individu yang menderita HS. dan perianal pada pria.
banyak komedo hitam ulkus di axilla pada pasien laki-
pada axilla dengan HS laki dengan HS
Stadium HS (Zouboulis CC, Tsatsou F. 2008).
 Stadium primer berupa abses yang berbatas tegas, tanpa bekas
luka dan tanpa adanya saluran sinus.

 Stadium sekunder berupa terbentuknya saluran sinus dengan


bekas luka akibat bekas garukan serta abses yang berulang.

 Stadium tersier menunjukkan lesi yang menyatu, terbentuknya


skar, serta adanya inflamasi dan discharge saluran sinus.
Diagnosis

 Anamnesis,pmx. Fisik & pmx. Penunjang


 Memenuhi kriteria diagnosis The 2nd International
Conference on Hidradenitis supurativa,:
 Lesi yang khas : nodul yang nyeri, ‘blind boils’ pada lesi yang akut;
abses, sinus, skar dan tombstone serta komedo terbuka pada lesi
sekunder
 Topografi yang khas: pada regio axilla, pangkal paha, perineum dan
regio perianal, bokong, dan area lipatan infra mammae dan
intermammae
 Kronik dan berulang
Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium : peningkatan LED & C-Reactive protein.


 Kultur bakteri : jika tanda inflamasi cukup jelas.
 USG : pada dermis & folikel  melihat formasi abses &
kelainan bag. Profunda folikel.
 MRI : menilai kulit & jaringan subkutan
Diagnosis Banding
1. Skrofuloderma
2. Furunkel dan Karbunkel
3. Limfogranuloma venerum (LGV)
DD : Skrofuloderma
 Kelainan kulit o/ M. Tuberculosis
yg mengenai subkutan.
 Predileksi tersering : parotidal,
submandibular & supraclavicular.
 Persamaan HS dan
skrofuloderma: nodul, abses dan
fistula.
 Perbedaannya : HS disertai
tanda-tanda radang akut &
gejala konstitusi, skrofuloderma
DD: Furunkel & Karbunkel

 Furunkel : suatu infeksi nekrotik akut


folikel rambut yg dalam.
 Karbunkel : kumpulan furunkel
 Etiologi : Staphylococcus Aureus
 Nodul merah, sakit dan akut dengan titik
purulent ditengah.
 Persamaan : Nodul dan abses yg nyeri Furunkel
 Perbedaan : HS  (Abses steril dan
sering berulang), daerah predileksinya
berbeda dengan furunkel atau
karbunkel yaitu pada aksila, lipat paha,
pantat atau dibawah payudara.
Walaupun karbunkel juga terdapat
pada area yang banyak friksi seperti
aksila dan bokong.
Karbunkel
DD: Limfogranuloma venerum (L

 STD disebabkan o/ Chlamydia kelenjar limfe terdapat


trachomatis serotype L1, L2, L3 ligamentum inguinal pouparti
 Hidradenitis supurativa yang membentuk cekungan
terdapat di lipatan paha  Ettage bubo : perbesaran kel.
kadang – kadang mirip dengan Femoral, inguinal superfisial &
limfadenitis pada LGV. profunda  bentuk seperti
 Perbedaan yang penting tangga.
adalah pada LGV terdapat
riwayat kontak seksual(bubo
bertingkat) & groove sign, tes
Frei positif.
 Lesi primer dpt berbentuk papul,
vesikel, erosi, ulkus & urethritis
 Groove Sign : diantara kedua
Penatalaksanaan

 Lesi akut

Nodul: triamcinolone (3-5


mg/ml) intralesi.

Abses: triamcinolone (3-5


mg/ml) intralesional pada
dinding lesi kemudian insisi
dan drainase cairan
abses.
penatalaksanaan
 Antibiotik oral :
 erythromycin (250-500 mg qid)
 tetracycline (250-500 mg qid)
 minocycline (100 mg bid)
 klindamisin 2 x 300 mg bid + rifampin (300 mg2 bid) selama beberapa
minggu.
 Kortikosteroid : Prednison 70 mg perhari selama 2-3 hari, diturunkan
(tapered off) selama 14 hari.
 Isotretionin oral : 0,56 mg/kg selama 4-6 bln.
 Manajemen operatif :
 insisi & drainase abses akut
 eksisi nodul, fibrotik & sinus
 Eksisi komplit
 Radioterapi
Komplikasi

 Komplikasi sistemik : septicemia, anemia, leukositosis


 Komplikasi local :
 Sikatrik (membatasi mobilitas)
 Fistula uretra
 Kecacatan persisten penis & skrotum atau limfedema vulva
 SCC : area yg mengalami inflamasi & sikatrik kronik
Prognosis
 Bervariasi (tergantung tingkat keparahan penyakit)
 Banyak pasien hanya memiliki gejala ringan dan berulang,
sembuh sendiri (nodul merah yang lembut tidak memerlukan
terapi)
 Penyakit ini biasanya mengalami remisi spontan dengan usia
(> 35 tahun).
 Pada beberapa individu, tentu saja bisa berkembang terus-
menerus, dengan ditandai morbiditas terkait dengan nyeri
kronis, kerusakan sinus, dan terbentuknya jaringan parut 
mobilitas terbatas.
 Beberapa pasien menunjukkan adanya perbaikan dengan
pemberian antibiotik jangka panjang, tetapi banyak juga
yang membutuhkan tindakan bedah plastik. Diperlukan
peningkatan hygiene untuk mencegah kekambuhan

Anda mungkin juga menyukai